RECORDS -Cheolsoo-

By heyhduami

25.2K 3.2K 769

Berisi tentang kisah hidup pemuda tuna wicara bernama Hong Jisoo, dengan sosok Choi Seungcheol yang merupakan... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
15
16
17
18
Bukan Update
19
20
BAD NEWS! Or.. good?

14

880 139 39
By heyhduami

Pertama-tama, yang muter media di atas, usahakan pakai earphone ya. Karena ini versi 3d, jadi bakal kedengeran lebih nyata kalo pake earphone. Gomapdaaa~

••••••••••

"Bagaimana jika menemuiku sebelum pameran?"

Itu pesan teks terakhir dari Jisoo, dan hal itu yang membuat Seungcheol saat ini telah berada di pesawat be-rute Düsseldorf - Milan. Bahkan matahari belum sepenuhnya menampakkan dirinya.

Seungcheol menuruti permintaan Jisoo untuk datang ke Milan, tapi ia pun juga tak bisa berhenti mengamati ponsel bermode pesawatnya. Siapa tahu Mingyu akan menghunginya setelah semalam Seungcheol memerintahkan pemuda tan itu untuk melacak Jeonghan.

Bahkan setelah ia menginjakkan kaki di Milan, Seungcheol tak bisa mengalihkan pikirannya dari nama pemuda cantik itu. Terlalu sulit untuk memudarkan namanya barang sesaat. Siapa yang tidak akan kalut jika kekasihmu pergi begitu saja?

Seungcheol mengambil koper dengan cepat, buru-buru menuruni eskalator sebelum memilih rehat di salah satu restoran bandara. Ia menjambak surai nya sekuat mungkin, menggeram pelan ketika mengetahui tak ada satu pun pesan dari Mingyu.

Seungcheol membuka ranselnya, mengeluarkan sebuah laptop dan membukanya. Ia membuka beberapa folder berisi informasi data diri Jeonghan serta rumah sakitnya sendiri. Jarinya bergerak untuk menggigit bibir bawahnya, berpikir keras sembari memperhatikan kembali data-data yang telah dibacanya semalaman suntuk itu. Takut-takut ada yang terlewat karena kecerobohannya.

"Jeonghan-ah— eodiya?" Lirihnya.

.

Sudah pukul 3 sore, tapi Seungcheol tidak kunjung datang. Bahkan Jisoo sudah menghela nafas berat berpuluh-puluh kali. Tangannya menggenggam ponsel, berjaga-jaga jika suaminya itu akan menghubunginya.

Sebuah kacamata juga bertengger apik di telinganya, membantunya meneliti lembaran layout di salah satu software laptop nya. Ia sering menyipitkan mata dan disusul ringisan sebal karena lagi-lagi lupa memeriksa matanya. Akhir-akhir ini terasa semakin berat dan berbayang, salahkan deadline yang menuntutnya untuk bekerja semalaman dan mengurangi jatah tidur hingga tersisa 2 jam saja.

Suara ketukan pintu dapat begitu saja mengubah moodnya. Ia bergegas bangkit dari ranjang, merapikan kaus lengan panjangnya dan berlari kecil untuk membuka pintu kamar hotelnya dengan semangat. Nama Seungcheol terukir di dalam permohonannya sekarang.

Ayolah, Seungcheol!

Tuhan sangat baik rupanya. Benar saja. Ketika Jisoo membuka pintu mahoni itu, ada sosok Choi Seungcheol berdiri dengan ransel hitam yang hanya disampirkan di bahu kanannya.

Secara reflek, Jisoo menggerakkan bibirnya membentuk kata sampai. Dengan senyum cerahnya yang menjadi ciri khas Hong Jisoo.

Seungcheol membalasnya juga dengan senyuman yang terlukis tipis di bibir merahnya. Mengambil langkah besar untuk melewati Jisoo, lalu melempar tas nya ke atas sofa sebelum mengarahkan dirinya sendiri ke dalam kamar mandi.

Suara bedebam agaknya membuat Jisoo sedikit ciut. Seungcheol tampak tengah mempunyai mood yang jauh lebih buruk darinya. Ia pun memilih menutup pintu kamar hotelnya dan mengambil tas sang suami yang ada di atas sofa sebelum meletakkannya pada buffet.

Jisoo menepukkan kedua tangan pada kaus panjangnya. Mengulum bawah bibirnya dan menunggu Seungcheol di ranjang, sembari kembali mengedit layout pamerannya.

.

3 jam sudah, dan Seungcheol belum ada tanda-tanda ia akan keluar dari kamar mandi. Jisoo harus menahan kantuk dengan meminum secangkir kopi pahit.

Sekali lagi, Jisoo menghela nafas berat. Berpikir, mencoba menebak apa tengah dilakukan suaminya itu di dalam sana. Apa Seungcheol sedang mengalami hari yang buruk?

Oh— ku harap kau tidak mengetahuinya, Soo.

.

Hanya iseng, Jisoo membuka ponsel Seungcheol yang terus diliriknya sedari tadi. Katakan lah Jisoo adalah pemuda lancang, tapi pemberitahuan pesan dan panggilan tak di angkat yang berulang kali itu membuat Jisoo penasaran juga.

Jisoo melirik kamar mandi sekali lagi, sebelum membuka daftar pesan masuk si ponsel Seungcheol dengan berhati-hati.

From: Kim Mingyu

Maafkan saya Tuan, tapi keberadaan Yoon Jeonghan benar-benar lenyap. Data nya menyatakan ia merubah kewarganegaraan, tapi tak diketahui dimana dan sejak kapan.

Bingung? Bukan hanya bingung. Agaknya Jisoo juga merasa terluka.

Ahh— ini kah alasannya?

Batinnya.

.

Ketika suara ketukan menyapa Jisoo, pemuda manis itu menengadah. Mendapati salju yang kembali turun di gelapnya malam. Dengan perlahan, Jisoo turun dari ranjang dan menutup pintu beranda. Ia menggelutukkan geliginya, merasakan hembusan hawa dingin yang menusuk tulang.

PRANG!

Jisoo terperanjat. Ia segera berlari menuju kamar mandi dan mengetukkan pintu kayu itu berkali-kali. Wajahnya sangat cemas, dan pikirannya dipenuhi hal-hal buruk yang terjadi di dalam sana.

BRAKK!

PRANG!

Jisoo semakin gusar. Ketukannya semakin kuat. Mulutnya terbuka dan membentuk nama Seungcheol. Otot lehernya menegang, dan Jisoo mulai mengeluarkan air matanya.

BRAKK!

BRAKK!

Ironis.

Seandainya ia bisa bersuara, pasti Seungcheol akan mendengar teriakannya sekarang. Tidak. Seandainya yang tengah bersama Seungcheol adalah Jeonghan, mungkin pemuda Choi itu tidak akan membuat Jisoo sekhawatir ini.

Suara pecahan dan tubrukan di dalam kamar mandi itu terus berbunyi disertai teriakan yang menyayat hati dari Seungcheol, dan Jisoo hanya bisa terus mengetuk pintu kayu itu hingga tulang jarinya terluka. Ia bahkan tetap berusaha menarik otot mulutnya, berharap sedikit suara akan keluar dan mampu menyadarkan Seungcheol dari apapun yang tengah dilakukan pemuda tampan itu.

"SIBAL!!"

Jisoo terduduk di depan pintu. Mendengarkan umpatan demi umpatan yang dikeluarkan Seungcheol. Umpatan yang disertai tangis pilu, Jisoo bahkan seolah dapat merasakan luka Seungcheol.

Ia mencoba mengingat-ingat, apa alasan Seungcheol menikahinya? Jisoo mendengar jelas bagaimana Seungcheol meraung-raungkan nama Jeonghan, mempertanyakan dimana keberadaan pemuda cantik itu, tapi kenapa? Bukankah Jisoo adalah istrinya?

Jisoo mencoba mengetuk pintu sekali lagi. Raungan di dalam kamar mandi telah berhenti, tapi Seungcheol yang sesenggukan masih dapat di dengar Jisoo dengan baik.

Seandainya Seungcheol dapat mengerti bahasa ketukannya.

Nama Jeonghan terus disebut dengan lirih. Sepertinya pemuda itu lupa ada dimana dia sekarang. Jisoo itu memang egois, jika saja pintu kamar mandinya tidak dikunci, mungkin ia sudah masuk ke dalam dan mencium Seungcheol dengan panas. Berusaha menyadarkan Seungcheol.

Masa bodoh. Jisoo istrinya dan itu adalah hak nya.

Jisoo meringis. Apa dia harus memakai alat-alat workshop nya demi menghancurkan pintu itu?

Satu ketukan terakhir benar-benar keras dari Jisoo. Ia membenci Seungcheol sekarang. Merasa dikhianati itu tidak enak, tapi Jisoo juga tahu seberapa berhaganya Jeonghan untuk Seungcheol.

Brakk

Pintu menjeblak terbuka.

Jisoo segera bangkit dari duduknya dan menghampiri sang suami yang terlihat pucat. Bibirnya berulang kali membentuk kata gwenchana, berusaha agar Seungcheol mengeluarkan sepatah kata.

Jisoo mengekori Seungcheol yang meraih tas ranselnya, hingga pemuda tampan itu memasang kedua sepatu pantofel nya kembali. Jisoo merasakan dadanya bergemuruh cepat.

Andwe! Andwe! Eodiga?!

Batinnya menjerit.

Seungcheol bahkan tak melihatnya sama sekali. Jisoo menarik-narik jaket Seungcheol, mencari perhatian pemuda itu agar menghiraukannya.

Berhasil.

Seungcheol bangkit dengan perlahan. Menghembuskan nafas berat seraya menarik surai halusnya ke belakang. "Mianhae. Masih ada yang harus ku cari tahu. Jangan menungguku, aku akan pulang pagi."

Sejujurnya, Seungcheol tak tega juga melihat ekspresi istrinya yang terlihat begitu terluka. Tapi dirinya juga sedang hancur. Jika ia tak bisa menenangkan dirinya sendiri, bagaimana bisa menghibur Jisoo? Mencari informasi tentang Jeonghan adalah jawabannya. Ia tak akan pernah bisa tidur dengan nyenyak jika tak ada satu pun petunjuk tentang kekasihnya itu.

Dengan seluruh perasaan bersalah, Seungcheol meraih tengkuk Jisoo. Mengecup bibir kucingnya singkat, lalu berlanjut mengusak surai kelam pemuda manis itu dengan lembut.

Ahh— seandainya rasa cinta untuk Jeonghan telah habis, Seungcheol rasa hidup bersama Jisoo adalah prioritas utamanya.

Seandainya. Begitu banyak perandaian di hidup mereka.

Sisi egois Jisoo kembali lagi. Seakan tak rela Seungcheol pergi tanpa memberitahu apapun padanya, membuat Jisoo mengalungkan kedua lengannya pada leher Seungcheol. Membawa sang suami pada lumatan, berharap pemuda itu akan membatalkan niatnya untuk pergi.

Seungcheol memang membalasnya. Bahkan tangan kekarnya ikut merengkuh tubuh Jisoo yang lebih pendek darinya itu, sedangkan tangan kanannya mengusap kulit halus dari pipi Jisoo. Jisoo berjinjit, mencoba menyamakan tingginya dengan Seungcheol, mencoba memperdalam ciuman mereka.

Siapa tahu akan berakhir di ranjang, bukan?

Hanya harapan belaka, karena setelah lumatan panas yang diberikan Seungcheol pada telinga ber-piercingnya, lelaki sial itu pula yang menyudahinya. Jisoo memang ingin sekali memaki suaminya itu, tapi bagaimana bisa jika Seungcheol malah tersenyum lebar seolah lupa jika ia baru saja mengurung diri di dalam kamar mandi selama berjam-jam sambil meraung dan menangis?

"Apa kau akan membiarkan aku pergi atau membiarkan aku menyebut nama orang lain ketika membuat bayi bersama mu malam ini?"

Pilihan yang sulit.

Sangat.

Jisoo merasakan hasratnya yang ingin mengatakan segala kosa kata kasar di dunia itu semakin memuncak. Kadang Jisoo harus bersyukur dirinya itu bisu, hingga tak mudah untuk menyakiti orang lain dengan kata-kata kasarnya.

Jisoo mengibas-ngibaskan tangannya, mengisyaratkan agar Seungcheol pergi. Ia tak akan lebih sanggup jika harus mendengar Seungcheol menyebut nama Jeonghan atau siapapun ketika mereka akan bercinta untuk pertama kali.

"Good boy. Aku akan kembali, pasti. Jadi jangan marah, oke? Sampai jumpa dan jangan lupa gosok gigimu."

Aish.

Bukankah Seungcheo menyebalkan? Jisoo merengut, lalu menarik kembali jaket Seungcheol yang hampir membuka pintu kamar hotel mereka. "Kenapa, sayang?" tanyanya sembari kembali mengatur tubuhnya agar berhadapan dengan sang istri.

"Besok pamerannya, kau harus datang."

Seungcheol mengangguk seadanya. Tidak ada masalah jika hanya melihat karya seni sekali-sekali. Lagi pula ia bisa merokok di luar sembari menunggu Jisoo menyelesaikan acara pameran itu. Seungcheol hendak kembali memunggungi Jisoo, tapi istrinya itu seolah tak membiarkannya pergi dengan kembali menarik jaketnya.

"Apa lagi, hm?"

Jika saja Jisoo adalah adiknya, ia tak akan segan memiting Jisoo sekarang.

"Satu kecupan lagi, baru kau boleh pergi kemanapun. Ke alaska juga tak keberatan."

Nah kan. Benar-benar.

••••••••••

Maaf sangat telat update yaaaa hehehe ini perubahan ke empat, asli. Wkwkkwwk

Lagi gak bisa ngomong banyak, jadi makasih banyak untuk kalian semuaaaa makasih dukungannya semoga sehat selalu 😚😚

Loveyou and seeyalater❤

Continue Reading

You'll Also Like

52K 6.6K 43
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
336K 28K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
70K 6.3K 49
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
1.7M 18.4K 40
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING 🔞!!! Yg penasaran baca aja Ini Oneshoot atau Twoshoot ya INI HASIL PEMI...