Daddy's Enemy 2

بواسطة vifelzgint

58.3K 4.3K 648

Fabian Jeremy Peterson - Si playboy macho yang terkenal dengan bakat mengintimidasinya dan juga sifat posesif... المزيد

I Wanna Ask Your Permission
Trouble Maker
Gambling
Selalu Saja Sial
Jere VS Calon Kakak Ipar
Heartbeat
OH Crap! It's Trap!
You Need a Hug
Kelam
Pacarku Sayang, Pacarku Malang
Siapa Bilang Aku Takut?
Bermesraan Di Depan Papa
Jatuh Bersama
Pasangan Aneh
Daddy's Enemy
Sebuah Pengakuan

Hampir Pergi, Kemudian Pulang

960 145 24
بواسطة vifelzgint

Emosi Nicholas meluap sampai ke ubun-ubun saat pagi ini, dirinya melakukan pengecekan rutin rekaman cctv yang ada disetiap sudut rumahnya.

"BODOH! Bukankah kalian kugaji untuk mengawasi pemuda yang tengah berbaring santai di salah satu kamar dirumahku ini HUH?!" Tangan kekar milik Nicholas menggebrak kuat controlling table yang ada dihadapannya, membuat enam orang berbadan tegap yang menjadi sasaran amukannya pagi itu tertunduk semakin dalam.

"Maaf atas kelalaian kami tuan" Ucap salah satu dari mereka.

Nicholas memejamkan matanya erat-erat, rahangnya mengetat sampai-sampai gemelatuk giginya terdengar diruangan itu. Ia sedang berusaha menghilangkan pikiran-pikiran buruknya tentang apa yang kira-kira dilakukan oleh anak gadisnya dan pemuda gondrong itu di dalam kamar tamu, saat dini hari tadi.

"KELUAR! Menghilang dari hadapanku sesegara mungkin, sebelum kalian kujadikan daging kaleng untuk disantap para anjingku" Aura mematikan Nicholas yang sudah lama ia kubur, seketika bangkit kembali. Dan kali ini, bahkan jauh lebih menyeramkan dari sebelum-sebelumnya.

Tak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut para penjaga yang tengah menjadi sasaran amukan tuan besar mereka. Para penjaga itu hanya dapat membungkukkan badan tanda meminta maaf, dan menuruti saran tuan besar mereka untuk segera meninggalkan ruangan tersebut.

"Beraninya anak itu menyentuh putriku saat berada dirumahku! Besar sekali nyalimu anak muda!" Geram Nicholas, sembari melangkahkan kakinya lebar-lebar meninggalkan ruang controlling dirumahnya menuju kamar tempat anak lelaki pemberani itu tengah berbaring santai bahkan disaat hari hampir siang.

"Sial! Si kriting itu benar-benar ingin membuat diriku terkena penyakit stroke!" Nicholas mengumpat sepanjang jalan, menumpahkan secara perlahan emosinya yang tengah meluap-luap.

"Habislah kau anak muda!" Ucap Nicholas, sesaat sebelum dirinya mendobrak penuh emosi pintu kamar dihadapannya itu seakan-akan pintu itu adalah wajah dari Fabian Jeremy Peterson.

~•~•~•~

Jere menatap bingung sekelilingnya. Ia sedang berpikir keras akan apa yang terjadi pada dirinya, sehingga ia bisa berada ditempat seperti ini.
Jere terperangkap di sebuah taman bermain, dengan berbagai wahana serta fasilitas yang benar-benar lengkap. Taman bermain itu didukung dengan berbagai kecanggihan teknologi yang membuat seorang Jere berdecak kagum.

"Fabian..." Lelaki yang tengah asyik mengagumi kecanggihan yang ada di taman bermain itu seketika menegang ditempatnya. Janntungnya berpacu dengan kuat, ia ingin berbalik tapi seakan ada yang memaku kakinya ditempat.

Jere kenal suara lembut nan merdu itu! Dan dia sedang teramat merindukannya sekarang.

"Fabian Jeremy, anak baiknya bunda.."

Tes! Setetes cairan bening, jatuh bebas dari mata pemuda itu saat ia kembali mendengar suara yang begitu dirindukannya. Secara perlahan ia membalikkan badannya yang terasa amat berat. Dan betapa bahagianya ia saat sosok itu nyata dihadapannya, wanita itu tersenyum amat cantik padanya. Dan ya! Dia adalah bunda Jere, bukan kembarannya. Jere sangat amat dapat membedakan kedua wanita kesayangannya itu.

"Kenapa menangis hm?" Wanita cantik itu mendekat kearah Jere dan menghapus air mata lelaki itu yang semakin deras.

Jere memejamkan matanya, kedua tangannya ia arahkan untuk menggenggam tangan sang bunda yang tengah mengapus air matanya.

"Jere rindu bunda" Tiga kata. Hanya tiga kata itu yang dapat ia katakan, tiga kata yang mengandung sejuta makna.

Wanita cantik itu menuntun anak semata wayangnya untuk duduk disalah satu bangku terdekat yang ada di taman bermain itu. Dan dengan manjanya Jere meletakkan kepalanya di atas paha sang bunda, sembari memeluk bundanya lama. Menghirup aroma yang sangat ia rindukan.

"Kenapa pergi hm? Kenapa pergi dan membiarkan ayah beserta mama menangis? Bukankah Fabianku adalah anak yang baik?" Wanita itu mengelus sayang kepala puteranya, membuat sang putera memejamkan mata dan menikmati setiap sentuhan dari sang bunda yang begitu dirindukannya.

Jere mengerutkan keningnya dalam-dalam. Ayahnya? Menangis? Mustahil! Lelaki tua gila kerja itu, bahkan sudah tak menganggapnya sebagai anak dan mengusirnya sehingga ia pergi. Tapi mamanya, ya.. Jere menyesali hal itu. Ia benar-benar tak bermaksud membuat sang mama bersedih.

"Ayah yang menyuruhku pergi, aku hanya mengikuti keinginannya. Lagi pula, ayah memang tak pernah menyayangi kita bunda. Yang ia sayangi dan cintai hanya pekerjaannya. Dan tentu, ia tidak mungkin menangisi kepergiank. Untuk masalah mama, aku minta maaf bunda"

Sang bunda tersenyum. Senyum tulus yang begitu cantik, bahkan ibu peri dari negeri dongeng kalah akan kecantikan bundanya!

"Dengar sayangku, semua yang kamu tuduhkan kepada ayahmu itu tidak benar adanya.."

"Tapi bunda..."

"No.. No.. No, sayang. Dengarkan bunda dulu, baru boleh protes. Jangan memotong pembicaraan, itu tidak baik" Sang bunda menarik pelan bibir Jere menggunakan telunjuk dan ibu jarinya sehingga mebuat Jere terlihat imut.

"Ayahmu adalah seorang suami yang sangat mencintai bunda, dan seorang ayah yang sangat amat menyayangi kamu. Kenapa kamu berpikiran bahwa ayah tidak mencintai kita?"

"Ayah tidak pernah ada saat bunda sakit, ia sibuk kerja. Saat aku membutuhkannya, ia sibuk kerja. Sudah ku kerahkan segenap jiwa dan ragaku untuk menarik perhatiannya dengan segudang prestasi yang kumiliki, tapi ia bahkan tak meresponku. Ayah tetap sibuk kerja. Saat aku berbuat ulah, maka aku akan mendapat perhatiannya. Ya, perhatian dan amukannya. Saat bunda berulang tahun... " Jere tak melanjutkan keluh kesahnya, ia bangkit dari baringnya dan terdiam sembari menangis menatap sang bunda. Dengan kedua tangannya ia meraba wajah cantik milik bundanya.

"Hey, sayangku... Kenapa kembali menangis?" Tanya bundanya, sembari menghapus air mata Jere yang kembali mengalir dengan deras.

"B-bunda.. Benarkah ini bundaku?" Jere memeluk sang bunda erat-erat, ia takut bundanya akan pergi kalau tidak dipeluk erat.

"Fabian Jeremy sayangku, bunda akan mengatakannya sekarang dan mohon dengarkan baik-baik. Waktu bunda sakit dan sekarat ayah memang sibuk bekerja, bekerja dan bekerja. Tapi taukah kamu setiap tengah malam ia selalu datang ke kamar inap bunda dan memeluk bunda sambil menumpahkan air matanya? Ayah selalu meminta maaf kepada bunda karena uangnya tak dapat mengembalikan kesehatan bunda, Ayah selalu mengatakan bahwa ia sangat teramat mencintai bunda dan alasannya semakin giat bekerja disaat kondisi bunda drop adalah karena ia sedang mengumpulkan uang yang banyak untuk dapat membeli nyawa dari Tuhan atau setidaknya menukarnya. Bunda begitu senang sekaligus sedih mendengarnya, bunda senang karena bunda tau ayah sangat mencintai bunda. Tapi bunda sedih karena bunda, ayah bahkan hampir kehilangan kewarasannya"

Jere terkejut mendengar fakta baru yang tak pernah diketahuinya seumur hidupnya.

"La-Lalu, kemana dia saat..." Jere tak mampu melanjutkan kalimatnya, seakan apabila ia melanjutkannya, bundanya akan kembali tak terlihat.

Wanita cantik berhati malaikat itu kembali tersenyum sembari menghapus sisa-sisa air mata yang menghiasi pipi anaknya.

"Bunda tau dia disana. Saat bunda berada dirumah sakit untuk yang terakhir kalinya, ia disana mengamuk kepada dokter dan staff rumah sakit sambil menghamburkan uang yang dibawanya didalam delapan koper besar. Ia berteriak mengatakan ingin membeli nyawa baru dan bertanya dimana ia dapat membelinya, tapi tentu saja itu tidak mungkin kan? Dan saat pemakaman, ia hanya berada didalam mobilnya karena ia tak mau seorang pun tau bahwa ia tengah mengalami suatu goncangan hebat dalam hidupnya"

"Lalu kenapa ayah tidak melihatku? Dia tau bahwa aku juga mengalami kehilangan! Bunda tolong jangan membelanya.."

"Bunda mengatakan yang sejujurnya sayang. Ayah sangat menyayangimu, tapi kamu mungkin tidak tau bahwa setahun setelah bunda pergi perusahaan ayah berada diambang kebangkrutan. Bahkan ada beberapa cabang yang terpaksa ia relakan pindah kepemilikan untuk menghindari membeludaknya tingkat pengangguran. Kalau ayah tidak menyayangimu, ia tidak akan mungkin mencoba mencintai mamamu dan menikah dengannya. Itu semua dilakukannya agar kamu mendapat cukup perhatian disaat ia berusaha membangkitkan perusahaannya lagi"

Jere memberi tatapan tidak setujunya pada sang bunda.

"Ia tidak memperdulikanku sampai sekarang bunda. Bahkan perusahaannya sudah benar-benar luar biasa sekarang. Ditambah lagi perusahaan ayah sudah bergabung dengan perusahaan kakek yang luar biasa besarnya"

"Dia memperhatikan kamu, tapi kamu yang selalu menghindar. Kamu terlalu sibuk dengan memikirkan hal apa lagi yang dapat membuatnya marah, kamu bahkan tidak pernah tau disaat prestasi kamu memuncak ia akan memamerkannya kepada seluruh rekan bisnisnya karena ia tidak tau cara menyampaikan seberapa bangganya ia terhadap kamu disaat kamu memberikan blok tersendiri kepada ayahmu, sehingga satu-satunya cara yang dapat ia lakukan adalah memfasilitasi kamu dengan fasilitas nomor satu"

Jere terdiam mencerna kata per kata yang meluncur bebas dari bibir sang bunda.

"Masalah kalian itu sama, sayang. Kalian sama-sama terlalu egois dan keras kepala untuk berdamai dengan masa lalu dan berdamai dengan diri kalian sendiri"

"Tidak bunda. Bunda harus tau, ayah tidak pernah merayakan.. "

"Kamu yang harus tau Fabianku, ayah selalu merayakan ulang tahun bunda dan mama setiap tahunnya. Dan setiap tahunnya kamu tidak pernah berniat untuk datang. Ulang tahun bunda selalu menjadi acara puncak dengan menerbangkan beribu lentera indah ke langit. Bunda saja tau, dan kamu tidak. Benar seperti itu kan?"

Wanita itu mengecup kedua pipi anaknya, lalu mengecup dahi pemuda itu dalam dan lama. Ia memeluk anaknya erat-erat.

"Pulanglah sayangku, jangan biarkan mereka menangis. Berdamai dengan masa lalu, dan kejar impian-impian kamu. Bunda akan selalu mendukung kamu" Ucap sang bunda dengan sangat tulus.

"Tidak bisakah bunda ikut denganku? Atau biar aku saja yang ikut bunda" Sang bunda menggeleng tegas menolak keinginan Jere.

"Tidak sayang, bunda tidak bisa ikut. Dan kamu tidak boleh ikut bunda. Pulang Jere! Setiap kamu merindukan bunda, peluklah mamamu erat-erat. Sekarang pulang!"

~•~•~•~

Kejadian itu terjadi lagi. Kejadian beberapa tahun lalu, di rumah sakit yang sama. Dimana Tuan Bernard Peterson menghamburkan seluruh uangnya di lantai rumah sakit sembari meraung menanyakan dimana ia dapat membeli nyawa baru.

"Tuan Peterson, Lihat! Puteramu kembali!" Nicholas berseru memberitakan kabar gembira kepada ayah dari anak muda sekarat didalam ruangan yang dibatasi dengan pembatas kaca itu.

Bernard terdiam dari amukannya, laju air matanya semakin cepat menyamakan langkah kakinya untuk segera melihat kondisi putera kebanggaanya itu. Putera yang dengan menyesal telah diusirnya dan membuat anaknya itu mengalami kondisi seperti sekarang.

"Ayah tidak mau kehilangan lagi, bertahanlah Fabian...ku" Lirih Bernard sembari memeluk sang istri yang tengah menangis dalam pelukannya.

Bernard memandang Nicholas dengan tatapan berterimakasih.
"Tuan Ferraro, bisakah anda menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada putera saya? "

Nicholas mengangguk setuju. Ia pun menceritakan tentang Jere yang sore itu menyempatkan diri untuk mengantarkan Zefanya sampai dikediamannya, meski kondisi pemuda itu sedang tidak fit. Setelah salah satu dari putera kembar Nicholas mengecek kondisi pemuda itu, ternyata pemuda itu tengah mengalami gejala tipus dan juga luka pada lambung akibat ketidak teraturan jam makan dan menu makanan yang tidak seharusnya dimakan berulang kali.

Nicholas juga menjelaskan bahwa tadi pagi ia sempat emosi kepada Jere karena tertangkap cctv rumahnya tengah membopong anak gadisnya menuju kamar, meski hanya sebentar lalu keluar. Saat dirinya hendak memberi hukuman yang kira-kira setimpal pada pemuda itu, ia menemukan beberapa kejanggalan pada pemuda itu.

Jere tetap diam tak terusik dari tidurnya, bahkan saat Nicholas mendobrak pintu dan menghasilkan bunyi yang gaduh. Setelah lama Nicholas memperhatikan, lalu ia tersadar bahwa Jere tampak amat sangat pucat. Dan saat ia memegang tubuh Jere, tubuhnya terasa dingin. Nicholas cukup panik, tapi saat masih merasakan hembusan nafas tersendat-sendat dari Jere, seketika itu juga Nicholas mengangkat tubuh anak itu seakan Jere adalah puteranya juga.

"Seperti itulah, kemudian saya menghubungi anda. Dan disaat anda datang, monitor sialan itu menunjukkan garis hijau lurus. Syukurlah putera anda kuat dan dapat melewatinya" Ucap Nicholas sembari menepuk pelan pundak Bernard.

"Terimakasih Tuan Ferraro, terimakasih karena sudah berbelas kasihan kepada Fabian" Bernard mengucapkannya dengan tulus, dan mendapat senyuman tulus pula dari Nicholas.

"Tidak masalah. Lagi pula, saya masih membutuhkan putera anda" Ucap Nicholas, dan memberikan senyum tidak simetris yang membuat lawan bicaranya bertanya-tanya.

TBC.
Maaf saya udah ngantuk, jadi sampai disini dulu ya. Ini no edit langsung di publish aja, entaran aja editnya kalau ada kesempatan.
Maaf juga part ini mellow dan tidak ada bagian khusus antar Jere Dengan Zefanya. TAPI TENAAANG! NEXT PART JANJI DEH PADA BAPERAN KLEPEK-KLEPEK SEMUA HEHEHEHE.
EITTTS, TAPI JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT NYA!

MAU TAU DONG, GIMANA PART BAPER YANG KALIAN IDAM-IDAMKAN DARI JERE DAN ZEFANYA?

Btw, baca tentang MICHAEL juga yaaa kakak laki-laki Zefanya yang ganteng itu loohh. Judulnya ONCE UPON A TIME. KOMEN KALIAN SANGAT DIBUTUHKAN DISANA BEGITU JUGA DENGAN VOTE. HEHEH

❤,
A.

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

682K 69K 33
Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putra, ternyata Starky belum juga bisa usai...
432K 25.1K 74
Ternyata memang benar, garis antara cinta dan benci itu nyaris tak ada. Dari yang bukan siapa-siapa bisa menjadi teman hidup.
1.4M 110K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
1.7M 40.4K 9
Semua terlihat sempurna di kehidupan Maudy, seorang aktris papan atas yang juga dikenal sebagai kekasih Ragil, aktor tampan yang namanya melejit berk...