Intimidation

Por liaa96

631 90 106

Cast : 1. Kim Sunggyu 2. Nam Woohyun 3. Cho Kyuhyun 4. Other Infinite member Genre : School life, drama, ang... Más

Part 2

Part 1

440 50 85
Por liaa96

"Woohyun, sehabis ini ayo kita main sepak bola!", Dongwoo berteriak sangat keras sedetik setelah bel pulang sekolah berbunyi. Ia tampak tidak sabar untuk bermain bersama teman-temannya.

"Cool! Ide bagus, aku ikut!", Ujar Woohyun setuju. Ia memasang pose tangan menembak Dongwoo dengan cengiran lebar khas miliknya.

"Hoya, bagaimana denganmu?", ajak Dongwoo dan melihat Hoya tampak bingung.

"Sunggyu-ssi, maukah kau ikut bermain denganku?", tanya Hoya lembut.

Namja bermata sipit yang dipanggil Hoya tampak sibuk merapikan buku miliknya. Ia terdiam sebentar hingga tugas membereskan bukunya selesai. Lalu ia menatap Hoya, teman sebangkunya.

"Mian Hoya-ssi, besok adalah pelajaran matematika, aku ingin segera pulang dan belajar. Aku berharap bisa mendapat nilai bagus kali ini", jelas Sunggyu.

"Sunggyu-ssi, kuharap kau bisa bermain lain kali denganku.", ujar Hoya agak kecewa.

"Kau tidak perlu mengajaknya, Hoya", Hoya langsung merasakan beban berat di pundaknya, saat sebuah lengan yang berotot merangkulnya.

"Tapi..."

"Lihatlah, dia selalu menolakmu setiap kau ajak bermain.", Sindir Dongwoo.

"Mian... Hoya, aku tidak ingin membuatmu kecewa. Tetapi kita sekarang sudah di tingkat akhir SMA, aku ingin masuk Universitas yang aku inginkan", jelas Sunggyu.

"Cih! Obsesimu terlalu tinggi sipit!", ejek dari suara bass mendatangi mereka.

"Aku tidak sepertimu Nam, yang bisa santai dengan nilai berbentuk kursimu itu", ejek Sunggyu balik.

"Matematika pelajaran yang sulit, kau juga mendapatkan nilai kursi saat itu. Kau tahu, Sifat sok pintarmu itu sangat menyebalkan."

"..."

Sunggyu terdiam, ia merasa kalah kali ini. Ia menggertakkan gigi kelincinya. Memang benar, ia bisa mendapat nilai baik saat pelajaran, namun hanya matematika yang membuat dirinya berjuang sia-sia. Merasa gemas dengan pelajaran berhitung tersebut, ia malah tetap berusaha agar bisa mendapat nilai bagus.

"Ck! Dasar orang membosankan, ayo kita pergi Dongwoo-Hoya!", ajak Woohyun dan ia melangkah duluan meninggalkan mereka. Sambil membawa tas samping miliknya, ia berjalan ke pintu kelas dan keluar.

"Aku duluan Gyu", pamit Hoya. Dongwoo hanya memberi isyarat pamit dengan menggerakkan telapak tangannya. Lalu ia kembali merangkul Hoya seperti tadi. Sunggyu menurunkan tangannya setelah membalas lambaian tangan Dongwoo dan tersenyum.

Sunggyu tiba-tiba berubah pikiran, ia tak ingin segera pulang ke rumah kali ini. Ia tersenyum puas, ia berpikir bahwa idenya kali ini sangat cemerlang.

.

.

@perpustakaan

Suasana sepi, tempat yang nyaman, AC ruangan yang dingin....

Kau sangat pintar Sunggyu.

Puji Sunggyu pada dirinya sendiri, setelah mencari-cari buku matematika. Ia duduk dan mulai membacanya.

Menit demi menit berlalu

Menit berganti jam

Sunggyu tampak menikmati dunianya sendiri

Hingga....

"Aaaarrggghhh... Kenapa aku tidak mengerti soal ini?! Dari tadi aku mencobanya namun tidak menemukan hasilnya!", kesal Sunggyu.

Sunggyu mengalihkan perhatiannya ke luar jendela. Dari lantai 2 dia bisa melihat teman-temannya sedang bermain sepakbola. Ia cekikikan saat melihat Woohyun bermain curang dengan memasukkan bola ke dalam bajunya dan membawanya hingga ke gawang. Membuat teman-temannya kesal dan menimpuknya dengan tubuh mereka semua, bagai kue lapis.

"Kyuhyun songsaenim, anda datang", sebuah suara hangat dan bersahabat terdengar oleh pemilik perpustakaan yang terkenal galak itu, Sunggyu mendengus sebal. Ini Sungguh tidak adil, melihat bagaimana jahat dan kejam petugas perpustakaan terhadap Sunggyu. Tetapi ia bisa sangat ramah pada Kyuhyun songsaenim.

"Pak Kyuhyun!", Sunggyu memanggil guru pelajaran yang sedang ditekuninya sekarang. Ia membungkuk hormat.

"Ada apa Sunggyu-ssi?"

"Bisakah kau membantuku, ada beberapa soal yang tidak aku mengerti disini", jelas Sunggyu dan membuka kasar buku yang dipegangnya.

"EHEM!!!", Sebuah interupsi mengganggu kegiatan mencari soal Sunggyu. Sunggyu menolah ke wanita berbadan besar yang suka mengomel itu.

"Mian... aku akan pelan-pelan", ujar Sunggyu tersenyum. Meski di dalam hati ia terus mengumpat wanita besar ini.

"Untuk materi tentang integral tak tentu, bisakah bapak mengulangnya kembali? Saat aku mencoba mengerjakan soalnya, selalu tidak menemukan jawabannya", jelas Sunggyu.

Guru tampan itu tersenyum, "Maaf Sunggyu-ssi, tapi sekarang aku ada urusan. Bagaimana jika kau ke rumahku nanti sore?". Ajaknya.

"Baik pak, dengan senang hati saya akan ke rumah bapak nanti sore.", jelas Sunggyu senang.

Sreeet~

Sunggyu langsung melepas genggaman tangan guru matematika saat beliau tiba-tiba berlaku aneh. Entah kenapa Sunggyu merasa gurunya melakukan hal yang tidak wajar. Namun disisi lain ia juga merasa bersalah telah berlaku kasar kepada gurunya tersebut.

"Maafkan saya pak, saya tidak bermaksud...", ucapan Sunggyu terhenti saat melihat guru matematikanya tersenyum nakal ke arahnya, apa hanya perasaannya saja.

"Tak apa, kutunggu nanti sore Sunggyu-ssi", ujarnya ramah dan segera pergi.

'Mungkin hanya perasaanku saja'

.

.

.

Sunggyu mengirim pesan ke orang tuanya bahwa ia akan pulang saat petang, karena sehabis dari perpustakaan ia menuju rumah guru matematikanya tersebut. Ia malas untuk pulang ke rumah, lebih baik ia menunggu di perpustakaan hingga sore dan ke rumah beliau.

Saat Sunggyu keluar, ia melihat teman-temannya duduk di pinggir lapangan. Mereka sibuk mengelap keringat, mendinginkan badan dan juga rebutan minuman.

"Hai Gyu, sudah selesai belajarnya?", sapa Hoya. Dan Sunggyu hanya mengangguk.

"Kau akan pulang? Mau pulang bareng denganku?", ajak Woohyun. Sunggyu mendesis.

"Ck! Sejak kapan kau mau mengantarku? Katakan, apakah kau punya motor baru dan hendak pamer kepadaku?"

"Eeeeeeyyy~", semua orang disana menggoda mereka berdua. Woohyun menggaruk tengkuknya.

"Baiklah, aku berubah pikiran! Aku malas mengantarmu!", ujar Woohyun kesal.

"Meskipun kau memaksaku, aku akan menolak. Aku akan mengunjungi Kyuhyun Songsaenim sore ini", jelas Sunggyu.

"Ada perlu apa?", Nada Woohyun tiba-tiba berubah, ia menatap Sunggyu dengan wajah yang tampak serius. Entah kenapa, Sunggyu merasa takut terhadap Woohyun.

"B-belajar matematika....", Sunggyu mengumpat dalam hati saat ia ketahuan gugup

"Ada soal yang tidak kumengerti, aku menanyakannya kepada beliau dan ia mengatakan sibuk. Jadi ia bisa sore ini, aku akan mendatangi rumahnya. Kenapa? Kau cemburu??", Sunggyu berucap dengan sangat panjang. Namun kelihaiannya dalam berbicara membuatnya berkata hal yang membuat keadaan menjadi canggung.

Ia melirik ke arah Woohyun, arah tatapannya semakin tajam.

"Aku ingin pulang", ujarnya dan segera pergi membawa tas miliknya. Semua orang terdiam disana.

"Gyu..."

"Apa?"

"Berhati-hatilah, kau tahu kan Min-ah dari kelas B. Ia pindah sekolah karena berurusan dengan Kyuhyun songsaenim. Katanya Min-ah yang menggodanya, tapi aku tidak tahu lebih jelasnya", jelas Hoya pelan.

Sunggyu tertawa, "Hey, aku ini laki-laki. Aku bisa menjaga diriku sendiri".

"Tapi kau cantik dalam ukuran pria", tambah Dongwoo membuat Sunggyu tiba-tiba menjadi kesal.

Pletak!

Sunggyu memukul kepala Dongwoo, suasana mencair saat semua orang disana tertawa melihat Dongwoo yang kesakitan. Sunggyu menoleh ke arah dimana Woohyun tadi pergi, ia menghela nafas.

"Cih, kalian semakin mengada-ada. Lebih baik aku segera pergi dari sini". Ujar Sunggyu sebelum menyapa mereka semua dan melambaikan tangan.

Siapa tahu bahwa itu adalah raut wajah bahagia terakhir Sunggyu.

@Cho Kyuhyun's house

Sunggyu tampak serius mengerjakan soal yang dapat ia kerjakan ketika sang guru keluar untuk mengambil minuman untuknya. Tak berselang lama, guru berawakan kurus tinggi itu kembali dengan 2 gelas jus jeruk di tangannya.

"Makasih pak", ujar Sunggyu langsung meminum setengah dari isi gelas tersebut.

"Ah... ini menyegarkan pak", ujar Sunggyu sekedar berbasa-basi. Ia meletakkan gelas tersebut dan kembali fokus ke buku miliknya.

"Jadi, pak... bagaimana soal nomer dua ini?"

Guru tersebut segera mengambil bulpen yang ada di tangan Sunggyu dan mengerjakannya, Sunggyu mengikutin arah goresan bulpen itu di buku miliknya. Bibir tipisnya membentuk huruf 'O' tanda mengerti.

"Sudah mengerti?"

Sunggyu tersenyum, matanya yang sipit membentuk sebuah garis lurus. Ia mengangguk.

"Ada lagi?"

"Ini...", tunjuk Sunggyu di nomer 7, seperti tadi. Guru muda itu mengerjakannya lagi. Sunggyu berdecak kagum.

"Woooaah~ Anda hebat pak!", puji Sunggyu.

"Ada lagi?"

"Hmmm... kurasa tidak pak, yang lain caranya sama yang bapak ajarkan barusan. Saya biar mencobanya sendiri", jelas Sunggyu dan kembali fokus ke soalnya.

Sreeet~

"Bagus kalau kau mengerti"

Sunggyu menghentikan kegiatannya, menatap sang guru yang kini memegang tangannya.

Deg!

Jantungnya berhenti berdetak saat tangan satunya meyentuh paha miliknya. Meraba halus di atas celana sekolah, Sunggyu.

"P-pak?", Sunggyu gugup. Ia tak tahu apa yang harusnya ia lakukan.

"Kau tidak gerah memakai baju seragam ini, seharian pasti sudah bau keringat". Kini... tangan yang menggenggam tangan Sunggyu berpindah ke kerah baju Sunggyu, lalu turun dan menyentuh kancing yang masih tertutup itu, dengan pelan dan hati-hati membuka kancing tersebut. Sunggyu menelan ludahnya kasar, tubuhnya tidak bisa bergerak sekarang.

Dering telepon berbunyi sekarang, Sunggyu dengan tergesa-gesa mengangka telepon tersebut.

"Hallo?"

"..."

"Iya Eomma... Aku segera pulang"

Bip!

"Maaf pak, saya ijin pulang sekarang. Terimakasih atas waktunya", Sunggyu langsung membereskan buku-buku dan memasukkan bukunya dengan tergesa. Tak peduli jika catatannya terlipat, yang penting ia segera pergi dari tempat tersebut.

.

.

.

Woohyun mengerutkan keningnya, jarinya mengetuk-ngetuk handphonenya. Ia sedang berpikir, entah kenapa ia ingin menelpon Sunggyu. Memastikan bagaimana Sunggyu sekang? Tidak-tidak-tidak.... Itu bukan imagenya.

Eeeer~ bagaimana dengan....

'Kau tidak meminta maaf? Kau mempermalukanku tadi di depan anak-anak;

'Hei, apakah kau masih di rumah songsaenim? Kuharap kau masih perawan disana'

'Sepertinya kau sudah belajar banyak matematika, boleh aku menyontekmu besok?'

'Sayang sekali, kau tidak melihat motorku. Kau pasti terkagum dan iri denganku'

Setelah berbagai pilihan yang akan dia katakan saat menelpon Sunggyu, ia mulai yakin untuk menelpon Sunggyu. Ia menelpon Sunggyu, dan tak berselang lama sang pemilik segera mengangkatnya.

"Hallo?"

"G-gyu...", sial! Lidah Woohyun sulit untuk bergerak. Mana kalimat yang dirancangnya barusan.

"Iya Eomma... Aku segera pulang"

'Huh?'

Tuuut~ Tuuut~ Tuuut~

Woohyun menaikkan satu alisnya, bingung? Tentu saja...

Woohyun kembali menelpon Sunggyu, beberapa detik menunggu akhirnya diangkat Sunggyu lagi.

"Yak! Apa maksudmu barusan?!", ujar Woohyun kesal.

"Mianhae hyun~ Jangan menelponku dulu sekarang"

Setelah mendengar suara Sunggyu yang bergetar, raut wajah namja angkuh itu tampak berubah. Ia hendak menanyakannya lagi, tetapi telepon itu terputus.

"Shit!", Woohyun melempar handphonenya asal. Beruntung ia berada di atas kasur, jadi ia tak perlu berpikir jika handphonenya akan rusak.

@Besoknya.

Sunggyu disambut dengan tatapan tajam beberapa orang saat memasuki lingkungan sekolahnya. Mereka tersenyum sinis dan berbisik-bisik. Perasaan Sunggyu tidak enak, namun ia mengabaikan mereka dan terus berjalan hingga ke kelas.

Sunggyu memasuki kelasnya, dan saat itu ia merasa seperti diinterogasi. Saat semua mata menatapnya, yeoja-yeoja menatap sengit padanya, lalu teman-temannya yang menatapnya tidak percaya, dan Woohyun... ia membuang muka.

Sunggyu berusaha menetralkan perasaan buruknya dan duduk di bangkunya.

"Selamat pagi Hoya!", sapa Sunggyu.

Hoya langsung membuka bukunya dan tampak sibuk membacanya, apa hanya sekedar pura-pura agar menghindar dari Sunggyu.

"Hoya, kenapa denganmu? Kenapa semua sekolah menatap aneh padaku?", tanya Sunggyu.

"..."

Sunggyu menghela nafas, ia belum menemukan jawabannya. Hingga Kyuhyun datang dan mengalihkan perhatian seluruh isi kelas.

"Baiklah, hari ini sesuai janji Bapak akan mengadakan ujian matematika"

Biasanya terdengar suara eluhan dan suara tidak terima. Namun tidak dengan sekarang, mereka tampak gaduh dengan berbisik dengan teman terdekat mereka. Dan sesekali menatap Kyuhyun maupun Sunggyu.

"Lihatlah... dia berpura-pura tidak terjadi apa-apa"

"Dasar namja murahan, beraninya menggoda Kyuhyun songsaenim"

BRAAK!

"Maaf Pak, saya ijin ke UKS." Ujar Woohyun dingin. Lalu saat itu, Sunggyu merasa tangannya digenggam sangat erat dan ditarik. Ia tampak bingung, namun lelaki yang lebih pendek darinya itu masih tetap diam.

Sunggyu melakukan perlawanan, ia menarik tangannya dan melepasnya dari genggaman Woohyun.

"Kenapa kau mengajakku?", ujar Sunggyu kesal.

Woohyun tidak berkata dan kembali menarik tangan Sunggyu, Sunggyu berontak lagi.

"Aku tidak mau!"

"Aku sedang sakit, aku butuh bantuanmu", ujar Woohyun berbohong, Sunggyu tahu itu.

"Aku sudah belajar keras kemarin, aku tidak mau melewatkan ujian matematika itu! Kalau kau memang butuh ke UKS silahkan lakukan sendiri", ujar Sunggyu dingin dan segera meninggalkan Woohyun.

Woohyun mengacak surai hitam miliknya, ia menggeram kesal.

Ulangan matematika berjalan dengan lancar, setelah Kyuhyun memperingatkan muridnya untuk diam. Seluruh isi kelas sangat tenang, bahkan hanya terdengar suara kertas soal ujian yang mereka kerjakan. Semua tampak mengerjakan dengan tertib, tanpa Woohyun tentunya.

Jam pelajaran pertama pun telah usai, dan itu bertanda bahwa ujian diakhiri. Mereka menyalurkan kertas jawaban mereka ke depan. Lagi-lagi hanya suara kertas yang terdengar.

Suasana kelas kembali gaduh saat, Kyuhyun berpamitan dan berjalan keluar kelas. Dan itu kesempatan Sunggyu untuk berbicara dengan Hoya.

"Hoya, dengarkan aku!", Sunggyu memegang kedua pundak Hoya, tidak membiarkan teman sebangkunya kembali cuek padanya seperti tadi pagi.

Hoya tidak memfokuskan penglihatannya ke arah Sunggyu, ia berusaha melihat ke arah lain selain Sunggyu

"You're still my friend, right?"

"Mianhae... gyu, aku juga tak mengerti denganmu"

"Hah? Apa maksudmu?"

"Aku tahu kalau kau mendatangi kyuhyun songsaenim kemarin sore untuk belajar, tapi berita yang kudengar tidak seperti itu".

"Apa yang mereka katakan"

"Aku tidak bisa menceritakannya padamu".

"..."

"Gyu... bisakah kita menjaga jarak saat ini?",

"Kau tidak mempercayaiku? Kemarin aku benar-benar hanya belajar", ujar Sunggyu meyakinkan.

"Aku mempercayaimu.... tapi...."

"HOYA!"

Hoya menoleh, ia melihat Dongwoo memangilnya. Disana ada Woohyun, Myungsoo, dan teman-teman lelaki yang lain.

"Ayo kita ke kantin!", ajaknya

"Okay"

"Yak! Hoya... kita belum selesai..."

Hoya menulikan pendengarannya dan pergi begitu saja setelah membawa beberapa lembar uang won. Sunggyu mendesah kesal, ia melirik seisi kelasnya. Para wanita disana melihatnya dan berbisik-bisik dengan temannya.

"APA YANG KALIAN LIAT, HAH?!",

BRAK!

Sunggyu memukul mejanya, sebelum pergi menuju atap sekolah. Mungkin lebih baik ia bolos pelajaran hari ini.

.

.

.

"Lihat, itu Kim Sunggyu!"

"Kim Sunggyu dari kelas D?"

"Benar"

"Aaaah... jadi itu orangnya"

"Lihat, dia makan sendiri. Dasar penyendiri, ia diam-diam ternyata begitu"

"Hoya, kau tidak mengajak Sunggyu?", tanya Myungsoo

Hoya hanya menggeleng.

"Kenapa?", kini Dongwoo yang bertanya.

"A-aku tidak tahu", ujarnya.

"Woohyun, kau mau kemana?", kini pertanyaan itu berpindah orang. Namun orang bernama Nam Woohyun itu tidak menggubris mereka dan berjalan menuju bangku Sunggyu.

"Yo!", Woohyun menyapa Sunggyu dan duduk di depannya. Mereka berhadap-hadapan sekarang.

"Ada apa kau kesini?"

"Eeeey~ kenapa galak begitu? Kau tidak mau kutemani?", ujar Woohyun.

"Lihat, sepertinya Sunggyu menggoda Woohyun sekarang!"

"Oh tidak, jangan Woohyun..."

Mereka tampak canggung setelah mendengar pembicaraan para yeoja bermulut besar di dekat mereka.

"Kalau kau risih sebaiknya kau kembali saja bersama teman-temanmu", ujar Sunggyu cuek.

Woohyun bingung, ia tak tahu harus membalas ucapan Sunggyu seperti apa. Ia hanya berdehem sebentar dan meminum minumannya.

"Kau baik-baik saja?"

"Tentu saja, kau lihat kan aku tidak apa-apa", ujar Sunggyu cuek.

"Hmmm....", Woohyun tampak berpikir, mencari pembicaraan yang lain.

"Apa maksudmu telepon yang waktu itu"

"Huh?"

"Kau bilang 'Iya Eomma... aku akan pulang' Apa maksudnya?"

"Kenapa kau perlu menelponku saat itu?"

"Hei, aku bertanya padamu. Kenapa kau malah melempari pertanyaan kepadaku?"

"Kenapa kau memaksaku menemanimu ke UKS waktu itu?"

"Aaaissshh~", Woohyun mengacai rambutnya.

"Hei sipit, aku sudah berbaik hati padamu akhir-akhir ini. Tapi kenapa kau masih sempat berlaku menyebalkan?"

"Aku tidak memintamu berbuat baik padaku"

"Arraseo! Aku mengerti!! Aku tidak akan membantumu setelah ini!! Kalau kau memohon padaku, ingat! Itu tidak gratis!!"

"Cih, memangnya aku butuh apa denganmu?".

BRAK!

"Oke jika itu maumu! Aku akan pergi!", ujar Woohyun. Ia pun pergi meninggalkan Sunggyu begitu saja.

.

.

.

"Sunggyu-ya?"

Sunggyu memberhentikan langkahnya, ia melihat Kyuhyun berada di ruangannya dan mengajak Sunggyu untuk kesana.

Sunggyu menunjuk dirinya, menanyakan apakah benar dia yang dipanggil. Ia melihat di sekitanya, memang hanya dirinya disana. Ia pun dengan ragu mendatangi Pak Kyuhyun.

"Ada apa, pak?"

"Ulangan matematika waktu itu sudah saya koreksi", jelas Kyuhyun dan mempersilahkan Sunggyu masuk. Sunggyu duduk di pojok sofa panjang, menunggu guru matematika itu mengambil jawaban siswa-siswa.

Saat beberapa kerta itu berada di tangan Sunggyu, Sunggyu segera mencari lembar jawaban miliknya. Ia melihat angka 70 disana. Senyum terkembang di bibir tipisnya, matanya membentuk sebuah garis lurus.

'Akhirnya aku dapat juga nilai bagus, aku bisa pamer ke Woohyun..."

Saat Sunggyu menikmati nilai yang dia peroleh, Kyuhyun telah duduk disampingnya.

"Kau telah berusaha Sunggyu-ah"

"Iya pak"

Sreeet~

Deg!

Lagi-lagi, kini tangan Kyuhyun melingkar di pundak Sunggyu. Badan Sunggyu kembali menegang. Kyuhyun tersenyum nakal, ia membisikkan sesuatu ke telinga Sunggyu.

"Kalau kau mau nilai lebih, aku bisa memberikannya padamu"

Setelah membisikkan kata-kata itu, Ia melihat leher jenjang Sunggyu. Ingin rasanya ia menggigit leher putih itu.

Ia mengeratkan rangkulannya saat Sunggyu berontak untuk segera lepas. Kedua tangannya kini di genggam erat dengan satu tangan guru matematikanya. Ia tidak bisa bergerak sekarang.

"Akh! Pak...", Sunggyu merutuki bibirnya saat ia mendapat sengatan di lehernya.

Pemuda tinggi itu mendorong tubuh Sunggyu, kini ia melepas dasi miliknya. Dan ia mengikat kedua tangan Sunggyu.

"Bagaimana kalau kita lanjutkan kegiatan kita yang kemarin?"

Sunggyu merasa situasinya terjepit. Dengan sekuat tenaga, ia bangun dan mendorong pemuda tinggi tersebut. Beruntung, ia dapat berlari sekarang sebelum....

Clek!

Gawat! Yuri songsaenim melihat mereka. Sunggyu menelan air liurnya dengan berat. Ia melihat ke arah Kyuhyun. Ia tersenyum evil, dengan keadaan yang sekarang seakan-akan bahwa Sunggyu yang menyerang guru mudanya tersebut. Kini Sunggyu berada di atas Kyuhyun. Ia segera menarik kedua tangannya yang sebelumnya menyentuh dada gurunya.

.

.

.

"Aku tidak benar-benar melakukannya, Bu. Sungguh!", Sunggyu berusaha meyakinkan seorang wanita langsing berkulit gelap di depannya. Tapi Yuri tidak percaya sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Sunggyu.

"Ibu tidak akan segan-segan mengeluarkan kamu dari sekolah ini Kim Sunggyu, mengakulah!"

Wajah Sunggyu memelas, dengan beberapa guru di ruangan tersebut. Ia merasa seperti diinterogasi dan dipaksa berkata yang mereka harapkan. Rasanya sunggyu mau menangis sekarang.

"Sungguh, demi Tuhan saya tidak melakukannya", suara Sunggyu bergetar.

"Maafkan saya, ini karena kelalaian saya. Seharusnya saya bisa bersikap tegas agar kejadian ini tidak terulang", Kini... Kyuhyun membuka suara.

Sunggyu menatap sengit guru tersebut, jelas-jelas jika beliau yang melakukannya duluan.

"Apa maksudnya ini?", Sunggyu berbisik. Ia tak percaya.

Sedangkan orang yang Sunggyu tatap tersenyum kemenangan kepadanya.

Senyum nakal kebanggaannya.

#Imitation#

"Sunggyu dimana?", sebuah pertanyaan terlintas saat ia kembali ke kelas setelah makan di kantin. Kursi yang berada di sebelah bangkunya kosong.

"Mungkin dia bolos", jawab Dongwoo.

"Aniyaa~ dia tidak akan membawa tasnya jika membolos", jelas Hoya.

"Mungkin dia kabur dari sekolah", kini, Myungsoo menambahkan.

"Perasaanku tidak enak", Hoya menatap kursi kosong di sebelahnya. Ia menjadi khawatir pada Sunggyu. Dan ia kini merasa bersalah tidak ada saat Sunggyu membutuhkannya.

"Biarkan saja, dia bukan anak kecil lagi", Woohyun datang menyusul mereka. Lalu duduk dengan tenang. Tiga pemuda yang berbincang tadi melihat ke arah Woohyun. Woohyun yang merasa diperhatikan membalas tatapan mereka.

"Apa?"

"Kenapa kalian tidak pernah akur, aku tidak mengerti masalah kalian", Mereka yang memang sudah lama melihat mereka bertengkar, kini mulai bertanya pada Woohyun. Bukankah aneh, anak SMA tahun akhir seperti mereka masih bertengkar layaknya anak kecil. Hanya saling beradu mulut, saling mengejek dan menuduh tanpa adanya perkelahian.

"Dia menyebalkan", jawab Woohyun singkat.

"Kurasa Sunggyu tidak pernah melakukan kesalahan padamu", kini Dongwoo mulai mengingat-ingat. Apa penyebab masalah mereka bertengkar, tapi nihil. Dia hanya mengingat mereka mulai beradu mulut saat salah satu dari mereka mengejek duluan.

"Dia tidak peka, itu yang buat aku kesal dengannya".

Jawaban Woohyun membuat mereka sedikit bingung, Woohyun menopang dagunya, melihat ke arah luar jendela. Matanya menatap langit biru tanpa awan, seperti warna awan dilangit itu telah mewaliki perasaanna saat ini/

#Imitation#

Langit kini beradu dengan warna jingga dan hitam, bulan mulai menampakkan keindahannya. Seseorang berjalan tanpa arah kini menjadi perhatian beberapa orang yang melihatnya. Namun dirinya tidak peduli dan menulikan telinga saat mereka mulai berbisik dengan teman berjalan mereka.

Sunggyu menghela nafas, ia tak menduga hari ini menjadi hari sialnya. Dari bertengkar dengan Woohyun, lalu Songsaenimnya yang mesum hingga ia terkena skors selama seminggu, lalu kini ia dipukul ayahnya dan diusir dari rumah.

Ia bingung, ia harus lari dan berlindung kemana sekarang. Di Sekolah pasti teman-teman akan membicarakannya, di rumah... kau sudah tahu kan jika dirinya baru saja diusir dari rumah.

Dengan berbekal beberapa helai baju dan sisa uang jajan minggu ini, ia berjalan dengan mendorong tas beroda miliknya.

Ia melihat langit, kini langit gelap tanpa bintang-bintang. Kini ia teralihkan dengan suara perutnya yang berbunyi. Ia mengeluarkan dompet miliknya, dan menghitung-hitung sisa uang di dompetnya. Mengira-ngira ia dapat bertahan berapa lama dengan uang yang tidak terlalu banyak ini.

Akhirnya ia memilih menuju minimarket di depannya, ia memilah-milah makanan yang termurah namun dapat mengenyangkan perutnya. Mungkin ia hanya perlu makan ini dan bertahan hingga besok.

Akhirnya ia memilih sebuah mie instan siap saji dan sebotol air mineral. Setelah ia membayar, ia segera berlari kecil ke kursi terdekat untuk makan. Ia meniup-niup mienya yang panas. Pipinya terasa nyeri karena pukulan ayahnya tadi sore, ia meringis pelan dan melanjutkan makan.

Saat ia selesai makan, ia keluar dari mini market.

"Aaaaah~ kenyangnyaa", ujarnya senang.

Namun raut bahagianya segera berubah saat hujan turun deras tiba-tiba. Ia mendengus sebal, lalu ia pun akhirnya pasrah. Menunggu hujan reda. Ia memilih duduk di sebelah pintu mini market, tangannya memainkan air hujan karena bosan.

Suara pintu mini market terbuka, muncul seorang pemuda seumuran Sunggyu. Ia juga menunggu di sebelah Sunggyu, menunggu hujan itu reda. Tak ada percakapan diantara mereka, mereka sibuk berada di pikiran mereka masing-masing tanpa memperdulikan orang-orang sekitar.

"Achoooo!!!", Sunggyu bersin, ia menggaruk hidungnya yang gatal.

"Apa lagi sekarang? Jangan sampai aku terkena flu", ujar Sunggyu. Kini, pemuda di sebelah Sunggyu akhirnya memperhatikannya. Mungkin ada untungnya Sunggyu bersin, sehingga pemuda di sebelahnya melihatnya dan mungkin membantunya.

"Sunggyu?"

Sunggyu menoleh ke sumber suara, ia mengerjapkan mata sipitnya. Meyakinkan bahwa orang yang ada di sebelahnya bukan hanya ilusinya.

Pemuda itu berjongkok, mensejajarkan keadaan Sunggyu yang sedang duduk. Ia memakai jaket abu-abu dan celana training, baju rumahan. Tangannya terulur untuk menyentuh pipi Sunggyu yang membiru.

"Akh!"

"Kenapa dengan pipimu?", tanya Woohyun. Yah... dia Woohyun pemirsa. (Pasti reader pada kegirangan kan? Wkwkwkwk)

"Bukan apa-apa", Sunggyu memilih untuk tidak bercerita pada Woohyun, pasti dia akan menertawakannya setelah ini.

Sunggyu melihat kearah Woohyun, menunggunya untuk tertawa atau mengejek padanya. Namun yang ia lihat adalah raut khawatir. Hey... itu hal yang baru bagi Sunggyu melihatnya seperti itu.

"Kenapa kau kabur dari sekolah? Tas milikmu sudah tidak ada setelah jam istirahat tadi"

"Aku di skorsing"

"Hah? Kenapa?"

Sunggyu melirik ke arah Woohyun,

"Seharusnya kudengar omongan teman-teman. Guru itu kurang ajar", Sunggyu kini kesal, mengingat bagaimana guru muda itu yang menggoda dan menyerangnya. Tapi dia yang malah terkena skorsing dan diusir dari rumah.

Ia menggertakkan giginya, namun tak lama setelah itu ia meringis dan memegang pipinya.

"Apa yang sudah dia lakukan padamu?", kini suara Woohyun menjadi dingin. Tatapannya menjadi sengit. Meski Sunggyu sering bertengkar dengan Woohyun, tapi ia tak pernah melihatnya seperti itu.

Kini mata Woohyun teralihkan dengar warna ungu di leher Sunggyu, anak SMA sepertinya pasti tahu mengapa leher Sunggyu bisa seperti itu.

Hujan mulai reda, hanya rintik-rintik hujan yang sesekali turun. Woohyun memakai tudung jaketnya, lalu berdiri dan hendak pergi.

"Tunggu!"

Sunggyu menahan Woohyun, namun Woohyun hanya berhenti. Ia tidak melihat Sunggyu sama sekali, sepertinya keadaannya sedang tidak baik kali ini.

"Ijinkan aku menginap di rumahmu", pinta Sunggyu tak enak.

Kini Woohyun melihat kearahnya, dia menatap tajam Sunggyu. Di tangannya ia sedang menggeret tas ukuran sedang. Sepertinya ia paham apa yang terjadi dengan Sunggyu.

"Aku janji akan melakukan apapun, tapi ijinkan aku menginap di rumahmu. Kumohon...", baiklah, Sunggyu tidak akan bersikap angkuh kali ini pada Woohyun. Ia hanya butuh tempat tinggal sekarang dan bisa istirahat. Ia sangat lelah berjalan seharian setelah diusir oleh orang tuanya.

"Ikutlah denganku", ujar Woohyun dingin.

Sunggyu bersyukur, namun perasaannya tidak enak kali ini. Ia tak mengerti kenapa Woohyun tampak begitu marah kali ini. Ia tampak dingin dan irit bicara. Itu bukan ciri khas Woohyun sama sekali.

Sunggyu tak tahu sampai kapan ia menumpang di rumah orang seperti ini, tapi setidaknya malam ini ia bisa tinggal di rumah Woohyun. Untuk malam besok biarkan nanti saja ia pikirkan.

#Imitation#

Sunggyu menganga saat melihat rumah milik Woohyun, rumahnya seperti sebuah istana. Sangat luas dan terdapat beberapa barang antik disana. Ia kini duduk disalah satu sofa, ia hanya menunggu Woohyun setelah ia mengatakan bahwa ia harus duduk disini sampai dirinya datang kembali.

"Silahkan minumnya tuan", seorang wanita tua mendatangi Sunggyu, beberapa helai rambutnya sudah memutih. Kerutannya ikut tertarik saat dirinya tersenyum pada Sunggyu.

"Terimakasih!", Sunggyu meminum teh hangat yang diberikan wanita itu.

"Ini pertama kalinya aku melihatmu", ujarnya.

"Eoh? Y-ya... ini juga pertama kalinya bagiku berada di rumah Woohyun", jelas Sunggyu.

"Kau temannya?"

"Iya, teman sekelas Woohyun"

"Ooh... Hoya, Dongwo, dan Myungsoo sering main kesini. Kau mengenalnya?"

"Ya, saya mengenalnya. Hoya bahkan teman sebangku saya", Wajah Sunggyu tampak ceria. Namun senyum itu memudar, saat ia kepikiran bagaimana Hoya menghindarinya akhir-akhir ini.

"Kau mau menginap malam ini?", pemuda tua itu mengalihkan pembicaraan saat mengetahui raut wajah Sunggyu menjadi agak sedih.

"Iya, tolong ijinkan saya menginap disini", ujar Sunggyu berdiri dan membungkuk 90 derajat.

"Hahahaha... jangan begitu, saya hanya pembantu di rumah ini".

"B-benarkah? Lalu dimana orang tua Woohyun?"

"Ibu Woohyun sudah lama meninggal, ayah Woohyun jarang di rumah. Ia tampak sibuk dengan urusan kantornya". Jelas wanita yang ternyata adalah pembantu rumah tangga di rumah Woohyun. Sunggyu mengangguk mengerti.

"Sudah selesai bicaranya? Ikut aku", suara berat menginterupsi mereka. Sunggyu segera ijin pada wanita tersebut dan mengikuti Woohyun. Ia kembali mengekori pemuda tampan tersebut.

Sunggyu membaca tulisan pintu yang dibuka oleh Woohyun, tulisan nama pemuda pemilik kamar ini. Sunggyu ragu ia harus berada dimana, ia memilih berdiri di depan pintu saat Woohyun sibuk menyalakan AC kamarnya. Yaa... mereka sekarang ada di kamar Woohyun. Readers pasti senang kali ini.

"Kenapa kau diam disitu?", Sunggyu terperanjat saat kini ia ditatap tajam oleh Woohyun.

"A-aku boleh meminjam kamar mandimu?", kini Sunggyu tampak gugup.

"Tidak boleh"

Sunggyu kembali salah tingkah, entah kenapa tatapan Woohyun yang seperti itu membuatnya tidak berdaya seperti ini. Sunggyu yang angkuh dan selalu membantah Woohyun kini hilang seketika. Anehnya, ia serasa terintimidasi olehnya.

"Mianhae... aku merepotkanmu", ujar Sunggyu namun ia mengecilkan suaranya.

"Bagus kalau kau mengerti", ujar Woohyun duduk di atas kasur. Masih mengintimidasi Sunggyu dengan tatapannya.

Tangannya terulur untuk menarik Sunggyu, lalu mendorong tubuh Sunggyu hingga terhembas di atas kasur miliknya. Woohyun menatap Sunggyu dalam diam.

"Woohyun...", ia berbisik.

"Kau berjanji akan melakukan apapun demi menginap di rumah ini...", Woohyun menggantungkan kalimatnya. Entah kenapa Sunggyu merasakan hal yang tidak enak kali ini saat berhadapan dengan Woohyun.

"..."

Woohyun menyentuh dagu Sunggyu, membelai bibir tipisnya dengan ibu jarinya.

"Kau mengerti kan yang aku inginkan sekarang?", ujarnya.

Jantung Sunggyu berdegup kencang saat Woohyun mendekatinya, pandangan Sunggyu mengabur.

"Woohyun... andwae~", Sunggyu membuang mukanya ke arah samping saat Woohyun hendak mencium bibirnya.

"Wae? Bukankah kau sudah pernah melakukannya dengan kyuhyun Songsaenim?", sindir Woohyun.

Sunggyu menggelengkan kepalanya. Ia tak bisa berkata apapun sekarang, bibirnya bergetar.

"Jangan berbohong Gyu, lalu tanda apa di lehermu itu?"

"I-ini..."

"Wae? Kau tidak bisa menyangkalnya kan?"

"Kau salah paham, hyun."

Woohyun menjauhi Sunggyu, ia tertawa. Dan itu sangat menakutkan bagi Sunggyu. Saat mata itu menatapnya tajam setelah ia puas dengan kegiatan tertawanya.

"Jangan bersikap angkuh seperti itu, ternyata kau gampangan juga"

Woohyun membuka baju Sunggyu, membukanya kasar hingga kancing-kancing kemejanya terlepas dari jahitannya. Di hadapannya sudah tempapang tubuh mulus Sunggyu.

"?!!"

Sunggyu kaget, saat tangan itu menggenggam tangannya sangat kencang. Tatapan itu, amarah itu. Apalagi sekarang?

Tubuh Sunggyu bergetar, ia menangis dalam diam.

"Hiks..."

Ia menggigit bibirnya, menyembunyikan isakannya agar tidak keluar lagi.

Woohyun melepaskan dirinya, Sunggyu menutup wajahnya dan terisak.

"Cih! Dengan cara apapun, berapa lama pun menunggu. Semua sia-sia".

"..."

Sunggyu sebenarnya tak begitu mengerti apa yang Woohyun bicarakan kepadanya, ia sedang sibuk menahan isakannya sekarang.

"Mandilah, kalau kau butuh pakaian kau boleh mengambilnya di dalam lemari"

Setelah suara itu, Woohyun melangkah keluar kamar. Ia menutup pintu dan meninggalkan Sunggyu.

.

.

.

"Kenapa tuan tidur disini?", nyonya Lee menatap heran Woohyun. Kini dirinya sedang tidur dan menutup matanya dengan salah satu lengannya.

Sebenarnya Woohyun tidak dalam keadaan mengantuk sekarang, ia sedang malas berbicara sekarang. Bagus kalau nyonya Lee menganggapnya sedang tertidur. Ia tak mengerti, bagaimana ia bisa marah dan lepas kendali seperti ini. Apa yang harus dia katakan jika ia kembali menemui Sunggyu nanti.

Nyonya Lee merasa bingung, ia pun menghampiri Sunggyu. Diketuknya pintu itu, menunggu agak lama akhirnya Sunggyu membuka pintu juga.

"Kau tidak apa-apa? Kenapa kau tampak berantakan?", tanya nyonya Lee.

"Aku baik-baik saja", jawab Sunggyu dengan suara serak. Menangis tadi membuat tenggorokannya tak baik.

"Maaf Bi, barusan saya mandi dan tidak mendengar Bibi memanggil. Apa bibi sudah lama menunggu?"

"Tidak, hahaha", Nyonya Lee tertawa renyah. Lalu wajahnya berubah sedikit khawatir.

"Woohyun tertidur di ruang tamu, kau tidak usah menunggunya Sunggyu. Aku sudah berkali-kali membangunkannya tetapi ia tak bangun juga".

Kini Sunggyu diliputi rasa bersalah, bagaimana mungkin pemilik rumah tidur di sofa ruang tamu sedangkan ia malah tidur di tempat tidur yang sangat empuk dan nyaman ini.

Sunggyu membawakan selimut dari kamar, dan ia menyelimuti Woohyun. Ia melihat lelaki tampan itu cukup lama. Sepertinya ia sedikit mengerti, saat ia membersihkan diri. Ia melihat dirinya di pantuan kaca, sebuah tanda keunguan terlihat kontras di kulit lehernya. Mungkin Woohyun malu mempunyai teman sepertinya, dan ia berpikir macam-macam terhadapnya.

Tak hanya selimut, ia juga membawa bantal dari kamarnya. Dengan hati-hati ia mengangkat kepala pemilik rumah itu dan memberinya bantal di bawahnya. Woohyun bergerak dan kini menghadap kesamping. Membuat posisi senyaman mungkin.

Sunggyu tersenyum, Woohyun tampak sangat manis dan penurut saat tidur. Berbeda saat ia selalu beradu argumen dengan dirinya saat disekolah.

Sunggyu menguap, ia duduk di lantai samping sofa panjang yang ditiduri oleh Woohyun. Dengan sandaran sofa tersebut ia pun menutup mata sipitnya dan menyusul sang pemilik rumah ke alam mimpi.

#Intimidation#

Woohyun terbangun, dan mendapati dirinya tertidur dengan bantal dan selimut. Merasa aneh, ia terbangun dan memikirkannya sejenak. Namun ia teralihkan sosok lelaki yang kemarin memintanya untuk menginap di rumahnya, melihatnya tertidur dalam keadaan seperti itu dia mengerti bahwa Sunggyulah yang memberinya kemarin malam.

"Ugh!", Sunggyu terbangun, ia mengucek matanya dan melihat ke arah Woohyun. Mereka saling lihat sekarang.

"..."

Tak ada yang berbicara diantara mereka. Sunggyu sebagai tamu di rumah ini tak ingin jika tuan pemilik rumah merasa tidak nyaman.

"Mandilah, kau sekolah hari ini. Aku akan menyiapkan sarapan untukmu", ujar Sunggyu dan berjalan menjauhinya. Ia menguap dan masih sedikit mengantuk, tapi ia tidak boleh sebagai parasit di rumah ini. Setidaknya ia harus membantu sebagai balas budi.

Sunggyu menuju dapur, disana sudah ada nyonya Lee sedang bersiap-siap membuat sarapan.

"Bi, biarkan aku membantumu".

"Kau sebaiknya siap-siap sekolah", ujarnya.

"Eeeer~ aku tidak sekolah, Bi", jawab Sunggyu ragu.

"Kau mau membolos? Dasar anak jaman sekarang...", sindir nyonya Lee.

"Aniyaa~ bukan begitu, aku diskorsing seminggu ini", jelas Sunggyu.

"Ada apa? Tampaknya sangat serius", ujar nyonya lee.

Sunggyu tersenyum canggung, ia ragu mau menceritakannya apa tidak.

"Tak apa jika kau tidak ingin menceritakannya. Bibi akan menunggu, jika kau sudah siap", ujarnya sambil tersenyum. Ia pun melanjutkan memotong sayuran hijau dan wortel.

"Biar aku yang melakukannya!", Sunggyu tampak semangat. Ia pun berakhir dengan membantu memotong-motong sayuran. Meski sebenarnya ia tak seberapa ahli, ia tak pernah menyentuh dapur selama ini.

"Potongan sayurnya jelek", ujar Woohyun saat mengambil sup sayur.

"M-mianhae~", hanya itu yang keluar dari ucapan Sunggyu.

Woohyun melihat ke arah Sunggyu, ia sedang berdiri di sebelah nyonya Lee. Ia tampak seperti budak, dengan kaos lusuh dan wajah yang ditekuk.

Hey, Woohyun tidak menyuruhnya untuk berlaku seperti itu.

"Sunggyu, sini!", Woohyun mengajak Sunggyu mendekatinya.

'Apa dia akan memarahiku?', ucap Sunggyu dalam hati.

"Nyonya Lee, kau bisa meninggalkanku sekarang"

"Baik tuan"

Grab~

Sret~

Woohyun mengajak pemuda manis itu duduk di sebelahnya.

"Hei, jangan menunduk seperti itu", suara Woohyun melembut. Sunggyu dengan perlahan mengangkat kepalanya saat ia merasa tenang.

Woohyun mengambilkan piring dan nasi, lalu memberikannya kepada Sunggyu.

"Aku tidak memintamu menjadi pesuruh, jadi cepat makan denganku. Kau harus tahu berapa buruknya sop ini karena kau yang memasaknya".

Sunggyu tersenyum, Woohyun tampak seperti biasanya. Ia bisa tenang sekarang.

"Terimakasih, apa yang harus aku lakukan untuk membayar semua ini?", tanya Sunggyu.

Glek!

Sunggyu menelan ludahnya, bukankah sudah jelas apa yang diinginkan Woohyun?

Apa dia sudah lupa dengan kejadian tadi malam?

Woohyun telah selesai makan. Ia mengelap bibirnya dengan tisu.

"Kerjakan tugasku!"

"Huh?"

"Kerjakan tugasku selama seminggu ini, kau boleh menginap sesukamu", ujar Woohyun singkat dan segera memakai tas ranselnya dan berangkat sekolah. Sunggyu tersenyum senang, ia tak menyangka setelah hari sialnya berlangsung. Ia mendapatkan keberuntungan.

Tanpa sepengetahuan Sunggyu, sang pemilik rumah tersenyum. Jantungnya berdegup kencang saking senangnya.

#Intimidation#

Suasana kantin tampak ramai, suara ricuh para siswa yang sibuk makan dan berbincang terdengar. Tapi di keramaian kantin, hoya tampak pendiam. Ia hanya diam dan memainkan makanannya, wajahnya tampak murung.

"Hey, kau tidak suka makanannya? Biar aku saja yang makan", ujar Dongwoo lancang dan mengambil sepotong ayam besar. Namun hal itu tidak terjadi karena Myungsoo memukul tangannya. Dongwoo mendapat deathglare dari Myungsoo, dan ia hanya nyengir kuda.

"Kau tidak makan Hoya? Apa terjadi sesuatu?", tanya Woohyun.

"Sunggyu tidak masuk hari ini, aku khawatir dengannya", ujar Hoya lesu.

"Sudah biarkan saja, mungkin dia butuh waktu untuk menenangkan diri", ujar Myungsoo menghibur Hoya.

"Tapi..."

"Kemarin kau tidak mau dekat dengannya, sekarang ia tak ada kau mencarinya"

"Hyuun...", kini Woohyun yang diberi deathglare oleh Myungsoo. Kurasa kini dihadapan Myungsoo semua serba salah.

"Oh iya, besok kan hari minggu. Bagaimana kita bermain di rumah Woohyun", Dongwoo tampak bersemangat. Mereka sudah cukup lama tidak melakukan ini.

"Ide bagus..."

"ANDWAAAEEEE~~!!!"

Tak hanya Myungsoo, Hoya, dan Dongwoo yang heran. Bahkan seisi kantin kini melihat Woohyun.

Woohyun jadi salah tingkah, dia menggaruk tengkuknya dan tertawa renyah.

"Hahahaha.... Aku ada acara nanti malam. Mianhae...", tolak Woohyun.

"Acara? Acara apa?", tanya Myungsoo.

"Acara.... acara apa ya?", Woohyun tampak berpikir.

"Aku mau ke makan ibuku, hehehe", cengir Woohyun.

"Kau baru mengunjunginya minggu kemarin", Ujar Dongwoo.

"Errr~ Itu.... Aku ingin mengunjunginya lagi, aku sedang rindu ibuku", jelas Woohyun.

"Aaah... begitu... yasudah, lain kali saja",

"Mian... Aku janji lain kali kita bisa menginap di rumahku", janji Woohyun.

#Intimidation#

Woohyun sedang bersiul sambil membawa motor sport miliknya. Setelah ia menolak untuk bermain game online dengan temannya, ia tampak terburu-buru untuk segera sampai rumah. Tentu hal tersebut membuat teman-temannya merasa heran, Woohyun bukan tipe orang yang langsung pulang saat bel pulang sekolah berbunyi.

Ia mampir ke sebuah minimarket, lalu ia memilih beberapa makanan ringan dan snack. Tak lupa dengan es krim ukuran besar dan beberapa minuman soda. Setelah ia rasa cukup, ia menuju kasir dan membayar.

Krieeeet~

Suara pagar besi terbuka dan Woohyun memasukkan motor miliknya, ia melihat sosok Sunggyu yang sedang memunggunginya di halaman depan rumahnya. Ia mengambil kantong belanjaan dan menuju Sunggyu. Dengan langkah pelan, ia berusaha mengagetkan Sunggyu.

"DOR!!"

"YAK!!"

SPLASH!

Kini, seragam baju Woohyun basah. Sunggyu kaget terhadap apa yang telah ia lakukan.

"Mianhae... aku tidak bermaksud....", Sunggyu tampak bingung, ia segera masuk ke dalam dan mengambil handuk. Saat itu Woohyun tertawa, dan ia malah menemukan ide jahil.

"Woohyun, ini handuknya", Saat Sunggyu kembali, ia tak menemukan sosok pemilik rumah.

"Woohyun....?"

"Woohyun...?"

SPLASH!!

"HAHAHAHAHAHAHAHA..."

Sunggyu terdiam, ia merasa geram.

"Yak! Apa yang kau lakukan!!", Sunggyu kesal, ia mendekati Woohyun.

SPLASH!!

Sialnya, senjata utama ada di tangan Woohyun. Ia kembali menyiram Sunggyu dengan selang di taman tersebut.

"AAA~", Sunggyu berteriak. Ia sudah sangal kesal, ia bergerak cepat dan merebut selang dari tangan Woohyun.

Layaknya seorang anak kecil, mereka bermain basah-basahan dengan selang itu. Tertawa bersama dan membanjiri sebagian halaman rumah Woohyun.

"Aigoooo~ Apa yang kalian lakukan? Kalian membanjiri taman", Tukang kebun datang dan menghentikan kegiatan mereka. Akhirnya Sunggyu dan Woohyun berhenti saling membasahi satu sama lain.

"Lihatlah kalian... Sebaiknya segera masuk dan ganti baju. Lain kali, tak ijinkan Sunggyu membantuku menyiram taman", ngomel tukang kebun.

"Maafkan saya, malah merepotkan bapak", Sunggyu merasa bersalah. Lalu ia menyikut Woohyun dan berbisik, "Ini gara-gara kamu!".

"Tidak apa-apa, sana ganti baju. Nanti kalian masuk angin", perintak Pak Kim selaku tukang kebun. Mereka pun berlari ke dalam rumah. Nyonya Lee menggelengkan kepalanya saat mereka berlari dan membasahi lantai rumah, tapi ia tersenyum. Ia tak pernah melihat Woohyun sebahagia ini.

"Aku duluan!"

"Tidak! Aku dulu!"

"Yak! Ini gara-gara kamu, jadi aku yang harus duluan!"

"Aniyaaa~ Aku tidak mau kedinginan! Gimana kalau kita ke kamar mandi berdua?"

"..."

Sunggyu terdiam, tiba-tiba ia merasa gugup.

"Ayolah, apa salahnya? Kita kan sama-sama cowok", goda Woohyun. Ia menaik-turunkan alisnya.

"Baiklah! Tapi kita hanya membilas tubuh dan mengganti baju kita", ujar Sunggyu.

"Tentu saja, memang apa yang kamu pikirkan?", Woohyun tersenyum nakal. Sunggyu mendengus sebal. Ia segera masuk dan menyalakan shower.

Mereka melepaskan baju atas mereka, hanya tinggal menyisakan celana mereka.

"STOP!", Sunggyu berteriak. Woohyun menghentikan kegiatan membuka resleting celana sekolahnya.

"Jangan membuka celanamu!", perintah Woohyun.

"Eeeey~ ini tak enak, biasanya aku telanjang jika mandi", ujar Woohyun.

"Tapi...", Sunggyu menggantungkan kalimatnya. Ia tampak resah.

"Kenapa? Kau takut aku menyerangmu?"

Sunggyu langsung reflek, ia menutupi dadanya dengan kedua tangannya. Ia bergerak mundur, matanya berusaha melotot. Padahal tidak bisa >.<

"Aniyaaa~ Aku masih suka wanita cantik dan seksi!", ujar Sunggyu khawatir.

"Kamu pikir aku juga tidak suka wanita seksi? Ck!", Woohyun mengabaikan Sunggyu. Ia membilas tubuhnya, Sunggyu hanya melihat Woohyun dari belakang. Melihat saat dirinya mandi membuat dirinya berpikir macam-macam.

Sunggyu menggelengkan kepalanya, membuang pikiran kotor yang barusan ia pikirkan.

"Wae? Apakah Kau baru saja berpikiran mesum?", Sunggyu membuka matanya. Woohyun sudah memakai handuk.

"T-tidak!", Ujar Sunggyu gugup.

"Hahahahaha.... Kau lucu Sunggyu", Woohyun tertawa. Ia keluar kamar mandi dan meninggalkan Sunggyu, ia menuju lemari pakaian dan mengganti pakaiannya.

Sunggyu masih memperhatikan Woohyun, Woohyun pun membalas tatapan Sunggyu.

"Wae? Kau mau melihatku telanjang? Bukankah tadi kau melarangku buat membuka semuanya di kamar mandi", ujar Woohyun.

BRAK!

Sunggyu membanting pintu kamar mandi. Ia merasa malu sekarang. Jangan tanyakan bagaimana wajahnya sekarang. Sudah sangat merah seperti buah apel di serial putri salju. Sedangkan woohyun tampah senang menggoda Sunggyu, ia suka melihat teman gemuknya itu marah hingga wajahnya memerah.

Sunggyu keluar dari kamar mandi, ia melihat Woohyun sedang sibuk memainkan handphone miliknya. Mungkin ia sedang chatting dengan Hoya, Dongwoo, atau Myungsoo.

Dengan terburu-buru, Sunggyu berlari kecil menuju lemari. Ia segera mengganti lilitan handuknya dengan baju yang Woohyun miliki. Baju yang ia bawa kemarin sudah habis, membuatnya harus meminjam baju Woohyun. Dengan asal, ia mengambil lipatan baju di bagian teratas untuk dia pakai. Kaos merah dengan celana boxer milik Woohyun.

Sunggyu duduk di sebelah Woohyun dan sedikit mengintip handphone milik Woohyun, sayang sang pemilik handphone menutupnya dan melihatnya.

"Kau sedang chatting dengan pacarmu?", Sunggyu menggoda Woohyun.

"Kau memakai bajuku?", Woohyun mengalihkan pembicaraan. Sunggyu mendengus sebal.

"Kenapa? Bukankah kau sudah pernah mengijinkanku buat memakainya?",

Woohyun tidak menjawab, ia kembali teralihkan pada handphonenya. Sebenarnya barusan ia mendapat pesan dari Hoya. Ia mengatakan tak menemukan Sunggyu di rumahnya, karena orangtuanya sudah mengusirnya beberapa hari yang lalu.

"Woohyun..."

"Hmm?"

"Aku... tadi juga meminjam c-celana dalammu...", Sunggyu tampak malu-malu mengatakannya.

"Jangan sampai kau nodai celana dalamku dengan pikiran mesumku"

"Yak! Kupikir aku itu sepertimu!", Sunggyu menyenggol Woohyun. Dan Woohyun tertawa, dengan sedikit mengintip Sunggyu melihat layar handpone Woohyun. Ia bisa melihatnya bahwa kini woohyun sedang membuka aplikasi chatting di handphone miliknya.

"Apa Hoya membicarakan sesuatu tentangku di sekolah?", tanya Sunggyu.

"Iya"

"Benarkah? Apa yang ia katakan?", Sunggyu tampak antusias. Ia merasa senang bahwa Hoya tidak mengabaikannya.

Woohyun melirik kearah Sunggyu, ia terdiam sebentar.

"Rahasia!"

"Yak!"

Sunggyu kesal, ia memukul Woohyun. Dengan kekuatan standart. Lalu ia cemberut. Tak mengajak sang tuan rumah berbicara lagi.

"Aku ingin tidur!", Sunggyu bersiap-siap untuk tidur. Dengan mengambil guling sebagai pembatas mereka.

"Tunggu!"

"Apa?"

"Kerjakan tugasku"

"Mwo?"

"Kau sudah berjanji untuk membantuku mengerjakan Prku selama seminggu", ujar Woohyun. Ia beranjak mengambil buku di dalam tasnya, lalu ia memberikannya kepada Sunggyu.

"Aissh... dasar pemalas!", ujar Sunggyu sebal. Ia membuka buku tugas Woohyun dengan kasar sambil ngedumel tidak jelas.

"Kau tidak tahu cara mengerjakannya?", ujar Sunggyu saat ia mengetahui apa tugas yang telah diberikan Songsaenim tersebut. Pelajaran kimia, materi kelarutan. Woohyun hanya menggeleng dan tersenyum bodoh. Sunggyu pun sedikit kesal.

Tanpa diminta Woohyun, Sunggyu menjelaskan caranya sambil mengerjakan soal-soal tersebut. Woohyun mendekat ke arah Sunggyu, mengamati saat pena itu bergerak menulis penyelesaian soal tugas tersebut.

Sesekali Woohyun mencuri pandang ke arah Sunggyu, melihat bagaimana bibirnya maju-maju karena semangat untuk menjelaskan. Woohyun sempat salah fokus, dia pun kembali melihat tugasnya dan melupakan bibir itu. -_-'

"Kau sudah mengerti?", Sunggyu memandang Woohyun, menanyakan apakah dirinya sudah mengerti apa tidak.

"Sepertinya begitu", ujar Woohyun.

"Kalau begitu... aku akan mengambil jawaban tugas ini. Kau kerjakan sendiri milikmu", Ujar Sunggyu dan menyimpan kertas jawaban miliknya. Woohyun memasang wajah sedih.

"Aku tidak akan tersentuh dengan wajah sedih itu Nam, cepat kerjakan dan nanti aku koreksi", ujar Sunggyu.

Kini berganti Woohyun yang kesal, ia menggerutu sambil mencoba mengerjakan soal tersebut.

"Seharusnya aku tidak menyuruhnya tinggal disini", Woohyun menyindir Sunggyu.

"Seharusnya kau dapat mengerjakan tugasmu jika aku ada", Ujar Sunggyu bangga.

Untuk pertamakalinya Woohyun masih bingung, ia masih bertanya apa tahapan yang harus ia lakukan dahulu. Meski Sunggyu cerewet dan mudah marah, tapi ia sangat sabar membimbing temannya itu saat mengerjakan tugasnya. Hingga Woohyun mulai mengerti dan dapat mengerjakannya sendiri.

"Akhirnya selesai juga", Woohyun tampak senang. Ia hendak pamer kepada Sunggyu, namun sang empu sudah tertidur di sampingnya.

Kesempatan Woohyun mengamati wajah Sunggyu tanpa mendapat omel olehnya.

Woohyun merasa sangat beruntung, bagaimana hal ini bisa terjadi hingga ia bisa tinggal bersama Sunggyu. Sebuah hal yang tidak terduga dan Woohyun menyukai itu.

Dengan perlahan ia merebahkan tubuhnya agar tidak membangunkan Sunggyu. Mereka tidur berhadap-hadapan sekarang. Woohyun benar-benar kehilangan kesadarannya, tangannya bergerak untuk menyentuh surai Sunggyu yang halus. Dengan sangat hati-hati dan pelan, ia memainkan rambut Sunggyu dan mengelusnya perlahan.

Sunggyu bergerak, ia merasa sedikit terusik. Dan Woohyun langsung menghentikan kegiatannya, jantungnya mendadak berpacu dengan cepat, takut sunggyu akan bangun.

Beruntungnya Woohyun bahwa dia hanya terusik dan melanjutkan tidurnya.

Berharap Sunggyu tidak akan terusik, ia memberanikan diri mendekatkan wajahnya ke arah Sunggyu. Jantungnya berdetak lebih cepat sekarang, semakin dekat dengan Sunggyu membuatnya dadanya sesak. Ia takut, tapi ia ingin melakukannya.

Woohyun menahan nafasnya, takut membangunkan Sunggyu. Dia bisa merasakan terpaan nafas halus milik Sunggyu. Ia sudah terkuasai oleh Sunggyu sekarang.

Chuup~

Bibir Woohyun benar-benar menyentuh bibir Sunggyu sekarang. Ia terdiam cukup lama.

Woohyun benar-benar diluar batas sadar.

Mungkin Woohyun benar-benar gila sekarang.

Ia menggerakkan bibirnya dan melumat pelan bibir Sunggyu, lidahnya bergerak untuk merasakan bagaimana bibir tipis dan lembut itu.

'Manis'

#INTIMIDATION#

Woohyun bangun, ia duduk sejenak untuk menyadarkan dirinya. Sekelebat kejadian semalam terlintas di pikirannya. Ia pun melihat space di sebelahnya, kosong. Ia memegang dadanya yang berdetak keras. Setelah ia nekat mencoba mencium Sunggyu, lalu Sunggyu bergerak memunggungi Woohyun. Tak bangun, hanya terusik.

Dan bodohnya Woohyun baru khawatir bagaimana jika Sunggyu tahu kejadian malam itu. Beruntung Sunggyu tak terbangun malam itu dan hanya terusik saja.

Pemuda itu bergerak menuju kamar mandi, lalu segera mandi dan memakai baju SMA miliknya. Baru saja ia hendak membuka pintu menuju ruang tamu, ia melihat sosok Sunggyu di hadapannya. Sunggyu melihatnya, namun ia segera mengalihkan ke arah yang lain.Tangannya tampak bergerak-gerak memainkan jari satu sama lain.

"Pagi, Gyu", ujar Woohyun menyapa.

"Ne", jawab Sunggyu singkat dan segera pergi dari sana.

Woohyun menaikkan sebelah alisnya, bingung. Ada apa dengan Sunggyu?

Woohyun memakan sarapannya, sendirian. Biasanya ia bersama Sunggyu, tapi tadi Sunggyu mengatakan sudah sarapan dulu dan menghilang begitu saja.

"Gyu... aku berangkat", pamit Woohyun

"Oh, ne...", ujar Sunggyu singkat.

"..."

Biasanya Sunggyu akan mengomelinya karena bajunya yang tidak dimasukkan, rambutnya yang berantakan, maupun kancing bajunya terbuka. Kali ini Woohyun sengaja tidak memakai dasi agar Sunggyu mengomelinya.

"A-aku berangkat", Woohyun kembali mengulang kalimatnya.

"Hm..." , hanya deheman yang dilontarkan Sunggyu.

Woohyun tidak mau dihukum lari memutari lapangan karena tidak memakai dasi, ia pun akhirnya kembali ke kamarnya dan mengambil dasi.

"Seharusnya kau mengingatkanku untuk memakai dasi", gerutu Woohyun saat melihat dasi miliknya. Setelah mendapat dasinya, ia segera pergi. Kali ini ia tak perlu menyapa Sunggyu dan melewatinya begitu saja.

Suara pintu tertutup berbunyi.

"Huuffft....", Sunggyu bersandar pada tembok putih di dekatnya. Ia memegang dadanya yang bergemuruh.

"Pasti semalam itu hanya mimpi"

#INTIMIDATION#

Hoya cukup buruk hari ini, ia sudah mendatangi rumah Sunggyu namun nihil. Tak ada Sunggyu disana, dia telah diusir beberapa hari yang lalu. Lalu dimana ia sekarang?

"Dongwoo.... Bagaimana ini~?", suara Hoya tampak bergetar. Ia benar-benar cemas pada Sunggyu.

"Aku juga tak tahu Hoya, aku sudah menghubunginya namun tidak pernah dia angkat", jelas Myungsoo.

"Mungkin dia tak membawa handphonenya",

"Bagaimana ini... Apakah dia baik-baik saja?"

"Tenang saja, dia tak bakal mati, orang gemuk sepertinya memiliki banyak cadangan makanan di lemaknya"

"YAK!"

Woohyun menghentikan makannya, dia menatap horor Hoya.

"Wae?"

"Diantara kita, kau yang tidak khawatir sama sekali mengenai Sunggyu, sebegitu bencikah kau dengan Sunggyu??", ujar Hoya mendramatisir.

Woohyun meletakkan sendok miliknya, ia tak nafsu makan sekarang.

"Kau mau bertemu dengannya?"

"Iya"

"....", Woohyun terdiam. Mereka cukup diam dalam beberapa detik.

"Yak! Maumu apa tuan Nam!!", ujar Hoya kesal. Tak ada gunanya ia berbicara dengan Woohyun.

"Kau benar-benar ingin bertemu dengannya?", Woohyun kembali bertanya.

"TENTU SAJA! KAU PIKIR TEMAN MACAM APA YANG TIDAK KHAWATIR KALAU TEMANNYA HILANG"

"Heol... semangatmu bagus sekali Hoya. Apa kau tidak lupa apa yang pernah kau lakukan pada Sunggyu? Dia sangat membutuhkanmu saat itu? Kau kemana saja?", sindir Woohyun.

"..."

Hoya terdiam, ia menunduk dan menyesal. Dongwoo menepuk-nepuk punggungnya, dan Myungsoo memegang pundaknya. Memberi semangat pada Hoya.

"Pulang sekolah ayo ke rumahku, kupertemukan dengan Sunggyu"

"MWOOOO?!!", baiklah. Mereka cukup terkejut dengan ajakan Woohyun.

#INTIMIDATION#

"Sunggyu yaaa~ Mianhaeee~", dalam 10 menit ini Sunggyu harus bertahan berada diposisinya. Dimana Hoya memeluknya cukup erat, tak lupa ia harus menahan jijik saat lendir darinya menempel banyak di bajunya.

"Sudah sejak kapan Sunggyu menginap di rumahmu, hyun?", tanya Myungsoo

"Lima hari yang lalu, tepat saat Sunggyu pulang lebih awal", jelas Woohyun.

"Seharusnya kau menceritakannya pada kami, dasar kau itu...", kini Dongwoo yang berbicara.

"Kurasa aku paham kenapa Woohyun menolak kita main ke rumahnya kemarin", Myungsoo tertawa mengejek, Woohyun berdehem sejenak. Lalu ia melihat ke arah Sunggyu. Ia melihat bagaimana Sunggyu kini sedang melihatnya, tapi seperkian detik ia sudah melihat ke arah lain.

Baiklah... sepertinya ini yang ke 9 kalinya Woohyun diabaikan. Ia berhak mendapat piring cantik jika Sunggyu kembali mengabaikannya saat ke sepuluh nanti. -_-'

Woohyun sedikit kesal, seharusnya ia tak mengajak Hoya, Myungsoo, dan Dongwoo ke rumahnya. Kini mereka tampak sibuk bermain game di rumahnya, bersama Sunggyu.

Seharian ini Woohyun diabaikan Sunggyu, sungguh ia tak mengerti apa yang terjadi pada Sunggyu. Lebih baik jika ia mengomel dan marah-marah daripada diam dan mengabaikannya seperti ini.

Woohyun berjalan meninggalkan mereka. Entah mengapa ia tak bersemangat untuk ikut bermain bersama mereka. Ia berpikir lebih baik tidur saja. Nanti juga mereka pulang sendiri jika sudah bosan.

#INTIMIDATION#

"Woohyun, teman-teman sudah pulang....", Suara Sunggyu semakin kecil dan menghilang, saat orang yang ia ajak bicara ternyata sedang tertidur masih dengan seragam sekolah. Padahal Sunggyu tadi sudah mengumpulkan keberaniannya untuk mengajak Woohyun bicara, namun orangnya sedang tertidur.

Ia melihat kakinya yang menggantung di atas tempat tidur, bahkan sepatu sekolahnya belum ia lepas.

"Dasar! Bagaimana bisa ia tertidur dengan memakai sepatu", ujar Sunggyu dan melepaskan sepatu dan kaos kaki Woohyun. Hanya terusik sebentar, Woohyun bergerak meraih guling dan memeluknya.

"Apa kejadian semalam itu benar-benar ada? Aku merasakannya dan itu nyata", lagi... di dalam dada Sunggyu berdetak dengan sangat keras.

Flashback

'Kau beruntung Sunggyu bisa tinggal di rumah Woohyun', ujar Hoya

'Woohyun langsung pulang semenjak kau tidak masuk sekolah, kupikir ada apa. Ternyata karena ia ingin segera menemuimu', Dongwoo

'Kau tahu, mungkin kau perlu tahu apa yang ada di pikiran Woohyun tentangmu'

'Apa maksudmu'

'Aku hanya berprasangka, kau harus mencari tahu sendiri'

Sunggyu tak begitu paham apa yang dikatakan Myungsoo. Myungsoo irit bicara, dan saat ia bicara ia mengatakan hal yang menurutnya penting.

Flashback end

Saat Sunggyu melamun, saat itu juga Woohyun terbangun. Ia melihat Sunggyu cukup lama, ada perasaan kecewa bergejolak di dalam hatinya. Rasa sesak karena diabaikan olehnya seharian ini.

"W-woohyun, kau sudah bangun??", Sunggyu sedikit kaget dengan Woohyun yang kini melihatnya. Ia menjadi sangat gugup, jantungnya berdetak abnormal.

"Hm... ada apa gyu?", Woohyun berusaha tenang, sebenarnya ia ingin membentaknya karena mengabaikannya hari ini.

"Hoya dan yang lain sudah pulang, aku tadi mau memberitahukan kepadamu tapi kau tertidur"

"Aaa... begitu"

HENING...

"Ya sudah kalau begitu, aku keluar", Sunggyu merasa aura canggung menyelimuti mereka. Lebih baik ia keluar.

"Gyu..."

"Apa?", Sunggyu menahan langkahnya. Ia melihat Woohyun hanya diam dan melihatnya.

"Aku merasa kau menghindariku"

"B-benarkah, ahahahaha... mungkin hanya perasaanmu saja", bagus Kim Sunggyu. Kau memasang ekspresi bodoh sekarang.

"Apa aku telah melakukan sesuatu? Apa karena malam itu..."

"Jadi kau benar melakukannya??", Sunggyu tampak tak tenang.

"Melakukan apa?"

"Itu... hmmm... saat aku tertidur, aku merasakan sesuatu yang asing"., ujar Sunggyu.

Raut wajah Woohyun tampak berubah, sekarang ia menjadi terlihat sedikit cemas.

Haruskah ku katakan sekarang?

"Gyu..."

"Hyun, besok aku akan kembali ke rumah"

DEG!

"K-kenapa?"

"Tadi Hoya cerita, orangtuaku mengkhawatirkanku di rumah. Mungkin aku perlu kembali dan menjelaskan pada mereka tentang masalah itu".

"Aaaah... begitu, baguslah! Aku ada mendukungmu"

"Terimakasih, sebaiknya aku beres-beres malam ini". Sunggyu hendak beranjak untuk mengambil baju miliknya. Namun dia terhenti sejenak.

"Hyun, kau barusan mau mengatakan apa?"

"... Tidak ada, gyu",

"Aaaah... begitu, baiklah kalau begitu."

Kau masih menjadi pengecut tuan Nam.

Padahal bisa saja tadi adalah timing yang tepat.

Woohyun melihat ke lantai kamarnya, ia melihat sepatunya sudah tersusun rapi di bawah kasurnya. Ia baru menyadari bahwa ia tak melepas sepatunya saat tidur, dan ia sangat tahu bahwa Sunggyu yang melepaskan sepatu untuknya.

Ia menghela napas kasar, ia sudah tidak sanggup lagi menahan perasaan ini.

#INTIMIDATION#

Woohyun tampak malas bangun dari tempat tidurnya. Ia ingin membolos hari ini. Tahu bahwa Sunggyu akan kembali ke rumahnya, membuatnya tidak semangat.

Ia tidak mengantuk, bahkan semalam ia tidak tidur nyenyak. Ia terus gelisah memutar badannya ke kanan dan ke kiri untuk mencari kenyamanan. Tapi nihil.

Dan anehnya, sampai pagi ia tak bisa tidur, ia hanya memejamkan matanya saja.

Disisi lain, Sunggyu tampak ragu membangunkan Woohyun. Tak biasanya Woohyun bangun terlambat seperti ini. Dengan perlahan ia duduk di tepi kasur. Melihat wajah Woohyun yang tertidur dan mulai memberanikan diri untuk membangunkannya.

Dengan pelan, ia menggoyangkan tubuh Woohyun.

"Hyun, bangun... nanti kau terlambat sekolah"

"Hyun, aku juga mau pamit"

"Hyun..."

Sreet~

Woohyun menarik tangan Sunggyu. Kini mereka tertidur dengan Sunggyu berada di posisi atas Woohyun, tentu dengan mata mereka yang terjaga. Sunggyu menelan salivanya berat, Ini sungguh aneh melihat Woohyun menatapnya intens. Lagi-lagi Sunggyu tidak dapat berkutik dengan perlakuan Woohyun.

"A-ada apa, Hyun?"

"Malam itu..."

"..."

Woohyun menggantungkan kalimatnya, ia ragu untuk mengatakannya.

Ia terdiam sejenak, meyakinkan diri. Ia harus mengatakannya.

"Kemarin malam, saat kau tidur. Apa kau mengetahui sesuatu?", tanya Woohyun perlahan.

"N-nde...", Sunggyu tampak ragu, dan ia sedikit takut.

"Bagaimana menurutmu?"

"A-apa maksudmu?"

"Apa kau memahami bagaimana perasaanku?"

"Huh?"

Ayolah Sunggyu, jangan berpura-pura bodoh. Semua orang pasti mengerti apa yang sedang terjadi.

"I am crush to you"

"..."

"Sudah sejak lama aku menyimpan perasaan ini. A-aku ingin tahu b-bagaimana perasaanmu", baiklah. Untuk pertama kalinya Woohyun merasa sangat gugup. Jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Genggaman tangannya melemas seiring bergetar di lengannya.

"..."

Menunggu jawaban Sunggyu adalah hal yang paling mendebarkan yang pernah Woohyun alami.

Tangannya yang menggenggam tangan Sunggyu bergerak untuk menyentuh pipi milik Sunggyu. Tangan itu masih bergetar, takut-takut untuk menyentuh makhluk indah di hadapannya ini.

Sunggyu seakan terhipnotis, ia tak bergerak sedikitpun. Bahkan saat Woohyun menarik wajahnya untuk mendekat kepadanya.

Dengan kasar dan penuh tenaga. Sunggyu mendorong Woohyun. Ia segera berdiri dan mengambil tas miliknya.

"Kau pasti bercanda kan? Hahahahaha... itu sangat lucu tuan nam. Aku tidak akan tertipu dengan candaanmu."

"..."

"Sebaiknya aku segera pulang, nanti aku akan mengabarimu kembali. Terimakasih atas tumpangan rumahnya"

Dan dalam beberapa detik, sosok Sunggyu benar-benar menghilang dari pandangannya.

Woohyun yakin, ia adalah manusia yang sehat yang tidak memiliki riwayat penyakit maupun penyakit keturunan. Tetapi dadanya sangat sesak, hingga ia rasa tak bisa bernafas.

TBC


Annyeong, aku hadir dengan ff lain. Berhubung "Rukori Chocolate love" banyak kesalahan dalam penulisan, untuk sementara aku skip. Mohon dimaklumi, karena itu merupakan ff pertamaku sebagai woogyu shipper, dan aku belum sempat mengedit sebelum dipublish.
Untuk ff kali ini kontennya dewasa yaa, jadi aku harap kalian yang dibawah umur diharap mengerti untuk memilah mana yang harus dibaca dan tidak boleh dibaca. :)
Oke, sebagai penutup. selamat bermalam minggu dengan ff woogyu ini. :*

Seguir leyendo

También te gustarán

218K 10.2K 31
Desperate for money to pay off your debts, you sign up for a program that allows you to sell your blood to vampires. At first, everything is fine, an...
139K 4.9K 39
❝ if I knew that i'd end up with you then I would've been pretended we were together. ❞ She stares at me, all the air in my lungs stuck in my throat...
139K 15.8K 22
"𝙏𝙤𝙪𝙘𝙝 𝙮𝙤𝙪𝙧𝙨𝙚𝙡𝙛, 𝙜𝙞𝙧𝙡. 𝙄 𝙬𝙖𝙣𝙣𝙖 𝙨𝙚𝙚 𝙞𝙩" Mr Jeon's word lingered on my skin and ignited me. The feeling that comes when yo...
89.1K 3.1K 52
"𝐓𝐫𝐮𝐭𝐡, 𝐝𝐚𝐫𝐞, 𝐬𝐩𝐢𝐧 𝐛𝐨𝐭𝐭𝐥𝐞𝐬 𝐘𝐨𝐮 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐡𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐛𝐚𝐥𝐥, 𝐈 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐀𝐫𝐢𝐬𝐭𝐨𝐭𝐥𝐞" 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 Caitlin Clark fa...