8 Tahun...

By PuspusPuspus

24.6K 1K 25

Mengejar mimpi, angan-angan yang tertunda, gejolak kehidupan, hijrahku... Keputusan yang mendadak. Pacar Hala... More

bagian 1. Mencari Pekerjaan
Bagian 2. Berkas
Bagian 3. Pengumuman
Bagian 4. Nilam
Bagian 5. Bismillah
Bagian 6. Kaos Kaki
Bagian 7. Egois!
Bagian 8. Alhamdulillah
Bagian 10. Refresing
Bagian. 11. Ta'aruf
Bagian.12. Siapa?
Bagian 13. "Iya" Eh
Bagian 14. Pertunangan
Bag.15. Tergantung Menggantung
Bag.16. Owalah
Bagian17. Komitmen
Bagian 18. Renovasi
Bag. 19. Wisuda
Bag.20. Bingkisan
Bag. 21. Mbak Ratih
Bag. 22.Pulang Kampung
Bag.23. Hari Raya
Bab. 24. Keputusan
Bab 25. Bersyukur
Bab. 26. Undangan
Bab. 27. SAH
Bab.28. Resepsi
Bab.29 Inilah kami

Bagian 9. "Sah"

1K 40 1
By PuspusPuspus


Tanpa terasa hampir 2 tahun sudah Aku bekerja disini.

Tak banyak perubahan, hanya lebih bersyukur sekarang keluarga sudah menerima hijrahku dengan lapang dada, ditambah dengan hijab lebar ini mereka tak mempermasalahkannya, perjuanganku tidak sia-sia. Allah SWT yang mempermudahnya, meski harus ada kerikil yang mengganjal maupun batu terjal yang harus Aku hadapi namun Alhamdulillah dengan berfikiran positif dan penuh keyakinan semua dapat teratasi. 

"Nilam"

Teman satu mes yang telah membawa perubahan besar serta membantuku dalam berhijrah. hari ini ahad, 6 April Dia akan melangsungkan pernikahannya. Bertemu dengan cara ta'aruf membuatnya menjadi wanita yang beruntung siapa sangka, lelaki yang dia nikahi sekarang adalah seorang TNI berpangkatkan jendral.

Bagaimana bisa...???

Inilah kuasa Allah SWT, berawal dari ta'aruf yang berlanjut dengan perkenalan keduanya, Nilam memutuskan untuk menerima lelaki tersebut sebagai calon imamnya, bukan karena dari pangkatnya, justru lelaki tersebut menutupi bahwa dirinya hanyalah seorang kuli biasa, diajak bertemu dengan keluarga dalam rumah yang amat sangat sederhana tak membuat Nilam gentar maupun mundur karena takut lelaki tersebut takkan mampu menafkahi dirinya kelak. Namun semata-mata Nilam memilihnya karena ini adalah pilihan Allah SWT, istikharah yang dia lakukan setiap malam terjawab sudah. 

Nilam mantap memilih lelaki tersebut sebagai kekasih halalnya, yang ketika acara lamaran tiba, sang calon keluarga mempelai pria datang beserta rombongan menaiki mobil mewah. Sebuah mobil pajero yang terparkir rapih dikediaman Nilam membuat gadis itu sempat bingung, dan yang lebih membuat kaget adalah lelaki yang barusan turun dari mobil tersebut adalah calon suaminya. 

Berpakaian Rapi lengkap dengan atribut tugasnya, lelaki itu mantab berjalan menuju kediaman Nilam, yang jika dibandingkan dengan rumah lelaki tersebut amat sangat jauh berbeda. Sontak keadaan ini membuat syok Nilam beserta keluarga. Bahkan Nilam sempat jatuh pingsan karena tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. 

Setelah siuman, lelaki tersebut yang bernama Johan menerangkan segalanya kepada Nilam maupun keluarga Nilam lainnya. Niat hatinya begitu mulia, memilih seorang wanita yang mampu melihat dia apa adanya, bukan karena pangkat maupun kekayaan namun semata-mata karena ketaatannya dalam beribadah kepada Allah SWT, mau menerima dia meskipun dia hanya seorang kuli biasa, ternyata semua itu hanyalah cara Johan untuk mendapatkan wanita yang benar-benar bisa melihat Dia dari hatinya bukan dari materinya.


"Saya Terima nikah dan kawinnya Nilam Cahyani binti Suparjo dengan maskawin seperangkat alat sholat dan cicin seberat 25 gram dibayar tunai." 

"Bagaimana saksi? Sah???"

"Sah........."

"Alhamdulillahirabbil Allamiin..."

Tangis haru pecah, ketika ijab qobul baru saja selesai diikrarkan oleh Johan Pratama suami Nilam Cahyani.

Aku yang menemani Nilam didalam kamar ikut terharu mendengarnya, tak hentinya Nilam menitikan air mata, hingga salah satu keluarga Nilam datang untuk menjemputnya dan untuk dipertemukan dengan kekasih halalnya. 

Masya Allah... Aku iri Ya Allah... 

Hatiku berkata seperti itu, ketika melihat kebahagiaan yang mereka dapatnya seperti sebuah dongeng yang menjadi nyata, ternyata didunia ini masih ada lelaki berhati mulia seperti kak Johan Pratama, 

"Semoga Aku juga mendapatkan lelaki seperti itu Ya Allah..." Doaku dalam hati.

-

--

Setelah Acara ijab qobul dan makan-makan selesai, Aku yang bersama dengan para sahabat-sahabat fillahku yang lain berpamitan, mengingat waktu juga sudah sore sedang rumah Nilam dengan tempat kami bekerja cukup jauh hingga mau tidak mau Aku harus menginap dirumah salah satu sahabatku yang lain. 

Namanya Yanti, dia sahabat sekaligus tetangga mesku, dan kebetulan rumah dia dengan Nilam tidaklah terlalu jauh, setidaknya setengah jam perjalanan dari rumah yanti dan Nilam, dibanding dengan tempat kerjaku yang hampir memakan waktu 3 jam lebih, Aku lebih memilih menginap dirumah Yanti dan besok baru pulang ketempat kerja. 

"Semoga cepat nyusul ya mbak Ratna..." Doa Nilam 

"Aamiin... Makasih doanya ya Nilam, semoga samawa Aamiin... " Jawabku yang juga diaminkan oleh Nilam, sedang sang suami hanya tersenyum simpul melihat pelukan kami yang erat. 

Aku dan Yanti memutuskan untuk naik bus, karena jalan masuk kerumah Yanti adalah jalur dua, dimana jalan kerumah Yanti merupakan jalan lintas sumatra, jadi banyak mobil besar yang lewat, tak jarang truk maupun fuso saling adu salip agar bisa sampai lebih duluan, padahal kalau diingat-ingat nih jalan banyak lubangnya tapi masih aja mirip arena balap.

"Ya Salam...." 

Ngelus dada, ketika tiba-tiba ada sebuah truk membunyikan klaksonnya tepat disamping kami, dasar tuh sopir ngece banget, jengkel tapi juga percuma nggak akan bisa diomelin tuh si sopir, bawa mobilnya udah kayak bawa angin wussss, kenceng kayak angin.

"Yuk Rat naik bus itu aja, udah langganan soalnya." Ajak Yanti sambil menunjuk mobil yang berwarna orange mulai jalan perlahan kearah kami, Aku yang notabennya nggak ngerti daerah situ cuma manggut dan ngekor mengikuti jejak dari si Yanti. 

"Alhamdulillah ngadem sejenak, dimobil ber-ac, dingin sekaligus capek berhasil membuatku terlelap tidur, sedang Yanti, entahlah Aku sudah lupa." 

"Rat, Rat, Rat... Bangun kita udah mau sampai." Panggil Yanti sembari mengoncang-goncangkan tubuhku, 

"Eh... Udah sampai tah?" Tanyaku tak percaya

"Ho'oh Yuk.." Ajak Yanti semangat

"Lah perasaan baru aja mejem, tau-tau malah udah sampai gimana ceritanya ini.." Aku ngedumel nggak jelas, namun tak digubris oleh Yanti, miris.

Setelah turun dari mobil, tepat pukul 2 siang, Yanti mengajakku untuk berjalan kaki menuju kediamannya. 

"What? Hel to de lo heloooo.... 

Ini panas kali..."

Tapi mau nggak mau Aku harus berjalan kembali mengekor, mengintili Yanti dari belakang, jujur Aku malas, tapi tak enak hati jika tiba-tiba Aku meminta Yanti untuk membayariku naik ojek, nggak jauh sie jalannya hanya 400 meter tapi panasnya ini yang bikin kagak nahan. 

"Eh Yan.. Neduh yuk...?" Ajakku pada Yanti yang masih memiliki semangat 45, padahal body dia denganku lebih besar Aku dan dia mungil ingil-ingil tapi malah punya tenaga kuda. 

"Lah nanggung lo Rat, bentar lagi juga nyampe..." Sahutnya masih dengan berjalan paling depan.

"Ya wes fix nurut deh..." Kepasrahan itu yang kuberikan kepadanya. 

Dan apa yang dikatakan Yanti memang benar, hanya selisih 50 meter dari ajakan berteduhku tadi dengan rumah Yanti, ternyata kami sudah sampai. 

"Hmmm... Ini to rumahnya... " Bathinku sambil memandangi rumah Yanti, yang bentuknya tak jauh beda dengan rumah kami. 

Dinding yang masih terbuat dari papan dan kayu seadanya, dengan atap rumah yang lebih layak dibandingkan dengan rumahku tentunya.

"Assalamu'alaikum..." Yanti memberi salam, sedang Aku lebih kayak patung penasaran, berdiri mematung disamping Yanti dengan mata jelalatan kesana sini tak jelas.

"Wa'alaikumussalam..." Sahut seseorang dari dalam rumah, 

"Eh Yan... Udah pulang kamu?" 

"Udah Mak... Oya Mak ini Yanti bawa temen, temen kerja, dia mau nginep sini soalnya kita kan habis kondangan, daripada pulang ke pabrik kemalaman jadi Yanti mutusin buat pulang Mak." Yanti menjelaskan kepada Mamaknya.

"Ternyata panggilan kami sama, Mamak.. hehe" Bicaraku dalam hati. 

"Iya buk, boleh kan Ratna nginep disini?" Tanyaku basa basi.

"Iya tentu bolehlah, sini sini silahkan masuk." Suruh Mamaknya Yanti, yang tanpa basa basi takkan mungkin kutolak.

"Haaahhhh.... Akhirnya bisa rebahan....." Ucapku lega, ketika mendapatkan kasur untukku berbaring. Sementara Yanti, begitu pulang Dia langsung sibuk didapur dan nggak muncul-muncul. 

"Fix... Ngantuk..." Dan lama-lama tanpa sengaja mataku terpejam dengan sendirinya. 

"Rat, Rat, Bangun ashar...."

"Hmmm... Ngantuk....." Sahutku malas masih dengan mata terpejam

"Eyalah ini anak susah banget dibanguninnya..." Yanti jengah, lalu pergi kearah dapur, entah apa yang akan dia lakukan. Dengan air digayung Yanti berhasil membuatku bangun. Yanti membasuh wajah cantikku dengan air. Sontak Aku terkejut 150 derajat faranheit, dan membuat mataku terbelalak lebar. 

"Iishhh.. Reseh Lo Yan..." Nadaku jengkel, namun juga bangkit terduduk sembari mengelap sisa air yang menempel dimukaku.

"Makanya bangun, udah sore juga, lagian kamu kan belum asharan.

Lihat jam berapa tuh..?" Yanti ngedumel sambil menunjukkan jam yang terpajang diatas meja kamarnya.

"Eh... Udah sore ternyata..." 

"Nah baru nyadar dia... Udah sana mandi terus sholat." Lagi-lagi Yanti mengingatkan namun kali ini tak ada bantahan, keburu sore dan keburu mepet. 

Aku berjalan malas menuju kearah dapur, dimana kulihat seorang pria tengah duduk sembari mengunyah makanan.  

"Wih siapa nih, makannya lahab banget." Bathinku kepo alias penasaran, ketika lelaki yang berada didepanku tengah makan dengan posisi membelakangi diriku.

"Eh mas Udah pulang?" Tanya Yanti kepada lelaki tersebut, lalu ikut duduk disampingnya.

"Oya mas kenalin ini teman Aku, namanya Ratna." Yanti memperkenalkan Aku dengan lelaki tersebut yang masih asik dengan makan sorenya, lelaki itu menoleh memandangku sejenak lalu membenarkan posisi duduknya dannnnnn 

"Uhuk... Uhuk... Uhukk...." Dia tersedak pemirsah 

Aku yang melihat kejadian itu langsung tertawa kecil, bukan karena tidak kasihan namun makanan yang dia kunyah menyembur kewajah Yanti, 

"Duhhhh... Makanya kalau makan tuh pelan-pelan ya, jadi nggak nyembur kayak ini.. " jelas Yanti marah, namun juga mengambilkan minum untuk Simasnya. 

Setelah meneguk beberapa gelas air, lelaki itu kemudian menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

"Kenalin Mbak kakaknya Yanti..." Salamnya

"Oh.. Ratna... "Sahutku dibarengi dengan senyum kecil. Ya udah Aku mau ke kamar mandi dulu ya Yan, mas..

"Oh.. He'um..." Jawab mereka serempak.


-

--

Jam 6 pagi, Aku sudah bersiap untuk berangkat kembali ke pabrik, namun tidak dengan Yanti, wanita itu masih asik dengan selimut hangatnya, bukan karena sudah tidak bekerja melainkan Yanti mengambil cuti untuk bisa beristirahat dan berkumpul dengan keluarga dirumahnya, jadi Aku harus pulang sendiri kesana. 

"Yan... Aku pulang ya...?" Bisikku pada Yanti, agar wanita itu tidak terganggu tidurnya namun Aku salah, Yanti yang mengetahui Aku akan pulang, sudah memesan seseorang untuk mengantarku pulang.

"Bentar tak panggilin kakakku." Sahut Yanti dengan nada setengah menguap, lalu beranjak keluar.

"Kak... Kak...." 

Suara Yanti terdengar jelas, namun Aku tidak mempedulikannya, Aku lebih memilih beres-beres dengan barang bawaanku, takut jika-jika nanti ada yang tertinggal. Setelah selesai, Akupun menyusul Yanti keluar kamar yang tak kunjung datang. 

Lelaki itu, kakaknya Yanti pagi ini penampilannya benar-benar berbeda. Ternyata, badan serta wajahnya lebih bersih dan juga tampan dibandingkan diriku yang berkulit sawo matang.

"Hmmm... Calonnya siapa itu?

Pasti beruntung banget yang bakal dapat dia, kelihatannya dia adalah orang yang rajin dan rapi." Aku membathin ketika memandang sejenak kearah lelaki itu yang baru saja mengeluarkan motor.

"Rat, kamu pulangnya dianterin kakakku ya...

Tuh dia udah ngeluarin motor.." Jelas Yanti sambil menunjuk lelaki yang baru saja mengeluarkan motor dengan bibirnya.

"Hah? "Mataku membulat

"Tapi Yan..." Aku keberatan

"Udah nggak papa daripada kamu telat..." Tukas Yanti meyakinkan. 

Akhirnya karena tak enak dengan Yanti beserta keluarganya, Aku menuruti perkataan Yanti, dianterin sampai halte bus dengan kakaknya. Setelah berpamitan dengan Yanti dan keluarga, Aku segera berangkat, dibonceng motor dengan seorang lelaki yang baru saja Aku kenal.

Canggung plus malu dan selama perjalanan Aku hanya diam tak berkutik, 

"Pegangan lo mbak biar nggak jatuh..." Lelaki itu mengingatkan, namun rasanya lidahku kelu untuk menjawab perkataan Dia, 

"Maaf bukannya tak ingin menjawab namun ini terasa canggung banget, sumpah Aku nggak nyaman..." Bathinku ngedumel nggak jelas.

Hingga akhirnya sampailah kami dihalte bus, 

"Alhamdulillah.." Ucapku lega, sedang lelaki itu membantu menaikkan barang bawaanku kedalam bus mobil

"Wih pengertian banget nih cowok..." Bathinku terkekeh kecil namun juga bersyukur.

"Ya udah mbak hati-hati..." Lelaki itu pamit namun sebelum pamit, Aku mengucapkan terima kasih yang hanya dijawab anggukan olehnya lalu pergi meninggalkanku yang sudah duduk didalam bus. 


Continue Reading

You'll Also Like

438K 12.8K 17
Kinan itu diriku istri yang sama sekali tidak di cintai oleh suami nya sendiri yang di selingkuhi terang terangan di depan matanya, istri mana yang m...
687 189 13
Zefanya adalah seorang karyawan di salah satu start up unicorn, dia sangat menyukai uang dan kekuasaan. Menurutnya di dunia ini yang tidak akan mengk...
110K 2.5K 30
Aku mencintaimu dalam diam. Sampai aku memilikimu pun, aku tetap mencintaimu dalam diam.
49.7K 1.2K 99
Siapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pand...