Aquaphobia (Meanie)

By tri_wu

61.4K 6.5K 2.2K

(SELESAI) Hari demi hari akan menghapus rasa takut dari masa lalumu, kecuali jika kau ingin tetap hidup di da... More

Aquaphobia (1)
Aquaphobia (2)
Aquaphobia (3)
Aquaphobia (4)
Aquaphobia (5)
Aquaphobia (6)
Aquaphobia (7)
Aquaphobia (8)
Aquaphobia (9)
Aquaphobia (10)
Aquaphobia (11)
Aquaphobia (12)
Aquaphobia (13)
Aquaphobia (14)
Aquaphobia (15)
Aquaphobia (16)
Aquaphobia (17)
Aquaphobia (18)
Aquaphobia (19)
Aquaphobia (20)
Aquaphobia (21)
Aquaphobia (22)
Aquaphobia (23)
Aquaphobia (24)
Aquaphobia (25)
Aquaphobia (26)
Aquaphobia (27)
Aquaphobia (28)
Aquaphobia (29)
Aquaphobia (30)
Aquaphobia (32)
Aquaphobia (33)
Aquaphobia (34)
Aquaphobia (35)
Aquaphobia (36)
Aquaphobia (37)
Aquaphobia (38)
Aquaphobia (39)
Aquaphobia (Spesial Chapter)

Aquaphobia (31)

1.1K 122 59
By tri_wu

Akhirnya Taemin sampai di apartemen. Ia pun segera meletakkan semua belanjaannya ke dalam lemari pendingin. Setelah selesai, ia pun segera merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tamu. Masak? Sepertinya ia sudah tak berminat. Bahkan lapar yang sedari tadi ia rasakan sudah hilang entah kemana.

Bayangan dimana Minho berbincang dengan Wonwoo kembali berputar dipikirannya. Apa ia benar-benar sudah kalah? Apa yang harus ia lakukan sekarang? Berusaha? Atau menyerah?

.

.

.

➰➰➰

Mingyu mengerjap. Membiasakan cahaya yang berasal dari lampu di ruangan tempatnya dirawat. Matanya menatap sekeliling. Mencari sosok namja manis yang berstatus sebagai kekasihnya. Namun nihil. Kekasihnya tak ada di sana.

Mingyu meraih ponselnya yang ia letakkan di atas nakas. Mencari kontak bernama Jeon Sang dan segera menghubunginya. Namun Mingyu hanya bisa mendesah kecewa saat yang menjawab bukanlah kekasihnya, melainkan operator.

Mingyu mengembalikan ponselnya ke atas nakas. Mungkin Wonwoo sedang ada urusan. Itu yang Mingyu pikirkan. Dan pintu ruangan itu terbuka saat Mingyu masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Menampakkan sesosok namja yang memang sedang ia cari. Jeon Wonwoo.

Wonwoo segera menghampiri Mingyu, saat melihat kekasihnya itu terbangun. Saat ia pergi, Mingyu memang sedang tertidur. Jadi ia tak berpamitan pada Mingyu.

"Kau terbangun?" Wonwoo mendudukkan dirinya dihadapan Mingyu.

"Hmm. Aku mencarimu. Aku juga menghubungimu, namun ponselmu tak bisa dihubungi."

Wonwoo menepuk keningnya. "Maafkan aku. Ponselnya habis baterai." Ia memang lupa mengisi daya beterainya. Setelah menjawab pesan dari Minho, ponsel Wonwoo memang mati.

"Tak apa. Kau dari mana?" Ucap Mingyu.

Wonwoo terdiam. Berusaha merangkai kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan kekasihnya. Sementara Mingyu hanya memandang Wonwoo dengan tatapan tanya. Masih menunggu jawaban dari namja bermata rubah itu.

"Aku tadi keluar sebentar. Aku ke cafe untuk menemui Minho hyung." Wonwoo mengecilkan suaranya saat diakhir kalimat. Walau Mingyu tetap masih bisa mendengarnya.

"Ada perlu apa kau menemuinya?" Ucap Mingyu datar.

Wonwoo menghela napasnya. Ia tahu bahwa Mingyu tak suka saat ia bertemu dengan Minho. Dan Wonwoo mengerti itu. Ia sadar bahwa Mingyu cemburu.

"Kami hanya makan malam bersama." Jawab Wonwoo pada akhirnya.

"Dan meninggalkanku sendirian?" Wonwoo menghela napasnya. Astaga. Bayi besar ini sepertinya sedang merajuk.

Wonwoo menggenggam tangan Mingyu erat. Jangan lupakan senyum yang terpatri di wajah manisnya. Senyum yang selalu bisa meruntuhkan Mingyu.

"Maafkan aku. Aku hanya tak enak jika menolak ajakan Minho hyung. Dan tadi kau sedang tidur, jadi aku tak tega membangunkanmu untuk berpamitan. Kau memaafkanku, bukan?"

Mingyu menatap wajah seseorang yang sangat berarti baginya itu. Ia tak akan pernah bisa marah terlalu lama. Ia juga yakin, bahwa Wonwoo hanya merasa tak enak jika harus menolak ajakan Minho.

"Hmm. Aku memaafkanmu." Mingyu langsung menarik Wonwoo ke dalam pelukannya. Menyalurkan kehangatan. Yang selalu membuat Wonwoo nyaman.

.

.

.

Minho berjalan di lorong sebuah apartemen. Apartemen yang sangat ia kenal. Bahkan ia juga sudah sering kemari. Namun tujuannya kali ini berbeda.

Ia sampai pada sebuah apartemen yang ditinggali oleh seorang makhluk manis. Ia pun segera mengetuk pintu. Berdiri menunggu sang pemilik apartemen membukakan pintu untuknya.

Pintu itu terbuka. Menampilkan seorang namja manis yang terlihat sedikit berantakan. Sepertinya ia baru saja bangun tidur. Terlihat dari rambutnya yang masih acak-acakan. Jangan lupa matanya yang belum terbuka sempurna. Benar-benar lucu dan menggemaskan.

Minho masih diam saja. Memperhatikan namja yang ada dihadapannya. Namja itu terlihat terkejut saat mata mereka bertemu. Sepertinya ia baru tersadar sepenuhnya.

"Apa aku mengganggu waktu istirahatmu?" Ucap Minho membuka percakapan.

Taemin sedikit tergagap. Ia menunduk. Tangannya sibuk membenahi rambutnya.

"Tidak, hyung."

Lagi. Minho tersenyum saat melihat Taemin yang salah tingkah. Bahkan namja itu memalingkan wajahnya. Sepertinya ia malu.

"Apa tawaranmu masih berlaku?" Taemin mengerjap bingung. Tawaran? Tawaran apa?

"Tawaran untuk makan malam bersama. Ya, walau sebenarnya ini sudah lewat waktu makan malam." Lanjut Minho saat melihat kebingungan di wajah Taemin.

Tanpa sadar Taemin mengangguk dengan antusias. Tentu saja tawaran itu masih berlaku. Masa bodoh dengan waktu makan malam yang sudah terlewat. Selama ia bisa makan bersama Minho. Itu tak masalah.

Minho terkekeh melihat tingkah Taemin. "Apa aku boleh masuk? Aku sudah sangat lapar." Ucap Minho sambil mengusap perutnya.

Taemin tersenyum dan segera mempersilahkan Minho masuk. Namja bermarga Choi itu berjalan sambil sibuk memperhatikan apartemen Taemin. Ia memang baru pertama kali masuk ke dalam apartemen Taemin. Karena mereka biasanya bertemu di toko bunga.

"Apartemen yang indah." Gumam Minho. Yang tentunya masih dapat didengar oleh Taemin. Karena ia berjalan tak terlalu jauh dari Minho.

"Kau yang menatanya sendiri, Taemin?"

"Iya, hyung. Aku memang sengaja menempatkan beberapa bunga di sini. Aku lebih merasa nyaman." Minho mengangguk mendengar jawaban Taemin.

"Ah, silahkan lanjutkan melihat-lihat, hyung. Aku akan membuatkan minuman dulu untukmu." Taemin segera melangkahkan kakinya menuju dapur, tentunya setelah mendapatkan jawaban dari Minho.

Taemin kembali dengan membawa satu cangkir berisi teh hangat. "Minumlah dulu, hyung. Aku akan menyiapkan makan malam dulu."

"Terima kasih." Ucap Minho. Taemin hanya mengangguk dan segera melangkahkan kakinya menuju dapur. Jangan lupakan senyuman yang menghiasi wajah manisnya. Ah, sepertinya ia lupa pada kejadian yang telah membuatnya kehilangan rasa lapar. Karena rasa lapar itu sekarang kembali lagi. Dan ia ingin segera memasak untuknya dan juga Minho.

Bukannya duduk dan menikmati teh, Minho lebih memilih melangkahkan kakinya menghampiri Taemin. Menatap punggung ramping yang sekarang membelakanginya.

Senyum yang menghiasi wajah Minho perlahan luntur. Mengingat pertemuan dengan Wonwoo membuat hatinya sesak. Selesai. Ya, sudah tak ada harapan lagi baginya. Jujur saja ia ingin egois. Namun ia takut keegoisannya membuat Wonwoo terluka. Dan ia tak ingin itu terjadi. Biarlah ia yang terluka. Selama ia masih bisa melihat senyuman di wajah Wonwoo, itu tak masalah. Sakit? Tentu saja. Bohong jika ia berkata ia baik-baik saja. Hatinya tak baik-baik saja. Ia butuh sandaran sekarang. Dan entah apa yang membuatnya datang kemari. Datang pada seorang namja yang tanpa sadar sudah ia sakiti.

"Astaga, hyung! Kau mengagetkanku." Pekik Taemin.

Minho tertawa melihat Taemin yang terlihat sangat terkejut. Sungguh menggemaskan.

"Maafkan aku. Aku hanya ingin melihatmu memasak." Ucap Minho saat ia sudah dapat berhenti tertawa. Sementara Taemin hanya memutar kedua bola matanya malas dan kembali berkutat dengan bahan-bahan masakan.

Yang terdengar selanjutnya adalah teriakan-teriakan Taemin karena Minho menganggunya saat memasak.

.

.

.

"Kemarilah." Ucap Mingyu dan segera dituruti oleh Wonwoo. Wonwoo mendekat. Duduk disisi ranjang rawat Mingyu yang kosong.

"Ada apa? Kau perlu sesuatu, hm?"

"Ya, aku perlu kau. Tidurlah disini, jangan disofa. Aku ingin tidur sambil memelukmu." Jawab Mingyu.

"Tapi ini tak akan muat untuk dua orang, Mingyu. Kau tak akan tidur nyenyak jika kita berdesakan." Bantah Wonwoo. Tentu saja ia tak akan membiarkan Mingyu tak nyaman saat istirahat.

"Aku akan tidur nyenyak saat ada kau dipelukanku, sayang." Bukan Mingyu jika ia mudah mengalah. Ia benar-benar ingin tidur sambil memeluk Wonwoo saat ini.

"Tapi kita akan berdesakan, Mingyu." Ah, kalian juga harus tahu bahwa Wonwoo juga sama keras kepalanya.

Mingyu menghela napas. Ia sadar tak akan mudah membujuk kekasihnya itu. Akhirnya Mingyu memilih untuk mengalah. Menarik selimutnya sampai sebatas dada dan memejamkan matanya.

Namun tidur Mingyu terusik saat sesuatu merangsek disampingnya. Saat ia membuka matanya, yang ia lihat adalah sosok Wonwoo yang berbaring disampingnya. Mingyu sedikit bergeser. Memberikan ruang pada Wonwoo agar bisa berbaring dengan nyaman dan memeluknya dengan erat. Tak ada yang membuka suara. Mereka lebih memilih saling berpelukan, saling berbagi kehangatan. Dan akhirnya mereka pun terlelap. Menyambut mimpi indah yang menanti mereka.

.

.

.

TBC

Dramanya udah dulu ya...
Sekarang tinggal manis-manisnya aja, mungkin 😂😂😂😂

Saranghae
❤❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

368K 499 4
21+
107K 11K 47
mingyu dan wonwoo tuh beda. warn - bxb local AU! cover by fitrialjazera_ rank🏅 : #1 5102020 in meanie #1 13122020 in seoksoo #1 20122020 in jeongche...
243K 40.6K 31
[END] in which someone named "fox" sent a message to mingyu that made him upset.
100K 14.7K 21
Pulau Namhae atau bisa di sebut Kota Namhae yang berada di Provinsi Gyeongsang Selatan adalah tempat dimana Wonwoo tinggal dengan keluarga kecil sert...