The Half Blood Vampire

By TaniaMs

1.7M 60K 1.1K

Nicole seorang gadis biasa yang baru menginjak semester kedua di kampusnya. Dia berharap masa remajanya dapat... More

The Half Blood Vampire
The Half Blood Vampire 1-5
The Half Blood Vampire 6-10
The Half Blood Vampire 11-15
The Half Blood Vampire 16-20
The Half Blood Vampire 21-25
The Half Blood Vampire 26-30
The Half Blood Vampire 31-35
The Half Blood Vampire 41-50
The Half Blood Vampire 51-60
The Half Blood Vampire 61-70
The Half Blood Vampire 71-80
The Half Blood Vampire 81-90
The Half Blood Vampire 91-100
The Half Blood Vampire 101-110
The Half Blood Vampire 111-120
The Half Blood Vampire 121-128
The Half Blood Vampire 129-139
The Half Blood Vampire 140-149
The Half Blood Vampire 150-160
The Half Blood Vampire 161-170
The Half Blood Vampire 171-180
The Half Blood Vampire 181-185
The Half Blood Vampire 186-191 [END]
Terima Kasih
[EDISI KANGEN] 1
[Edisi Kangen] 2
[Edisi Kangen] 3

The Half Blood Vampire 36-40

57.1K 2.5K 69
By TaniaMs

The Half Blood Vampire 36

oleh d'Bezt JD Author pada 4 Februari 2012 pukul 16:14 ·

Justin langsung menggendong tubuh Nicole, membawanya masuk. Wero, Skandar, juga Cody terkejut melihat tubuh Nicole yang terkulai lemas dalam pelukan Justin.

“ada apa dengannya?” tanya Wero panik.

“pingsan.” ucap Justin tanpa menghentikan langkahnya.

Semuanya mengikuti Justin yang berjalan menuju kamar. Perlahan, ia membaringkan Nicole diatas tempat tidur. Wajah wanita itu terlihat pucat.

“ada apa dengannya?” tanya Skandar sambil menyentuh pipi Nicole.

“tidak tahu.” ketus Justin sambil memukul tangan skandar.

Skandar tertawa pelan. “wow, marah.”

“kau ini!” dengus Cody. “jadi dia kenapa?”

“bukankah sudah ku katakan, aku tidak tahu?” ujar Justin. “tiba-tiba dia memanggilku, begitu aku tiba diteras, dia langsung ambruk.”

“kenapa?”

“aku rasa Caitlin yang melakukan ini.” gumam Justin.

“Caitlin?” tanya Skandar, Cody dan Wero bersamaan.

“dia sudah bertemu Caitlin?” tanya Wero tak percaya. “astaga.”

Justin terus mondar mandir disisi tempat tidur seraya berpikir. Apa yang telah dilakukan Caitlin pada Nicole, sampai-sampai Nicole pingsan? Tapi, Caitlin berkata, ia datang tepat waktu. Tepat waktu bagaimana? Nicole sudah pingsan ketika ia datang.

“eeergh.” terdengar erangan kecil.

Semua yang ada diruangan itu langsung menatap Nicole. Mereka langsung mengelilingi Nicole.

“kau sadar?”

“apa yang terjadi?”

“kau bertemu Caitlin?”

“kau baik-baik saja?”

Keempat pertanyaan itu terlontar bersamaan dari mulut Skandar, Wero, Cody dan Justin.

“Justin.” ucap Nicole lirih.

Ketiga saudaranya langsung heboh menggoda Justin, membuat wajah Justin terlihat merah. Namun wajahnya berubah tegang saat Nicole berkata,

“Caitlin?”

Nicole membuka matanya lebar-lebar. Memperhatikan keempat orang yang mengelilinginya. Ia bersyukur karena tak ada Caitlin disana.

“minumlah.”

Justin membantu Nicole bersandar pada sandaran tempat tidur, lalu mengansurkan segalas air putih pada Nicole. “apa yang terjadi?” tanya Justin setelah Nicole menghabiskan minumnya.

Nicole menggeleng. “entahlah. Yang aku ingat, sebelum aku masuk, aku melihat bayangan Caitlin dijendela di samping pintu masuk, setelah itu, aku tidak bisa bergerak. Lalu kesusahan bernafas, hingga semuanya gelap.”

“air power.” gumam Skandar.

“kekuatan udara?” tanya Wero tak mengerti.

“iya. Itu sebuah kekuatan dimana.....”

“kalau kau ingin membual, pergilah keluar.” Justin memotong ucapan Skandar.

“sopanlah pada kakakmu! Dan ingat, aku tidak membual.” ucap Skandar kesal.

“kau aneh Just. Apa yang diucapkan Skandar benar. Air Power......”

Justin melotot kesal kearah Cody.

Ia tahu, apa yang diucapkan Skandar itu benar. Ia pernah membaca kekuatan sejenis itu disalah satu buku diruang kerja Pattie. Buku itu milik ayahnya. Tapi tak mungkin membenarkan ucapan Skandar didepan manusia seperti Nicole. Ia tak ingin membuat wanita itu bingung, dan nanti akan berubah jadi ketakutan.

“apa maksud kalian dengan air power?” tanya Nicole bingung.

“itu sejenis kekuatan yang ada didalam film yang mereka tonton.” ujar Justin.

“ng?” Nicole menatap Justin tak percaya.

“maaf Nic, kami masih terbawa suasana film yang tadi kami tonton.” ucap Skandar meyakinkan.

Justin menatap Skandar dengan tatapan terima kasih.

“aku minta maaf.” ujar Skandar.

“iya, aku juga. Maaf karena membuatmu bingung.” ucap Cody.

“hei, kalian sedang membicarakan apa?” tanya Wero bingung. “menonton film tadi? Dari tadi kalian tidak pernah menonton fi #@%§*&%!!” Wero tak menyelesaikan ucapannya karena mulutnya sudah dibekap oleh Cody.

“sebaiknya kami keluar.” ujar Skandar.

Skandar, Cody dan Wero pun keluar dari kamar. Untuk Wero, ia terpaksa keluar karena ditarik paksa oleh Cody.

“bagaimana keadaanmu? Apa masih kesulitan bernafas?” tanya Justin tanpa bisa menghilangkan nada khawatir dalam suaranya.

Nicole terkekeh. “aku baik-baik saja. Sepertinya aku hanya lapar.” Nicole memegang perutnya.

“baiklah. Kau tunggu disini.” Justin menatap kesekeliling kamar.

“ada apa?” tanya Nicole bingung.

“ayo, kita kebawah. Aku tidak bisa meninggalkanmu.”

Tanpa menunggu persetujuan Nicole, Justin langsung menggendong wanita itu, dan otomatis tangan Nicole langsung bergantung dileher Justin.

Saat didapur, Nicole samar-samar mendengar ucapan Wero.

“Oh, jadi Air Power itu sejenis kekuatan yang membuat udara disekitar musuh berkurang sehingga musuh itu tidak bisa bernafas dan bisa menyebabkan kematian?”

“kira-kira begitulah.”

Nicole tersenyum sendiri mendengarnya.

“kenapa kau tersenyum?” tanya Justin.

“saudaramu lucu sekali. Mereka masih saja membahas Air Power yang ada didalam film. Haha” Nicole tertawa.

Justin tersenyum tipis. “makanlah.”

The Half Blood Vampire 37

oleh d'Bezt JD Author pada 5 Februari 2012 pukul 14:59 ·

Caitlin berteriak melupakan emosinya. Ia benar-benar tak menyangka rencananya untuk membunuh Nicole gagal total. Bagaimana Justin bisa tiba-tiba muncul? Padahal, ia yakin Nicole tak memanggil lelaki itu. Jangannya untuk berteriak, bernafas saja wanita itu sudah susah.

 

“Caitlin? Ada apa?” Christian, Christian Beadles melongokkan kepalanya di sela pintu.

“diamlah!” bentak Caitlin.

Christian menatap Caitlin bingung. Mata Caitlin berwarna hitam pekat, menandakan kalau dia sedang emosi. “tenangkan dirimu.”

 

Caitlin kembali berteriak. Teriakannya terdengar frustasi. Kemudian ia mengatur nafas untuk menurunkan emosinya. Setelah tenang, Caitlin terduduk dilantai kamar. Christian menghampirinya, lalu mengusap punggungnya lembut.

 

“soal Justin?”

Caitlin mengangguk.

“mau bercerita?” pancing Christian.

Caitlin mendesah. “laki-laki itu benar-benar tak mencintaiku!”

“maksudmu?”

“kau tahu, aku sengaja berdekatan dengan Chaz hanya ingin membuatnya cemburu, kemudian dia menyatakan cinta padaku. Tapi dugaanku salah! Bukannya menyatakan cinta, dia malah menikah dengan wanita itu!” jelas Caitlin. “dia benar-benar tidak sadar, kalau disini, ada orang yang mencintainya! Tapi dia memilih menikah dengan gadis bodoh itu! Apa yang dia harapkan dari seorang manusia?!”

Christian kembali menenangkan Caitlin. “karena itu, kau berniat membunuh Nicole?”

Caitlin menatap Christian tak percaya. “bagaimana kau bisa tahu?”

“aku tak percaya ketika kau mengatakan ingin membiarkan Justin bahagia dengan istrinya. Karena itulah aku mengikuti kemana pun kau pergi. Hingga akhirnya tadi aku melihatmu menggunakan Air Power untuk membunuhnya.” jelas Christian.

Caitlin menatap Christian tajam. “jadi kau yang membatalkan semua rencanaku? Jadi rencanaku gagal bukan karena kedatangan Justin?” tuntut Caitlin.

“iya.” sahut Christian pelan.

Caitlin bangkit dari duduknya. “saudara seperti apa kau?! Kau tak ingin melihat adikmu bahagia, begitu?!” Mata Caitlin kembali berubah warna.

“kau salah. Aku sangat menginginkan kau bahagia.” ujar Christian tenang.

“lalu kenapa kau membatalkan rencanaku untuk membunuh Nicole, hah?” jerit Caitlin. “kau tahu, jika manusia itu mati, Justin bisa kembali padaku! Dan itu adalah saat-saat yang paling membahagiakan dalam hidupku.”

Christian menatap Caitlin tenang, tanpa emosi sedikitpun.“apa kau pernah memikirkan kelanjutan kisah yang akan terjadi setelah kau membunuh Nicole?” tanya Christian.

Caitlin tertawa sinis. “bodoh! Tentu saja aku akan membuat Justin kembali padaku.”

“kau terlalu sering memikirkan keuntungan atas apa yang kau lakukan. Pernahkah kau berpikir tentang kerugiannya?”

Caitlin terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa.

“pernahkah kau berpikir, kalau Justin tahu kau yang berniat membunuh istrinya? Apa kau masih yakin, dia akan kembali padamu setelah apa yang kau lakukan pada istrinya?” tanya Christian. “aku yakin, demi matahari dan bulan, dia tidak akan pernah kembali padamu. Jangankan kembali, bertemu denganmu saja dia tidak akan mau.”

Caitlin merasa terjatuh dari gedung yang sangat tinggi dan di sambut dengan pedang runcing dan tajam. Semua ucapan Christian berhasil membuatnya lumpuh.

“sebaiknya, saat kau akan melakukan sesuatu, jangan hanya pikirkan keuntungan. Tapi pikirkan juga kerugian yang pasti di timbulkan dari apa yang kau lakukan.” ujar Christian. “menurutku, alangkah baiknya kau benar-benar melepaskan Justin dan istrinya.”

Caitlin menggeleng. “aku akan menunggu sampai dia tidak lagi bersama istrinya.”

“kau hidup bukan hanya untuk menunggu sesuatu yang belum pasti terjadi. Lebih baik melangkah maju, karena aku yakin, ada sebuah kebahagian yang menantimu didepan sana.”

“aku tak mengerti.” gumam Caitlin.

“Chaz, dia mencintaimu, bukan?”

Caitlin mendesah. “aku tahu. Tapi aku masih mencintai Justin. Sampai sekarang, belum ada yang bisa menggantikannya. Kau tahu benar, Chris.”

 

Bruuk!

 

sebuah kotak berukuran kecil terjatuh di lantai.

 

Caitlin dan Christian menoleh kearah pintu. Terlihat Chaz dengan wajah terkejut sedang menatap mereka.

 

“terima kasih telah membuatku berharap.”

Caitlin segera memegang pergelangan tangan Chaz, sebelum Chaz pergi. “maafkan aku. Sungguh. Aku tak bermaksud......”

“Let me go.”

“tidak. Sebelum kau mendengarkan penjelasanku.”

Chaz mendesah. Ia tak bisa melihat Caitlin memohon. “baiklah.”

“terima kasih. Aku memang masih mencintai Justin. Tapi aku sedang dalam tahap melupakannya. Dan agar bisa melupakannya, aku membutuhkanmu. Aku berjanji, demi langit dan bumi akan belajar mencintaimu, setiap hari. Aku berjanji.”

Chaz hanya diam.

“aku mohon, percaya padaku.” Caitlin berlutut didepan Chaz.

Chaz terkejut. “iya, aku percaya padamu. Tapi tolong hentikan ini. Aku tak bisa melihatmu berlutup seperti ini.”

perlahan Caitlin bangkit. “terima kasih.”

“sepertinya kau harus memasangkan ini pada jari adikku?” Christian melempar kotak kecil tadi pada Chaz.

Chaz tersenyum. “tentu saja.” Chaz memasangkan cincin pada jari manis Caitlin.

 

 

 

The Half Blood Vampire 38

oleh d'Bezt JD Author pada 5 Februari 2012 pukul 17:34 ·

Nicole membuka matanya perlahan, ia melirik jam. 5 a.m. Ia melirik kesisi tempat tidur yang lain. Kosong. Tak ada Justin.

Kadang ia berpikir, kenapa Justin tak pernah mengantuk ketika di kampus sementara ia tidak pernah tidur? Walaupun sepulang kuliah laki-laki itu langsung tidur. Tapi apakah waktu 3 jam bisa menghilangkan kantuk ataupun lelah?

Nicole bangkit dari tempat tidur, berniat ke kamar mandi. Sesaat ia berdiri didepan meja rias.

Deg!

Nicole merasa jantungnya berhenti berdetak. Ia kembali melihat Caitlin didalam cermin itu. Nicole segera berlari menuju pintu namun tangannya ditahan Caitlin.

“siap..siapa kau sebenarnya?” tanya Nicole cemas.

“menurutmu siapa?” tanya Caitlin. Kali ini suaranya terdengar bersahabat. Apa?

“vampire.” pikir Nicole.

“yeah. Aku vampire. Asli tanpa campuran darah manusia.”

Nicole tak menemukan suaranya.

“jangan tegang begitu. Aku kesini bukan ingin membunuhmu seperti kemarin.”

Mata Nicole membulat mendengar kata kemarin.

“kau ingat saat kau kekurangan oksigen? Yeah. Saat itu aku menggunakan kekuatanku......”

“Air Power.” dua kata itu meluncur begitu saja dari bibir Nicole.

“wah, Justin sudah memberitahumu.” ujar Caitlin.

“katakan tujuanmu yang sebenarnya, Cait.”

Nicole terlonjak saat mendengar suara itu. Hanya suara.

“oh, dia Chris. Kakakku. Lengkapnya Christian Beadles.” ujar Caitlin.

Akhirnya, muncullah sosok laki-laki. Dia berdiri disamping Caitlin, dia pun tersenyum pada Nicole.

“hai.”

Nicole tersenyum canggung.

“Justin! Kau dimana?!” jerit Nicole dalam hati.

“Justin sedang dihutan, Nic.” jawab Christian. “ku mohon, kau tak perlu takut pada kami.”

“Chris benar. Kami, lebih tepatnya aku, kesini bukan untuk membunuhmu, aku hanya ingin minta maaf padamu soal kejadian kemarin.”

Nicole tak percaya. “apa?”

“aku minta maaf. Aku minta maaf karena hampir membuatmu mati. Saat itu, aku benar-benar di kuasai emosi, sehingga aku tidak berpikir dampak akibat perbuatanku.” jelas Caitlin. “Justin memang takkan bisa membunuhku, tapi ia akan melakukan lebih dari itu. Ia tak akan mau bertemu denganku seumur hidupnya, karena aku berani membunuh istrinya.”

Nicole hanya diam. Mendengarkan semua kalimat yang terlontar dari mulut Caitlin.

“sebelum kesini aku tak sengaja bertemu dengannya. Kau tahu, dia mengajakku bertarung. Padahal kekuatanku jauh lebih besar darinya. Dia melakukan itu karena aku hampir membuatmu celaka. Ah, dia benar-benar menyayangimu.”

“oh,” hanya itu yang mampu diucapkannya. Ia bingung ingin berkata apa.

“apa kau mau memaafkanku? Aku berjanji demi langit dan bumi tak akan melakukan sesuatu yang dapat mencelakakanmu.”

Nicole bergumam.

“aku pastikan, jika dia mengulangi kesalahannya, kau bisa meminta bantuanku untuk menghukumnya.” ujar Christian.

“tapi, kenapa kau ingin membunuhku?” tanya Nicole.

“kau tidak tahu? Justin tak memberitahumu kalau aku adalah orang yang sempat dekat dengannya sebelum kalian menikah?” tanya Caitlin tak percaya.

Nicole menggeleng. “jadi karena kau ingin merebut Justin?”

“kira-kira begitulah.” ujar Caitlin. “tapi percayalah. Aku tak akan merebut Justin darimu. Aku sudah punya pengganti Justin.” Caitlin menunjukkan cincin yang melingkar dijari manisnya.

“mereka sedang dalam perjalanan pulang.” ujar Christian.

“baiklah. Aku pamit pulang. Terima kasih karena sudah memaafkanku. Aku harap kita bisa berteman baik setelah ini.” ujar Caitlin.

Kemudian Caitlin dan Christian pun berjalan menuju balkon kamar yang pintunya memang selalu terbuka, lalu hilang.

“astaga! Hidupku dikelilingi vampire! Suami, kakak dan adik ipar, bahkan sekarang aku punya teman yang juga Vampire!” gerutu Nicole.

Ia kehilangan minat untuk ke toilet. Saat ia akan berjalan ke tempa tidur, sebuah suara mengejutkannya.

“kenapa kau sudah bangun?”

Nicole memutar badannya. “kau membuatku kaget.”

Justin berjalan masuk. “jadi, apa yang membuatmu bangun sepagi ini? Ini masih jam 6.”

“memangnya tidak boleh?”

Justin mengangkat bahu, lalu menghempaskan diri ditempat tidur.

“kenapa kau tidur? Bukannya hari ini kita kuliah?”

“kau lupa? Kita punya hari dimana mata kuliah itu kosong. Dengan kata lain, libur.” ujar Justin tanpa membuka matanya.

Nicole mencoba mengingat-ingat. “benar juga.” gumamnya. “ah, aku ingin tidur lagi.”

Nicole ikut menghempaskan diri ditempat tidur, membuatnya sedikit berguncang.

“Nicole!” erang Justin.

Nicole tertawa pelan. Tiba-tiba ia teringat ucapan Caitlin. “Justin, kau sayang tidak padaku?”

“tidak!” sahut Justin cepat.

Nicole mengerutkan bibirnya, lalu mengubah posisinya membelakangi Justin. Tak lama kemudian ia kembali tertidur.

Justin menatap punggung Nicole sambil tersenyum tipis. “jika kau menyayangi seseorang, kau tak perlu mengatakannya bukan? Cukup menunjukkannya lewat sikap.” ujar Justin nyaris berbisik.

“JUSTIN! AKU SUKA KATA-KATAMU!” teriak Skandar dari kamar sebelah.

“shit!!” umpat Justin.

Tawa Skandar langsung meledak.

“DIAMLAH! AKU INGIN TIDUR!”

“JANGAN LUPA PELUK ISTRIMU, JUSTIN!”

“SHUT UP!”

“ha.. Hahahaha”

The Half Blood Vampire 39

oleh d'Bezt JD Author pada 7 Februari 2012 pukul 16:18 ·

Merasa sudah cukup untuk tidur, Justin perlahan membuka matanya. Cahaya matahari masuk melalui pintu balkon yang terbuka, membuat kamar itu cukup terang mesikipun tirai jendela belum dibuka.

Justin merasa dadanya sedikit berat, seperti ada yang menindih. Ia juga merasa ada tangan yang melingkar dipinggangnya.

Ia terkejut saat melihat kepala Nicole bertumpu didadanya dan tangan kanan wanita itu melingkar dipinggangnya. Sekarang ia sadar apa yang membuat dadanya terasa berat.

Perlahan ia tersenyum. Sebenarnya, ia paling tidak suka dipeluk, meski oleh Pattie sendiri. Bahkan ketika Cody tidur dikamarnya dan tak sengaja memeluknya seperti ini, ia langsung mendorong Cody kuat-kuat membuat Cody terjatuh dari tempat tidur. Tapi ketika Nicole memeluknya, ia merasa tenang. Tindakan wanita itu terasa benar, dan dia tak berniat menggeser tubuh wanita itu darinya.

Saat tengah menikmati wajah polos Nicole, ponselnya yang terletak dimeja kecil disamping tempat tidur berbunyi. Dengan hati-hati, Justin menggerakkan tangannya untuk mengambil ponsel.

Alisnya bertaut. “Greyson?”

Justin menekan tombol hijau pada ponselnya. “ya Grey?” tanya Justin.

“kau sedang bersama Nicole, bukan?”

Justin melirik Nicole yang masih tertidur. “yeah. Kenapa?”

“ponselnya tidak aktif, jadi suruh dia mengaktifkannya.”

“oh, oke. Hanya itu?”

“sebaiknya langsung ku katakan padamu, kau kan suaminya.”

Justin menunggu Greyson melanjutkan ucapannya.

“hari ini dia ulang tahun, jadi......”

“ulang tahun?” potong Justin kaget. Justin langsung menutup mulutnya saat terdengar erangan kecil dari bibir Nicole. Namun wanita itu tidak bangun melainkan semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Justin.

“bisa?” Greyson membuyarkan lamunannya.

“bisa? Bisa apa?” tanya Justin bingung. Ia tak mendengarkan ucapan laki-laki itu karena terlalu berkonsentrasi pada Nicole.

Greyson mendesah. “kau ini sedang apa? Aku sudah mengatakannya dengan jelas!” ujar Greyson jengel.

“aku sedang... Hmm.... Jadi apa yang tadi kau katakan?”

“hari ini dia ulang tahun, seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sekeluarga selalu makan malam bersama. Jadi, katakan padanya untuk datang kerumah nanti malam. Akan lebih baik jika keluargamu juga datang.” Greyson menjelaskan dengan sabar.

“kau tahukan, saat malam tiba, aku dan keluargaku langsung kehutan?” tanya Justin.

“yeah, aku tahu. Tapi mungkin ibumu bisa menemani Nicole? Ibumu tidak ikut kehutan, bukan?”

“ide bagus. Aku akan lebih tenang jika Nicole tidak pergi sendiri kesana.”

Greyson berdehem. “yeah, seorang suami pasti akan sangat mengkhawatirkan istrinya. Jika istrinya bepergian seorang diri.”

“terserah!” dengus Justin.

“hei, kau harus sopan pada kakak ipar, mengerti?”

“aku mengerti, kakak ipar.” ujar Justin malas-malasan.

Greyson tertawa renyah. “baiklah. Kau pastikan Nicole mengaktifkan ponselnya. Aku harus menemani ibuku ke swalayan. Bye.”

“oke. Bye.”

Samar-samar Nicole mendengar suara seseorang sedang berbicara, tak hanya itu ia juga mendengar suara detak jantung. Detak jantung itu terdengar teratur, berirama, indah. Siapa pemilik detak jantung ini? Karena sudah pasti itu bukan detak jantung bantal. Memangnya sejak kapan bantal mempunyai detak jantung?!

Nicole membuka matanya meski masih berat. Setelah mengerjap beberapa kali, barulah ia sadar, kepalanya tidak terletak diatas bantal, melainkan diatas tubuh seseorang. Tangannya juga memeluk pinggang orang itu.

Nicole terdiam, indra penciumannya menangkap satu aroma parfum pada tubuh orang itu. Aroma parfum itu tidak asing lagi di indra penciumannya. Seingatnya ini parfum.....

“oke. Bye.”

Nicole menengadahkan kepalanya kearah sumber suara. Matanya membulat saat melihat wajah Justin yang begitu dekat dengan wajahnya. Justin juga tengah menatapnya.

“kau sudah bangun?”

Dengan segera, Nicole bangkit dari tubuh Justin, dan duduk ditempat tidur. Wajahnya memanas dan sudah pasti memerah.

“wajahmu merah, kau sakit?”

mendengar ucapan Justin, wajahnya bertambah panas. “ti...tid...tidak.” sela Nicole.

“benarkah?” Justin tak percaya, lalu mengarahkan tangannya pada kening Nicole.

Nicole menepis tangan Justin. “aku sehat.” tegasnya.

Ia tak mungkin membiarkan Justin menyentuh keningnya. Ia tak ingin wajahnya bertambah merah, dan Justin akan curiga.

“sebaiknya kau pergi mandi. Ini sudah jam 10.” ujar Justin datar.

“memangnya kau sudah mandi?”

“aku akan mandi setelahmu. Oh, sebelumnya aktifkan dulu ponselmu. Tadi Greyson menelfon.”

“ada lagi?” tanya Nicole jengkel.

“ah, setelah mandi, kau pakai pakaian hmm... Yang biasa kau pakai untuk bepergian. Ke mall misalnya.” ujar Justin. “jangan lupa, gunakan syal dan high heels yang kuberikan dulu.” sambungnya.

“kenapa aku harus memakainya?” protes Nicole.

“Kenapa kau harus membantah ucapanku?!” tanya Justin mulai kesal. “sekarang, pergilah mandi!”

Nicole memberengut, lalu turun dari tempat tidur. “aku kan hanya bertanya.” gerutunya.

“karena aku akan mengajakmu jalan-jalan.” ujar Justin lantang.

The Half Blood Vampire 40

oleh d'Bezt JD Author pada 7 Februari 2012 pukul 20:55 ·

Dengan semangat, Nicole keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Matanya terpaku pada kasur yang sudah rapi, diatasnya ada sepasang pakaian yang sudah disiapkan. Baju dengan lengan pendek warna ungu, celana jeans putih, kardigan putih, juga ada syal ungu pemberian Justin. Oh, satu lagi, high heels ungu yang juga pemberian Justin.

Ceklek!

Kepala Nicole beralih pada pintu kamar yang baru terbuka. Terlihat Justin dengan pakaian berbeda dari tadi pagi. Kaos lengan panjang berwarna ungu dan celana jeans warna putih, namun ia masih memakai sandal rumah. Sepertinya combinasi warna itu tidak asing? Nicole menatap pakaiannya. Oh! Warna pakaian mereka sama! Sial, wajahnya kembali memanas.

“kau baru selesai mandi?” tanya Justin sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. “dasar wanita!”

“memangnya kau sudah?” tantang Nicole.

“kau tidak lihat, aku sudah serapi ini?” Justin balik bertanya. “cepat pakai bajumu! Jangan membuang waktu lagi. Bahkan kita belum sarapan.” sambungnya.

Nicole tersenyum kecil, lalu menyambar pakaiannya dan masuk ke kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, Nicole keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah pasti disiapkan Justin.

“bagaimana?” Nicole memutar tubuhnya sejenak. “aku cantik bukan?”

“kau terlihat cantik karena pakaian yang kau pakai. Coba kau pakai pakaian yang.....”

“terserah!” potong Nicole dengan wajah cemberut. ia langsung keluar dari kamar.

Justin tertawa kecil, lalu ikut keluar setelah mengambil sisir.

Suasana rumah hari terlihat ramai. Karena hari minggu. Hari libur kuliahnya kebetulan hari minggu. Hampir semuanya ada dirumah, kecuali Wero dan Cody.

“wah, pasangan kita baru bangun ternyata.” ujar Pattie yang sedang membuat cokelat hangat untuk Jeremy, Skandar, Jazzy dan Jaxon.

Nicole tersenyum lemah, lalu duduk dimeja makan.

“dimana Justin?”

“i'm here!” ujar Justin, lalu duduk di hadapan Nicole. “bagaimana Mom, supnya sudah panas?”

“sedikit lagi.” jawab Pattie, lalu keluar dari dapur menuju ruang tengah.

“rambutmu berantakan. Sisirlah.” Justin melemparkan sisir pada Nicole.

“memangnya kenapa kalau berantakan? Disisirpun kau tetap mengejekku jelek.” ketus Nicole.

Justin tertawa kecil. “memangnya kau tidak malu, berpenampilan seperti itu?” tanya Justin.

Nicole mengangkat bahu. Lalu masuk kedapur untuk mengambil sup. Tak lama kemudian dia kembali ke meja makan dengan satu mangkuk sup.

“untukku?”

“ambil saja sendiri!” ketus Nicole, tanpa memperhatikan Justin.

Justin tersenyum tipis lalu bangkit dari duduknya, berjalan menuju dapur.

“kau tahu, kau itu cantik. Tak peduli pakaian apapun yang kau pakai. Karena kau cantik dari dalam.” bisik Justin sebelum kembali ke bangkunya.

Bluuush

semua darah berhenti pada kedua pipi Nicole. Membuat kedua pipinya dipenuhi semburat merah.

“cepatlah makan!” nada perintah dalam suara Justin kembali. “jangan membuang waktu lagi!”

Nicole mendesah pelan. “dasar the half blood vampire.” gumamnya pelan.

“wah, sepertinya itu gelar yang bagus” Skandar ikut bergabung dimeja makan.

“gelar?” tanya Justin tak mengerti.

“yap. Maaf Justin. Ini rahasiaku dan Nicole. Benar begitu?”

Nicole mengangguk sambil tersenyum. Tapi senyumnya langsung pudar saat mata tajam Justin menghujam matanya.

“ayo Nicole. Waktunya berangkat.”

“kemana?” Skandar penasaran.

“Mall may be. Kau mau ikut?” tawar Justin.

“boleh.”

“bagus. kau bisa membawakan barangku dan Nicole nanti. Hahaha” Justin mengakhiri ucapannya dengan tertawa.

Skandar mendengus. “memangnya aku pesuruhmu?!”

Justin kembali tertawa. “ayo, Nicole.” Justin merangkul pinggang Nicole.

Nicole terkesiap. Namun ia tak berusaha melepaskan rangkulan itu.

“Mom, Dad, kami pergi.” pamit Justin.

Justin menyerahkan perjalanan mereka hari itu pada Nicole. Meskipun bingung, Nicole mengikuti ucapan Justin. Mereka pergi ke Mall. Belanja ini dan itu, semua keinginannya dituruti Justin. Setelah puas berbelanja, ia mengajak Justin ke arena bermain. Dan mereka mendapatkan sepasang boneka beruang putih karena memenangkan sebuah permainan.

Justin ikut tersenyum saat wanitanya itu tersenyum. Seolah senyum wanita itu menular padanya. Begitu juga tawanya. Justin merasa seperti bukan dirinya. Karena dirinya tidak gampang tersenyum atau tertawa seperti ini.

Mereka pun duduk berdampingan pada salah satu bangku taman. Beristirahat. Menjelang sore, mereka pergi ketaman, disinilah mereka. Tiba-tiba seperti ada kekuatan, kepala Nicole bergerak kekanan, dan kepala Justin bergerak kekiri. Membuat bibir mereka bersentuhan sesaat. Nicole langsung mengalihkan pandangan dan wajahnya kembali memerah.

“Nicole, boleh aku melakukan sesuatu?”

Nicole hanya diam menunggu tindakan Justin.

Karena mendapat lampu hijau, Justin merengkuh wajah Nicole agar menghadap padanya. Setelah itu dia langsung mencium bibir Nicole lembut. Selang beberapa saat, Justin melepas ciumannya, dan menatap Nicole lembut.

“happy birthday.” ujar Justin dengan suara lembut yang baru pernah didengar Nicole.

Continue Reading

You'll Also Like

5.8K 456 30
Gak ada deskripsi berubah ubah sesuai mood
667K 24.2K 67
PART MASIH LENGKAP!!!! HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! "Ayas lo udah mati!" "Kamu gak pernah mati Ayas, kamu tetap dihatiku. Hidup. Dan akan slalu se...
66.9K 2K 70
Black alanno haxton seorang King dari kerajaan haxton , Alan beribu ribu tahun mencari mate dari bangsa nya namun ternyata mate nya dari bangsa manus...
4.9M 183K 14
Series #2 Fantasi Damn My Mate Is A Nerd [Baca dulu cerita Mine] Hai, namaku Kelvin. Aku anak pertama dari pasangan teromantis sepanjang massa, sia...