The Half Blood Vampire

By TaniaMs

1.7M 60K 1.1K

Nicole seorang gadis biasa yang baru menginjak semester kedua di kampusnya. Dia berharap masa remajanya dapat... More

The Half Blood Vampire
The Half Blood Vampire 1-5
The Half Blood Vampire 6-10
The Half Blood Vampire 11-15
The Half Blood Vampire 16-20
The Half Blood Vampire 21-25
The Half Blood Vampire 26-30
The Half Blood Vampire 36-40
The Half Blood Vampire 41-50
The Half Blood Vampire 51-60
The Half Blood Vampire 61-70
The Half Blood Vampire 71-80
The Half Blood Vampire 81-90
The Half Blood Vampire 91-100
The Half Blood Vampire 101-110
The Half Blood Vampire 111-120
The Half Blood Vampire 121-128
The Half Blood Vampire 129-139
The Half Blood Vampire 140-149
The Half Blood Vampire 150-160
The Half Blood Vampire 161-170
The Half Blood Vampire 171-180
The Half Blood Vampire 181-185
The Half Blood Vampire 186-191 [END]
Terima Kasih
[EDISI KANGEN] 1
[Edisi Kangen] 2
[Edisi Kangen] 3

The Half Blood Vampire 31-35

56.5K 2.3K 71
By TaniaMs

The Half Blood Vampire 31

oleh d'Bezt JD Author pada 28 Januari 2012 pukul 21:47 ·

Perlahan Nicole membuka matanya.

Gelap. Itulah yang ia lihat pertama kali. Setelah mengerjapkan mata berkali-kali, tetap saja ruangan itu gelap.

Nicole turun dari tempat tidur dengan hati-hati. Perlahan, ia berjalan menuju dimana kontak lampu berada. Ia pun menekan kontak itu. Tak lama kemudian, kamar itu langsung terang. Ia terpaksa menutup matanya beberapa saat untuk beradaptasi dengan cahaya lampu yang cukup terang.

Ia memandang kesekeliling kamar. Pandangannya terhenti pada tempat tidur. Di sisi lain tempat tidur, ada beberapa kotak yang disusun bertingkat. Mulai dari kotak ukuran besar, sedang, lalu kecil.

Nicole mengerinyitkan keningnya. Seingatnya, sebelum tidur kotak itu tak ada disana. Mungkin itu punya Justin.

Nicole melirik jam. Hampir jam 8 malam. Ia pun pergi mandi, lalu turun kebawah. Ia melihat Pattie sedang menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

“malam Mom.” sapa Nicole.

Pattie. “kau sudah bangun? Padahal ini belum siap.”

“tak apa Mom. Aku ingin membantu Mom. Apa yang harus ku lakukan?”

“hm.. Kau bawakan saja gelas itu ke meja makan ya, sayang.” ujar Pattie.

Setelah semua selesai, mereka duduk berhadapan. Namun Pattie tak makan. Ia hanya memperhatikan menantunya.

“Mom tidak makan?” tanya Nicole.

Pattie menggeleng. “tidak. Mom hanya ingin minum teh. Kalau aku makan, aku akan mengantuk. Padahal malam ini aku harus menyelesaikan rancangan baru.”

“Hanya karena itu Mom tidak makan? Kalau kau sakit bagaimana?”

Pattie terkekeh. “kau seperti Justin saja. Kau tahu, kata-katamu persis dengan yang diucapkan Justin.”

Nicole tersenyum malu. “kalau kau tidak makan, aku juga tidak.”

“hei, kenapa mengancam seperti itu?” tanya Pattie.

Nicole terkekeh. “aku hanya tak ingin Mom sakit. Kau sudah ku anggap seperti Mom kandungku.” ujar Nicole.

Pattie tersenyum. “baiklah. Aku akan makan.”

Selesai makan, Pattie masuk keruang kerjanya. Sedangkan Nicole kembali kekamar. Ia menghempaskan dirinya didepan meja belajar. Sebaiknya ia mencoba belajar. Orang menjadi pintar karena rajin belajar.

Satu jam berlalu, Nicole mulai jenuh dengan buku kuliah di hadapannya. Memang dia tidak mengerti semua materi, namun ada beberapa materi yang sudah dia kuasai.

Nicole pun mengetuk pintu kerja Pattie. Terdengar suara lembut Pattie yang menyuruhnya masuk.

“kenapa sayang?” tanya Pattie.

“aku bosan, Mom.” keluh Nicole, lalu duduk di sebuah sofa yang ada diruangan itu.

Pattie tersenyum. “ya sudah, temani aku disini. Kau bisa melihat foto-foto Justin yang ada dialbum foto berwarna ungu itu, kau juga boleh rebahan disofa itu.” ujar Pattie.

Nicole mengangguk. Ia pun mengambil album Foto yang berwarna ungu itu. Ia tersenyum kecil melihat foto-foto Justin ketika masih kecil. Kalau difoto, wajah dingin Justin tidak terlihat.

“bagaimana hadiah dari Justin, kau suka?” tanya Pattie.

Nicole menatap Pattie bingung. “hadiah apa?”

“hadiah. Ketika dia pulang, aku melihatnya membaw tiga buah kotak sekaligus. Dan dia bilang itu untukmu.”

Nicole semakin bingung. “kotak yang berwarna ungu itu?”

Pattie mengangguk. “kau sudah membukanya?”

Nicole menggeleng. “aku pikir, itu punya Justin yang akan diberikan pada temannya.”

Pattie terkekeh. “ambillah. Aku penasaran dengan hadiah yang dia berikan.”

Menit kelima, Nicole kembali tiba diruang kerja Pattie dengan membawa tiga kotak ungu yang dimaksud Pattie.

“bukalah.”

Nicole membuka kotak yang paling besar. Matanya membulat begitu mengetahui kalau isi kotak itu adalah high hells yang tadi siang dilihatnya bersama Justin. Ada sebuah kertas terselip.

Karena sudah dibeli, kau harus memakainya! Jangan hanya disimpan. 

Nicole tersenyum membaca serentetan kata yang ada dikertas itu. Ia mencoba sepatu itu, dan ternyata pas! Sangat pas dikakinya.

Ia lalu membuka kotak yang kedua. Ia kembali terkejut mendapati syal ungu yang dilihatnya ditoko tadi. Ada kertas juga.

Kau harus memakainya saat udara semakin dingin! Kalau tidak, aku akan membakar syal ini!

Nicole tertawa kecil. Mana mungkin dia tidak memakai syal ini. Kalau perlu, ia akan memakai syal ini sekarang.

Nicole menggelengkan kepalanya lalu membuka kotak yang terakhir. Kalung berliontin peri! Yang dilihatnya ditempat aksesoris. Senyum Nicole melebar.

Ingat, kau juga harus memakai kalung ini. Tapi, kau tidak boleh melepas kalung yang saat ini kau pakai. Karena dengan kau memakai kalung itu, aku jadi tahu posisimu. So, kau harus memakai keduanya

 

“hadiah yang menarik.” ujar Pattie. “lihat, sepatumu, syalmu, kalung, bagaimana dia bisa membeli semua ini? Ini pertama kalinya ku lihat dia memberikan barang-barang untuk perempuan.” sambungnya.

“benarkah?”

Pattie mengangguk. “bahkan saat Wero meminta high hells sebagai kado natal, dia malah hanya memberinya kartu ucapam.” jawab Pattie. “tak apa. Hal ini wajah mengingat kau adalah istrinya. Walaupun kata-kata dalam suratnya ini sedikit kasar, tapi hatinya pasti lembut. Aku yakin.”

Nicole tersenyum.

“aku akan mimpi indah malam ini. Thanks justin.” batin Nicole.

The Half Blood Vampire 32

oleh d'Bezt JD Author pada 30 Januari 2012 pukul 16:09 ·

Nicole menuruni tangga dengan wajah cerah. Dia memakai syal ungu, high hells ungu juga kalung yang diberikan Justin. Ia pun duduk dihadapan Justin dengan senyum yang mengembang.

“ada apa denganmu?” tanya Justin bingung.

Saat itu hanya ada dia, Justin dan Skandar diruang makan. Karena yang lainnya telah pergi.

Nicole bangkit dari duduknya, dan berdiri disisi Justin. Justin menatap wanita dihadapannya dengan tatapan bingung.

“bagaimana? Cantik tidak?” tanya Nicole.

Justin memperhatikan Nicole dari atas kebawah, lalu bawah keatas. Setelah itu kembali menyantap sarapannya.

“hei! Bagaimana sepatu dan Syalnya?”

“cantik.”

“benarkah?”

“iya.”

“akhirnya kau mengakui kalau aku cantik.” Nicole kembali kebangkunya.

“hei, aku mengatakan syal dan Sepatumu yang cantik. Bukan dirimu.”

Nicole mengerutkan bibirnya. “huh!” dengusnya.

Justin tersenyum tipis.

“jangan dengarkan dia. Kau itu tetap cantik tanpa syal dan sepatu itu.” ujar Skandar.

Nicole tersenyum pada Skandar. “terima kasih.” ia menatap Justin. “lebih baik aku buang pemberianmu ini.”

Justin menatap Nicole tajam. “coba saja kalau kau melakukannya!” ancam Justin.

“wah, sepertinya cinta sudah mulai bersemi dimusim gugur ini.” goda Skandar.

“diamlah!” bentak Justin. “berikan padaku syal dan sepatu juga kalung itu kalau kau tak ingin memakainya, lebih baik dibuang.” ujar Justin pada Nicole.

“enak saja! Inikan sudah menjadi milikku.” bantah Nicole.

“makanya, jangan sembarang bicara.” ketus Justin.

Skandar terkikik pelan melihat adu mulut adik dan adik iparnya.

“ayo berangkat.” Justin bangkit dari duduknya.

Nicole hanya bisa pasrah meski sarapannya belum habis.

Ia pun berjalan duluan keluar karena Justin ingin ke toilet. Lebih baik dia duluan tiba dimobil, jadi dia tak akan kena omel kata-kata “mutiara” Justin.

Nicole terus memandani dirinya. Semuanya pas. Mulai dari rambut yang dia kuncir kuda, lalu syal ungu, baju putih dengan lengan sesiku, celana panjang berwarna dongker, dan sepatu ungu pemberian Justin.

“apanya yang tidak cantik? Dasar buta!” batin Nicole.

“dasar wanita narsis!” cetus Justin.

Nicole terlonjak kaget karena Justin tiba-tiba muncul.

“huh!” dengus Nicole.

Iapun turun dari kap mobil lalu berjalan menuju sisi mobil. Ia masuk ke mobil, dan mengeluarkan earphone. Dia ingin mendengarkan lagu.

Saat ia sudah memejamkan mata, suatu benda terjatuh dipangkuannya. Nicole membuka matanya, ia mendapati sebuah kotak bekal diatas pahanya. Ia menatap Justin.

“sarapanmu tadi belum habis. Sebaiknya kau makan lagi.” ujar Justin lembut.

Nicole mencopot earphonenya karena tak mendengar ucapan Justin. “apa?”

“makanlah!” bentak Justin.

Nicole tersenyum senang. “terima kasih.”

Justin mengangkat bahu, lalu mulai melajukan mobilnya.

Nicole membuka kotak bekal itu. Dua buah Sandwich isi daging. Tapi, waktu sarapan menunya bukan ini.

“sandwich isi daging?” tanya Nicole bingung.

“makan saja!” ketus Justin.

“kenapa kau ini galak sekali! Sangat berbeda dengan Greyson.”

“ya sudah. Menikah saja dengan Greyson!”

“dia kan kakakku. Mana bisa.” ujar Nicole bingung.

“sudahlah! Makan saja sandwich itu. Pokoknya, ketika kita sampai dikampus, kau sudah menghabiskannya.” ujar Justin.

“tapi ini kan dua potong, bagaimana aku bisa menghabiskannya dengan cepat?” bantah Nicole.

Justin menghela nafas panjang karena sifat cerewet Nicole. Ia pun mengambil sepotong sandwich lalu memakannya. “bagaimana? Masih tidak bisa menghabiskannya?” tanya Justin setelah menelan makanannya.

Nicole tersenyum. “aku akan menghabiskannya.” ujarnya. “tapi....”

“apalagi??” tanya Justin jengkel.

Nicole kembali tersenyum. “kau punya minum kan? Nanti kalau aku tersendak bagaimana?”

Justin menghembuskan nafas kuat-kuat. Ia pun memberikan sebotol air mineral pada Nicole.

Nicole mulai memakan sandwich itu dengan tekun. Ia sangat menikmati sandwich isi daging yang ia yakini itu adalah buatan Justin. Kalau bukan buatan Justin, buatan siapa lagi? Jelas-jelas menu sarapan tadi hanya roti selai dan susu.

Sementara Justin, sesekali melirik wanita disampingnya yang dengan tekun memakan sandwich buatannya. Perlahan dia tersenyum.

“kenapa kau tersenyum?” tanya Nicole bingung.

Justin tersentak, lalu kembali memperlihatkan wajah datarnya.

“kau tahu, kau sangat tampan kalau sedang tersenyum seperti tadi.” puji Nicole.

Tak ada jawaban dari Justin. Ia tetap berkonstrasi pada jalanan yang dilaluinya.

“coba tersenyum lagi? Aku ingin memotretmu.” ujar Nicole sambil mengeluarkan ponselnya.

“jangan coba-coba!” bantah Justin, lalu merebut ponsel Nicole.

“hei, kembalikan.”

“tidak. Sebelum kita tiba dikampus.”

Nicole mendesah pelan dan membiarkan Justin menyita ponselnya untuk sementara.

Saat tiba dikampus, Nicole kembali menerima ponselnya. Mereka pun jalan beriringan. Namun, saat tiba dikelas, ia memisahkan diri karena bangku yang kosong tidak berdekatan. Saat duduk dibangkunya, sebuah pesan masuk ke ponselnya.

From : Justin

kau cantik hari ini. Aku suka.

Nicole tak bisa menahan senyumnya.

The Half Blood Vampire 33

oleh d'Bezt JD Author pada 30 Januari 2012 pukul 21:52 ·

Hari itu libur kuliah. Jadi Nicole tak ada pekerjaan apapun. Semua orang pergi melakukan kegiatan masing-masing. Sedangkan Justin? Tidur! Kata-kata Wero sangat tepat untuknya, “si tukang tidur”.

Nicole menonton untuk mencari kesibukan. Satu jam kemudian dia mulai bosan, lalu beralih bermain game online. Tak sampai setengah jam, dia sudah bosan.

Ia melirik jam. 9.30. Sebuah ide muncul dibenaknya. Lebih baik dia ke kantor Greyson!

Setelah menukar pakaian, Nicole membangunkan Justin. Sekedar minta izin, kalau dia akan ke kantor Greyson.

“eergh!” erang Justin, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Nicole membuka selimut yang menutupi tubuh Justin. “Justin?”

“apa?” tanya Justin tanpa membuka matanya.

“aku ingin ke kantor Grey. Boleh tidak?”

“hmm...” gumam Justin malas-malasan.

Nicole tersenyum. “terima kasih Justin.” ucap Nicole senang.

Ia bangkit dari tempat tidur, lalu berjalan menuju pintu. Langkahnya terhenti saat akan membuka pintu. Ia kembali kearah Justin, lalu mencium bibir Justin sejenak. Sambil tersenyum kecil, Nicole keluar dari kamar.

Saat sedang menuruni tangga, bel rumah berbunyi. Dengan langkah agak cepat, Nicole berjalan ke pintu depan. Mungkin itu taksi yang dipesannya.

Nicole terkejut melihat seorang wanita seumuran dengannya. Perempuan itu pakaiannya cukup aneh. Memakai dress dengan tali kecil, padahal sedang musim gugur.

“kau siapa?” tanya wanita itu.

Nicole menatap wanita itu bingung. “aku Nicole.” jawabnya. “lalu kau?”

“oh, Nicole Athena Bieber, benar?” tanyanya dengan nada sinis.

Nicole mengangguk. “kau siapa?” tanya Nicole lagi.

“kenalkan, aku Caitlin.” Caitlin mengulurkan tangannya dengan angkuh.

Nicole menjabat tangan Caitlin. “Nicole. Jadi, kau ingin bertemu Justin?”

Caitlin menggeleng. “aku hanya ingin melihat bagaimana wajah istri Justin, yang kata orang cantik.”

Tak ada perasaan senang pada hati Nicole saat Caitlin mengucapkan kalimat itu. Karena nada bicaranya sinis.

“karena aku sudah bertemu denganmu, aku pamit pulang. Oh ya, sampaikan salam hangat dariku untuk suamimu.” ucap Caitlin sebelum ia pergi.

Tak lama setelah mobil Caitlin pergi dari rumah itu, taksi yang dipesannya datang.

oOoOoOo

Perlahan Justin membuka matanya. Ia mendapati Nicole tak ada disampingnya. Ia pun melirik jam. 2.45. Justin tersentak. Sudah lewat jam makan siang!

Justin duduk ditempat tidurnya, lalu memandang kesekeliling, mencari keberadaan Nicole. Tapi hanya dia makhluk yang bernafas yang ada diruangan itu.

Perlahan ia memegang bibirnya, sambil tersenyum. Ketika tidur, ia bermimpi Nicole mencium bibirnya meski hanya sebentar.

Selesai mandi, Justin turun bawah mencari keberadaan Nicole. Pasti wanita itu sangat kebosanan. Ia melihat Skandar dan Wero juga Cody sedang menonton diruang tengah.

“apa kalian lihat istriku?” tanya Justin kelepasan.

Semua menatap Justin bingung. Tak lama kemudian, sorak menggoda terdengar di seantero rumah.

“sudahlah! Apa kalian melihat Nicole?”

“aku kira dia tidur bersamamu. Aku tak melihatnya dari tadi.” jawab Wero.

“semenjak kau pulang?” Justin memastikan.

“kami tidak melihatnya sama sekali.” jawab Cody.

“mungkin dia kehutan belakang rumah.” acuh Skandar.

“tidak mungkin!” sahut Justin.

Ia pun keluar dari rumah sambil menelfon Nicole. Namun, tak diangkat. Sambil terus mengemudikan mobil, Justin terus menghubungi wanita itu. Tetap saja tak ada jawaban.

Ia pun mencoba menelfon Miley.

“kau bersama Nicole?” tanya Justin begitu Miley mengangkat telfonya.

“tidak. Kena.....”

Telfon langsung terputus begitu Miley mengatakan tidak. Ia menghubungi Selena. Hasilnya sama. Lalu Pattie, kedua mertuanya dan hasilnya sama. Tidak mengetahui keberadaan Nicole.

Pikiran buruk langsung menghantuinya. Ia berpikir kalau Nicole disandera oleh vampire lain yang tak sengaja menemukan Nicole.

“Nic, please. Pegang kalung itu dan sebut namaku agar aku mengetahui keberadaanmu.” pinta Justin.

Sebuah cahaya terang muncul dibenaknya. Sebuah suara berbisik ditelinganya. Kantor Greyson.

“bodoh! Kenapa aku tak memikirkan itu!” gerutu Justin.

Dengan langkah besar, Justin masuk kegedung bertingkat itu.

“selamat siang Tuan. Ada yang bisa dibantu?” sapa resepsionis ramah.

“dimana ruang Greyson?”

“apa tuan telah membuat janji sebelumnya?”

“aku tidak perlu membuat janji dengannya!”

“maaf Tuan. Anda tidak bisa bertemu dengan beliau.”

Justin melotot kesal. “aku tidak ingin bertemu dengan bosmu! Tapi dengan istriku. Adik Greyson! Nicole Athena Biebe.” ujar justin emosi. “jadi dimana ruangan Greyson?”

“dilantai 7. Disana hanya ada ruangan bapak Greyson.” jawab Resepsionis itu.

“terima kasih!”

Justin pun berlari menuju tangga. Ia ingin segera sampai dilantai 7 untuk bertemu Nicole. Memastikan kalau wanita itu baik-baik saja.

The Half Blood Vampire 34

oleh d'Bezt JD Author pada 1 Februari 2012 pukul 20:03.

Justin langsung masuk kedalam ruangan itu tanpa mengetuk. Ia memperhatikan setiap inci ruangan itu, mencari keberadaan Nicole. Nihil. Tak ada satu orang pun disana. Termasuk Greyson. Hanya suara televisi yang tak dimatikan yang terdengar.

Saat Justin akan keluar dari ruangan itu, terdengar erangan kecil dari balik sofa yang berwarna putih tulang. Perlahan Justin berjalan menuju sofa itu.

Hatinya berlonjak gembira saat melihat wanita yang dicemaskannya tengah tertidur pulas diatas sofa itu. Justin berjongkok didepan wanita itu.

Ia memperhatikan lekuk wajah wanita dihadapannya dengan seksama. Tak ada satupun yang luput dari pandangannya. Wajah wanita itu terlihat damai, polos juga tenang. Ini pertama kalinya ia memperhatikan wanita itu ketika tidur. Ternyata wajah wanita itu benar-benar seperti anak kecil, jika sedang tidur.

Nicole membuka matanya perlahan. Ia terkejut melihat wajah Justin dihadapannya. Ia langsung terduduk di sofa, karena rasa terkejutnya. Justin juga terkejut. Membuatnya langsung berdiri tegak. Ia takut Nicole sadar ketika ia memperhatikan wajah wanita itu.

“kenapa kau bisa disini?” tanya Nicole masih dengan jantung yang masih bedegup kencang.

“aku yang harusnya bertanya! Kenapa kau bisa disini?!” tanya Justin balik.

“tentu saja karena aku bosan dirumah.” jawab Nicole.

“kenapa tidak memberitahuku? Kau lupa kalau aku ada dirumah?! Kau harusnya meminta izin dariku sebelum pergi kesini! Kau bisa membangunkanku dan aku akan mengantarmu! Kau tahu, aku khawatir padamu! Aku malah berpikir kau disandera vampire lain yang mengetahui keberadaanmu dirumahku!” omel Justin panjang lebar. “Greyson pasti akan membunuhku kalau kau benar-benar diculik oleh vampire lain!”

“tapi aku sudah meminta izinmu, dan kau mengizinkanku. Karena itu aku langsung pergi.” Nicole membela diri.

“kapan kau meminta izinku?” tanya Justin.

“ya ketika kau tidur. Kau menjawabnya dengan gumaman.” ujar Nicole.

“aku tidak ingat!” Justin mengibaskan tangannya. “lalu, kau menggunakan kendaraan apa untuk sampai kesini?”

“taksi.” jawab Nicole jujur.

“dengar, mulai sekarang kau tidak boleh menggunakan taksi lagi. Kemana pun kau pergi, kau harus pergi denganku! Mengerti?”

Nicole mengangguk. “iya.”

“maaf, apa kuliahmu sudah selesai?” Greyson mengintip di sela pintu.

Justin menatap Greyson kesal. “memangnya aku dosen?!”

Greyson tertawa. “kau terlihat seperti dosen ketika sedang memarahi Nicole. Hehe. Kau tak perlu khawatir, dia cepat mengerti.” ujar Greyson. “jadi, apa aku boleh masuk?” tanya Greyson.

Justin mengangguk. “tentu saja.” Justin menatap Nicole. “ayo kita pulang.”

“tapi aku ada janji makan siang dengan Grey.” bantah Nicole.

“sebaiknya kau makan dengan suamimu saja, benarkan Justin?” Ujar Greyson.

Nicole mendesah pelan. Mana mungkin dia pulang dengan Justin. Ia masih belum siap mendengar ceramah Justin edisi kedua.

“Grey, aku pulang dulu.” pamit Nicole.

Greyson tersenyum. “hati-hati, sayang.” ia mencium puncak kepala Nicole.

Hening. Tak ada suara yang terdengar dalam mobil itu. Hal itu membuat suasana dalam mobil itu semakin mencekam bagi Nicole. Nicole menghela nafas panjang.

“jangan seperti itu lagi.” ujar Justin.

Nicole menatap Justin bingung. “maksudmu?”

“jangan keluar rumah tanpa izin dariku. Kau hanya boleh keluar denganku, dan dengan orang-orang yang ku percaya.” ucap Justin dengan suara lunak. “keberadaanmu sudah cukup banyak diketahui para vampire, seperti Ryan, dan teman Skandar. Jadi, kau harus berati-hati.”

“jangan membuatku takut.” ujar Nicole.

“aku tidak sedang menaku-nakutimu, Nicole. Aku bicara tentang kenyataan. Keselamatanmu memang tercancam.” ujar Justin tenang.

Nicole hanya diam tak lagi membantah ucapan Justin. Perkataan Justin tadi sukses membuatnya semakin takut akan vampire.

“tak perlu takut. Aku juga keluargaku akan berusahat melindungimu. Okay?” Justin mengacak poni Nicole.

Nicole menatap Justin tak percaya. Baru kali ini ia melihat tatapan justin selembut itu. “baru kali ini aku melihatmu selembut ini. Kau tahu, aku suka melihatmu seperti tadi.”

Justin menarik tangannya dari kepala Nicole, kembali berkonsentrasi pada jalanan yang dilaluinya.

“oh ya, tadi Caitlin datang kerumah.......”

Justin langsung membanting setir ke tepi jalan,lalu mengerem mobilnya. Beberapa orang dibelakang mereka mengutuk tindakan Justin yang tiba-tiba itu.

“ada apa?” tanya Nicole bingung.

“kau bertemu Caitlin?”

Nicole mengangguk semangat. “dia temanmu ya? Kau mendapatkan salam hangat darinya. Aku tak menyangka ada juga orang yang menyukaimu.” Nicole terkikik.

Justin menatap Nicole tajam. “apa yang dikatakannya?”

“hanya itu.”

“jangan temui dia lagi.”

“kenapa?”

Justin menatap Nicole dengan tatapan dinginnya, membuat Nicole terdiam. “jangan bantah ucapanku. Jangan sampai kalungmu itu hilang! Kau akan mati jika hal itu terjadi!”

deg!

The Half Blood Vampire 35

oleh d'Bezt JD Author pada 3 Februari 2012 pukul 18:03 ·

Selama sisa perjalanan, Nicole hanya diam. Ia tak ingin berbicara lagi. Jika ia berbicara lagi, hidupnya akan bertambah buruk. Tekadnya saat ini, menjaga kalung pertama yang diberikan Justin dengan sebaik-baiknya.

“sudah sampai.”

Nicole menatap keluar jendela, ini bukan rumah. Melainkan sebuah restoran.

“kau belum makan siangkan? Ini sudah hampir jam 3.” ujar Justin. Seperti biasa, terkesan cuek.

Nicole mengangguk senang. “ayo.” ucapnya semangat.

Walaupun Justin sering membentaknya, cara bicaranya ketus, cuek atau dingin, dia sudah mulai terbiasa. Karena begitulah Justin. Pattie bilang, sikap Justin seperti itu sudah dari kecil.

“mau pesan apa?” tanya pelayan.

Nicole bergumam sambil memperhatikan daftar menu. “in....”

“menu nomor lima saja, dengan minum yang ini.” ujar Justin menunjuk salah satu gambar dibuku menu.

“nona?”

“samakan saja!” ujar Justin sebelum Nicole membuka mulut.

Nicole menatap Justin jengkel.

“apa?” ketus Justin.

“kenapa harus sama denganmu?” protes Nicole.

“kau terlalu lama berpikir. Aku juga lapar dan ingin pulang secepatnya.”

Nicole menggerutu tanpa bersuara.

Sambil menunggu pesanan mereka datang, Nicole mengedarkan pandangannya. Pandangannya terhenti pada sudut restoran. Disana ada Caitlin yang tengah menatapnya tajam. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri.

“ada apa dengannya?” batin Nicole.

“dengannya siapa?”

Nicole tersentak mendengar suara Justin. Ia mengalihkan pandangannya dari Caitlin.

“kau seperti terkejut?” Justin memastikan.

“ti..dak. Bukan apa-apa.” jawab Nicole gugup.

Justin menajamkan pandangannya pada Nicole. “aku tahu yang kau pikirkan. Jadi siapa orang itu?”

Nicole kembali melirik meja Caitlin. Kosong. Makanan dan minumannya pun sudah tidak ada. Matanya langsung membulat.

“kemana dia?” pikir Nicole bingung.

“aku tanyakan kembali, siapa dia yang kau maksud?” tanya Justin penuh penekanan.

Nicole kembali menatap Justin. “aku mohon, jangan tatap aku seperti itu.” lirih Nicole.

“jadi, siapa yang kau lihat?”

“dia sudah pergi.” jawab Nicole.

“Nic, jangan berbelit-belit. Katakan padaku siapa yang kau lihat? Dan dia dimeja mana?” tanya Justin.

“Caitlin.” ucap Nicole pelan.

Mata Justin melebar. “dimana dia?” tanyanya dengan rahang terkatup.

“dia sudah pulang, dan tadinya dia di meja disudut ruang....” ucapan Nicole berhenti karena Caitlin sudah ada dimeja itu lagi. Lengkap dengan makanan dan minuman yang tertata diatas mejanya.

Caitlin mengangkat kepalanya, lalu tersenyum kearah mereka.

Justin tersenyum singkat, lalu kembali menatap Nicole.

“aku tidak bohong. Tadi dia benar-benar sudah pergi.” ujar Nicole.

“kita pulang.” Justin bangkit dari mejanya.

Justin menarik tangan Nicole. Mereka berjalan menuju kasir. Setelah membayar pesanan mereka, mereka pun keluar.

“kenapa kita pulang, kita bahkan belum makan?” tanya Nicole setelah justin menjalankan mobilnya.

“kau tidak baik berdekatan dengannya.” ujar Justin.

“dia siapa?” tanya Nicole bingung.

“Caitlin, tentu saja.” jawab Justin gusar.

“kenapa wajahmu panik begitu?” tanya Nicole lagi.

Ia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Nicole. Caitlin adalah vampire asli, yang tentu saja punya kekuatan lebih darinya. Ia tak kan mungkin menang melawan Caitlin jika mereka melakukan adu kekuatan. Dari cara menatap, ia tahu kalau Caitlin sedang memahami seluk beluk diri Nicole. Dan itu bukan pertanda baik.

“Justin?” panggil Nicole.

Justin diam.

“Justin?” Nicole menaikkan suaranya.

Tetap tak ada reaksi.

“hei?” Nicole menyentuh pundak Justin pelan.

Justin terlonjak. “apa?”

“apa yang kau pikirkan?” tanya Nicole.

“bukan apa-apa.” ujar Justin gugup.

Nicole memperhatikan raut wajah Justin.

“sudah sampai.” ujar Justin.

Mereka pun keluar dari mobil, dan masuk kerumah. Lebih tepatnya Justin. Nicole masih berdiri didepan teras. Ia bingung melihat ekspresi justin. Baru kali ini wajah Justin terlihat gugup dan sepertinya sedang ada yang dipikirkannya.

Saat Nicole akan masuk, ia menangkap bayangan seseorang pada jendela disamping pintu masuk. Sosok itu adalah Caitlin. Tubuhnya tiba-tiba menegang. Apalagi ketika melihat seringai diwajah cantik Caitlin.

Ia ingin melangkah, tapi kakinya terasa berat. Ia merasa Caitlin semakin dekat kearahnya. Keringat dinginnya semakin mengucur deras. Panik. Cemas. Takut.

“pegang kalung itu dan sebut namaku.”

ia teringat ucapan Justin. Ia menggerakkan tangannya memegang bandul kalung. Ia merasa Udara didekatnya semakin berkurang, membuatnya susah bernafas.

“Justin.” lirih Nicole.

Justin yang sedang minum didapur merasakan kalung yang digunakannya memanas. Menandakan Nicole baru saja memanggilnya dan keadaannya dalam bahaya. Ia segera berlari keluar rumah, membuat semua saudaranya bingung.

Bruuk!

Saat Justin tiba di teras, tubuh Nicole langsung tumbang kearahnya. Pingsan.

“kau datang tepat waktu Mr. Bieber.” ucap Caitlin.

Saat Justin ingin berbicara, Caitlin sudah hilang dari pandangan.

Continue Reading

You'll Also Like

132K 4.6K 32
Bagaimana jadinya seorang w erewolf membenci mate nya karena ia seorang manusia tapi ia juga mencintainya. Irina seorang gadis yang ramah juga pan...
1.6M 68.9K 14
Series #4 Fantasi [Sequel Mine - Melvin D.Franklin] Hai namaku Melvin. Anak kedua yang lahir dari perut Mama-ku tersayang setelah Kelvin dan sebelum...
741 82 5
Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, penuh ampunan, sama penuh makanan. Alangkah baiknya bulan suci ini dilalui dengan ibadah, sedekah, khatam bac...
1.7M 47.6K 16
WARNING!!! BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS Kalian tahu cerita snow white? Tentu, siapa yang tidak tahu dongeng legendaris itu. ya... Hidupku me...