KING Of JOSEON [End]

By Rhanesya_grapes

344K 24K 2.7K

[END~ 12~07~2018] [Bukan novel terjemahan] (Part masih komplit) Kehidupan memang kejam. Cinta pun termasuk sa... More

♟Prolog♟
♟1♟ Love is Happy.
♟2♟Ingkar Janji.
♟3♟Berita Pernikahan Yurika.
♟4♟Broken heart.
♟5♟Broken Heart 2.
♟6♟ Cherry Blossoms.
♟7♟Anugrah atau Kutukan?
♟8♟Terdampar di zaman Joseon.
♟9♟I Believe.
♟10♟Perkenalan.
♟11♟My Wedding.
♟12♟Kecemasan.
♟13♟Kecerobohan.
♟14♟Belajar tata krama.
♟15♟Misteri.
♟16♟Masked Man.
♟17♟Forest Fox.
♟18♟Watterfal Fox.
♟19♟Peculiarity.
♟20♟ Lembah Terkutuk.
♟21♟Diajari Suami.
♟22♟Pengkhianatan Tak Terduga.
♟23♟Penyelamat.
♟24♟Kaisar Jeong Shuji.
♟25♟Ulang Tahun Jeong Soon.
♟26♟Pengujian.
♟27♟Pelantikan campur Kesedihan.
♟28♟Terpuruk.
♟29♟Joesonghabnida (Maaf).
♟30♟ Joesonghabnida 2 (Maaf 2).
♟31♟BI (Hujan) dan Penyerangan Pertama.
♟32♟Pertahanan Istana.
♟33♟SSAUM (Pertarungan).
♟34♟GADHYEO (Terjebak).
♟35♟Rahasia yang Tersembunyi
♟36♟Naneun gwa Dangsin (Aku dan kamu).
♟37♟Lembah Kegelapan.
♟38♟Lee Hwon (Bertahanlah).
♟40♟Rencana Pembebasan.
♟41♟Pembebasan.
♟42♟Istana Baru.
♟43♟Istana Baru 2.
♟44♟Ulang Tahun In Hyun.
♟45♟Pernikahan Pertama.
♟46♟Cahaya yang redup.
♟47♟Kabar gembira dan Perpisahan.
♟48♟Gyehoeg (Rencana).
♟49♟Misteri lambang emas.
♟50♟Berkunjung ke Istana Silla.
♟51♟Istana Silla.
♟52♟Pernikahan Wang Shishi.
♟53♟Tabir Rahasia.
♟54♟Kebangkitan.
♟55♟Tak Terduga.
♟56♟Keputusan In Hyun.
♟57♟Perang Besar.
♟58♟Perang Besar 2.
♟59♟Kebangkitan 2.
♟60♟Gagi Hajima (Jangan Pergi).
♟Epiloge♟
♟Silent On Love♟

♟39♟Kembali ke Istana.

3.9K 309 81
By Rhanesya_grapes

Kedua mata Zheng Yan tampak berkaca-kaca, dia langsung memburu ke arah keduanya. Setelah memberi salam penghormatan, ia membantu Ratu In Hyun untuk turun dari kuda. Setelah In Hyun turun dengan sempurna disusul Jeong Soon ikut turun juga dari atas kuda.

Semua pengawal, prajurit, bahkan pelayan dan tabib yang masih berada di sana berlarian untuk berkumpul menyambut kedatangan Jeong Soon beserta istrinya. Wajah mereka berubah berseri-seri dan ada juga yang menangis terharu.

Ternyata Kaisar dan permaisuri Kerajaan Goguryeo masih hidup. Dan itu berarti harapan untuk mempertahankan istana Goguryeo dari incaran Kerajaan Barje semakin kuat, dengan kembalinya Jeong Soon Kaisar mereka. Tak ada lagi ketakutan sedikitpun bagi penghuni istana Goguryeo, semua ketakutan itu telah hilang seketika. Apalagi melihat keadaan Kaisar mereka jauh lebih baik dan tampak lebih segar tubuhnya daripada sebelumnya.

In Hyun masih kebingungan menatap sekitar istana yang hampir seluruhnya rusak dan dalam masa perbaikan saat itu. Dia berdiri terpaku sambil bertanya. "Paduka sebenarnya apa yang terjadi di sini?"

Jeong Soon menggenggam tangannya. "Kau jangan takut, nanti kita akan membicarakannya hal itu. Aku akan menjelaskan semuanya padamu, istriku."

Panglima Zheng Yan berlari menuju ke paviliun Wang Jhaojun. Satu pengawal berlari menuju ke bilik Goryeo untuk memberitahukan kedatangan Kaisar mereka dan juga Permaisuri.

Lou Guanjong masih memperhatikan surat yang dia terima dari Kerajaan Barje. Sementara Wang Jhaojun masih memikirkan bagaimana caranya mencari tahu tentang keberadaan Lee Hwon di Kerajaan Barje? Benarkah dia berada di Kerajaan Barje atau pesan itu hanya bohong belaka, karena isi surat itu penuh dengan kejanggalan?

Knockk... knockk...

"Masuk!" Jawab Luo Guanjong.

Baru saja pintu terbuka, Panglima Zheng Yan tampak terburu-buru masuk ke dalam dan langsung memberi hormat pada keduanya. "Maafkan saya Pangeran Luo, Pangeran Wang. Saya terlalu terburu-buru untuk masuk."

Luo dan Wang saling menatap aneh. Kemudian mereka menatap pada Panglima Zheng Yan yang tampak masih mengatur napasnya karena berlari ke sana.

"Ada apa Panglima Zheng? Apakah mereka menyerang kembali?" tanya Luo menerka, dengan jantungnya yang berdebar semakin kencang. Ia mengira kalau saat itu Kerajaan Barje menyerang kembali.

Panglima Zheng Yan menggelengkan kepalanya sembari masih menunduk. Namun, senyuman yang merekah dibibirnya tampak jelas terlihat oleh Luo dan Wang membuat mereka bertambah heran. "Pangeran Luo, Pangeran Wang. Mereka telah kembali-"

"Mereka siapa?!" tanya Wang mengira mereka itu Ching Daiki beserta bala tentaranya.

"Yang Mulia Jeong Soon dan juga Permaisuri In Hyun sudah kembali." Jawab Zheng Yan berseri-seri tak bisa menyembunyikan lagi rasa bahagianya.

"JEONG SOON! RATU IN HYUN!" keduanya benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya itu.

Luo Guanjong sontak bangkit dari duduknya. "Benarkah mereka masih hidup?!"

Panglima Zheng mengangguk.

"Di mana mereka sekarang?" tanyanya lagi tampak tak sabaran dan bergegas melangkah ingin segera pergi menemui Jeong Soon. Begitu juga Wang Jhaojun berjalan mengikuti Lou dari belakang.

"Mereka masih di depan istana Pangeran." Jawab Zheng Yan mengikuti keduanya.

Ketiganya bergegas keluar, berjalan dengan langkah lebar menuju ke halaman istana.

Hal serupa juga dialami Kaisar Goryeo. Ketika mendengar berita kembalinya anak beserta menantunya itu dari pengawal istana tadi, dia juga bergegas setengah berlari untuk menemui Jeong Soon dan In Hyun tanpa menghiraukan rasa sakit di seluruh tubuhnya.

Jeong Soon masih berdiri di halaman. Dia menatap sekeliling istana, banyak perbaikan yang harus mereka lakukan untuk mengembalikan istana seperti semula atau bahkan harus lebih baik lagi dari keadaan semula. Di dalam hatinya dia benar-benar bersyukur, ternyata Kerajaannya belum berhasil direbut oleh Ching Daiki.

Banyak yang harus diceritakan tentang pertarungan waktu itu pada istrinya yang masih berdiri terpaku, pastinya dengan seribu pertanyaan di dalam benaknya itu.

"Anakku!" seru Kaisar Goryeo memanggil Jeong Soon.

Jeong Soon menoleh ke arah panggilan Ayahnya itu. Bibirnya merekah seketika melihat Kaisar Goryeo semakin mendekat padanya. "Ayahanda," dia berlari menghampiri Kaisar Goryeo lalu memeluknya. "Apa Ayah baik-baik saja. Maafkan hamba jika menghilang di saat pertarungan-"

"Tidak apa-apa, nak. Yang pasti aku benar-benar bersyukur kalau kalian masih hidup." Kaisar Goryeo memeluk Jeong Soon dengan sangat erat. Harapan dihatinya untuk kelangsungan dan pertahan istana kini utuh kembali. Serta keputus asaannya hilang seketika.

"Jeong Soon!" Panggil Luo Guanjong dan Wang Jhaojun dari kejauhan berburu kearahnya.

Kaisar Goryeo melepaskan pelukannya. Dia masih terharu melihat anak dan menantunya itu ternyata masih hidup.

"Ya Tuhan. Syukurlah ternyata kau masih hidup." Rangkul Luo memeluknya erat.

"Ya. Aku juga tak menyangka masih diberi umur yang panjang sampai bisa bertemu serta berkumpul lagi dengan kalian." Jawab Jeong Soon bergantian memeluk Wang Jhaojun.

"Senang atas kembalinya kalian ke istana serta baik-baik saja." Wang Jhaojun menepuk-nepuk punggung Jeong Soon.

Luo membungkukkan badannya sedikit memberi salam pada In Hyun yang dibalas anggukan kepala serta senyuman darinya.

Begitu juga Wang Jhaojun memberi salam pada In Hyun. "Selamat datang kembali di istana, Permaisuri."

"Gomasseumnida, Pangeran Wang." Jawab In Hyun selalu dengan senyuman.

Jeong Soon baru menyadari kalau di sana tidak ada Lee Hwon. "Ke mana Lee Hwon? Apa dia terluka parah?" tanyanya sembari mengedarkan pandangannya mencari Lee Hwon.

Luo dan Wang menunduk bingung untuk menjawabnya. Begitu juga Kaisar Goryeo.

Jeong Soon menatap aneh pada mereka. Dia menduga kalau Lee Hwon sudah meninggal.

Luo Guanjong memegang pundak Jeong Soon. "Aku tahu kau pasti masih lelah. Namun, kita harus membicarakan tentang Lee Hwon di ruang perang."

Jeong Soon mengangguk. Dia memanggil satu dayang yang masih berada di sana untuk menemani In Hyun karena Gahee dan Mongyi ikut bersama dengan para Putri ke Kerajaan Silla dan belum kembali. Dia mendekati In Hyun. "Istriku. Tunggulah di ruang seni, setelah urusan kami selesai, aku akan segera menyusulmu ke sana."

In Hyun hanya mengangguk. Ia pun mengikuti dayang itu menuju ke ruang seni. Dia yakin kalau kamarnya juga hancur karena itu Jeong Soon menyuruhnya menuju ruang seni bukan kamarnya itu.

Jeong Soon melangkah mengikuti Luo, Wang dan juga Ayahnya. Dia merasa Ayahnya selalu merintih pelan menahan sakit di seluruh tubuhnya. "Ayahanda. Apa kau terluka parah?" tanyanya memegang kedua pinggir pundak Ayahnya.

Luo yang menjawab. "Yang Mulia terluka parah dan belum sembuh total."

"Kalau begitu biar Ayah istirahat saja."

"Tapi-"

"PENGAWAL!" Jeong Soon memanggil salah satu pengawal di dekatnya.

Satu pengawal bergegas menghampirinya.

"Cepat bawa Ayahanda kembali ke biliknya." Perintah Jeong Soon.

Pengawal itu mengangguk langsung membantu Kaisar Goryeo berjalan menuju paviliunnya.

Setelah melihat Ayahnya hilang dari pandangan.

Luo memegang sebelah pundak Jeong Soon. "Kita harus membicarakan sesuatu yang sangat penting padamu."

"Baiklah. Sekarang kita akan membicarakannya di mana?" tanya Jeong Soon menatap sekitaran yang masih diperbaiki termasuk ruang perang.

"Paviliunku sudah selesai diperbaiki, mari kita bicarakan di sana saja." Ajak Wang Jhaojun pada mereka berdua.

Jeong Soon dan Luo Guanjong mengangguk. Mereka bertiga berputar arah berjalan lagi menuju ke paviliun Wang Jhaojun.

Hati Jeong Soon sudah merasa tak enak dari pertama kali dia menginjakkan kakinya kembali di halaman istana. Apalagi ketika ia bertanya tentang Lee Hwon, tak ada yang menjawab Lee Hwon di mana saat ini. Mereka malah mengajaknya untuk membicarakan sesuatu secara rahasia. Dia mengira kalau Lee Hwon mungkin gugur dalam pertarungan waktu itu.

Sesampainya di paviliun Wang Jhaojun. Ketiganya masuk kemudian menutup pintu sangat rapat sekali.

Luo menyuruh Jeong Soon untuk duduk. "Duduklah Jeong. Aku akan menceritakan semuanya, bagaimana Lee Hwon sampai menghilang dan di mana dia sekarang. Setelah itu kau ceritakanlah bagaimana bisa kau masih hidup serta bisa menemukan Ratu In Hyun?"

Jeong Soon duduk dibantalan. Luo dan Wang juga duduk di dekatnya. Pertama-tama Luo Guanjong dan Wang Jhaojun menceritakan secara bergantian semua kejadian yang terjadi di istana ketika Jeong Soon jatuh ke jurang dan dinyatakan meninggal. Serta apa saja yang terjadi setelah hari pertarungan itu. Termasuk memperlihatkan surat yang dikirim Kerajaan Barje.

Jeong Soon menerimanya lalu membacanya dengan sangat teliti. Sesekali dia mendelik ke arah lain lalu membaca kembali pesan itu. "Aku yakin ada sesuatu yang tak beres."

Luo mengangguk setuju. "Itupun yang kami pikirkan Jeong."

Wang pun ikut berbicara. "Pokoknya kita harus mencari tahu kebenaran tentang Lee Hwon. Jangan-jangan itu hanya perangkap untuk memancing kita pergi ke sana."

"Kalian jangan khawatir. Aku yakin kita bisa secepatnya mengetahui hal itu." Jeong Soon menyeringai. Karena aku akan segera tahu hal itu dan akan membawanya pulang kembali tanpa kurang apa pun. Lanjutnya dalam hati.

In Hyun duduk di ruang seni. Sebuah ruangan yang biasa dipakai Jeong Soon atau semuanya untuk melukis. Hanya ruangan itu yang tidak terlalu parah kerusakannya, karena ruangan itu tepat berada di belakang istana dan hampir dekat dengan sungai besar yang mengalir menuju lembah terkutuk.

Sang dayang duduk agak berjauhan dengannya. In Hyun merasa canggung dengan dayang yang baru pertama kali dilihatnya itu. Sekali-kali dia tersenyum pada dayang yang dibalas senyuman juga oleh dayang itu.

In Hyun menatap sekitaran. Begitu sepi dan sunyi, hanya suara samar-samar gemuruh air sungai. Terkadang dia mengembuskan napasnya lirih. Di dalam hatinya tetap pada pertanyaan yang dari tadi berputar dibenaknya itu. Sebenarnya apa yang terjadi di istana ini? Bisakah seseorang menjelaskan semuanya padaku?

"AAAAKKHHHHH!!" Jerit In Hyun frustrasi tak bisa dipendam lagi. Sehingga membuat dayang yang dari tadi melamun terkejut tidak terkira.

Dayang itu segera bangkit lalu berburu kearahnya. "Permaisuri, apa yang terjadi?! Apa Anda baik-baik saja?" tanyanya cemas takut Ratunya itu kenapa-napa.

In Hyun tersentak kaget menyadari kenapa dia sampai menjerit sehingga membuat sang dayang kaget dan panik. Ia tersenyum malu padanya. "Maaf. Sepertinya tadi ada yang menggigit pahaku, hehe." Jawabnya sembari garuk-garuk kepala tak gatal.

Sang dayang mengembuskan napasnya lega sembari memegang dadanya. "Syukurlah, hamba kira ada apa." Dia terkulai lemas di dekat In Hyun dengan wajah yang berubah pucat.

Kini In Hyun yang kaget dan cemas melihat dayang itu terkulai. "Yah. Apa kau tidak apa-apa?"

Dayang itu menggelengkan kepalanya sembari mengatur napasnya.

In Hyun mencoba menenangkannya dan terus menyuruhnya bernapas. "Ayo bernapaslah. Huhh.. huhh.. seperti itu, tarik napas lalu keluarkan," ia menyuruh dayang menarik napasnya lalu mengeluarkannya, dan dayang itu menuruti apa yang diperintahkan In Hyun padanya.

"Apa kau sudah tenang sekarang?" tanya In Hyun melihatnya sudah terlihat lebih baik dan tidak pucat seperti tadi.

"Terima kasih, Yang Mulia Ratu." Ucap dayang itu sembari memegang tangan In Hyun.

In Hyun menepuk-nepuk punggungnya pelan. "Sepertinya kau mengalami trauma?"

Dayang itu tampak termenung tak bisa menjawab pertanyaannya itu.

"Bisakah kau menceritakan kejadian apa yang terjadi di istana ini?"

Dayang itu hanya menelan salivanya berat. "Pertarungan,"

"Pertarungan?" In Hyun tidak mengerti.

"Ya, Ratu, waktu itu Kerajaan Timur menyerang istana ini." Jawabnya menunduk sedih.

Timur? In Hyun membulatkan matanya. Barje, jadi Kerajaan Barje yang menyerang ke sini. Lalu, kenapa Jhao Feiyan yang menculik dan ingin membunuhku? Aku harus menanyakan hal itu langsung pada Kaisar Jeong Soon. Dan dia juga belum menceritakan bagaimana kami bisa bertemu serta berada di goa kemudian sampai di rumah kecil kemarin?

Jeong Soon, Luo Guanjong dan juga Wang Jhaojun masih berpikir.

"Jeong, apa kau sudah memutuskan tentang Lee Hwon?" tanya Luo.

"Ya. Apakah kita memang harus menyerang ke sana?" tanya Wang menatapnya penasaran melihat Jeong Soon diam dan terlihat tenang dari tadi.

Jeong Soon menggelengkan kepalanya.

Luo dan Wang saling melirik. Luo mengernyitkan keningnya menatap kembali Jeong Soon. "Jadi maksudmu, tentang Lee Hwon disekap di sana hanya bohong belaka?"

Jeong Soon menggelengkan kepalanya lagi. "Aku yakin mereka memang menyandera Lee Hwon. Tapi masalah pesan itu, aku yakin juga itu bukan dari Ching Daiki. Dari kecil aku sudah tahu sifat aslinya seperti apa. Dia bukanlah orang yang mengeluarkan ancaman seperti itu. Ching adalah orang yang langsung bertindak untuk mencapai semua keinginannya."

Wang Jhaojun menunduk. "Lalu apa yang harus kita lakukan? Aku bahkan malu untuk mengatakan padamu kalau adikku Putri Jhao Feiyan adalah pengkhianat Kerajaan Barje-"

"Aku sudah tahu hal itu." Potong Jeong Soon santai.

Luo membulatkan kedua matanya. "Jadi kau juga sudah tahu hal itu?"

Jeong Soon mengangguk pasti.

Wang Jhaojun mengepalkan tangannya. "Maafkan aku Jeong. Aku juga tak menyangka kalau dia akan menjadi seorang pengkhianat."

Jeong Soon malah tersenyum. "Kau jangan merasa bersalah seperti itu. Karena itu juga bukan keinginanmu. Jadi lupakan saja, mungkin dia lebih nyaman berada di sana ketimbang di sini atau di istananya sendiri (Gojoseon)."

Wang menatap Jeong Soon penuh haru. "Kau memang pantas menjadi Kaisar Kerajaan ini. Bahkan jika kau memimpin keempat Kerajaan, kau pantas mendapatkannya."

Jeong Soon malah terkekeh. Begitu juga Luo dan Wang, persahabatan yang sudah berubah menjadi persaudaraan itu semakin erat dan takkan terpisah oleh kekuasaan apa pun.

Jeong Soon bangkit dari duduknya. "Aku akan menemui Permaisuri Hyun. Masalah Lee Hwon, serahkan saja padaku. Aku takkan tinggal diam sebelum mengetahui benar atau tidaknya keberadaannya di sana?"

"Kami percaya padamu Jeong." Ucap Luo Guanjong.

Jeong Soon melangkah menuju pintu. Dia keluar meninggalkan Luo dan Wang di sana.

Di ruang seni.

In Hyun merasa pegal dari tadi duduk terus. Dia bangkit berdiri lalu berjalan menuju pintu balkon diikuti oleh dayang. Ketika membuka pintu, angin berembus menyegarkan wajahnya serta memainkan rambutnya. Suara gemuruh air semakin terdengar keras dan jelas. Ia membulatkan kedua matanya, ternyata pemandangan di sana lebih indah ketimbang kolam di taman Blossom terlarang.

Tak jauh dari ruang seni mengalir sungai yang besar. In Hyun baru pertama kali ini berkunjung ke ruang seni dan berdiri di balkon itu. Ia memejamkan kedua matanya merasakan embusan angin yang terus menerpa wajahnya itu sampai tak sadar kalau Jeong Soon sudah datang ke sana.

Melihat kedatangan Kaisarnya. Dayang itu menunduk sembari berpamitan pergi dari sana.

Jeong Soon mengangguk mengizinkan dia pergi meninggalkan mereka berdua. Ia lalu berdiri di samping In Hyun sembari menyilangkan tangannya di punggungnya. Dia ikut menikmati pemandangan di sana.

In Hyun dengan mata terpejam mengetahui seseorang berdiri disebelahnya. Dan dia mengira itu dayang yang bersamanya. "Kau tahu. Banyak kejadian yang belum pernah aku alami sebelumnya, dan aku merasa tempat ini adalah tempat kelahiranku."

Jeong Soon tersenyum mendengarnya. Dia menatap wajah In Hyun sembari mendekatkan wajahnya dengan pipi In Hyun. Cuppp... Tiba-tiba dia mengecup pipi In Hyun membuatnya sontak membuka kedua matanya lalu menoleh sekaligus ke samping.

"Pa-Paduka, se-sejak kapan kau berada di sini?" tanya In Hyun terbata-bata. Kedua pipinya mulai terasa panas.

"Sejak dahulu, baru saja dan seterusnya aku akan berada di sampingmu seperti saat ini."

In Hyun malah memicingkan matanya sembari mengerucutkan bibirnya. Suaminya itu memang sudah berubah menjadi pria mesum dan kini sudah pintar mengeluarkan kata-kata rayuan (gombal).

Melihat ekspresi wajah In Hyun seperti itu. Jeong Soon malah memegang kedua pipi In Hyun lalu mengecup keningnya.

"Yah. Paduka, berapa kali kau menciumku? Apa kau selalu mencari-cari kesempatan?!" kata In Hyun melepaskan kedua tangan Jeong Soon di pipinya itu.

"Memangnya kenapa? Kau'kan istriku." Jawab Jeong Soon kini berbalik cemberut.

"Pppttthhh," In Hyun menahan tawanya, baru pertama kalinya dia melihat wajah manja dari Jeong Soon. "Aigoo. Ternyata Kaisar kita bisa seperti anak kecil seperti itu."

Jeong Soon menurunkan sebelah alisnya. "A-anak kecil? Coba ulangi sekali lagi perkataan barusan, istriku." Pintanya sembari melangkah perlahan lebih mendekat pada In Hyun.

"Ti-tidak ... ma-mau." Jawab In Hyun perlahan mundur.

"Ayolah."

"Tidak mau."

Jeong Soon merangkul pinggang In Hyun lalu menarik tubuhnya agar semakin merapat dengan tubuhnya. "Jika tidak diulangi maka-"

"Maka apa? Apakah aku akan dilemparkan ke sungai itu?" canda In Hyun melirik ke samping.

Jeong Soon menggelengkan kepalanya.

In Hyun mengerjapkan matanya menatap wajah Jeong Soon malah semakin mendekat padanya. "Pa-Paduka, aku lapar." Ucapnya mencoba menghindar.

Jeong Soon tersenyum. Ia bukan ingin mengecup In Hyun, hanya ada sedikit bulu burung putih, kecil dan halus dari hiasan rambutnya yang menempel dikeningnya. Jadi dia hanya meniup bulu kecil itu. Setelah itu, ia melepaskan pelukannya. "Mari kita makan, aku juga sudah lapar karena perjalanan tadi. Ahh.. rasanya sangat rindu sekali dengan masakan istana."

Jeong Soon menyilangkan kedua tangannya di punggung lalu menoleh ke belakang di mana In Hyun masih terpaku ditempatnya.

In Hyun terpaku hanya karena dia masih belum bisa mencerna di otaknya tentang kelakuan Jeong Soon yang sering berubah-ubah itu.

"Istriku, apa kau akan tetap berdiri di sana?"

"Ahh. Tidak, aku hanya-"

"Ayolah. Bukankah kau berkata tadi sudah lapar." Ajak Jeong Soon tersenyum kecil.

In Hyun hanya mengangguk cepat. Ia pun mengikuti Jeong Soon dari belakang menuju ke paviliunnya sekaligus untuk melihat bagaimana keadaan kamarnya itu.

Ӝ----TBC----Ӝ

Maaf ya.. Dua hari kemarin sibuk 😁 jdi hari ini double up.. Enjoy..

Revisi ulang*
22 Maret 2020

By~ Rhanesya_grapes 🍇

Continue Reading

You'll Also Like

4K 557 19
FF Nichojoo FF KSeung FF Yizhan Tiga pasang yang jatuh cinta dengan caranya masing-masing....
22.5K 2.7K 57
END! Roger Anderzon, Pria itu selalu seperti itu. Dingin tanpa belas kasih. Kejam dengan tatapan dingin menusuknya. Jelas-jelas Scarlet tau, Ia tidak...
229K 17.7K 40
Follow me 😉💕 Written on Feb 14th, 2019 WARNING ⚠ [CERITA TELAH DI HAPUS BEBERAPA PART. JIKA INGIN MEMBACA SECARA LENGKAP, SILAKAN BELI E-BOOKNYA DI...
3.3M 326K 91
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...