IGNORED [JOOKYUN] COMPLETE ✔✔

By Rei793

27.9K 2.9K 681

Changkyun terbiasa diabaikan, terbiasa dalam kesendirian. Kehadirannya tak pernah diinginkan bahkan oleh kelu... More

Teaser
THE GAME
NIGHTMARE
SAME MISTAKE
DRUNK
LIKE A DRAMA
HAVE NO CHANCES
HE'S THE BEST LIAR [Special Chap]
PENGUMUMAN!!

BEGIN OF STORY

3.4K 366 55
By Rei793

'This not a beautiful story. A beginning from a bad story, full of pain, and lies.'

.

.

Apakah kalian pernah berpikir jika hal yang selama ini terekam oleh indra penglihatan kalian tidaklah seindah yang terlihat?

Apakah kalian merasa jika tawa lepas mereka, menandakan mereka benar-benar berada dalam kondisi yang sebenarnya?

Persahabatan manis yang membuat semua orang merasa iri, apakah benar adanya?

Bagaimana jika yang kalian lihat dan kalian pikirkan selama ini adalah kebalikannya?

Bagaimana jika selama ini yang kalian nikmati hanya suguhan dari beberapa bagian opera?

Bagaimana jika yang selama ini kalian anggap baik-baik saja hanya kamuflase sempurna dari suatu keburukan?

Cinta, kasih sayang, perasaan tulus, apakah kalian masih mempercayainya?

.

.

.

Klik.

Gema musik terhenti. Tujuh orang dalam ruang dengan dua sisi kaca di dalamnya tergeletak di atas lantai. Mereka terengah saling bertautan dengan dada naik turun, membuka mulut lebar-lebar berlomba meraup udara sebanyak mungkin. Jangan lupakan keringat merembes membasahi kaos singlet yang sudah tak berupa.

"Lima belas menit."

Yang paling tua menginterupsi diiringi dengan persetujuan dari anggota lain. Satu persatu dari mereka berkumpul, membentuk lingkaran. Menggilir dua botol mineral berukuran besar, memberikan oasis pada tenggorokan mereka yang terasa kering.

Desahan lega terdengar setelahnya. Tenggorokan kering kini sudah kembali segar.

Ruang latihan kembali ramai dengan gelak tawa. Saling melempar lelucon dengan tiga bungkus camilan ditengah-tengah, menjadi teman asyik saat berkumpul.

Tapi jika dilihat lebih jeli lagi, ada satu orang di sudut ruangan yang hanya bisa menatap iri ke arah yang lain. Botol mineral berukuran sedang di sampingnya sudah kosong bahkan sebelum yang tertua menginstruksi mereka untuk beristirahat. Tenggorokannya masih kering, namun tidak ada satu pun dari mereka yang menyadari hal itu. Ah, atau bolehkahku menyebutnya dengan tidak peduli?

Merasa benar-benar diabaikan, ia segera berdiri. Berjalan menuju pintu keluar dengan botol tadi di tangannya. Melirik sekilas ke arah botol air besar yang berada di tengah. Padahal ia hanya menunggu mereka melempar botol itu. Sedikit berbagi dengannya tak salah bukan? Lagi pula ia tak memiliki penyakit menular.

Ia 100% sehat.

Menghela nafas panjang setelah melewati pintu. Tubuhnya menunduk sesekali saat berpapasan dengan orang-orang di sepanjang koridor. Hanya sebatas formalitas, karena ia sama sekali tidak mengenali mereka. Ia berada di sana belum genap satu tahun, jadi wajar saja jika tidak mengenal terlalu banyak orang.

"Kau tahu, aku dengar ia anak dari seorang ilmuan terkenal."

Langkahnya terhenti tepat di depan pintu pantri, menggeser sedikit tubuhnya agar tak terlihat. Ia mengintip dari celah pintu tempatnya bersembunyi, ada dua orang trainee yang sedang membuat kopi.

"Siapa? Anak baru itu?"

"Memangnya siapa lagi? Apa ada trainee baru lagi selain anak itu?"

"Bulan depan statusnya sudah bukan lagi trainee, tapi aku tidak akan pernah sudi memanggilnya sunbae! Apa-apan itu, ia bahkan menjadi trainee di sini baru beberapa bulan tapi bisa langsung debut. Ck, menyebalkan!"

"Hei, jangan seperti itu! Mungkin anak baru itu sedikit lebih beruntung dari kita."

"Beruntung apanya? Tidakkah kau berpikir jika ia melakukan suap? Ia anak orang kaya, jadi kurasa mempersingkat masa trainee bukanlah hal yang sulit saat uang sudah berbicara."

"Ya! Jangan bicara sembarangan. Kau bisa ditendang dari sini jika ada yang mendengarnya!"

"Aku hanya berspekulasi. Entah benar atau tidak, aku tidak tahu. Aku mendengar berita itu juga dari anak-anak lain, jadi di sini bukan aku penyebar gosipnya!"

"Tapi jika dipikir lagi memang ada sedikit kejanggalan. Ia masuk pada misi ketiga setelah beberapa trainee tereliminasi, dan sekarang anak baru itu akan segera debut-"

"Nah kan! Kau juga merasakan hal yang sama dengan aku dan yang lainnya, bukan?" teriak salah satu dari mereka heboh.

"Ish, sudah-sudah! Lebih baik kita segera kembali sebelum pelatih Yoon menyeret kita dari sini."

Ia semakin memepetkan tubuhnya ke dinding saat kedua lelaki yang tadi menggunjingnya lewat. Ia tidak boleh ketahuan menguping.

Setelah dipastikan mereka jauh, ia segera keluar dari persembunyiannya. Berjalan menuju dispenser yang tersedia di sana, mengisi botol yang tadi dibawanya hingga penuh.

"Anak orang kaya? Menyuap? Cih yang benar saja!"

Ia menegak seperempat dari isi botolnya, mengelap dagunya menggunakan punggung tangan kemudian berjalan kembali ke ruang latihan. Ia memiliki jadwal yang padat mengingat ada debut stage yang harus ia dan anggota yang lain lakukan kurang dari satu bulan lagi.

Saat ia kembali, mereka masih dalam posisi sama. Ah, ia hanya pergi sekitar sepuluh menit ditambah menguping tadi, jadi ia masih memiliki waktu sekitar lima menit sebelum kembali berlatih koreografi.

Ia merebahkan diri dilantai, membiarkan punggungnya mendingin. Pikirannya melayang ke beberapa menit lalu saat ia menguping dua orang asing yang jelas sekali membicarakannya meskipun mereka tidak menyebut namanya. Memang benar ia anak seorang ilmuan yang terkenal, dan kedua orang tuanya bisa dibilang cukup-ah tidak-tidak, mereka sangat kaya.

Ia terkekeh kecil, perkataan mereka tadi sedikit banyak melukai perasaannya. Karena yang mereka katakan-

"Hei, anak baru! Sampai kapan kau akan tidur?!" hardik salah satu dari mereka.

Ia memicing, mendapati seorang lelaki berkulit pucat dengan otot lengan besar tengah berdiri dengan posisi angkuh di hadapannya. Jika tidak salah namanya Shin, ah tidak Lee Hoseok, namun entah mengapa lelaki itu lebih senang dipanggil Shin Wonho dari pada Lee Hoseok -baik, lupakan, itu sama sekali bukan urusannya.

"Anak manja sepertinya tidak seharusnya berada di sini, lebih baik di rumah saja!" cecar lelaki bertubuh pendek.

Yoo Kihyun? Entahlah, ia tidak terlalu yakin. Ia tidak begitu mengingat mereka, yang ia ingat hanya Lee Jooheon yang memiliki lesung pipit dalam, Son Hyunwoo lelaki berwajah datar yang paling tua sekaligus leader, dan terakhir Lee Hoseok, lelaki dengan otot yang selalu ia banggakan.

"Ya, ia memang tak seharusnya di sini. Karena ini bukan tempat anak manja untuk bersantai-santai." kali ini Hoseok ikut mencecarnya.

"Sudahlah, jangan membuang tenaga untuk menghujat, biarkan ia berlaku sesukanya." lerai Hyunwoo.

Mereka mulai mengambil posisi. Hyunwoo sebagai yang tertua dan terkadang merangkap sebagai pelatih dance sudah kembali memutar musik. Lelaki yang sedari tadi disebut 'anak baru' pun sudah pada posisinya. Hah, bahkan mereka tidak ada yang sudi menyebut namanya.

***

"Ya Lim Changkyun! Lakukan sekali lagi dengan benar!" teriak sang sutradara.

"Baik." gumam Changkyun lemah.

Kamera dan lampu mulai menyorot dirinya, ini take scene solo yang sudah diulang empat kali.

Changkyun menghela nafas panjang. Jujur, ia benar-benar gugup. Karena ini adalah kali pertamanya berakting di depan kamera, jadi menurutnya wajar jika ia melakukan beberapa kesalahan. Namun sepertinya sang sutradara berpikiran sebaliknya. Ia ingin semuanya rampung sesegera mungkin mengingat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat.

***

"Oke cut!"

Semua orang bertepuk tangan, saling mengucapkan terima kasih sembari membungkuk. Syuting panjang nan melelahkan telah berakhir.

Satu persatu menaiki Van yang memang disediakan khusus untuk mereka.

"Kau, naiklah terlebih dahulu!" ucap Hoseok, menunjuk ke arah Changkyun menggunakan dagunya.

Yang ditunjuk menurut, mengambil tempat paling belakang disisi kanan jendela. Changkyun tidak terlalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, memilih untuk menyumpal telinga, menikmati alunan musik dengan irama cepat kesukaannya. Seperti itu, ia merasa tidak terlalu kesepian.

Perjalanan menuju dorm terasa begitu panjang, di luar sana tidak terlalu banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Tentu saja, ini sudah hampir subuh, bahkan semua penghuni Van yang ia tumpangi pun sudah terlelap semua kecuali sopir dan dirinya. Sepertinya ia kembali terserang insomnia.

"Hei nak, kau tidak tidur?"

"Eoh? Ah, aku belum mengantuk."

"Tidurlah, perjalanan masih satu jam lagi."

Changkyun mengangguk, berusaha memejamkan matanya. Masih ada latihan panjang yang menantinya jam sepuluh nanti.

***

"SARAPAN SUDAH SIAP!"

Teriakan Kihyun dari dapur menjadi alarm ampuh untuk membangunkan mereka, disusul suara bantal yang dipukulkan ke tubuh seseorang dengan brutal. Siapa lagi jika bukan Chae Hyungwon, lelaki jangkung dengan kadar tidur melebihi manusia normal.

"Ya! Chae Hyungwon! Bagun!"

Kihyun terus memukul kaki Hyungwon sampai lelaki itu benar-benar bangun, dan turun dari kasur. Yang lain? Kihyun tidak perlu repot-repot untuk membangunkan yang lain, karena mereka sudah terbangun hanya dengan sekali lengkingan.

Changkyun membuka matanya yang terasa berat, memindahkan posisi kepala menjadi menghadap ke arah kiri dengan mata mengerjap-ngerjap menghindari bias cahaya. Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di bawah bantal. Masih jam delapan empat puluh lima, ia masih memiliki waktu tiga puluh menit sebelum benar-benar memulai rutinitasnya.

Suara ribut dari dapur sama sekali tak mengusik niatnya untuk kembali tidur, ia sudah memasang alarm, jadi tidak perlu takut untuk tertinggal yang lain.

Sarapan? Changkyun sama sekali tak berniat untuk memulai hari dengan sarapan bersama anggota lainnya. Karena terakhir kali ia melakukan hal itu, satu persatu dari mereka meninggalkan meja makan sambil berkata 'Aku sudah kenyang', padahal mereka hanya baru makan beberapa suap. Jadi daripada merusak suasana, akan lebih baik ia makan terakhir. Jika Changkyun beruntung, ia akan mendapatkan masakan Kihyun meski hanya sedikit, jika tidak, maka sebungkus ramyeon yang akan menjadi temannya di pagi hari. Changkyun sudah mulai terbiasa.

Dering alarm menginterupsi tidur indahnya. Changkyun bangkit dari kasur, berjalan menuju dapur yang sudah kosong.

Tunggu! Kosong?!

"Shit!"

Changkyu menyambar jaket dan celana training di belakang pintu kemudian memakainya asal. Berlari secepat yang ia bisa menuju halte bus terdekat, setelah memastikan pintu dorm terkunci dengan benar tentunya.

Changkyun terengah, ia segera melompat memasuki bus begitu bus yang menjadi tujuannya tiba. Tertinggal lagi, eh?

Changkyun mencoba menetralkan nafasnya. Ini memang bukan yang pertama kalinya ia ditinggal seperti ini. Ketiga? Atau keempat? Entahlah, Changkyun tidak terlalu mengingatnya.

Kriuk

Changkyun mengelus perutnya. Lagi-lagi ia melupakan jam makannya. Mungkin setelah ini ia harus mampir ke minimarket dua puluh empat jam di samping perusahaannya terlebih dahulu untuk membeli beberapa pengganjal perut.

Ia melirik jam di ponselnya, jam sepuluh lebih lima belas menit. Kemungkinan ia akan terlambat satu jam, dan bisa ia pastikan pelatih Song akan memberikan ceramah panjang padanya. Tapi Changkyun sama sekali tak peduli, toh ia sudah terbiasa dengan itu semua. Yang menjadi permasalahannya sekarang adalah, alasan apalagi yang akan ia gunakan untuk menutupi kebohongannya? Tidak mungkin ia mengatakan hal yang sejujurnya jika ia terlambat bangun dan anggota lain meninggalkannya, bisa habis hidupnya ditangan mereka.

Changkyun bukan tipikal orang yang gemar mencari masalah. Ia selalu berpikir bagaimana cara untuk menghindari masalah-masalah besar dalam hidupnya, karena bagi Changkyun hidupnya yang seperti ini saja sudah cukup sulit.

"Semuanya tiga ribu won."

Changkyun menyerahkan tiga lembar seribu won kepada gadis penjaga kasir, mengambil kantung belanjaannya kemudian berjalan menuju gedung tempatnya bekerja. Hanya sebuah kimbab segitiga dan sebotol air mineral, ia tidak memiliki uang lebih untuk membeli yang lain.

"Hei, kau terlambat!" teriak seseorang dari dalam.

Changkyun membungkuk, "Maaf, tadi ada hal mendesak yang tak bisa kutinggalkan."

"Kau selalu berkata seperti itu, kemarin kau bilang jika kran kamar mandimu tiba-tiba rusak. Sekarang apa lagi?"

Changkyun terdiam sejenak, memikirkan alasan yang masuk akal untuk ia katakan.

"Kenapa? Alibi apa lagi yang akan kau katakan?" hardik pelatih Song.

"H-hyung, kau yakin ingin mendengar alasanku?" tanya Changkyun tergagap.

"Katakan!"

"Kau tahu bukan hal apa yang terjadi pada kita setiap pagi. Dan yaa-"

Wajah pelatih Song memerah, ia mengerti ke mana arah pembicaraan Changkyun. "Sudah-sudah! Kau seharusnya bangun lebih pagi untuk menyelesaikan urusanmu itu!"

Changkyun mengulum senyum, menggumamkan kata permisi saat melewati pelatih Song. Meskipun alasannya sedikit memalukan, tapi itu adalah alasan yang paling masuk akal dari alasan-alasan lain.

***

"Kalian terlihat begitu menyayangi maknae."

Minhyuk memeluk leher Changkyun erat, menggosokkan hidungnya di kening Changkyun. "Tentu saja, kami begitu menyayanginya." ujar Minhyuk dengan ceria. "Uri maknae~"

Penipu!

"Kami memperlakukannya dengan baik," sambung Hoseok.

Pembohong!

Changkyun hanya bisa tersenyum paksa, merutuk dalam hati atas kebohongan yang dilakukan anggota lain.

'Cih, berlaku baik apanya? Dasar pembual!' Batin Changkyun.

Changkyun berusaha untuk menikmati opera sabun yang tengah
dipertontonkan para 'hyung'-nya. Sesekali tersenyum paksa saat salah satu dari mereka melemparkan lelucon yang menurutnya sama sekali tidak lucu atau saat tiba-tiba mereka melakukan skin ship. Changkyun hanya akan bersuara jika wartawan bertanya atau anggota lain yang melempar pertanyaan padanya.

Mereka bersandiwara dengan baik, mempertontonkan tontonan menyenangkan yang tak jarang membuat penggemar di sana berteriak histeris.

***

"Kau ikut aku!"

"Akh..."

Changkyun meringis saat pergelangan tangannya ditarik paksa oleh Jooheon. Berjalan terhuyung

"H-hyung, kita mau ke mana?" tanya Changkyun takut.

Changkyun beberapa kali tersandung, kaki pendeknya tidak bisa mengimbangi kecepatan berjalan Jooheon.

"Hyung, bisakah kau memperlambat sedikit jalanmu?" pinta Changkyun, namun Jooheon sama sekali tak menggubrisnya.

"Kau menyakitiku, hyung." kali ini, Changkyun meronta, mencoba untuk melepaskan cengkeraman Jooheon ditangannya.

"Akh!"

Jooheon melempar tubuh kurus itu dengan kasar hingga membentur dinding. Changkyun meringis sembari mengusap bagian kepalanya yang terbentur tembok, benturan cukup keras membuat kepalanya berdenyut sakit.

"Ya! Apa yang sebenarnya kau inginkan?" teriak Changkyun murka. Jelas saja ia tidak terima atas apa yang Jooheon lakukan padanya.

Jooheon menatap Changkyun sengit. Ia menggunakan kedua tangannya untuk memenjarakan Changkyun, mencondongkan tubuhnya membuat jarak antara mereka semakin menipis.

Changkyun menelan salivanya susah payah, jantungnya berdegup kencang. Jarak mereka terlalu dekat hingga ia bisa merasakan nafas hangat Jooheon membelai wajahnya.

Baiklah, ini bukan adegan romansa dimana Jooheon akan melakukan gerakan perlahan untuk menyatukan bibir, saling melumat, terlibat ciuman panas dan berakhir dengan adegan ranjang serta desahan sensual.

Lupakan! Karena sorot mata Jooheon kentara sekali dengan kebencian, bukan nafsu ingin menyetubuhi seseorang.

"Kau berani berteriak padaku! Kau pikir kau siapa, hah!" desis Jooheon tajam.

Changkyun berusaha mendorong tubuh besar Jooheon, namun sial bagi Changkyun karena Jooheon dapat dengan mudah menahannya hanya dengan sebelah tangan.

"Jangan pernah mencoba untuk lari!"

Changkyun meringis saat Jooheon semakin mengeratkan cengkeramannya, ia yakin akan ada lingkaran biru di kedua pergelangan tangannya. Namun Changkyun tak peduli, ia terus meronta dalam kungkungan Joohoen.

"KU BILANG BERHENTI MEMBERONTAK!"

Satu bentakan Jooheon sukses membuatnya membeku. Ini adalah kali pertamanya ia melihat Jooheon sebegitu menyeramkannya, dalam benaknya Jooheon adalah lelaki dingin yang hanya akan bertingkah seperti bocah idiot saat kamera menyorotnya. Namun perkiraannya salah, Jooheon berkali libat lebih buruk dari itu. Ia-Jooheon-adalah seorang monster dengan aura mematikan yang sangat kuat.

"Aku tidak akan mengatakannya dua kali, jadi dengarkan baik-baik!"

Changkyun memilih untuk diam, membiarkan Jooheon menyelesaikan semua urusannya agar ia bisa segera terlepas dari situasi mengerikan ini.

"Bertingkahlah seperti magnae pada umumnya! Sikapmu tadi benar-benar membuatku ingin menghajarmu! Tingkahmu seolah berkata jika kami adalah orang lain!" Joojeon menjeda.

"Kami membencimu, sangat! Tapi pekerjaan tetaplah pekerjaan! Bersandiwaralah sedikit!"

Jooheon melepaskan cengkeramannya, meninggalkan Changkyun yang masih dalam posisinya.

Terkejut? Tentu saja. Sakit hati? Apa itu perlu dipertanyakan lagi? Bukankah jawabannya sudah jelas.

Bersandiwara, katanya. Apa Jooheon baru saja memintanya untuk berbohong?

'Tapi pekerjaan tetaplah pekerjaan.'

Ya benar, pekerjaan tetaplah pekerjaan. Changkyun tidak bisa mengelak, biarlah ia mengambil sedikit perannya di sini, menjadi lakon dalam drama.

***

Changkyun menjalankan perannya dengan baik, julukan magnae kaku perlahan hilang. Namun ada beberapa bagian dimana ia merasa benar-benar muak untuk tetap mendalami lakon, ia tidak bisa terus seperti ini.

Dan satu hal yang Changkyun benci dari semua ini, ia akan kembali kesepian setelah mereka menutup pintu.

Changkyun tidak munafik, ia menginginkan kasih sayang dan perhatian dari para hyungnya tidak terhenti hanya di depan kamera. Ia ingin mereka terus melakukan hal itu meski kamera tak lagi menyorot aktivitas mereka.

"Beginilah bisnis bermain, kau tidak akan bisa mendapatkan semua yang kau inginkan."

Masih segar dalam ingatan Changkyun pernyataan salah satu manajer mereka. Ya, semua orang dalam tahu kondisi yang sebenarnya, mereka memilih untuk tutup mulut, tutup telinga dengan keadaan dingin dalam grup yang baru seumur jagung itu.

Persetan dengan bagaimana mereka berinteraksi, karena memikirkan cara mencari banyak uang jauh lebih menarik daripada memikirkan bagaimana mengakurkan mereka.

Kejam? Dunia ini memang tidak indah, bung! Jika kau tidak ingin terinjak, maka jadilah yang menginjak. Karena hukum rimba tidak hanya berlaku di hutan saja, dan juga akhir cerita bahagia hanya ada dalam dongeng pengantar tidur.

Changkyun membolak-balikkan kertas lusuh berisi coretan dalam genggamannya, musik keras memenuhi ruangan berukuran 2x4 dengan seperangkat komputer canggih dan kursi seadanya. Studio kecil yang ia minta mati-matian pada perusahaan, Changkyun lebih tenang saat bekerja sendiri.

Kertas dengan cetakan huruf itu penuh dengan coretan koreksi. Changkyun merentangkan kedua tangannya ke atas, sedikit mengistirahatkan otot punggungnya yang terasa kaku. Sudah berapa lama ia berada di depan komputer? Netra kelamnya melirik jam di sudut kanan layar monitor-pukul 4.59.

"Astaga, sudah hampir pagi! Sebaiknya aku sekarang."

Changkyun melangkah perlahan, mengeratkan jaket kulit lusuh yang ia kenakan agar memeluk tubuhnya erat. Meski sekarang sudah mulai memasuki musim semi, namun udara subuh masih dingin luar biasa. Changkyun mempercepat langkahnya, langit gelap perlahan berubah menjadi biru dengan Venus sebagai satu-satunya raja. Kepalanya sedikit menengadah, menikmati lukisan ciptaan Tuhan yang sangat jarang sekali ia temui.

Langkahnya melambat, sedikit menikmati udara pagi tak apa kan?

Changkyun menghirup nafas panjang, mengisi paru-parunya dengan udara segar. Meski ini kota besar, namun tetap terasa sedikit segar karena karbon monoksida belum terlalu mendominasi. Hampir tidak ada kendaraan berlalu-lalang, hanya ada beberapa taksi berwarna putih yang terparkir dipinggir jalan, menunggu penumpang barang kali ada yang membutuhkan jasa mereka.

"Saat siang nanti, semoga kalian mendapatkan penumpang yang banyak," Changkyun menggumam dengan sudut bibir terangkat ke atas. Kebiasaan yang akhir-akhir ini selalu dilakukannya.

Getaran ponsel dalam saku celananya sukses menginterupsi alunan melodi lembut yang sedari tadi ia dengar. Satu panggilan dari nomor tak dikenal. Changkyun terdiam, menimang apakah ia akan mengangkatnya atau tidak.

"Halo..."

Changkyun menjawabnya pada panggilan kedua.

'Di mana kau? Tidakkah kau tahu jika matahari sebentar lagi akan terbit!'

Changkyun sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya, pertanyaan menyerupai bentakan itu bisa saja melukai telinganya. Ia mengenali suara itu, salah satu dari manajer mereka.

"Aku sedang dalam perjalanan, mungkin sepuluh atau lima belas menit lagi sampai."

Tut

Sambungan diputus secara sepihak. Changkyun menghela nafas panjang, ini bukan bentuk kekhawatiran atau semacamnya, itu terdengar sangat jelas dari nada bicara-Seongchan-manajer mereka. Lelaki yang baru memasuki usia kepala tiga itu hanya takut Changkyun membawa masalah. Orang-orang itu tidak akan mau ikut campur urusannya tentu saja, lagi pula siapa yang sudi terlibat masalah orang asing?

***

Keadaan dorm masih gelap gulita begitu Changkyun sampai. Ia mengendap-endap, meminimalkan suara yang dihasilkan karena tidak ingin mengganggu tidur siapa pun. Ini masih terlalu pagi untuk bangun, terlebih ia tahu jika anggota yang lain baru sampai di dorm pukul dua pagi, tidak menutup kemungkinan jika mereka baru saja tidur.

"Dari mana saja kau?"

Changkyun hampir terjungkal saat tiba-tiba mendengar pertanyaan seseorang. Ia memutar kepalanya cepat, mencari orang yang hampir membuatnya bertemu dengan Tuhan.

Lee Jooheon.

Lelaki bermata sipit itu bersandar di depan pintu kamar dengan tangan terlipat di dada, jangan lupakan tatapan tajamnya yang seolah bisa menelanjangi Changkyun kapan saja.

"Studio." Jawab Changkyun singkat.

Jooheon sedikit menyingkir, memberikan sedikit akses pada yang lebih muda untuk memasuki kamar mereka. Suasana temaram dan dengkuran halus Minhyuk menjadi hal pertama yang menyambut Changkyun. Pergerakannya terhenti saat Jooheon lagi-lagi menginterupsinya.

"Jangan sampai membangunkan Minhyuk!" ucap Jooheon dalam intonasi rendah.

"Tak perlu bersusah payah memperingatkanku! Aku tahu apa yang seharusnya kulakukan." Jawab Changkyun tak kalah dingin.

"Benarkah seperti itu? Jika memang kau tahu apa yang harus kau lakukanー" Jooheon menjeda. "Tidak seharusnya kau mengambil 'tempat' mereka!" pungkas Jooheon dengan menekan kata tempat.

Changkyun menunduk, sedikit banyak ia sudah mulai terbiasa dengan pengusiran terang-terangan Jooheon. Tidak, bukan hanya Jooheon, tapi semua orang di sekelilingnya melakukan hal yang sama.

"Ini bukan keinginanku! Seharusnya kau bertanya pada perusahaan mengapa mereka lebih memilihku dari pada teman-temanmu itu."

Meski remang, namun Changkyun bisa melihat dengan jelas jika raut Jooheon sedikit mengeras.

"Mulutmu benar-benar kurang ajar!" desis Jooheon tajam.

"Mulutku tidak akan terbuka jika kau tidak memulainya! Sebaiknya kau bercermin terlebih dahulu sebelum menyalahkan orang lain, karena tidak akan pernah ada asap jika tidak ada api."

"Tidak bisakah kalian tidur saja? Dan Jooheon, berhenti mendebat manusia sepertinya! Kau hanya membuang waktu dan tenagamu!" interupsi Minhyuk.

Changkyun menunduk, meneruskan niatnya yang sempat terhenti. Mengabaikan perkataan menyakitkan Minhyuk juga Jooheon yang masih menatapnya penuh kebencian. Ia menyamankan diri di atas kasur, membungkus diri dalam selimut dan mulai menangis. Dada bagian kirinya berdenyut ngilu, hatinya terluka untuk ke sekian. Changkyun berusaha sekeras mungkin untuk mengabaikan semuanya, menganggap apa yang di tangkap telinganya hanya lelucon yang seharusnya ia tertawakan. Tapi itu semua tak semudah skenario dalam kepalanya, karena terkadang hati dan pikiran tak berjalan selaras.

tbc

Continue Reading

You'll Also Like

471K 5K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
83.3K 8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
153K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1.4M 81.4K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...