HOLDER : Elsewhere (END)

By pockynop

365K 55.5K 3.2K

BOOK 2 after HOLDER : DOTW (Fantasy + Magic) Perjalanan Carina dengan rencana gilanya berlanjut saat dirinya... More

Prolog
BAB 1 - Penjara
BAB 2 - Rapat Besar
BAB 3 - Activating
BAB 4 - Siksaan
BAB 5 - Rencana Gila
BAB 7 - Penyerangan
BAB 8 - Finding Her
BAB 9 - Restart
BAB 10 - Kebenaran
BAB 11 - A Piece
BAB 12 - Hint
BAB 13 - Aku Menemukanmu
CAST!
BAB 14 - When They Meet
BAB 15 - Hatimu Masih Mengingatku
BAB 16 - Ingatan
BAB 17 - Dua Hati
BAB 18 - Kenangan yang Hilang
BAB 19 - Move On
BAB 20 - NAMA
BAB 21 - Keputusan
BAB 22 - Dia Kembali
BAB 23 - Terabaikan
BAB 24 - Kisahnya
BAB 25 - Ramalan Kuno
BAB 26 - Dua Belas Kunci
Bab 27 - Karena itu Kau...
Bab 28 - Extension
Bab 29 - Libra
Bab 30 - Jiho dan Sera
Bab 31 - Mexico & Canada
Bab 32 - Serangan
Bab 33 - Busan
Bab 34 - Track Finder
Bab 35 - Garis Depan
Bab 36 - Hilang Kendali
Bab 37 - The Last Key
Bab 38 - Golden Sword
Bab 39 - Kakak
Bab 40 - Heartache
Epilogue

BAB 6 - Ruang Bawah Tanah

13.2K 2K 177
By pockynop

"Ada apa?" tanya Sera pada Ashley yang terlihat terkejut sesaat setelah Charlie dibawa pergi.

"D-dia tadi memelototiku. Apakah dia tahu kalau ini hanya sandiwara yang kita buat?"

Sera langsung menggeleng panik, "Tidak mungkin! Apa yang harus kita lakukan kalau begitu?"

"Tenang Sera!" Ashley menyuruhnya diam, "Aku tak yakin apakah ia mengetahui rencana ini atau tidak, yang jelas kita tak bisa melakukan apa pun saat ini. Kita percayakan semuanya pada Charlie."

"Kuharap Charlie baik-baik saja!" ucap Sera gemetaran seraya menggenggam tangan Ashley di sebelahnya.

"Panggil dokter Sally!" perintah Arvis ketika Charlie masih tetap besandiwara kejang-kejang di hadapan Arvis. Arvis menatapnya kesal, lalu tanpa disadari para penjaga lainnya ia mengeluarkan sebuah stun gun dari sakunya dan menggunakanya pada Charlie yang membuatnya langsung pingsan seketika. Ia tak lagi berpura-pura pingsan dan kali ini ia memang pingsan sungguhan berkat Arvis.

Arvis kembali bernapas lega saat Dokter Sally datang dan memeriksa keadaan Charlie yang pingsan, "Ada apa? Dia kenapa?"

"Dia tiba-tiba pingsan saat sedang makan siang."

"Aneh..." komentar Dokter Sally saat memeriksa keadaanya. "Ia baik-baik saja. Mungkin ia kelelahan karena itu ia pingsan."

"Benarkah?" tanya Arvis bersandiwara kemudian memerintahkan para penjaga untuk membawa Charlie ke kamarnya.

Setelah jam makan siang selesai, diam-diam Arvis datang ke kamar Ashley yang membuat gadis itu hampir saja berteriak jika saja ia tak langsung membekap mulutnya ketika Arvis tiba-tiba muncul di hadapannya menggunakan kekuatannya. "Jawab aku, apa yang kalian rencanakan sebenarnya?"

Ashley menatap Arvis ketakutan seraya mengangguk-anggukkan kepalanya, barulah setelah itu Arvis melepaskan tangannya dari mulut gadis itu, "K-kami hanya ingin tahu tentang keadaan Carina. Charlie berpura-pura pingsan agar bisa menanyakan hal itu padamu."

Ashley berlutut di hadapan Arvis dam memohon, "Kumohon, jangan sakiti Charlie dan Carina, kami janji tak akan melakukannya lagi."

Arvis hanya diam dan akan pergi ketika Ashley kembali menahannya, "Akan kuberitahu semuanya jika kau bersedia untuk tak menyakiti Charlie dan Carina!"

Pernyataan Ashley tersebut membuat Arvis menghentikan langkahnya dan kembali berdiri di hadapan gadis itu, "Beritahu aku semuanya, kalau kau tak mau melihat kedua temanmu mati."

"C-carina bilang Holder akan datang dan menyerang tempat ini untuk menyelamatkan kami."

"Kapan?"

"Aku tak tahu, Carina hanya bilang agar kami bertahan sampai saat itu tiba."

Arvis kembali melangkah untuk pergi dari ruangan itu melalui portal teleportasi yang telah ia buka, tapi lagi-lagi Ashley menahannya, "Be-beritahu aku tentang keadaan Carina. A-apakah ia baik-baik saja?"

"Ia baik-baik saja." Jawabnya seraya melangkah ke arah portal.

***

Carina mencoba menggerakkan jari-jari tangannya dan berhasil, kini ia menatap sudut-sudut ruangan dan memeriksa apakah ada kamera yang terpasang atau tidak.

Keberuntungan kali ini memihak dirinya, tak ada satu pun kamera yang mengawasinya di ruangan itu, mungkin karena dirinya yang sekarat dan tak mampu berbuat apa-apa sebelumnya. Ini hari kedua dirinya sadar, tadi saat Arvis mengecek keadaannya lagi, ia kembali berpura-pura tak sadarkan diri seperti yang ia lakukan sehari sebelumnya, dan ia kembali berhasil.

Kini ia mulai bisa menggerakkan bagian-bagian tubuhnya dan mencoba menjajakan kakinya di lantai untuk berdiri. Dirinya kembali tersenyum saat merasakan tubuhnya telah bisa menopang kembai berat tubuhnya.

"Uhh ..." ia melenguh kesakitan saat merasakan dadanya kembali sakit saat ia mencoba bergerak terlalu banyak. "Setidaknya aku telah bisa berjalan." Gumamnya seraya berjalan dan mengintip ke celah pintu ruangan tempatnya berada.

Kosong, tak ada seorang pun di koridor. Carina merasa heran karena tak ada satu pun penjaga yang menjaga kamar tempatnya berada. Kalau tak ada satu pun penjaga, mungkinkah ia berada di tempat tersembunyi yang ada di rumah sakit itu? Ia yakin Grisham tak akan sebodoh itu untuk tak menaruh seorang pun penjaga untuk mengawasinya. Karena itu ia sangat yakin kalau mereka menempatkan dirinya di tempat yang mustahil untuk dirinya bisa kabur.

Perlahan, ia melangkahkan kakinya ke luar lamar dan menyusuri koridor di depan ruangan tempatnya tadi berada. Carina langsung mengerti saat melihat tulisan B2.

Semuanya masuk akal jika tak ada satu pun penjaga atau pun orang lain, karena ini merupakan ruangan bawah tanah. Ia terus berjalan menyusuri koridor panjang itu, membuka satu persatu ruangan hingga ia menemukan sebuah ruangan aneh dengan pintu besi yang sedikit terbuka.

Krieeet!

Carina membuka pintu besi itu yang langsung menimbulkan suara deritan yang memekakkan telinga, dan langsung menemukan sebuah tangga yang menuju ke bawah.

"Jadi, masih ada ruang bawah tanah yang lebih dalam lagi?" gumamnya seraya berjalan menuruni tangga tersebut dalam kegelapan. Tak ada sedikit pun penerangan menuju ke bawah yang membuat Carina harus meraba-raba dinding untuk menuntunnya agar tak terjatuh di dalam kegelapan.

Carina terus menuruni tangga hingga ia menemukan kembali sebuah pintu. Baru saja ia ingin membuka pintu tersebut terdengar suara raungan yang membuat bulu kuduknya berdiri. Suara mengerikan itu terdengar seperti raungan makhluk buas.

Dengan ragu ia kembali mengulurkan tangannya untuk membuka pintu tersebut dan memasuki ruangan yang hanya di terangi lampu remang-remang di setiap sudutnya.

"A-apa ini?" ia langsung jatuh terduduk ketika melihat ruangan luas yang di sekat dengan jeruji besi setiap beberapa meternya, ruangan ini lebih mirip seperti penjara.

Suara raungan-raungan yang berasal dari setiap sel itu terdengar semakin kuat saat Carina masuk. "M-mereka makhluk apa?"

Tubuh Carina langsung gemetaran ketika menatap para makhluk yang tak ia ketahui itu. Tubuh mereka seperti manusia, tetapi memiliki bulu lebat yang menutupi seluruh tubuhnya dan kepala mereka berbentuk seperti monster dengan mata merah menyala. Mereka memiliki tangannya yang panjangnya sama seperti kaki mereka dengan kuku-kuku tajam mengerikan di setiap jarinya. Makhluk itu terus meraung dan menabrakkan diri mereka ke jeruji besi tempat mereka terkurung saat menyadari keberadaan Carina.

"T-tolong aku!" teriak sebuah suara perempuan yang membuat Carina langsung menoleh ke arahnya. Sel tempat wanita itu merupakan sel terdekat dari tempat Carina berada sekarang.

Carina berdiri dan langsung menghampirinya, "A-apa ini? Kenapa mereka mengurungmu di sini?!"

"Tolong aku!" teriak perempuan itu menangis putus asa, "Aku tak mau berubah seperti mereka! Aku tak mau!"

Deg!

"A-apa maksudmu berubah? Me-mereka tadinya manusia?"

"Mereka memang manusia! Begitu pun aku! Bajingan itu menyuntikkan sesuatu pada kami, dan mengurung kami disini!" katanya menarik dan menggenggam tangan Carina kuat-kuat, "Kumohon, selamatkan aku!"

Belum sempat Carina membalas perkataannya, perempuan itu berteriak dan tubuhnya bereaksi aneh. Wajahnya berubah menjadi sesosok monster, matanya memerah, tangannya memanjang seperti kakinya, dan tubuhnya ditumbuhi bulu lebat. "Aaaaaaaahhhh!"

Grep!

Seseorang menarik Carina sesaat sebelum perempuan yang berubah menjadi sesosok monster itu berusaha menggigit tangannya.

"Bodoh! Menyingkirlah dari sini!" teriak Arvis seraya memegang kekdua bahu Carina.

Tubuh Carina gemetar hebat, keringat dingin mengalir di pelipisnya, ia sangat ketakutan saat melihat kejadian barusan, "Me-mereka itu a-apa?"

Kakinya lemas dan tak lagi kuat menopang berat tubuhnya sehingga ia kembali luruh di lantai.

Tet ... tet ... tet ...

Tiba-tiba saja alarm darurat berbunyi membuat Carina dan Arvis saling tatap, dan saat itu pula Arvis langsung memukul tengkuknya hingga ia tak sadarkan diri. Kemudian ia menggendong Carina dan membawanya pergi dari ruangan itu menuju ruangan miliknya yang berada di lantai tiga bangunan rumah sakit itu dengan menggendongnya melalui tangga darurat.

"Ada apa? Kenapa alarmnya berbunyi?" tanya Arvis pada Brian yang bertugas untuk mengawasi keamanan markas mereka melalui alat komunikasi yang ia kenakan di telinga seraya menidurkan Carina di atas kasurnya setelah sampai di kamarnya.

"Mereka mengancurkan perisai terluar, kita harus bagaimana? Sebentar lagi perisai bagian dalam juga akan hancur!"

"Gunakan pertahanan darurat, cepat!"

"Sudah kulakukan, tapi ..."

"Tapi apa?"

"Alat itu tak berfungsi sama sekali, kurasa seseorang telah merusaknya."

Arvis tersenyum saat mendengar jawaban Brian, "Berapa banyak jumlah musuh?"

"Lebih dari dua ratus. Kita tak akan mungkin menang melawan mereka, bagaimana ini?"

"Brian ..."

"Apa? Seluruh saluran sudah kuputuskan, kini hanya ada sambungan antara kita berdua." Katanya menghela napas lelah, "Kau kan yang telah merusak pertahanan darurat itu? Kenapa kau melakukannya? Apa kau berniat untuk menghianati mereka?"

"Apa maksudmu? Dari awal aku memang tak pernah berada di pihak mereka. Aku kemari karena suatu alasan, dan sekarang alasan itu telah lenyap. Jadi bagaimana? Apa kau ikut?"

Brian mendecih sebal, "Untuk apa kau menanyakannya? Tentu saja aku ikut denganmu, siapa yang mau terus-terusan jadi budak kakek tua itu?!"

Arvis terkekeh saat mendengar jawaban rekannya itu, "Sekarang, pergilah dari sana diam-diam dan tunggu aku di kamarku."

"Oke, aku akan segera ke sana. Kau sendiri bagaimana?"

"Aku ada urusan sebentar." Katanya seraya membuka portal teleportasi ke ruang bawah tanah.

Arvis kembali melangkah masuk ke ruang bawah tanah yang penuh dengan monster itu, mungkin ada lebih dari seratus manusia yang telah menjadi monster yang mereka sebut dengan ghoul itu. Para manusia itu berubah menjadi ghoul berkat penelitian gagal Grisham yang mencoba mengubah mereka menjadi Revolder. Dan penelitiannya dipenuhi banyak kegagalannya dari pada keberhasilannya. Sampai saat ini hanya ada dua puluh orang yang berhasil menjadi Revolder.

Arvis memasang perisai berlapis-lapis dengan innernya agar para makhluk itu tak akan mampu lepas dari masing-masing sel mereka. "Kalau mereka sampai lepas, dunia akan hancur."

***

Sera menatap ke arah pintu kamarnya yang tiba-tiba terbuka ketika alarm pertanda keadaan darurat terus menerus berbunyi, ia bergegas keluar dan berlari ke arah kamar Ashley yang ternyata juga tengah menuju ke kamarnya. "Ashley! Kita harus mencari Charlie!" teriaknya begitu bertatap muka dengan Ashley.

Semua pintu kamar para tahanan terbuka, membuat mereka keluar dari kamar mereka dengan panik dan berlarian di koridor untuk mnyelamatkan diri mereka masing-masing.

"Ikuti aku!" Sera berlari mendahului Ashley ke arah kamar Charlie yang berada paling ujung di lantai yang sama.

Mereka kembali bernapas lega ketika melihat sampai di kamar Charlie dan melihat dirinya yang terbaring di kasurnya.

"Charlie! Bangunlah!" teriak Ashley mengguncang-guncang tubuhnya.

"Charlie!" teriakan Sera di telinganya mampu membuatnya langsung melompat kaget dari kasurnya.

"Oh, shit! Kupikir gendang telingaku akan pecah karena suaramu itu!" makinya seraya mengusap-usap telinganya. "Kenapa kalian bisa di sini?" tanyanya kemudian setelah sadar bahwa kedua rekannya berada di kamarnya.

"Situasinya berubah! Kurasa saat ini para Holder telah berusaha untuk menerobos masuk dan menyerang tempat ini!" ucap Ashley terburu-buru.

"Kita harus mencari Carina!" lanjut Sera panik.

Sera, Ashley dan Charlie akhirnya menelusuri seluruh lantai dua dan mencari sosok Carina di setiap ruang isolasi yang mereka temui, tapi mereka tak dapat menemukannya. Setelah itu mereka beralih ke lantai tiga dan memeriksa setiap ruangan.

"Tunggu!" Charlie berhenti berlari, lalu menarik Ashley dan Sera ke dalam sebuah ruangan ketika ia mendengar suara penjaga.

"Apakah mereka telah pergi?" tanya Charlie masih terus mengintip ke luar melewati pintu.

Ashley dan Sera terdiam, tak menjawab pertanyaan Charlie. Kini mereka menatap ke arah Brian yang duduk di sebuah sofa di ruangan tempat mereka berada dengan wajah terkejut yang tak mampu mengatakan apa pun.

Begitu pula dengan Brian, ia terdiam dan menatap ke arah Ashley, Sera dan Charlie.

Sedangkan Charlie yang kini telah sadar bahwa ada seseorang di belakangnya menoleh perlahan ke arah Brian dan langsung melotot kaget ketika bersitatap dengan laki-laki itu. "K-kau!" Charlie berseru kaget dan menunjuk ke arah Brian.

"Sssshhht!" Brian menaruh jari telunjuknya tepat di depan bibirnya, memberi syarat agar Charlie tak bersuara. "Kau mau membuat para penjaga datang kemari?! Diamlah!" bisik Brian gemas.

"T-tapi bukankah kau juga salah satu dari mereka? Kenapa bersembunyi?" tanya Sera tak kalah pelannya.

"Jangan-jangan kau ... mengkhianati mereka?" Ashley menduga-duga.

"Kau gadis pintar!" puji Brian tersenyum. "Apakah kalian melihat Arvis?"

Ashley menggeleng pelan menjawab pertanyaannya.

"Shit! Bedebah itu pergi ke mana sih? Kenapa lama sekali?!" dengusnya kesal.

Ashley yang mendengar hal itu langsung penasaran dan bertanya pada Brian, "Arvis juga berkhianat?"

Belum sempat Brian menjawab, seseorang masuk dan mebuka pintu dengan keras.

Brak!

Terlihat kini Arvis menatap satu persatu orang yang ada di ruangan ini dan langsung berubah panik ketika tak menemukan wajah yang ia cari. "Brian! Kemana dia?!"

"S-siapa maksudmu?" balas Brian tak mengerti apa yang dimaksud olehnya.

"Tadi aku membawanya kesini, karena itu aku menyuruhmu ke sini untuk menjaganya!"

"Siapa maksudmu?! Tak ada siapa pun saat aku masuk ke ruangan ini!"

"Ia pasti masih di lantai ini! Cepat cari dia!" perintah Arvis pada Brian yang langsung mengerti siapa yang dimaksud olehnya dan langsung bergerak saat itu juga. "Kalian juga bantu aku mencarinya!"

"Siapa yang kau ..." baru saja Charlie ingin bertanya, Arvis telah lebih dulu berteriak menggelegar di ruangan itu meneriakkan nama Carina.
"Carina! Cari Carina sekarang!"

***

TBC ...

Selamat penasaran dan menebak-nebakria :)

Entah kenapa saya seneng banget bikin anak orang penasaran 😂

Saya juga seneng bacain komenan kalian yang suka nebak-nebak itu 😂😂😂

Jangan lupa vote btw 😒

Continue Reading

You'll Also Like

291K 22.8K 61
[15+] Pada hari yang menyenangkan sekaligus hari ulang tahun, bagaimana jika hari istimewa itu menjadikan sebuah hari yang menyeramkan sekaligus meny...
1.1M 98.2K 50
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
596K 30.8K 35
[COMPLETED] Lea hanyalah gadis cantik bermata biru dan berambut merah yang tinggal bersama ibu angkatnya. Dia tidak pernah mengetahui darimana dia be...
1M 76.1K 34
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...