Me to You (✔)

By Zemyth_

70.4K 3.9K 280

Cerita ini bermula pada gadis bernama Farah Zhafira Hanifah yang mengalami sebuah kebetulan yang tidak pernah... More

Author menyapa
The Character❤
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23 - Fixed
Extra Part [1]

Chapter 19

1.7K 152 18
By Zemyth_

Fiona terus memperhatikan Farah yang dari tadi melayaninya seperti biasa, seolah tak ada apa-apa. Jauh di dalam sana, Fiona sangat tahu hati sahabatnya itu hancur. Walaupun ia belum begitu tahu sejauh apa hubungan Farah dengan lelaki berdarah biru yang sudah ia curigai sejak awal bertemu.

Tatapan Fiona mengiba. Ia tak tega. Beberapa kali ia menangkap Farah menahan air matanya keluar. Ia selalu saja membalikkan badan dan berjalan menjauhi Fiona. Alasannya mengambilkan Fiona makanan.

"Kenapa menatapku begitu sih.." Farah mengernyit dengan muka konyolnya lalu terkekeh pelan.

"Berhenti memakai topeng."

Farah terdiam. Mulutnya ia kunci rapat. Sekali-kali ia menatap Fiona seperti ingin mengatakan sesuatu namun ragu.

"Aku tak akan memintamu cerita jika itu membuatmu semakin sedih. Jika sebaliknya aku akan setia mendengarkanmu, Farah."

Hati Farah terenyuh mendengar perkataan Fiona. Ia sedang dalam titik terlemahnya, wajar jika hal manis yang sepele menurut Fiona menjadi hal besar menurutnya.

Sungai bening mulai membasahi pipi mulus Farah. Tak banyak berakting, Fiona langsung merengkuh sahabatnya itu. Dalam pelukan Fiona, Farah tetap mengunci mulutnya agar isakannya sedikit teredam.

Tak ada yang bicara satu pun sampai Farah menarik dirinya dalam rengkuhan Fiona dan mengusap air matanya. Fiona semakin tak tega kala melihat tatapan Farah menggelap.

Dengan mulut yang bergetar Farah mencoba menceritakannya dari awal. Bagaimana ia kenal Shaikha dan bertemu Fazza sampai hal terkecil yang ia pernah rasakan ia katakan pada Fiona.

Fiona merelakan waktunya untuk Farah, sebagaimana Farah yang dulu selalu melakukannya demi dia. Fiona rasa ini tak sebanding dengan apa yang telah diberi Farah untuknya sampai ia benar-benar kuat untuk bertemu suaminya, Fariz.

"Aku terlalu bodoh untuk menyadari ini semua, Fiona.."

Fiona menggeleng, menangkup wajah Farah agar menatapnya.

"Percayalah padaku, kau tidak bodoh. Fazza pun bukannya membohongimu, hanya saja mungkin ia mempertimbangkan seluruh hal yang menimpanya dan mengambil keputusan itu untuk sekarang."

Farah menggeleng, air matanya jatuh lagi untuk kesekian kalinya.

"Lalu kenapa juga ia harus menyembunyikan statusnya yang sudah bertunangan dariku? Apa niatnya? Aku tak mengerti sama sekali."

Fiona berhenti sejenak,
"Tak lain karena ia menyukaimu."

Farah menatap Fiona bertanya-tanya. Mana mungkin Fazza menyukainya? Dia bukan tipenya. Hanya seorang gadis asing dari kalangan rakyat biasa.

"Apa kau benar-benar tidak menyadarinya? Aku melihatnya menatapmu dengan penuh cinta saat itu."

"Kau keliru Fiona, ia tak menganggapku lebih dari seorang teman dan rekan kerja!"

"Lalu apa arti kecupan di akhir itu?"

"Apa seorang teman melakukan hal seperti itu?" Lanjut Fiona langsung ke intinya. Farah terdiam lagi, pikirannya masih berkecambuk seputar pria itu.

"Farah, kau menyukainya kan?"

Farah mendongak, lalu menunduk lagi. ia tak mengucapkan apa-apa.

"Diam berarti benar ya"

Farah mengembuskan napasnya berat. Bagaimanapun ia harus merelakan rasanya demi Shaikha. Dia bukan apa-apa seperti Shaikha.

"Aku akan mengikhlaskannya"

Fiona tersenyum ramah. Tangannya mengelus punggung Farah lembut. "Tapi jangan paksakan dirimu, ya"

Farah menggeleng, perasaannya menjadi lebih ringan sekarang. Sudah jelas bukan? Dari awal pilihannya hanya mengikhlaskan tak ada yang lain.

☆☆☆

"Kau tidak tertarik?"

"Apanya?"

"Sekumpulan gadis itu yang dari tadi memerhatikanmu." Goda Paman Saeed pada keponakannya.
Fazza menggeleng dan menggeser posisinya menjauhi pamannya.

"Kau serius?" Tanya Pamannya lagi pura-pura tak percaya

"Tentu sajalah, Itu melanggar norma"

"Alasan yang bagus untuk seorang Hamdan yang sedang berusaha menjaga hatinya untuk---"

Alis Fazza terangkat satu, sedangkan pamannya memasang ekspresi jahilnya sambil sengaja menggantungkan kalimatnya.

"Ah kau tidak seru." Paman Saeed cemberut lalu kembali bersikap formal.

Fazza terbahak melihat pamannya berubah mood seketika karena dirinya tidak menanggapi antusias.

"Lagipula kan kau tahu aku"

Paman Saeed memutarkan bola matanya lalu menatap arena pacuan kuda di depannya.

"Assalamualaikum, Sheikh Hamdan!" Sapa seseorang sambil mendekati Fazza. Seorang pria paruh baya dengan seorang wanita yang membuntut di belakangnya.

"Waalaikumsalam"

Mereka mengawali dengan obrolan ringan dan sedikit basa basi seperti biasa. Pria paruh baya itu merupakan salah satu kerabat dekat ayahnya Fazza.

"Aku ada perlu sebentar dengan ayahmu, ku titipkan anakku padamu ya."

"Maaf?" Fazza mengernyit bingung.

Pria paruh baya itu terkekeh lalu membisikkan sesuatu di telinga Fazza.

"Kalau merasa cocok bilang saja, jangan malu." Lalu tersenyum sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan Fazza dengan anaknya. tidak berdua sih.

"Perkenalkan aku Layla" Layla mengulurkan tangannya dengan percaya diri.

Fazza menelungkupkan tangannya, menolak menyalami Layla sama seperti Farah yang menolaknya saat pertamakali bertemu dengannya.

"Hamdan."

Layla merona malu saat Fazza tidak membalas uluran tangannya.

Tapi ia memberanikan dirinya lagi,
"MasyaAllah, namamu seindah rupamu Yang Mulia."

Fazza hanya tersenyum formal, tak berniat menggubris kalimat itu yang terkesan Gombal.

Disamping Fazza, pamannya berdehem. Fazza tahu pamannya itu mendengarkan obrolannya dengan seksama. Buku panduan di tangannya hanya sebagai penghias saja.

☆☆☆

Waktu sudah menunjukkan jam delapan pagi di Dubai. Setelah sesi keluh kesah Farah kepada Fiona sore kemarin, Fiona cukup kagum dengan sikap Farah yang sama sekali tidak menunjukkan keterpurukannya di depan adik dan tantenya. Ia berlagak ceria seperti biasa.

"Kita berangkat dulu ya" pamit Tante Sarah sambil menuju pintu keluar bersama Aldy. Farah mengangguk-angguk paham.

"Jaga dirimu kak!! Aku pinjam kameranya!"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam!"

Farah mengembuskan napasnya berat. Fiona baru saja keluar dari dapur dengan semangkuk sereal di tangannya. Farah duduk di sebelah Fiona yang sudah mengambil posisi nyaman di depan tv.

"Hei kalau kau mau, ambil sana!!"

"Yah pelit amat ini bumil..."

Fiona terkekeh lalu menyodorkan mangkuk sereal itu agar dimakan berdua. Farah menggeleng lalu berdiri dengan sigap.

"Tidak ah, aku ambil sendiri aja. Nanti dimarahin suamimu lagi gara-gara kurang asupan!"

Fiona hanya tertawa lalu menyetujui perkataan Farah. Dengan senang hati ia akan menghabiskan serealnya.

Ting tong

Tok tok tokk

Ting tong tingg tong

Tookkkk tokk tok tok

Suara bel ditekan dengan terus menerus diselingi dengan ketukan pintu yang semakin kencang setiap detiknya.

"Sebentaaar!" Farah langsung saja berlari ke arah pintu.

"Ehh sebentar Farah" Fiona memasang ekspresi curiga.

"Palingan Aldy, Fiona."

Cklek

"Apasih Al berisik a..ja..."

"Dengan Nona Farah Zhafira Hanifah?" Tanya seseorang laki-laki berpakaian Formal berdiri di depannya tanpa ekspresi.

"Y-ya, saya sendiri. Ada apa?"

Tanpa basa-basi lelaki itu menyerahkan sebuah amplop resmi ke tangan Farah.

"Paling lambat hari ini setelah waktu Dzuhur."

Tanpa mengucapkan apapun lagi lelaki tersebut meninggalkan tempatnya dan menghilang begitu saja. Farah yang tak mengerti langsung membuka amplop tersebut.

"Apa itu, Farah?" Fiona menghampirinya dan bingung ketika air muka sahabatnya itu mengeruh. Tak bisa menahannya lagi, Farah kembali meloloskan air matanya. Fiona terkejut saat Farah memeluknya tiba-tiba.

"Ayo kita pulang." Bisiknya pada Fiona diselingi oleh isakan tangisnya.

"ternyata bukan Aldy ha..haha"

Fiona terdiam, dirinya ikut berkaca-kaca saat melihat apa yang diterima Farah. Sebuah amplop formal dengan isi surat pendeportasian dari pemerintah, dan nama Sahabatnya terpampang jelas disana. Sebagai objek yang haram untuk menginjakan kaki lagi di tanah ini.

Tak lupa, lengkap dengan tanda tangan sang Putra Mahkota, Sheikh Hamdan bin Mohammed Al-Maktoum.

☆☆☆

"Mungkin ini yang terbaik. Aku tahu kau kuat! khlaskan semuanya, InsyaAllah kau akan mendapat yang lebih baik setelah ini."

Farah setuju ia pun mengangguk dan tersenyum kepada Fiona. Kemudian ia mengambil remote tv, lebih baik dia mengalihkan pikirannya saat ini daripada bagian saraf dalam otaknya diambil alih oleh Fazza.

Jari-jari Farah terus menekan beberapa saluran dalam tv, matanya memang terlihat memandang, tetapi siapa sangka bahwa pikiran Farah tidak di dunia nyata.

Suara saluran yang berganti menemani keheningan di antara Farah dan Fiona. Farah terus saja melakukan hal yang sama, tanpa berminat untuk memfokuskan diri pada satu saluran.

"Berita terkini langsung dari England."

Mendengar seorang reporter menyebut satu negara yang sedang dikunjungi Fazza, Farah pun entah mengapa berhenti dan mulai fokus.

"Sheikh Hamdan Al-Maktoum menunjukkan kebersamaannya dengan seorang wanita. Isu yang beredar menyebutkan bahwa wanita itu adalah calon istri Sang Putra Mahkota.

Tidak jarang Pangeran Hamdan menujukkan kedekatan mereka pada layar kamera.

Hal itu tidak luput dari wartawan yang berkunjung untuk meliput.

Jika benar isu yang beredar, maka sekembalinya Pangeran Hamdan dari England, kerajaan akan menggelar pesta pernikahan akbar.

Lantas, bagaimana Putri Shaikha yang diimingi sebagai tunangan Pangeran Hamdan?

Apakah--"

Farah mematikan tv tanpa minat, mendengar berita yang baru saja dikonfirmasi berhasil membuatnya down. Matanya berhasil menangkap sosok Fazza dengan seorang wanita di sampingnya bercengkrama dengan hangat. Sekali-kali wanita tersebut tak canggung untuk mengikis jarak diantara keduanya dan hal itu tak digubris oleh sang pangeran.

"Kau lihat sendiri bagaimana ia bersikap ke wanita lain kan? Sudahlah! ini memang yang terbaik." Nada bicara Fiona terdengar ketus. Kentara sekali jika ia tak menyukai liputan itu. Ia terlihat kesal dengan Fazza.

Ada sedikit keraguan di hati Farah, tapi kenyataan memperlihatkan begitu. Ia sudah cukup sakit, melihat adegan itu hatinya teriris lagi. Ia mulai berpikir, mungkin banyak wanita di luar sana yang telah menjadi korban sama seperti dirinya.

Bukankah ia terlalu egois jika menginginkan pria itu hanya bersikap manis kepadanya?

sedangkan ia tahu posisinya bukanlah siapa-siapa.

Tapi, hatinya juga tak bisa berbohong. Ia menginginkan itu. Ia mengharapkan itu.

Bagaimanapun ia hanya seorang wanita biasa yang memiliki rasa. Tak mungkin bukan jika ia menyalahkan Allah atas fitrah itu?
Allah mengamanahkan perasaan asing ini padanya. Dan entah ini kesialan atau keberuntungan, pria yang berhak dituju hanya Fazza.

Sebelumnya Farah tidak pernah bisa benar-benar jatuh cinta pada pria manapun. Entah mengapa terkecuali kali ini.

Farah hanya berharap bahwa perasaan ini tidak membawanya pada hal yang diharamkan Allah. Farah ingin cintanya bukan karena nafsu.

Ya. Hanya itu keinginannya.

Tapi sekarang mengapa mencicipi cinta itu terasa menyakitkan seperti racun?

Banyak orang berkata bahwa cinta tak pernah salah. Lantas di mana letak kesalahan dalam diri Farah sampai dia harus merasakan cinta yang penuh denyut derita?

Apa mungkin status sosial memang yang paling utama?

☆☆☆

Hari ini mood Shaikha sangat berbanding terbalik dengan sebelumnya. Seakan aksinya kemarin telah mengeluarkan semua isi hatinya. Ia lemparkan semua itu kepada sahabatnya, Farah. Tapi ia sama sekali tidak menyesalinya. Ia malah berbangga diri dengan apa yang ia punya.

Sedikit takut untuk menunggu kedatangan Fazza, tapi jujur ia tak bisa menahan rasa ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Sheikha."

"Ah ya, bagaimana dia?"

"Pesawatnya sudah berangkat menuju Indonesia."

"Apa kau benar-benar memastikannya?"

"Tentu Yang Mulia. Dengan mata kepala saya sendiri."

Shaikha tersenyum puas. Sekarang, tak akan ada lagi penganggu hubungannya dengan Fazza juga ia tak lagi menganggap Farah, ia akan hapus semua memorinya. Karena ia pikir Farahlah biang permasalahnnya.

To Be Continued...

🎭🎭🎭

In Project with a Wattpad Story "Maghrur" by ThunGirl
.
.
.
HAI ALLLLLL😂
chapter ini emg diniatin khusus di posisi Farahnya. Tapi sepertinya kurang ngeFeel ya??
.
Iyagaakk?
.
.
Maaf ya😢
.
Nah, bocoran nihhh next chapter bakal ada karakter baru! Karakternya si ThunGirl sih, Zulkifli namanya. Dia temen dekeeeeeettttnya Farah sama Fiona dulunya.
.
.
Segituu aja ya😂 masi banyak lagi laahh
.
Ditunggu ya Vote sama Komen kalian!
.
.
Makasih juga yang udah nyemangatin Author😢😢😢 aku bener-bener jadi semangat ngetiknya hehe
.
Kalian terdabest!
.
.
See ya Next Chapter!💕


Continue Reading

You'll Also Like

17K 1.8K 22
Original title: 我在星際傳播中國古文化 Indonesian title: Saya menyebarkan budaya Tiongkok kuno di antarbintang Pengarang: Mu Zitong [ 木梓潼 ] Jenis: Kelahiran Kem...
18.4K 786 28
'Dasar mesum! Aku bahkan gak pernah mikir ngasih keperawanan aku sama, Om!' umpat Aruna jengkel. Bola mata Dewandaru membulat dengan umpatan Aruna. P...
278K 16.6K 40
WARNING !!! ZONA DEWASA 21+ BIJAKLAH DALAM MEMBACA ! KARNA AKAN BERTEBARAN ADEGAN DEWASA ATAUPUN KALIMAT VULGAR ! MARI NGEHALU BERJAMAAH ! JIKA CAST...
11.1K 1.5K 100
[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA BESTIE ] __________ Start From Part - 801 Dia menikahi seorang Sopir yang baru saja ditemui. Namun, kenyataannya adala...