Jangan Ganggu Aku

By NirmalaAr

3.2K 171 64

Cerita ini adalah kisah nyata dari kehidupan saya yang telah saya kemas sedemikian rupa sehingga layak untuk... More

Tak Sendiri
Mengapa
Rumah
AUTHOR TANYA

Awal Dari Semua

699 35 4
By NirmalaAr

Jangan takut dengan hantu, carilah mereka.Periksa kanan kirimu, dibawah tempat tidurmu, dalam kamar mandimu, tetapi jangan melihat kebelakang. Karena dia benci terlihat olehmu.

Ayyara, seorang gadis yang memiliki kelebihan yang biasa disebut "indigo". Mungkin banyak dari kalian yang bangga bahkan ingin memiliki kelebihan ini, namun lain halnya dengan Ayyara. Ia lebih senang menyebutnya sebagai kutukan, karena yang ia tau suatu kelebihan membuat keberuntungan, namun apa yang diuntungkan dari indigo? Melihat mereka? Apa kau fikir melihat mereka yang terkadang memiliki tubuh tak utuh itu suatu keburuntungan? Atau mendengar suara lirih mereka suatu keberuntungan? Mungkin kalian tak sependapat, namun biarkan Ayyara berpendapat.

Semua ini berawal sejak Ayyara kecil. Awal yang belum terlalu rumit. Karena keacuhan dirinya dengan hal aneh. Saat itu semua belum terasa begitu nyata.

Namun semuanya berubah saat masa remajanya. Masa dimana dia mulai mengetahui banyak hal. Masa dimana dia memiliki rasa penasaran yang begitu besar. Namun pada masa itu dia tidak mengerti bagaimana menghadapi semuanya dengan benar. Bagaimana dia harus bertindak saat mereka yang tak kasat mata datang.

****

Ayyara mencoba melupakan kejadian semalam. Namum fikirannya selalu mengulang kejadian itu. Sungguh itu memang tak nyata namun benar adanya.

"Eh temen lo napa tu." Ujar Vetta yang melihat Ayyara melamun.

"Itu juga teman lo pe'a!" Bantah Hilda.

Vetta menyenggol bahu Hilda. "Samperin noh..."

"Ayy..." Sapa Hilda.

"Eh...lo ngagetin aja." Ayyara membuyarkan lamunannya.

"Lagian lo pagi pagi udah ngelamun." Sahut Vetta sambil meletakkan tasnya di bangku.

"Kesambet lo ntar." Lanjut Hilda.

Ayyara hanya diam menopang dagu dengan tangannya.

"Lo kenapa sih Ayy." Tanya Vetta.

"Emang gue kanapa?"

"Lah ogeb, ditanya malah balik tanya." Sahut Vetta.

"Lo ngelamun, kita masuk aja lo sampe ngga nyadar." Jelas Hilda.

Ayyara hanya ber oh ria. Tak mengindahkan ucapan kawannya.

Mendengar jawaban dari Ayyara yang acuh membuat Hilda kesal. "Bisa gila gue ngomong sama ni bocah ... kantin yok Ta." Hilda menarik tangan Vetta keluar kelas.

"Sebenernya semalem itu gue mimpi atau nyata" Ayyara bergumam lirih.

Vetta menghentikan langkahnya karena mendengar Ayyara berbicara."Apa Ayy..?"

"Nasi goreng satu, es teh satu."

"Duit," Vetta meyodorkan tangannya.

"Pake duit lo dulu, ntar gue ganti."

"Gue sianida minum lo boleh ngga Ayy?" Matanya kini menatap sinis kepada Ayyara.

"Boleh juga."

"Berilah hambamu ini kekuatan Ya Allah." Vetta menyatukan kedua tangannya didada.

"Lo sih pake ngajak ngobrol si ogeb, udah buruan" Ketus Hilda.

Ayyara hanya tersenyum simpul melihat temannya. Mereka adalah teman dekat Ayyara, bisa dibilang sahabat. Ayyara mengenal Hilda sejak awal masuk SMP, sedangkan Vetta dia anak baru, papanya berteman dengan ayah Ayyara dan membuat mereka dekat hingga kelas 8 saat ini.

"Heh Ayy, ngga bareng Hilda sama Vetta?" ujar perempuan ber name-tag Andin.

"Ngga, lagi badmood ke kantin."

"Ayy, lo tau ngga semalem gue ngga bisa tidur!" Nadanya begitu antusias untuk bercerita. Sebenarnya Ayyara tidak terlalu ingin menanggapinya, namun karena dia terlihat semangat untuk bercerita, Ayyara tidak mau membuatnya kecewa.

"Kenapa emang din?"

Andin menarik kursi dan duduk di samping Ayyara. "Kemaren tu kakek gue cerita kalo dia pernah interaksi gitu sama makhluk halus, ngga tau deh interaksi model gimana."

"Hantu maksud lo?"

"Iyaa... Kakek gue kan punya indra keenam tu, ya lo tau lah orang jaman dulu itu gimana"

Mendengar cerita Andin, Ayyara teringat kejadian yang menimpanya semalam. Menjadikan rasa ingin tau Ayyara lebih besar terhadap cerita dari Andin.

"Interaksi gimana?"

"Kakek gue sih cuma bilang kalo dia diikuti sama hantu, gue sih ngga tau hantu nya jenis apaan, tapi hantunya itu ngga mau lepas sama kakek gue, sampe kakek gue sakit sakitan kakinya aja kadang berat buat jalan."

"La trus gimana sekarang?" Tanya Ayyara penuh antusias namun dengan nada tenang.

"Ngga tau, dia mau ngelanjutin ceritanya tapi gue disuruh beli kopi dulu, udah gue beliin ehh malah tidur."

Ayyara mendengus. Menurunkan bahunya. "Yaelah udah tegang gini dengernya."

Andin menyeringai. "Ntar gue tanya deh ... eh udah bel, lanjut nanti Ayy." Andin kembali ke bangkunya.

****

Ketika pelajaran akhir usai semua murid beranjak meninggalkan kelas. Ayyara memasukkan bukunya kedalam tas ransel berwarna ungunya. Sesaat dia menghentikan kegiatannya karena melihat seseorang wanita yang melambai kearahnya di gedung E lantai tiga yang terlihat dari kelas Ayyara yang sama sama di lantai tiga namun berbeda gedung. Yang membuat Ayyara berfikir adalah, gedung itu sangat jarang digunakan, bahkan sekolah memberi peraturan jika kesana harus lebih dari tiga orang. Ayyara pun tak tau apa alasan dari peraturan itu. Ayyara mencari kacamatanya untuk memastikan jika memang ada seseorang disana, mungkin mata minusnya salah melihat.

"Lo ngga pulang Ayy?" Teriak Vetta yang sedang piket dari sudut ruangan.

Ayyara masih menggeledah tasnya mencari kacamata dan sesekali melirik kearah wanita yang melambai memastikan jika masih disana.

"Gagu lo Ayy?" Vetta kembali berteriak.

"Volume lo bisa dipelanin ngga sih Ta?" Ketus Ayyara.

"Ya salah ndiri gagu." Jawabnya tak kalah ketus.

"Lo liat kacamata gue ngga Ta.?"

"Ya ellah, mata lo itu minus apa buta?" Vetta menyapu yang berjarak dua meja dari Ayyara.

"Serius gue!" Sergah Ayyara.

"Buset dah, noh diatas mejanya Hilda." Tunjuk Vetta dengan dagu.

Ayyara memakai kaca matanya dan kembali memusatkan pandangqnnyq ke wanita tadi.

"Lo liat apaan Ayy?"

"Itu." Tunjuknya kearah wanita yang sedang dia lihat. "lo kenal? Kok gue ngga pernah liat ya, weh mana mukanya pucet gitu." Lanjutnya.

Vetta berjalan lalu berdiri di samping Ayyara. "Mana?" Matanya mencari sesuatu yang dimaksud Ayyara.

"Minus kan ngga nular ya Ta?"

"Ngga tau, tapi menurut gue sih engga." Matanya menoleh ke Ayyara sesaat lalu beralih melihat gedung yang di tunjuk Ayyara.

"La trus kenapa lo ketularan gue?"

Vetta menjitak kepala Ayyara. "Gue udah serius juga."

Ayyara memegang kepalanya yang dijitak Vetta meski tidak terlalu sakit. "Ya lo aja cuma liat gedung depan ngga keliatan."

"Yang ada tu kaca mata lo yang ketebelan. Mata minus dua malah beli kacamata minus tiga belas, jadi gitu efeknya liat semut jadi segede macan."Ujarnya dengan memasukkan sampah yang terkumpul di tong.

"Susah ngomong sama lo Ta." Akibat perdebatan tidak jelas, Ayyara melupakan wanita itu lalu kembali berkemas.

"Buruan, ditunggu Hilda dibawah ni" Ujar Vetta sembari berjalan mengambil ransel hitamnya.

"Yang buruan itu lo, jalan kaya putri solo." Ledek Ayyara dengan berjalan meninggalkan Vetta.

"Ayyara... Tunguin...!" Pekiknya.

****

Baru awal awal ini 😁
Btw jadi ke inget Vetta yang jalannya kaya putri solo.

Cerita ini benar-benar kisah saya. Namun saya tidak menepis kebenaran jika saya menambahkan imajinasi saya dalam cerita. Karena sangat tidak mungkin saya mengingat setiap kata pada ucapan saya ataupun lawan bicara saya.

Gadis kecil🖤
Yang butuh vote

Continue Reading

You'll Also Like

1M 72.5K 31
Setelah tujuh hari kematian ibu, suasana rumah berubah mencekam. Suara rintihan kerap kali terdengar dari kamarnya. Aku pun melihat, ibu sedang membe...
2M 140K 62
Leslie Felicia ... remaja 17 tahun yang terpaksa pindah sekolah karena mengikuti orangtuanya. Grandes High School ... sebuah sekolah SMA yang berjara...
102K 9.8K 77
[COMPLETED] Pulang ke kampung halaman setelah selesai kuliah di kota lain adalah harapan terbesar Arumi Salsabila, setelah hampir lima tahun merantau...
36.6K 1.9K 48
Setelah berada di desa Giung Agung, Ahmad merasa jika dirinya selalu berhalusinasi. Ia kerap melihat bayangan Hawiyah muncul di luar jendela. Saat he...