RECORDS -Cheolsoo-

By heyhduami

25.8K 3.2K 769

Berisi tentang kisah hidup pemuda tuna wicara bernama Hong Jisoo, dengan sosok Choi Seungcheol yang merupakan... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Bukan Update
19
20
BAD NEWS! Or.. good?

8

915 151 28
By heyhduami

Hari terakhir kebersamaan Seungcheol dan Jeonghan selama 3 hari diakhirinya dengan mengantar Jeonghan ke bandara. Setelah kemarin melewati hari kedua mereka ke pantai berdua, sekarang pemuda cantik itu siap pergi ke Jerman.

"Kau bilang ada rekan yang mendapat rekomendasi bersamamu." Ujar Seungcheol sambil celingak-celinguk mencari sosok yang seharusnya berangkat bersama Jeonghan hari ini.

Jeonghan mengangguk. "Dia akan pergi esok hari, karena ada sesuatu yang harus diurusnya dulu." Balasnya. Lalu tiba-tiba tangan kurusnya terulur pada Seungcheol, membuat pemuda tampan itu mengangkat alisnya bingung. "Selamat atas rumah sakitnya, sayang. Aku bangga padamu."

Sedetik kemudian Seungcheol justru mencebikkan bibirnya, dan Jeonghan terpaksa menurunkan tangannya kembali karena Seungcheol seperti tak berniat menyambutnya. "Kau terlihat tidak senang."

Seungcheol menggeleng pelan. "Aku senang, tapi aku lebih butuh ciuman dari pada berjabat tangan." dan Jeonghan mengerti. Bibirnya mengukir senyum selembut mungkin. "Atau mungkin pelukan juga bol—"

Suasana bandara itu tetap normal. Tak ada jeritan histeris atau wajah memerah menahan malu melihat sepasang kekasih yang saling melepas cinta dengan ciuman manis yang hangat di musim gugur. Seungcheol cukup terkejut dengan perlakuan Jeonghan yang tiba-tiba, tapi sepersekon kemudian ia memilih meletakkan telapak tangan besarnya di tengkuk Jeonghan, menahan sang kekasih agar tidak melepasnya dengan cepat. Sedangkan tangan yang satu lagi merambat pada pinggang ramping Jeonghan, menariknya lebih erat hingga tubuh mereka menempel sempurna.

Jeonghan yang melepas ciuman mereka terlebih dahulu, menyatukan kedua kening mereka dengan mata yang masih tertutup. Saling merasakan hembusan karbondiaksida yang mengelilingi penciuman mereka. "Aku mencintaimu." Bisik Jeonghan. Ia tidak bohong dengan itu, kebersamaannya dengan Seungcheol bukanlah hal sepele yang dapat dimusnahkan dengan kedipan mata.

Seungcheol membuka kelopak matanya perlahan, membuat atensinya terpaku pada mata indah Jeonghan yang masih terpejam. Telapak tangannya merambat naik ke rahang sang kekasih, mengusapnya hinga pipi Jeonghan yang memerah sempurna. "Aku lebih mencintaimu, Yoon Jeonghan."

—dan Seungcheol kembali mengambil alih kepemilikan bibir pemuda Yoon itu dengan posesif. Mengecupnya berkali-kali seolah saat ini adalah hari terakhir mereka.

Oh, soal itu— Seungcheol juga tidak bohong. Dia benar-benar ingin ini adalah hari terakhir mereka. Meninggalkan kehidupan memuakkannya dan berbahagia dengan Jeonghan hingga akhir hayat dalam ciuman panjang.

.

Kotak pos terlihat begitu sesak. Seorang pekerja kurir juga tampak kewalahan memasukkan sebuah surat ke dalam kotak pos tersebut, hingga akhirnya isinya meledak dan kurir itu terpaksa memungutnya dan memasukkannya kembali dengan susah payah. Serta gerutuan-gerutuan yang menyatakan betapa beruntungnya atasannya di kantor yang tidak merasakan hal-hal seperti ini.

"Ahh— maafkan aku. Aku baru hendak mengambilnya, karena sudah beberapa hari tidak di rumah."

Petugas kurir yang notabene seorang gadis muda itu menegang melihat seorang pria di sampingnya. Bukan karena takut, justru karena terpesona dengan sosok berahang tegas itu. Ia hanya mengangguk kikuk seraya membungkukkan tubuhnya dalam-dalam sebelum akhirnya pergi dengan sepeda motor bututnya.

"Dia manis sekali." Gumam pria itu. Atensinya kembali pada setumpuk surat yang sudah masuk dengan sempurna ke dalam kotak pos. Ia menghela nafas berat, lalu mengambil seluruh surat itu dengan kedua tangannya yang kosong. "Ahh— ini baru 3 hari dan suratnya seperti 2 bulan. Aku tidak tahu aku punya banyak fans." Ujarnya dengan kekehan lirih pada dirinya sendiri.

"Apa ada surat untuk ku?" Soonyoung baru saja keluar dari rumah sederhana itu sambil mengelap kedua tangannya dengan kanebo lembab, yang ditanya justru menatap tajam pemuda yang lebih tua darinya itu. Soonyoung menyadarinya, lalu terkekeh tanpa dosa. "Yahh— kau tahu sendiri garasi ku butuh uang, Seokmin-ah."

Seokmin mengerang malas. Ia tahu kakaknya itu memang seorang pekerja serabutan yang gemar memodifikasi mobil, atau hanya sekedar membetulkannya. "Mobil siapa kali ini?" Tanya Seokmin sembari melirik ke arah garasi rumahnya yang terbuka lebar. Menampakkan beberapa mobil tua Peugeot dan Hyundai yang kelihatannya sudah beberapa kali mengalami kecelakaan. "Seungcheol?"

Soonyoung menggedikkan bahu. Ia merebut surat-surat dari tangan sang adik dan memilahnya dengan antusias. "Lee Seokmin, Lee Seokmin, Lee Seokmin, tagihan listrik, Lee Seokmin, pajak mobil— nah, Kwon Soonyoung!" memang Seokmin dan Soonyoung itu bukan saudara kandung, mereka satu ibu namun berbeda ayah. "Ahh— yang benar saja? Sekali kesempatan aku dapat surat itu kenapa harus dari perpustakaan kota? Sudah setahun, ku pikir mereka lupa jika aku meminjam buku aransemen."

Seokmin hanya tersenyum meremehkan mendengar keluhan Soonyoung yang seolah selalu ada di tiap harinya. Mereka berjalan berdampingan menuju ke dalam rumah, dengan Soonyoung yang masih berdecak sebal dan tangan-tangan hitam ber-oli yang memegang surat-surat itu. "Eoh, benar juga. Omong-omong, kau tidak pergi sekarang? Ku dengar Jeonghan sudah berangkat beberapa jam yang lalu."

Tak butuh waktu sekian detik untuk membuat tubuh Seokmin menegang di tempat. Ia tidak bisa rileks tiap nama pemuda cantik itu terdengar olehnya. "Hmm ya, jadwalku esok hari.".

Bohong. Jadwalnya berangkat untuk menjadi dokter di luar negeri memang besok, tapi alasan sebenarnya lah yang membuatnya berdiri kaku di ambang pintu rumah. Soonyoung bukan tipe orang yang sensitif dengan hal yang ada disekitarnya, hingga ia hanya mengangguk-angguk mengerti sambil berjalan melewati Seokmin yang masih terdiam.

Soonyoung meletakkan surat-surat itu di atas meja, lalu melirik Seokmin dengan santai. "Seungcheol akan kemari setelah dari bandara, tolong beri tahu dia untuk segera ke garasi saja."

.

Mencubiti bibir bawah adalah kebiasaan Jisoo yang menandakan dirinya sedang memutar otak kreatifnya. Jisoo itu tidak jenius dalam bidang akademik, makanya menghitung laba rugi bukanlah keahliannya. Ia terus mengamati dengan raut frustasi 3 tumpuk buku bertabel yang penuh angka-angka di atas meja kerjanya. Kelima jari di tangan kirinya mengetuk-ngetuk lengan kursi secara bergantian.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

Benar. Kim Mingyu itu bukan sekedar kepala pelayan. Dia adalah butler yang telah terlatih secara fisik serta intelejensi-nya. Jisoo melihat Mingyu dengan sumringah, lalu menangguk-angguk semangat dengan kedua telapak tangannya yang mendorong tumpukan buku catatan akuntan ke hadapan Mingyu. Setelah pelayan pribadinya itu mengambilnya, Jisoo menggerakkan jemarinya dengan semangat.

"Tolong berikan padaku besok siang, aku akan menyusul Seungcheol ke bandara."

Sebenarnya Mingyu tidak setuju dengan permintaan Jisoo, karena berarti Tuan mudanya itu akan pergi ke bandara dengan taxi yang notabene bukan dirinya lah yang menjadi supir. Mingyu tidak akan percaya siapapun jika bukan dirinya, Seungcheol, atau supir bus yang menjadi tumpangan Jisoo. Jisoo juga tampaknya mengerti dengan raut kegelisahan Mingyu di depannya, lalu ia memberikan senyum semanis mungkin sebelum kembali menggerakkan jemarinya.

"Tenang saja, aku bersama Jun."

Lalu sekejap Mingyu mengangkat kedua alisnya tak suka. Jun? Asisten —sialan— pribadi Joshua Hong? Oh, Mingyu tak pernah menyukai pemuda Cina itu karena Minghao, sahabat sekaligus cinta pertamanya sangat mengejar-ngejar sosok vampir itu. Ahh— mendengar namanya saja kesal, dan sekarang ia harus kalah langkah karena pekerjaannya seolah diambil oleh dengan Jun.

"Aku yang akan mengantar anda, Tuan."

.

Hal yang paling mengejutkan yang pernah terjadi di hidup Seungcheol adalah ketika menemukan sebuah telur di dalam perut kalkun panggang yang baru keluar dari panggangannya. Lalu sekarang, Seungcheol kembali tak berkedip ketika melihat istrinya yang melambai semangat ketika mobil Chevrolet yang dikendarai Mingyu telah menghilang di tikungan.

Seungcheol menutup wajah dengan telapak tangannya, menahan malu saat dengan hyperactive-nya Jisoo yang berlari sambil melompat-lompat ke arahnya. Persis seperti anak kecil yang girang bertemu ibunya.

Tusukan lembut terasa di bisep Seungcheol, membuat pemuda itu mendesah pasrah ketika menemukan sosok Jisoo telah berdiri tepat di hadapannya dengan cengiran lebar. Aish. Gemas sekali rasanya melihat pipi merona Jisoo. "Apa yang kau lakukan disini, hm?" Tanyanya selembut mungkin. Telapak tangan besarnya bergerak mengelus surai halus Jisoo, lalu mengusaknya gemas. "Aku akan mengambil mobilku dulu di rumah teman."

Jisoo langsung mengangguk setuju. Ia melirik mobil Mercy yang diberikannya untuk Seungcheol, lalu kembali melihat suami-nya. Menatap lamat-lamat sebelum menggerakkan jari-jarinya.

"Ayo berkendara, aku akan membuat dirimu dapat menyombongkan diri pada teman mu karena mempunyai istri se-mempesona diriku."

.

Ketika gerimis menyelimuti Seoul,  membuat emosi Seokmin setingkat lebih tinggi dari pada biasanya. Dia itu adalah tipe penyabar, tapi kali ini yang dirasakannya adalah sebuah ledakan amarah yang berusaha ditahannya ketika melihat Seungcheol. Seungcheol dengan istri mempesonanya,  Joshua Hong.

"—dia adalah cucu Dokter Wu,  kau pasti tahu bukan?" Kata Seungcheol. Di sampingnya berdiri Jisoo dengan sikap yang menunjukkan sedikit keangkuhan dari pangeran kecil itu.

Soonyoung mengangguk canggung sambil melirik-lirik tangan adiknya yang terkepal erat. "Tentu saja, mana mungkin aku melupakan penerus manja yang ketergantungan uang?"

Di dalam rumah sederhana itu, seketika suasana berganti mencekam. Jisoo membungkam mulutnya yang sedari tadi tersenyum manis. Ia menunduk, segan membalas tatapan mengintimidasi Seokmin. Seungcheol pun mengerutkan keningnya bingung,  juga Soonyoung yang terkejut dengan kata-kata adiknya yang terkenal ramah itu.

Jisoo mengenal siapa itu Lee Seokmin.  Salah satu dokter di rumah sakit kakeknya serta teman baik Seungcheol. Dokter yang terkenal akan sikap ceria dan ramah tamahnya,  juga senyum lebarnya yang menular.  Seokmin adalah dokter favorit di rumah sakit, Jisoo ingat ketika ia tengah berkunjung mengantar makan siang untuk kakeknya, samar dapat mendengar obrolan ringan tentang Seokmin di salah satu kamar inap berisi 6 orang. Berbicara dengan semangat menceritakan segala kebaikan dokter spesialis anak itu.

Tapi kini,  Jisoo tahu jika Seokmin tak sebaik yang dibicarakan orang-orang.  Namun dirinya pun tak menampik jika ia sendiri lah yang menciptakan sosok lain Lee Seokmin.

Jisoo melirikkan matanya pada Seungcheol ketika ia merasakan remasan khawatir di tangan kirinya yang tengah digenggam Seungcheol. Dadanya berdegup kencang, hatinya menghangat melihat tatapan tajam Seungcheol yang tertuju pada Seokmin. Bolehkah Jisoo berpikir Seungcheol tersinggung karenanya?

"Aku tidak tahu motivasi mu, tapi dia adalah istriku Seokmin-ah." ucap Seungcheol sembari mengeratkan genggamannya pada Jisoo. Sedangkan Seokmin berdecih remeh. Sungguh, Seungcheol berperan menjadi suami yang baik dengan sangat profesional. Jika saja Jisoo dapat membaca isi hati suaminya itu, Seokmin bahkan tak yakin jika kematian pun akan dapat menampung kucing malang itu.

"Aku sedang berkenalan dengan istrimu, Coups. Jadi biarlah dia yang menjawab." Seokmin sungguh berniat menyudutkan Jisoo, dan tampaknya berhasil. Ia dapat melihat sebuah kepercayaan diri yang sedari tadi naik bersamaan keangkuhan di wajah pemuda manis itu, sekarang mulai meluruh perlahan-lahan. Wajahnya memucat dan ia mencoba menyembunyikan tubuh kecilnya di balik punggung Seungcheol. "Wuah— kau tidak ingin berkenalan denganku?"

Jisoo tidak menggeleng atau pun mengangguk. Memilih meremas mantel yang dipakai Seungcheol dengan jemari rampingnya. Seungcheol semakin kebingungan melihat tingkah Seokmin yang baru pertama kali dilihatnya selama 5 tahun persahabatan mereka.

"Ada apa denganmu sebenarnya?" tanya Seungcheol. Ia menutup akses pandangan Seokmin agar tak dapat melihat istrinya yang masih enggan keluar dari persembunyiannya. Sungguh, Seungcheol yakin ada yang salah karena Joshua Hong, istrinya, bukanlah penakut. Ia yakin jika pemuda itu pernah berkata dirinya handal bermain basket.

Seokmin memutar bola matanya, menatap malas pada kedua pasangan di hadapannya. Mereka, bahkan melupakan Soonyoung yang izin kembali ke garasi. Kembali membetulkan pemanas di dalam mobil Seungcheol. "Ayolah, Tuan muda Hong. Aku Lee Seokmin, dan kita belum berkenalan secara resmi." katanya dengan penekanan di panggilannya pada Jisoo, lalu terkekeh canggung yang membuat suasana di antara mereka bertiga semakin memanas.

Jisoo tak berniat menyambut uluran tangan Seokmin yang mengarah padanya. "Bicaralah." kata Seokmin lagi, yang kali ini justru membuat Seungcheol menatap nyalang sahabatnya itu.

"Ada apa?" Tanya Seokmin sembari mengangkat bahu lebarnya. Ia sendiri juga tidak tahu alasan Seungcheol yang tiba-tiba seakan ingin menyerangnya saat itu juga. Pandangan Seokmin kembali pada Jisoo yang kali ini menutup mulutya rapat-rapat dengan jemarinya yang menyentuh tenggorokannya. Mencoba merasakan sesuatu yang Seokmin tak yakin apa itu.

Lalu sepersekon kemudian Seokmin terperanjat. Ia memfokuskan penglihatannya pada Jisoo, mencoba memastikan sesuatu. Ia melihat kedipan rapuh kala jemari Jisoo mengusap pelan pangkal tenggorokannya.

Dengan dramatis, Seokmin menutup mulutnya yang terbuka dengan telapak tangannya. "Oh astaga— jangan bilang—" dan pandangan Seokmin berganti pada Seungcheol. Raut herannya berubah secepat kilat menjadi seringai di wajah tampannya. "—dia bisu?"

Jisoo tercekat. Dalam sekejap ia melihat ke arah Seokmin yang kini juga telah kembali melihatnya. Tubuh Seungcheol menegang, menyadari jika ketakutannya selama ini menghantuinya terjadi lebih cepat dari dugaannya. Tak berhasil. Ketakutannya akan menikahi Jisoo yang merupakan pemuda bisu, bukan lah hal yang awam bagi orang lain, dan menjadi hujatan oleh publik harus mulai dibiasakan oleh Seungcheol.

Di balik punggungnya, Jisoo mengalihkan atensinya pada Seungcheol, menunggu balasan suami nya itu terhadap kata-kata Seokmin. Sejujurnya, Jisoo berharap. Berharap jika Seungcheol akan marah dan menghajar Seokmin. Atau setidaknya, Seungcheol akan membelanya dengan mengatakan prestasi seorang Hong Jisoo meskipun dirinya adalah tuna wicara.

Tapi harapan adalah harapan, yang tidak melulu tercapai. Begitu juga dengan Jisoo yang merasakan kakinya melemas melihat Seungcheol justru memalingkan kepalanya. Menambah tawa Seokmin yang seolah mengejek mereka.

"Astaga, Choi Seungcheol! Aku mengenalmu selama 5 tahun sebagai pemuda yang mempunyai kriteria kekasih yang tinggi. Lalu sekarang kau meninggalkan seorang Yoon Jeonghan demi orang bisu?"

Ketika gerimis berhenti, dan berganti angin bertiup kencang yang menyapu punggung Jisoo, pemuda manis itu menahan nafasnya. Ketika Seungcheol yang sedari terdiam, justru mengatakan hal yang menyakitkan untuknya. Seharusnya, Seungcheol diam saja. Diam saja untuk selamanya! Tak perlu memujinya atau bahkan menghajar Seokmin. Cukup diam lalu pulang. Itu lebih baik.

Sungguh lebih baik.

"Aku tidak pernah memilih Joshua-ssi sebagai istriku, Seokmin."

••••••••••

Waduh maafkan aku pertama-tama karna update agak lama dari biasanya. Soalnya hp ku rusak selama beberapa hari dan gaada wifi buat update wattpad di lepi.

Tapiii makasih banyak untuk yg nungguin akuuu heuheu makasih yg udah vote komen dll aku mengapresiasi semuanya 😘😘😘😘

Loveyou dan see ya laterrr 😆😆😆😆

Continue Reading

You'll Also Like

86.1K 8.1K 32
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
155K 11.7K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
77.1K 8.3K 86
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...
48.5K 6.6K 30
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...