[ ⏸️ ] Detective FIVITD : The...

By Formenkairi

8.2K 407 70

Seorang penyihir bernama Rifa, ingin mencari kakaknya yang sudah lama menghilang beberapa tahun yang lalu. Be... More

Prolog
Chapter 1 :"Tahun Pertama Sekolah"
Chapter 2 :"Marah Terus!!!"
Chapter 3 :"Memulai Pertengkaran"
Chapter 5 :"Frice seperti 'Prince'"
Chapter 6 :"Frice dan Rifa"
Chapter 7 :"Pusat Perhatian"
Chapter 8 :"Pusat Perhatian (2)"

Chapter 4 :"Andri vs Rifa"

349 39 0
By Formenkairi

Mereka berdua pun mulai melompat, menerjang, dan menghajar dengan sihir mereka masing-masing. Menandakan bahwa pertandingan sudah mereka mulai.

Saat mereka mulai menerjang satu sama lain, ternyata Rifa lah yang lebih dulu dan lebih cepat untuk melancarkan serangan dan pukulan menggunakan sihirnya pada Andri. Hal itu tentu saja membuat Andri terbanting jatuh menghentak ke tanah.

'Ternyata sihir yang dia miliki adalah air?' pikir Andri menyadari bahwa masih ada bekas atau sisa-sisa sihir yang masih melekat di tubuhnya membuat sebagian tubuhnya basah kuyup.

"Bagaimana? Apa itu sakit?" Rifa menyeringai dari kejauhan setelah dirinya berhasil mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak.

Andri yang mendengar hal itu langsung mengerutkan alisnya, "kau meragukanku?" tanyanya.

"Bukannya aku meragukan kemampuanmu sih. Tapi melihat dari seranganku barusan, itu jelas-jelas akan menimbulkan rasa sakit."

"Hoo~ Jadi, sekarang kau benar-benar meragukan kemampuanku~?"

Entah karena apa, tubuh Andri seketika dikelilingi aura yang sangat mencekam. Mungkin beberapa orang yang berada di dekatnya sekarang akan ketakutan dan berlari menjauh. Tentu saja hal itu sudah pastinya akan membuat Rifa merinding ditempat.

Namun,...

Brak!

Belum sempat Rifa beranjak dari tempatnya, Andri sudah lebih dulu untuk melancarkan serangannya. Rifa yang menerima pukulan Andri di bagian pusarnya seketika terlempar ke belakang. Rifa bahkan sampai terbatuk-batuk.

'Sihirnya api?' Rifa membatin terkejut setelah menerima serangan tersebut. 'Kalau memang benar sihirnya api, berarti aku bisa menyelesaikan pertarungan ini dengan mudah.'

Rifa berusaha bangkit dari jatuhnya setelah dihantam kuat oleh Andri. Tubuhnya masih saja bergetar hebat saat ingin berdiri. Mungkin saja Andri sudah menggunakan seluruh kekuatannya untuk menghantam mundur Rifa.

"Bagaimana? Sekarang kau sudah tidak meremehkanku bukan?" tanya Andri meremehkan seraya memainkan sihir api yang Rifa tau di tangan kanannya.

"Beginikah caramu memperlakukan seorang wanita?" Sambil meringis Rifa bertanya.

"Heh~ Memangnya aku sedang melawan seorang wanita disini?" Andri masih saja meremehkan. Hal itu tentu saja membuat Rifa geram. Dari yang awalnya masih merasakan rasa sakit, sekarang seperti tidak terjadi apa-apa.

"Jaga ucapanmu ya?! Begini-begini, aku juga seorang wanita tau!" protes Rifa tak terima.

"Benarkah?" Andri mengerutkan alisnya. "Kalau memang benar kau seorang wanita, bukankah kau harusnya masih tersungkur lemas di tanah, mengingat seranganku yang brutal sebelumnya?"

"Nah, itu dia yang ingin ku pertanyakan! Bisa-bisanya kau menyerangku se-brutal itu! Untung saja aku masih punya kekuatan untuk menangkis seranganmu yang ingin menghancurkan organ dalamku! Kau pikir itu tidak sakit?!"

"Sakit?" tanya Andri seakan ia tidak mengetahuinya. "Apakah itu sakit? Bahkan kekuatanku ini masih 5%-nya saja yang keluar. Bagaimana kalau aku mengeluarkan kekuatan penuhku nantinya? Kau bisa saja hancur berkeping-keping."

'Apa?! Orang ini gila ya?! Masa sih dia baru mengeluarkan 5% dari kekuatannya?!' batin Rifa terkejut.

"Kau ... dasar Iblis."

Rifa bergumam tanpa ia sadari. Biarpun pelan, namun suaranya masih dapat didengar oleh Andri yang notabene-nya mempunyai pendengaran yang cukup tajam.

"Kau sudah tau rupanya," gumam Andri. Rifa tentu saja bingung saat mendengarnya. Bahkan ekspresinya saja seperti mengatakan, 'apa-maksudmu-sialan?'.

Bruak!

"AKH...!"

Rifa berteriak kesakitan setelah menerima pukulan yang mengerikan dari sihir api Andri hingga membuat Rifa melayang di udara. Setelah melayang, Andri pun berpindah cepat di atas Rifa untuk menendang Rifa hingga tubuh Rifa menghantam tanah.

"Kau sudah tau bukan?" tanya Andri pelan setelah berhasil mendarat. Rifa yang terjatuh sangat keras dengan punggung yang lebih dulu menyentuh tanah barusan masih tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Andri.

"Tau? Apa maksud--"

"JANGAN COBA-COBA UNTUK PURA-PURA TIDAK TAU, RIFA!" bentak Andri yang sukses membuat Rifa terkejut sebelum dirinya berhasil untuk melengkapi pertanyaannya.

"Kau sudah tau bukan? Tentang diriku yang sebenarnya?" tanya Andri sekali lagi dan reaksi Rifa masih tetap sama, ia hanya bisa mengerutkan alisnya sebagai tanda tidak mengerti.

"Kita bahkan baru bertemu beberapa jam yang lalu, tapi kau sudah menuduhku bahwa aku mengetahui dirimu yang sebenarnya? Itu sangat konyol."

Rifa masih meringis di tempat. Dirinya masih berusaha untuk berdiri (lagi) semampu yang ia bisa.

"Kalau memang benar ada suatu hal yang benar-benar mengancam di dalam dirimu. Sebagai anggota kelompok atau party mu, aku pasti akan percaya padamu bahwa kau tidak akan berbuat macam-macam untuk melakukan sesuatu hal yang konyol," ujar Rifa.

Andri yang mendengar itu pun terkejut. Pasalnya tidak pernah ada seorangpun yang mengatakan hal tersebut padanya.

"A-apa-apaan kau ini?! Kata-katamu itu membuatku malu!" protes Andri yang seketika itu juga memalingkan wajahnya yang memerah malu.

"Tapi itu benar kan? Aku saja masih belum tau tentang dirimu yang sebenarnya."

Andri sedikit melirik Rifa sejenak lalu berusaha untuk memalingkannya kembali.

"A-apa kau ... yakin?" tanyanya gugup dengan suara yang sedikit di pelankan.

"Tentu saja aku yakin. Memangnya aku pernah berbohong padamu? Kita bahkan baru saja bertemu," ujar Rifa kembali.

'Tunggu. Sepertinya aku pernah mengatakan kata-kata itu juga sebelumnya.'

Andri pun menghela napas panjangnya sebelum melanjutkan kalimatnya. "Baiklah. Sebagai ketua, aku akan memberitahukanmu suatu hal yang tidak boleh diketahui oleh siapapun."

"Sebenarnya, aku memang benar-benar Iblis seperti yang kau katakan sebelumnya," jelas Andri untuk membuat Rifa paham maksud dirinya marah besar sebelumnya.

"Eh? K-Kau Iblis?" tanya Rifa gugup sambil menunjuk Andri tak percaya.

"Benar, aku adalah Iblis," jawab Andri lagi meyakinkan Rifa sekali lagi yang masih tersungkur di tanah.

"Yang benar?!" tanya Rifa lagi yang masih tak percaya. Namun beberapa saat setelah bertanya, Rifa seperti mengingat sesuatu untuk bertanya hal yang lebih penting.

"Lalu, kenapa kau marah besar padaku? Kau pikir seranganmu barusan itu tidak sakit?"

Andri menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal, "Kalau itu kan karena kau yang seenak jidat mengatakan kalau aku adalah Iblis. Tentu saja aku marah besar. Ku pikir kau benar-benar tau siapa aku sebenarnya."

Rifa cengo di tempat. Memangnya aku pernah mengatakan itu sebelumnya? begitulah kira-kira pikir Rifa saat dirinya masih terdiam di tempat.

"Tapi, aku tidak pernah ingat sudah mengatakan itu--"

"Sebelumnya, bahkan beberapa saat yang lalu kau mengatakannya kau sudah lupa?" tanya Andri tak percaya. "Baiklah, aku memaklumi hal itu. Mungkin saja karena efek kau yang bergumam sendiri, maka dari itu kau tidak menyadari hal itu."

"T-tapi, aku memang--"

"Baiklah baiklah, kau perlu bukti? Nih." Andri menyerahkan rekaman yang sempat ia rekam pada Rifa. Rifa yang menerimanya langsung saja mendengar semua isi rekaman tersebut, tapi Andri mendapatkan rekaman itu darimana?

Setelah Rifa mendengarnya, ia pun langsung memberikan ponsel itu kembali pada Andri.

"Baiklah baiklah, aku percaya padamu," ujar Rifa menyerah setelah menghela napas pasrah nya.

Bhuak!

"Tapi setelah kau mengalahkanku," tambah Rifa lagi sambil memukul mundur Andri tepat di ulu hati dengan nada yang sangat dingin. Entah sejak kapan posisi Rifa memang sudah terlihat berdiri dan saling berhadapan dengan Andri.

Andri yang melihat itu langsung saja bersemangat dengan senyumannya yang mengembang akibat terlalu bersemangat. Ia bahkan tidak merasakan kesakitan saat Rifa memukulnya.

"Menarik."

Duak!

Kali ini, Andri yang menendang perut Rifa dengan sempurna. "Kau menantang ku, Hantu Air?"

"Aku hanya ingin menjatuhkanmu! Itu saja!"

Rifa menyentuhkan telapak tangan kanannya ke tanah yang ia pijak untuk membuat sihir air milik Rifa dapat menerobos masuk melewati tanah dan langsung menerjang Andri dari bawah agar bisa membuatnya melayang. Rifa ingin menyerang Andri dari udara, maka dari itu ia putuskan untuk melayangkan saja Andri terlebih dulu dengan sihirnya.

"A-apa-apaan ini?!" Andri protes menyadari bahwa dirinya sedang dijebak untuk melayang saat ini. Rifa pun langsung melakukan serangannya kembali.

Dengan sekali lompatan, Rifa buat dirinya melayang terlebih dahulu lalu memutuskan untuk melayang tepat di atas Andri.

Tanpa basa-basi, Rifa kumpulkan sihir air miliknya tepat di kaki kanannya terlebih dahulu untuk melancarkan serangan mematikan miliknya.

"Ini mungkin tidak menimbulkan rasa sakit karena sihirku bukanlah tipe penyerang, terlebih lagi berwujud air. Tapi kalau pemilik sihir api milikmu, mungkin saja sihir ini akan jadi mematikan."

Rifa mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menendang Andri menubruk tanah dengan sihir air yang sudah terkumpul di kaki kanannya. Dengan sekali tendangan, Rifa tendang Andri tepat mengenai pusar dan membuatnya langsung menghantam tanah.

Sihir Rifa memang benar-benar mematikan saat menendang Andri. Bagaimana tidak? Lihat saja tanah yang menyentuh tubuh Andri. Bahkan tanah itu pun sampai retak hingga panjangnya mencapai 10 meter dalam bentuk lingkaran dengan Andri yang berada tepat di tengah-tengahnya.

Sepertinya, pemenangnya sudah kita temukan.

'Aku ... kalah?' batin Andri dengan gerakan tubuh lemah karena terlalu lelah.

Disisi lain, Rifa sudah mendarat menyentuh tanah dengan punggungnya karena sudah kehabisan tenaga yang ia gunakan untuk menyerang Andri barusan. Rifa hanya dapat terlentang saat ini, bahkan untuk sekedar duduk pun tidak bisa.

Berbeda halnya dengan Andri, ia masih bisa untuk berdiri. Bahkan sekarang pun ia sedang melangkah untuk menghampiri Rifa yang terkapar. Bukan berarti Rifa sedang pingsan saat ini.

"Kau ingin menghabisiku?" tanya Rifa saat melihat Andri yang berada tepat di depannya.

"Tidak, aku tidak akan menyerangmu."

"Lalu?"

"Kau menang. Aku sudah mengakui kekuatan sihir airmu."

Rifa terlonjak kaget. Ia pun membulatkan matanya tanda tak percaya. "Kau yakin?! Serius?!"

"Ya iyalah aku serius! Kau pikir aku pernah berbohong padamu?! Kita bahkan baru saja bertemu hari ini!"

"O-oh ...." Rifa menjawab dengan suara pelan.

'Tunggu, sepertinya aku merasakan deja vu disini.'

"Baiklah kalau begitu, aku mau pulang!"

Baru saja Rifa ingin bangkit untuk berdiri, dirinya sudah ditahan terlebih dahulu dengan kedua tangan Andri yang memegang kedua pundak Rifa. Sepertinya, Andri menyuruh Rifa untuk kembali duduk.

"Ada apa lagi?" tanya Rifa yang sedikit kesal karena tubuhnya tertahan oleh tangan kekar milik Andri.

"Kau belum memberitahuku tentang permintaanmu."

"... Hah?" Rifa memiringkan kepalanya tanda bingung.

Padahal mereka hanya ditugaskan untuk berduel, tapi kenapa sekarang Rifa harus memberitahu permintaannya pada Andri?

Otak Rifa berputar, masih memproses apa yang sebenarnya terjadi.

"Kau bilang kita harus bertarung saja habis-habisan dengan menggunakan sihir masing-masing. Kenapa sekarang kau memintaku untuk memberitahu permintaanku?" tanya Rifa mengerutkan alisnya.

"Kau sudah lupa? Siapapun di antara kita yang menang, harus memberitahu permintaan si pemenang pada yang kalah."

'Hah?! Tunggu, sejak kapan?!' Rifa menjerit sejadi-jadinya dengan pernyataan Andri barusan. 'Sepertinya aku jadi lupa ingatan semenjak menggunakan sihir.'

"Jadi, bagaimana?" tanya Andri masih menahan pundak Rifa untuk duduk.

Rifa menarik nafas, lalu menghembuskannya secara perlahan. "Kau harus jadi temanku."

"... Eh?"

Kali ini giliran Andri yang bingung. Dengan mengerutkan alisnya, Andri miringkan sedikit kepalanya tanda tidak mengerti dengan permintaan Rifa.

"Apa ... maksudmu?"

"Kau harus jadi temanku," ulang Rifa sekali lagi dengan nada serius untuk meyakinkan Andri.

"..., Hanya itu?"

"Hanya itu."

"Kau yakin?"

"Tentu saja aku yakin."

Andri masih tercengang. Dirinya tidak dapat berkomentar lagi saat ini.

"Oh ya," Rifa mulai melanjutkan kalimatnya kembali, membuat Andri seketika menoleh padanya. "Selain itu, kau harus ada di sampingku."

Rifa menarik nafasnya sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. "Sesulit apapun rintangan yang kita hadapi, kau harus terus berada di sampingku. Wajib hukumnya!"

Andri tercengang, benar-benar tercengang. Andri tidak tau lagi harus mengatakan apa. Dirinya benar-benar bingung saat ini. Namun disisi lain, dirinya juga merasa sangat senang.

"Baiklah~ Aku mengerti, Tuan Putri~" ujar Andri dengan senyuman yang paling tulus yang ia miliki. Tentu saja wajah Rifa seketika memerah. Belum pernah Rifa melihat Andri tersenyum seramah itu.

"J-jangan memanggilku Tuan Putri, bodoh!"

Andri terkekeh pelan saat menyadari Rifa salah tingkah saat ini.

"Jangan menertawai ku!"

"Aku tidak menertawaimu tuh."

Rifa kesal saat berdebat dengan Andri, dirinya tidak bisa menang dengan mudah. Dengan rasa kesal Rifa putuskan untuk beranjak dari sana lalu pergi untuk pulang ke rumahnya.

"Tunggu!" tahan Andri sekali lagi menahan tangan kanan Rifa yang membuat Rifa menoleh padanya. "Sebenarnya, sihir apa yang kau miliki sehingga kau bisa mengalahkanku dengan mudah?"

Rifa berbalik untuk menatap mata Andri lekat. "Kau kan sudah tau, masa bertanya lagi?"

"Tapi semua penyihir air biasa tidak bisa menyerangku sesakit sihirmu sampai saat ini!" Andri menjawab dengan cepat saat Rifa bertanya.

"Tapi sebelum aku menjawab, ada satu hal yang ingin ku tanyakan."

Andri mengerutkan alisnya. "Apa itu?"

"Kau pasti mempunyai sihir lebih dari satu bukan? Kalau benar kau hanya memiliki satu sihir, yaitu sihir 'Fire Demon', seharusnya kau sudah mati saat aku menyerangmu."

Sepertinya, Rifa benar-benar jenius kali ini. Otaknya sudah mulai bekerja saat bangkit dari jatuhnya ke tanah barusan. Tapi, memang benar kalau Andri mempunyai lebih dari satu kekuatan.

"Itu memang benar. Sihir pertama adalah sihir yang kau ketahui saat ini. Lalu yang kedua, ini sihir dari seseorang yang sihirnya ingin diwariskan untukku."

Andri menjelaskan panjang lebar sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya di tangan kanan menjelaskan bahwa saat ini dia memiliki dua sihir dalam satu tubuh sekaligus.

"Diwariskan?" ulang Rifa.

"Benar." Andri memejamkan matanya sebelum menjawab kembali. "Sihir keduaku adalah sihir dari warisan Dewa Api. Bisa dibilang, aku adalah pengguna sihir 'Descendant of the Fire God'."

Membulatkan matanya, Rifa benar-benar terkejut dibuatnya. Pantas saja saat diserang, Andri tidak langsung mati di tempat.

"Aku sudah menjawabnya. Jadi sekarang, giliran kamu yang menjawabnya."

Menarik napasnya kembali lalu menghembuskannya, Rifa pun juga mulai menjelaskannya.

"Yah ... seperti kau juga. Aku tidak terkalahkan olehmu, karena aku pengguna sihir 'Descendant of the Water Goddess'. Kekuatan yang diwariskan dari Dewi Air untukku."

"Sudah ku duga." Andri bergumam.

"E-eh?"

"Tidak apa. Sebaiknya kau pulang saja sekarang sebelum kau mati kedinginan disini. Hari sudah semakin gelap." Andri menunjuk bagian barat saat matahari benar-benar mulai terbenam.

'Cih ... dia mengalihkan perhatian.'

Langsung saja Rifa pergi dari lapangan yang sudah retak tersebut. Untung saja lapangan itu tidak digunakan, jadi mereka bisa tenang untuk tidak memperbaiki lapangan tersebut.

"Kalau begitu, aku pulang dulu! Kau juga, pulang sana!" Rifa berujar sebelum dirinya pergi meninggalkan Andri sendirian di tengah lapangan.

"Kau mengusir ku?" tanya Andri dan tentu saja pertanyaan itu sudah tidak dapat didengar oleh Rifa.

Seketika itu juga Andri berpose layaknya detektif terkenal yang sedang berpikir untuk memecahkan kasus tersebut. Dirinya tengah berpikir, entah apa yang di pikirkan nya.

"'Water Goddess' ya?" gumam Andri. "Sepertinya dia adalah orang yang diceritakan kakek tua itu sebelumnya."

Dengan masih mempertahankan pose berpikirnya, Andri tersenyum tipis di balik tangan kanan yang menutupi mulutnya.

"Ternyata, cerita dari kakek tua itu benar. Aku harus menjaganya untuk tetap hidup kali ini."

To be continue....

2285 word

Resada_Akarika

Sabtu, 28 September 2018

Remake : Sabtu, 15 Agustus 2020

Continue Reading

You'll Also Like

268K 22.8K 21
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
234K 330 17
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca
127K 14.1K 15
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 3) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ____...
1.2M 87.7K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...