DANCING ON MY OWN. / KV

By maachin

39.9K 3.1K 563

in the end, the ending is still the same; he fights alone. [kookvweeks event] More

i
ii
iii
ending (im sorry ㅠㅠ)

iv

6K 593 185
By maachin

Nafasnya memburu bersamaan dengan dorongan tangan Jungkook untuk membawanya berbaring di kasur, sebelum akhirnya kedua tangan itu mengukungnya. Dan berakhir dengan Jungkook yang kembali mempertemukan kedua belah bibir.

Yoongi tidak menolak sama sekali segala sentuhan Jungkook. Sama sekali tidak, walau tau dirinya tak seharusnya melakukan ini bersamaan dengan Jeon Jungkook yang notabenya sekarang bukan lagi kekasihnya. Jeon Jungkook, yang notabenya dimiliki orang lain sekarang.

Yoongi memejamkan matanya ketika tangan Jungkook menjelajahi lehernya, kemudian mengecupnya dengan gerakan sensual. Turun perlahan untuk membuka kemeja Yoongi, sebelum memberi kecupan sepanjang perut tummy Yoongi.

"Jungkook-"

Yoongi tau, dengan sangat, bahwa dia jahat. Dua tahun setelah hubungan mereka selesai karena Yoongi memutuskan; terpaksa. Kata orang tua-nya yang mengatakan bahwa Yoongi harus melanjutkan pekerjaan ayahnya di Jepang, bukanlah kata yang bisa dibantah. Maka kini sangat mustahil untuk Yoongi untuk menolak segala sentuhannya ketika setiap harinya dipenuhi rasa rindu akan Jungkook. Mustahil.

Bohong jika Yoongi tidak memikirkan Taehyung saat ini. Nyatanya, dirinya merasa kejam. Otaknya berkata berhenti, namun hatinya begitu keras kepala memilih Jungkook sehingga menjadi kejampun rasanya rela.

Egois, memang.

Namun ketika tau Jungkook masih merindukannya selama dua tahun penuh ini, Yoongi merasa bahagia. Ternyata Jungkook benar benar tidak berubah, mungkin hanya ototnya yang tambah bertumbuh, juga wajahnya yang makin tampan dilihat dari sisi manapun.

Yoongi bahagia.

Saking bahagia, hingga terlalu tidak peduli pada hubungan Jungkook dan Taehyung. Selama, Jungkook masih menerimanya.

Terserah, katakan saja Yoongi itu jahat. Memang itu kenyataanya. Yoongi bahkan tidak bisa menyangkalnya jika seseorang meneriakinya saat ini. Namun cinta membuatnya seperti ini.

Terlalu cinta dengan Jungkook hingga melakukan cara apapun untuk merebutnya.

"Jungh-" Yoongi mengigit bibirnya ketika tiba tiba Jungkook membuat satu lagi tanda kissmark di lehernya. Pemuda bersurai hitam itu melihat Jungkook, terlihat begitu hot dengan keringat yang jatuh perlahan dari pelipisnya, kemudian memandang bagaimana Jungkook menutup matanya sambil kembali memberikan kecupan pada lehernya.




"Taehyung.."

"T-Taehyung?"

Kenapa rasanya Yoongi jahat sekali?

Jahat sekali, karena tanpa sadar membuat sosok namja manis di luar apartemennya itu menangis dengan mencengkram kuat dadanya yang sesak. Iya, Taehyung mengikutinya keduanya, melihat bagaimana Jungkook mencium namja itu dengan tanpa aturan bahkan sebelum pintu apartemen dibuka.

Dan berlari, sebelum tau Jungkook menggumamkan namanya di sela kegiatannya pada Yoongi.

■ ■ ■

"Taehyung!" Hoseok berteriak ketika botol ke lima pecah di lemparan Taehyung. Jimin bahkan mengambil langkah mundur ketika Taehyung kembali berteriak di sela tangisnya, mencengkram dadanya dengan begitu kuat sebelum memilih menjambak rambutnya sendiri. "Taehyung, hentikan!"

Di Bar, jam dua tengah malam, pemuda itu terduduk putus asa di Bar yang terlihat begitu sunyi. Tidak ada orang selain dirinya, Hoseok, dan Jimin.

"S-sakit!" Rancaunya, menjambak rambutnya lebih keras sambil berteriak. Gerakannya begitu gelisah di lantai Bar yang dingin membuat Taehyung bahkan tidak peduli tangannya dipenuhi luka akibat pecahan botol yang berserakan karena ulahnya. Bukan, bukan sakit itu yang Taehyung maksud. Tapi, hatinya. "Sakit, hyung!" Pemuda itu kembali merancau tidak jelas, membuat Hosoek yang sudah melangkah maju, kini membuat sedikit langkah mundur lagi.

Bohong jika dalam hati Hoseok dia kesal karena Taehyung merusak tempat kerjanya, bohong jika dalam hatinya marah karena Taehyung datang dengan tiba tiba, dengan merancau tak jelas kemudian memecahkan wine. Bohong jika dalam hatinya dia kesal karena berakhir harus membubarkan segala orang di Bar malam itu. Karena, sekesal apapun Hoseok sekarang, dia bisa melihat bagaimana Taehyung jatuh, terlihat begitu rapuh, hingga rasa kesalnya hilang pada pemuda manis itu. Dan mungkin, Hoseok tau ini ulah siapa tanpa bertanya.

"Taehyung.." Suara Hoseok melembut, mengambil langkah maju dan berjongkok, sedikit menyamakan posisinya pada Taehyung yang kini menatapnya dengan mata penuh air mata. Wajahnya begitu kacau, dengan segala air mata yang membahasi wajahnya dan darah yang datang dari tangannya.

Hoseok tersenyum tipis, kemudian dengan pelan menepikan segala pecahan kaca di dekat Taehyung, setidaknya agar tidak melukai Taehyung lagi.

"Hyung.." Taehyung memanggil dengan suara yang begitu parau, juga isakan yang masih terdengar di sela sela kalimatnya. "M-mereka.."

"Hm?" Hoseok bergumam, membawa tangannya untuk menghapus lelehan air mata yang memenuhi hazel pria itu. Kini Hosoek bisa melihat dengan jelas bagaimana mata itu memancarkan keputus asaan yang kentara. "Mereka siapa?" Jungkook, kan?

"J-Jungkook..hiks-" Taehyung terisak, rasanya kembali lebih sakit ketika mengingat lagi apa yang ia saksikan hari ini. "Dan.. Yoongi.." Taehyung mencengkram baju bartender Hoseok dengan kuat, menyalurkan sakitnya. "M-mereka.. bercinta-hiks.."

Bohong jika Hoseok dan Jimin tidak terkejut.

"J-Jungkook?" Jimin berucap tak percaya, kemudian kali ini melangkahkan kakinya mendekat.

Hoseok memaki dalam hati pada dongsaeng sialannya itu. Mengepalkan tangannya dengan erat sebelum memutuskan untuk meredakan emosinya, membawa Taehyung ke pelukannya ketika kedua tangan pemuda itu terbuka lebar; seakan butuh pelukan. Maka, Hoseok memeluknya, walau tau yang dibutuhkan Taehyung saat ini pelukan Jungkook.

Saat Taehyung menangis dalam pelukannya, diam diam Hoseok membuka handphone-nya, tersenyum miris saat melihat pesan dari Jungkook yang berisikan; "Taehyung dimana?". Kemudian menjawab dengan; "oh? Dia. Baru saja kau hancurkan hatinya, brengsek."

■ ■ ■

"Taehyung!" Jungkook berteriak, membuka pintu apartemen dengan tergesa. Kemudian menemukan Taehyung yang tengah menatapnya dengan pandangan kosong. Wajahya kacau, surainya benar benar acak, matanya sembab dan masih terlihat merah, juga beberapa plaster luka di tangannya. "Tae.."

Jungkook mendekat. Rasanya, sakit melihat Taehyung begini. Jungkook bodoh.

"Tae.." Jungkook mempercepat langkahnya ketika Taehyung perlahan mundur. Tangannya bergerak, setidaknya ingin menggapai pipi pemuda itu mengelusnya. Namun dengan cepat, Taehyung menepisnya begitu kasar.

"Apa?" Tanyanya, begitu dingin dengan wajah yang begitu datar.

"Taehyung, maaf.." Jungkook kembali mendekat, mencoba menggapai pinggang Taehyung untuk diraih, walau Taehyung memberontak dengan merancau. Dan perlahan lahan, menjadi isakan.

Ketika Jungkook berhasil menggapai pinggang pemuda manis itu, Jungkook membawanya ke pelukannya, mendekapnya begitu erat. Beberapa elusan pada pucuk kepala Taehyung, dan Jungkook juga meneteskan air mata.

Bodoh. Dia bodoh.

"Taehyung, maafkan aku." Jungkook berujar tergesa ketika Taehyung mendorongnya; melepas pelukan keduanya.

"Sudah aku maafkan," ujarnya begitu datar. "Dan kita selesai."

Akhirnya. Kata itu keluar dari tenggorokannya. Lega bercampur rasa sakit dan sedih. Bohong jika Taehyung tidak sakit dengan yang ia katakan sendiri. Karena nyatanya, jika saja tidak ada Jungkook saat ini, Taehyung akan meringkuk di sudut kamar, mencengkram dadanya kemudian menangis dalam diam. Dan, menjadikannya senyuman lagi saat Jungkook pulang dari Bar.

"A-apa?! T-tidak. Taehyung, aku mencintaimu!"

Dusta.

"Aku bukan Yoongi. Cintai Yoongimu, aku sudah bukan siapa siapa lagi." Taehyung menatap Jungkook nyalang.

"Taehyung, sungguh. Maaf. Percaya padaku!" Jungkook menggapai kedua tangan pemuda itu untuk digenggam begitu erat, menatap teduh Taehyung ketika pemuda itu menundukkan kepalanya. Kemudian, gelengan kecil yang keluar dari pemuda itu membuat Jungkook melebarkan matanya, "Tae, percaya padak-"

"Aku sudah cukup percaya!" Taehyung memberontak, menepis kuat tangannya agar keluar dari genggaman Jungkook. Mendongak, menegakkan kepalanya dengan air mata yang mengalir dengan binar kecewa. "Aku sudah cukup percaya selama ini! Nyatanya?! Sama saja! Aku dikhianati!"

"Tae"

"Jangan beralasan! Aku tau kau menemui Yoongi saat kau bilang pergi ke Bar! Aku tau kau menciumnya setiap saat! Aku tau kau melupakanku setiap kali bertemu dengannya! Aku tau!" Taehyung berteriak bersamaan dengan air mata yang perlahan jatuh, dan Jungkook yang diam membeku. "Aku sudah cukup percaya padamu bahwa kau akan menepati janjimu. Kau akan di sini selamanya.." suaranya memelan, menahan mati matian isakan yang keluar dari mulutnya. "Sayangnya, aku lupa mengatakan; harusnya kau disini selamanya bersamaku. Sebagai kekasihmu. Bukan pelampiasan, bukan pengganti Yoongi, bukan sebagai menuntaskan rindumu kepada Yoongi selama dua tahun penuh! Lihat, Yoongi sudah kembali! Sudah benar tuntas rindumu? Benar, kalau begitu tugasku di hidupmu sudah selesai, 'kan?" Taehyung menatapnya dengan pandangan kecewa, juga tangan yang terkepal penuh amarah.

"Aku mencintaimu, kau tau itu." Taehyung terisak, tidak berniat sama sekali untuk menghapus air matanya barang sedikit. "Namun kau. Kau benar benar cinta padaku? Sebagai apa?! Pelampiasan?!"

"Aku menutup pintu hariku saat aku dikhiati dua tahun yang lalu, kemudian membukanya dengan begitu lebar untukmu. Kukira kau akan membuatku berdiri setelah dijatuhkan! Tapi nyatanya? Sama saja." Taehyung tak bisa lagi merasakan kasihan atau memberi kesempatan kedua saat melihat Jungkook menangis di depannya.

"Kau tau apa? Harusnya, tidak usah membuatku berdiri dan terbang jika tujuan awalmu memang menjatuhkan."

"Taehyung, aku menyesal"

"Aku juga menyesal jatuh hati padamu. Selamat tinggal, tuan Jeon."

Karena nyatanya, Yoongi itu bagai bintang malam dan saatnya matahari untuk menghilang.

■ ■ ■

Taehyung membenci Jungkook. Tapi kenapa langkah kakinya malah melangkah ke tempat awal hari ulang tahunnya. Hari dimana Jungkook mengambil first kiss-nya, hari Jungkook membawanya berdansa, hari dimana Jungkook menjadi kekasihnya.

Hari ini, berubah menjadi; hari Jungkook menjadi sosok yang harus ia lupakan.

Bersamaan dengan air matanya yang kembali jatuh, Taehyung mengingat bagaimana Jungkook mengajaknya berdansa malam itu. Maka, malam ini. Biarkan ia ulang memori itu untuk terakhir kali.

Sendiri. Kali ini berdansa sendiri, tanpa tangan Jungkook yang hinggap di pinggangnya, tanpa senyuman Jungkook yang mengembang sampai akhir gerakan, tanpa tatapan Jungkook yang menatapnya lekat hingga akhir.

Tanpa Jungkook.

Berdansa, sendiri dengan dirinya.

Katanya, Taehyung itu mawarnya.

Benar. Lihatlah mawar di pojok pohon itu, tempat yang masih sama semenjak Dua tahun lalu. Lihatlah, dirinya merunduk bersamaan dengan kelopak yang mati dan gugur. Menyerah untuk bertahan.

Katanya, Taehyung itu mataharinya.

Benar, matahari itu bersinar, begitu cerah ketika pagi menjemput. Namun saat senja menjemput, matahari akan meredup, malah menghilang.

Pagi Taehyung hanya sementara, senja Taehyung adalah selamanya.

Pagi Taehyung adalah Jungkook. Senja Taehyung adalah Jungkook juga.

Karena nyatanya, Jungkook yang membuatnya serasa terbang, Jungkook juga yang membuatnya terhempas ke dasar jurang. Dan, hanya membekaskan kenangan pahit.

Mungkin Yoongi adalah bintangnya, Taehyung adalah mataharinya. Dan Jungkook adalah sosok yang menyukai malam. Maka, untuk apa matahari ada di hidupnya? Hanya sesuatu yang ada, namun tidak dianggap.

Katanya, Jungkook menjanjikan good ending.

Tapi Taehyung lupa, entah itu happy ending atau bad ending, semuanya berakhir dengan cerita yang sama; ending.
Harusnya, Taehyung meminta never ending untuk kisahnya. Sayangnya, sosok yang menyukai malam lebih suka malam sebagai pemandangan yang never ending untuknya.

Iya, Jungkook menepati janjinya. Dia memberikan happy ending. Karena Namjoon bilang; dia harusnya mensyukuri sesuatu karena telah terjadi, bukan menyesal karena telah berakhir.

Biarkan Taehyung mencoba mensyukurinya. Maka, ini happy ending kisahnya.

Bersamaan dengan gerakan Taehyung tanpa Jungkook malam itu, mawar menyerah untuk hidup, matahari meredup, kisah tertutup.

Ini kisah Taehyung. Hanya sebagai pelengkap dari sebuah kisah. Hanya mawar yang dibiarkan mati, dan matahari yang dijemput senja selamanya.

Setidaknya, Taehyung pernah menjadi pelengkap sebagai kisah seorang Jeon Jungkook.

Ini happy ending-nya.

good ending

Yeaay tamaat :"
See? Ini angst yang good ending ;)
/ditabok

Continue Reading

You'll Also Like

217K 20.2K 73
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
371K 36.1K 66
[COMPLETE] Kim Taehyung adalah manusia terbangsat yang pernah Jungkook kenal.
181K 28.6K 52
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.8K 199 24
Seutas kisah yang sedikit banyak menyindir keadilan dalam pendidikan. Kecerdasan otak dan ambisi membara para siswa dalam meraih éminén serta kebenar...