Hate Become Love (First Love)

By AndreaZahra96

1.2K 74 2

Aku membencinya... Pria itu membuat kakakku menderita karena mencintainya. Kan ku buat pria itu sama mender... More

Prolog
First
Second
Third
Four
Five
Seven

Six

78 3 0
By AndreaZahra96


Vote, coment and recomand
happy reading...


Katherine pov
..........

Kepalaku terasa masih sedikit pusing, bisa kurasakan tubuhku terbaring ditempat yang lebih lembut lalu suara Paula yang memanggil-manggil namaku dengan nada cemas.
Mataku masih terpejam dan begitu sulit untuk dibuka, tapi aku terus berusaha keras untuk membukanya. Hingga perlahan aku mulai melihat cahaya mengerjap-ngerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Katherine... Ya Tuhan, kau pingsan tadi. Aku sangat khawatir.. apa kau baik-baik saja? Kau ingin aku panggilkan dokter?"

"Tidak.. Aku baik."

"Apanya yang baik? kau pingsan astaga..."

"Sungguh.. aku tidak apa Paula."

"Kalau begitu aku akan telfon kerumah agar ada yang menjemputmu. Atau perlu aku antar saja?"

"Tidak.. tidak.. tolong pesankan aku taxi saja."

"Kau yakin?"

"Ya." jawabku mantap.

"Baiklah jika itu maumu.. aku akan pesankan taxinya dan kau habiskan minumanya dulu, oke" ucap Paula yang kubalas anggukan.

***************

Langit sudah gelap, lampu-lampu yang sekarang mulai menerangi. Kuyakin sudah berjam-jam aku duduk ditaman ini.

Saat menuju rumah aku justru berhenti dan terus berdiam diri disini sendirian.. ditempat yang riuh ramai ini, mengenang kembali semua ingatan yang kembali lagi. Rasanya kepalaku semakin sakit dan air mataku sekarang sudah tidak mengalir lagi.

Aku mematikan ponsel semenjak masuk taxi, Brandon pasti mencariku. Bukan hanya Brandon, pasti semua orang sedang khawatir.

Tapi aku benar-benar ingin sendiri sekarang dan tak ingin memikirkan mereka.
Bagaimana mungkin mereka melakukan ini?
Kenapa mereka menyembunyikan hal seperti ini dariku?
Apa yang harus kulakukan untuk menghukum penjahat itu.. orang yang menyebabkan semua ini terjadi.

"Jika kau hanya berdiam diri disini bukankah tak menyelesaikan masalahmu." tiba-tiba ada suara laki-laki disampingku.

Saat aku menoleh disana sudah duduk seorang pria yang memakai topi dan bertato. Jika saja ingatanku belum kembali aku pasti akan mengenalnya sebagai vokalis band terkenal tapi sekarang situasinya berbeda, aku ingat siapa lelaki yang duduk disebelahku Dylan Walker.


Ya.. Walker..
Dia adalah sepupu Nathan, aku baru melihatnya lagi setelah empat tahun. Dulu bandnya baru terkenal dikota saja tapi sekarang yang kutahu bahkan dia sudah menggelar konser di berbagai negara.

"Hai.. kau pasti sangat merindukanku hingga terpesona melihatku sampai tidak bisa berkata-kata sekarang. Apa yang kau lakukan dengan berdiam diri disini sendirian. Dimana Nathan? Kalian bertengkar? Seharusnya kau bersamaku, aku tak akan pernah membuatmu sedih dan selalu bahagia." ujarnya sambil tersenyum miring dan menggerlingkan matanya. Sama sekali tidak pernah berubah tetap seperti dulu.

"Hai.. " jawabku singkat kemudian kembali menatap kedepan dan diam lagi.

"Ya Ampun.. kau memang tak pernah tertarik padaku. Kau tahu Nathan tidak lebih baik dariku."

"Ya.. dia tidak lebih baik darimu." jawabku tanpa menoleh.

"Oke.. jadi sudah jelas pasti Nathan yang membuatmu nampak seperti ini."

"Kau tidak berubah.. menggoda semua orang membuatnya kesal dan sok tahu."

"Yes, I am" ucapnya bangga dengan sindiranku.

"Aku mau pulang." ujarku sambil ingin berdiri.

Kepalaku terasa semakin pusing dan berat, tubuhku juga terasa sangat lemas hingga aku hampir terjatuh jika Dylan tidak memegangku.

"Kau tidak apa?" tanyanya cemas.

"I'm fine."

"Badanmu demam dan ekspresimu tidak menunjukan kau baik. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit."

"Tidak.. itu tidak perlu. Kau bisa lanjutkan urusanmu, aku baik-baik saja dan bisa mengatasi ini sendiri. Tak perlu merepotkanmu."

"Sungguh aku tidak keberatan.. tapi jika kau tidak ingin pergi denganku aku bisa menghubungi Nathan. Aku tidak mungkin membiarkanmu sendiri."

"oke.. kau tak perlu bicara apapun pada Nathan cukup antar saja aku pulang."

***************

Author pov
.........

Di perjalan selama didalam mobil Katherine terus menutup matanya, berusaha tidak merasakan sakit dikepalanya. Tubuhnya pun mulai menggigil dan panas dingin.

Dylan menyetir dengan cemas dan terus mengawasi gadis disampingnya, jarak rumah yang seharusnya dekat terasa sangat jauh.

Pria ini terus berpikir bahkan sampai dia sampai didepan pintu rumah gadis ini bahwa dengan kondisi seperti ini seharusnya mereka kerumah sakit dan bukannya menuruti Katherine untuk pulang.

Dylan bukan hanya cemas dengan keadaan Katherine tapi juga keadaannya. Saudara sepupunya itu pasti tak akan segan-segan membunuhnya jika terjadi sesuatu pada Katherine.

Begitu mobil berhenti Dylan mebekan klakson dengan keras dan langsung keluar dari mobil menuju pintu dimana Katherine berada.
Membantu gadis itu keluar dan memapahnya sampai didepan pintu.

Dan begitu sampai tepat didepan pintu, pintu itu sudah terbuka dengan lebar...

************

Kath pov
......

Aku rasa kondisiku memang buruk. Bahkan Dylan harus memapahku untuk bisa masuk kerumah.

Mataku mulai tidak jelas dan berat tapi aku masih sangat sadar dan berusaha terus membuka mataku. Pintu itu langsung terbuka.
Nathan..
Pria itu yang membuka pintunya.
Wajahnya nampak lelah rambut dan kemejanya berantakan. Dia hanya diam melihatku dengan bermacam ekspresi, yang kulihat seperti kesal dan lega diwaktu yang bersamaan.

"Oh Ya Tuhan.. Katherine sayang.. ada apa denganmu?" Mom langsung berdiri tepat didepanku dan memelukku.

Didepan sana semua orang berdiri dengan ekspresi khawatir dan lega seperti Nathan.

"Dia sakit sebaiknya bawa dia masuk dulu dan mungkin panggilkan dokter untuk memeriksanya."

"Ya.. ya.. ayo sayang." ujar Mom cepat.

Kulihat Brandon hendak menghampiriku dan Dylan akan kembali memapahku masuk.

Tapi tubuhku justru telah digendong oleh pria yang tadi membukakan aku pintu. Dengan ekspresi datar tanpa memperdulikan kekagetan orang-orang dia terus berjalan mengendongku kekamar.

Nathan membaringkanku keatas ranjang dengan sangat lembut seolah aku akan merasa sakit jika dia membaringkanku begitu saja.

"Kau gadis jahat.. Bagaimana kau bisa melakukan ini. Membuat aku dan semua orang khawatir dengan pergi tanpa bilang apapun, dan kenapa ponselmu mati. Aku sudah ingin memarahimu tadi tapi saat kubuka pintunya keadaanmu justru seperti ini. Kau benar-benar...." rasanya aku ingin tersenyum saat Nathan mengucapkan itu semua, dia sedang memarahiku dengan begitu lembut dan mengusap rambutku sayang. Tapi jangankan untuk tersenyum, aku benar-benar tidak bisa apa-apa.

Saat Nathan menyelimutiku orang-orang yang tadi berkumpul dibawah masuk kekamarku bergantian tapi saat itu mataku sudah benar-benar tertutup aku tidak merasakan apapun lagi, kesadaranku menghilang..

****************

Nathan pov
.........

"Brandon sialan.." umpatan itu yang terus keluar dari mulutku saat aku mengendarai mobil kerumah Katherine.

Bagaimana mungkin gadis itu bisa menghilang jika lelaki brengsek itu menjaganya dengan baik.

Hari ini aku terus bekerja hingga malam membuat diriku sesibuk mungkin untuk menghindari gadis itu, tapi jika keadaannya seperti aku sangat cemas dan ingin melihatnya sekarang. Memastikan bahwa tidak terjadi apapun padanya.

Begitu sampai tujuan aku langsung berlari kedalam rumah berharap Katherine sudah kembali. Begitu aku sampai disana semua orang sudah berkumpul dengan semua wajah khawatir mereka. Dan saat mereka melihatku kekhawatiran itu bertambah.

Kurasa penampilanku memang sangat kacau sekarang, berbeda jauh dari saat aku berangkat kekantor. Tapi siapa yang peduli...

"Apa dia sudah pulang?"

"Belum Nath.. Brandon dan yang lainnya sudah mencari tapi belum juga ketemu." jawab Helen.

"Bagaimana bisa dia pergi sendirian?" geramku sambil mencengkram kuat kemeja Brandon.

"Nathan hentikan. Lebih baik kita memikirkan bagaimana menemukan Katherine dan bukannya bertengkar." sela Mommy cemas.

"Jika terjadi sesuatu,, aku akan..."

tok..tokk.. tokk..

suara ketukan pintu menyelaku, langsung saja kuhempaskan cengkramanku pada Brandon dan berlari membuka pintu. Membukanya dengan sangat lebar.

Dia yang berada didepan pintu itu, aku sangat lega melihatnya tapi wajahnya pucat tubuhnya lemas hingga harus dipapah oleh seseorang.

Ya seorang pria yang berada disampingnya, memapah Katherine. Sepupuku sendiri.. Dylan.
Dasar sepupu kurang ajar, sialan dan menyebalkan.
Sebenarnya apa yang terjadi.. apa yang dia lakukan hingga kondisi Katherine seperti sekarang.

"Oh Ya Tuhan.. Katherine sayang.. ada apa denganmu?" Mom langsung melewatiku dan memeluk Katherine.

"Dia sakit sebaiknya bawa dia masuk dulu dan mungkin panggilkan dokter untuk memeriksanya." ujar Dylan menyela.

"Ya.. ya.. ayo sayang." ujar Mom cepat.

Kulihat Dylan akan kembali memapah Kath masuk.

Tapi aku telah lebih dulu mengendong Kath kekamarnya. Tidak perduli kekagetan orang-orang akan tindakanku, aku terus berjalan mengendongnya kekamar.

Kubaringkan Kath keatas ranjang dengan sangat lembut sangat takut dia akan merasa sakit.

"Kau gadis jahat.. Bagaimana kau bisa melakukan ini. Membuat aku dan semua orang khawatir dengan pergi tanpa bilang apapun, dan kenapa ponselmu mati. Aku sudah ingin memarahimu tadi tapi saat kubuka pintunya keadaanmu justru seperti ini. Kau benar-benar...." aku mengucapkan itu semua dengan reflek tak perduli Kath mungkin merasa aneh akan sikapku, kuusap rambutnya begitu lembut dan penuh kasih sayang dengan segala perasaanku yang takut terjadi sesuatu padanya. Dia sangat rapuh dan lemah sekarang.

Aku menyelimutinya saat orang-orang yang tadi berkumpul dibawah masuk kekamar bergantian tapi saat itu kulihat matanya terpejam. Apa dia pingsan?

"Katherine.. Katherine.. buka matamu." ujarku sambil mengusap kedua pipinya.

"Ya Tuhan.. dia pingsan?" ucap Mom sambil mendekat pada Katherine tepat disampingku memegang tangannya.

"Tenanglah sayang.. aku sudah memanggil dokter." Ayah Kath menenangkan.

***********

"Dia hanya kelelahan dan kurang cairan hingga pingsan. Aku sudah tuliskan resep obatnya sebaiknya langsung ditebus, setelah dia sadar berikan makan dan minum obatnya." terang dokter.

"Baiklah terima kasih. Mari kuantar keluar." sahut Daddy.

Tidak lama Daddy kembali masuk kekamar.
"Sebaiknya kita semua keluar dan biarkan Katherine istirahat. Aku sudah menyuruh pelayan menebus obat dan membuatkan makanan. Jadi saat Katherine sadar dia bisa langsung meminum obatnya.

"Iya benar.. tidak akan nyaman jika semua orang didalam." tambah Dad.

"Aku akan disini menunggu Kath sadar."

"Ya benar.. akan lebih bagus jika kalian berbaikan saat dia sadar nanti. Kau juga sedikit bertanggung jawab dengan keadaannya yang seperti ini Nath." ujar Dylan menyela saat semua orang diam akan keinginanku menemani Kath.

"Apa maksudmu Nathan bertanggung jawab?" cecar Brandon.

"Ya dia melamun menanggis sendirian berjam-jam karena bertengkar dengan Nathan. Katherine bilang aku lebih baik dari Nathan, jelas itu pasti karena mereka ada masalah" jelas Dylan.

"Tunggu.. bagaimana dia bersamamu. Dia tidak mengenalmu bukan?" tanyaku yang baru menyadari hal ini.
Katherine seharusnya tidak menginggat Dylan.

"Ya benar, Kath tidak mungkin percaya begitu saja dengan orang yang baru dikenal." tambah Helen.

"Tapi Kak Dylan penyanyi terkenal jadi pasti Kak Katherine mengenalnya. Benar kan?" ucap Neina.

"Sebenarnya apa yang kalian bicarakan. Aku tidak paham.. tentu saja Katherine mengenalku."

"Mengenalmu sebagai penyanyi?" tanya Melani sekarang.

"Dia mengenalku.. jika maksud kalian setelah 4 tahun dia lupa aku maka jawabannya adalah dia tidak lupa dan masih menginggatku. Apa itu yang kalian ingin tau?"

"Kau yakin dia inggat." Melani kembali bertanya.

"Tentu saja."

"Astaga.. apa inggatannya sudah kembali." ucap Mommy.

***********

Kami semua berkumpul di ruang keluarga.
Setelah mendengar ucapan Dylan aku dan yang lainnya berkumpul disini untuk membahas tentang kembalinya inggatan Kath dan menyuruh Dylan menemani Kath dan memberi kabar jika dia sadar.

"Apa ingatannya kembali." Brandon mengawali.

"Mungkin sakitnya Katherine sekarang karena efek ingatannya mulai kembali." Mom angkat bicara.

"Ya dokter bilang dia bisa drop kembali jika inggatannya kembali karena tertekan." Mommy mulai bicara dengan cemas.
"Aku tak ingin terjadi apa-apa pada Katherine.." lanjutnya sambil terisak.

"Sebaiknya kita bawa Katherine kembali ke Paris, kita tidak bisa ambil resiko jika terus disini. Aku juga tidak ingin Katherine drop lagi." usul Daddy.

"Kurasa kita tidak bisa menutupi fakta yang ada selamanya. Kurasa Katherine dan Nathan pantas bahagia bersama." Mom ikut menimpali dan membelaku.

"Tapi aku tak ingin hal buruk terjadi pada putriku lagi. Sekarang aku hanya punya Katherine." Mommy kembali bicara dengan nada keras.

"Nathan tidak akan bicara apapun. Apa ini yang kau inginkan? Kembali jauh dari Katherine." pertanyaan Helen menghancurkanku tanpa sisa.
Tentu saja aku ingin bersama Katherine. Aku ingin dia selalu ada disisiku dan bahagia bersama denganku.

"Tidak.. empat tahun lalu mungkin kalian bisa memisahkan kami. Tapi sekarang tidak lagi, tak akan kubiarkan dia pergi." ucapku tegas.

"Dan membuat dia menderita dan sakit lagi?" kata Brandon disertai dengusan.

"Sialan.. aku tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi. Aku akan terus menjaganya mulai sekarang." kesalku sambil menatap tajam keBrandon.

"Baiklah.. sebaiknya kita diskusikan ini dengan kepala dingin dan pikirkan saja tentang kebaikan Katherine." Helen kembali menenggahi.

****************

Kath pov
...........

Mataku terbuka perlahan, kuedarkan pandanganku keseluruh penjuru. Ini kamarku..

"Kau sudah bangun? Aku akan beritahu yang lain." Dylan, hanya ada dia disini.

"Aku lapar."

"Kalau begitu akan kuminta pelayan membawa makan dan obatmu. Aku juga akan kabari yang lain, kau istirahat saja."

"Memang dimana yang lain."

"Diruang keluarga. Entahlah.. mereka semua berkumpul dan aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Tadi Mommymu juga bilang apa ingatanmu sudah kembali, jadi apa kau hilang ingatan?"

"Aku akan kesana." ujarku cepat tanpa mengindahkan ocehan Dylan.

Dylan akhirnya mau membantuku untuk keruang keluarga karena aku bersikeras. Kami berdua seperti penguntit yang menguping.

"Ayo pergi." ajakku.

"Mereka belum selesai, kuyakin pasti masih banyak yang akan dibicarakan dan kita tidak akan tahu nanti." pria konyol ini, dia sangat berbeda dari sepupunya yang ada disana.

"Aku sangat lapar, kau saja disini sendiri."

"Tunggu.. aku akan menemanimu."

*********

Aku dan Dylan makan bersama dimeja makan, dan pria disampingku ini tidak berhenti bertanya.

"Jadi benar kau hilang ingatan?"

"Hmm." jawabku tetap sambil makan.

"Dan apa kau sudah ingat sekarang?" aku hanya mengangguk.

"Kalau begitu kenapa kau tidak masuk ketempat mereka berkumpul tadi dan bilang ingatanmu telah kembali. Kurasa mereka semua sangat menghawatirkanmu sekarang."

"Tidak, mereka tidak perlu tahu sekarang."

"Kenapa?"

Aku ceritakan sebagian besar masalahnya, aku tahu Dylan bisa dipercaya dan aku bisa minta bantuan darinya nanti jika aku membutuhkannya.

"Jadi apa yang harus dilakukan?"

"Apa yang kalian lakukan disini?" pertanyaan itu mengandung kemarahan didalamnya, Nathan. Dia menghentikanku menjawab pertanyaan Dylan.

"Kau tidak bisa lihat? Kami sedang makan."

"Kau sakit dan seharusnya tetap dikamarmu."

"Aku tidak sakit."

"Kau demam dan pingsan.. wajahmu bahkan masih pucat. Ayo kembali kekamarmu."

"Aku baik-baik saja. Dan aku tidak ingin kekamar hanya tidur-tiduran."

"Sayang.. turuti Nathan. Dia benar, jangan bersikap seperti itu." tegur Mom.

Aku hanya menatap Mom menyesal dan menatap Nathan kemudian.

Dia kemudian berjalan menghampiriku dan mengulurkan tangannya, aku hanya tersenyum miring dan memutar bola mataku.

"Biar Brandon saja yang membantu Kath kekamar." Mom menyela antara aku dan Nathan.

Entah apa kelanjutan diskusi tadi, tapi kurasa mereka mulai beda suara dan yang jelas sekali adalah Mom tidak ingin Nathan mendekatiku.

Akhirnya Brandon melangkah mendekatiku dan Nathan perlahan menurunkan uluran tangannya dengan menahan kesal. Kurasa diskusi tadi memunculkan perdebatan antara mereka, dan jelas  Nathan tidak setuju dengan Mom.

Tapi aku harus tetap seperti biasa, aku tidak ingin mereka tau bahwa aku telah inggat.
Jadi aku ikuti saja apa yang akan terjadi nanti dan memikirkan apa yang harus kuperbuat nanti.

Aku masuk ke kamar dibantu Brandon, juga meminum obatku sebelum Brandon keluar dari kamar.
Tak lama aku sudah benar-benar tidur karena lelah.

Besok akan berjalan sesuai keinginanku.

Ya,
Mulai besok...







Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 69.9K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1.9M 90.7K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
6.5M 334K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
3.3M 48.2K 31
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...