Sweet Escape

By whiplashcream

3.8K 282 32

(Read before start reading: this story using indonesian language but english conversation - Harry Styles fanf... More

2. Where Are We Going?
3. Thoughts and Ah, A Naked Man!
4. Take Rights
5. Right Back
6. Lunch and Prom
7. The Prom Date
8. Nothing but Friends
9. A Mysterious Call
10. May Be An Angel
11. The Mysterious Caller
12. The Stars
13. The Surprise
14. Truth be Told
15. Christmas Present

1. Anne's Plan

1K 32 5
By whiplashcream

Kriiiingg!!!

Bel yang berbunyi keras itu seperti baru saja menandakan kebebasanku. Hari ini hari terakhir aku berada di High School. Bukankah itu hari terbaik sepanjang masa? Pergi dari orang-orang menyebalkan dan tentunya, pelajaran matematika! Aku bersumpah, aku tidak akan mau balik ke sekolah ini. Hari ini harus dirayakan, seandainya aku punya seseorang untuk diajak merayakannya..

Gemma! Dia mungkin sedang kerja sekarang, tapi siapa peduli? Dia selalu bisa keluar sesukanya karena dia seorang pimpinan disana. Dengan cepat aku memasukkan bukuku ke dalam tas dan orang-orang di kelasku pun semangat setengah mati membereskan buku-buku mereka.

“Class, remember!” teriak Mrs. Skywood membuat kita memberikan perhatian kembali padanya. “Next week we have a prom night, don’t forget to come!” teriaknya lagi saat semua murid hampir meninggalkan kelas.

Aku berjalan ringan dengan perasaan yang ringan juga, no weight on my shoulders! Yah, setidaknya sampai kulihat Raquelle dan teman-temannya berdiri seperti malaikat maut di ujung koridor. Aku berusaha menyembunyikan diriku dari Raquelle And Sluts diantara kerumunan orang yang berjalan. Aku hampir melewati mereka! Jangan lihat ke pinggir, tatap saja lantainya lurus, jangan tatap mereka! Kupikir aku sudah berhasil melewati mereka dengan aman, tapi kurasakan tarikan kencang dari tas ranselku. Tarikan ini familiar, aku sudah pernah ditarik seperti ini setidaknya lebih dari 15 kali.

“Where do you think you’re going, sweetheart?” sekarang aku mengutuki badanku yang tidak cukup mungil untuk ditutupi orang-orang. Yang benar saja, ini hari terakhir sekolah, mereka tidak bisa merusaknya seperti mereka merusak sisa-sisa hariku di High School!

“Let me go, Raquelle!” kataku sambil menepas tangannya dari tas ranselku. Rambut pirangnya yang lurus dan tidak terlalu tebal terurai melewati bahunya, ingin sekali aku menarik-narik rambutnya itu sampai dia botak.

“It’s the last day of school, we’re gonna miss you.” Kata Mandy dengan senyuman. Aku mendengus dan mencoba berjalan pergi tapi semua jalanku sudah mereka blokir. Ini tidak adil, mereka berempat sementara aku hanya sendiri. Ah, bodohnya aku menyangkutkan keadilan dengan mereka berempat. Keadilan seperti hal yang sudah mereka injak-injak di bawah sepatu tinggi mereka.

Raquelle, Mandy, Jennie, dan Cady, lebih terlihat seperti empat binatang pengerat bagiku. Sangat mengganggu dan harus dibasmi. Kau tak akan percaya bila kujelaskan bagaimana mereka terlihat. Mereka berempat terlihat sama, ramping dan kurus dengan style khas kadarshian family. Yang membedakan mereka sepertinya hanya rambut; Raquelle, the meanest from them all, berambut pirang, lurus dan panjang rambutnya melebihi bahu tapi tidak terlalu panjang. Mandy berambut di atas bahu, lurus, tebal dan berwarna hitam dan dia suka menganti-ganti warna highlight di rambutnya dan sekarang dia sedang memakai sedikit warna biru. Jennie memiliki rambut paling panjang dan paling mencolok karena rambutnya sedikit keriting dibagian ujung dengan warna merah crimson. Yang terakhir, Cady, rambutnya ikal bergelombang berwarna brunette. Ah, entah bagaimana bentuk rambut mereka, yang pasti, aku membenci mereka berempat.

Raquelle menyenderkan punggungnya di loker dan aku berdiri menghadapnya, Mandy berdiri di sebelah kananku, Jennie di sebelah kiri, dan Cady di belakangku. Great. Mereka benar-benar merusak hari yang bahagia dan penuh kejayaan ini. Aku tau apa yang mereka tunggu saat ini, biasanya sih mereka menunggu sekolah sepi lalu mulai ‘bekerja’ dengan ‘pekerjaan’ bodoh mereka.

“What do you want?” tanyaku sambil melipat tangan dan terdengar capek, aku memang capek berurusan dengan mereka, tapi bukan berarti aku lemah dan pasrah. Sekarang aku bersyukur tubuhku cukup tinggi untuk berdiri di depan Raquelle, bayangkan saja bila sekarang tubuhku mungil, mati sajalah aku.

Koridor sudah mulai sepi. Jennie memegang rambutku, “we just-“

Dengan cepat kutepis tangannya, “don’t touch me.” Kataku datar.

Mereka menarik nafas dan aku tak habis pikir betapa miripnya mereka berempat, sampai cara mereka menarik nafaspun mirip. Itu menyeramkan. Saat mereka akan melakukan sesuatu yang tidak bisa kutebak, tiba-tiba pintu kelas terbuka dan Mrs. Skywood keluar dari kelas dan berjalan ke arah kami. Kupikir Tuhan masih menyayangiku. Kupikir aku gila karena aku bisa mendengar seluruh organ tubuhku bernyanyi dengan gembira di dalam sana.

“Hey guys, you haven’t go home?” tanya Mrs. Skywood dan mereka sudah tidak memblokir jalanku lagi. “I thought you hate high school.” Katanya lagi sambil sedikit tertawa. Oh, Mrs. Skywood, kau tak tahu betapa aku membenci High School ini. Bahkan guru-gurunya juga.

“No, we haven’t.” kata Cady memainkan rambut ikalnya. Mrs. Skywood mengangguk pelan dan siap berjalan. Ini dia kesempatanku. Sekarang atau mereka akan berhasil merusak hariku. Sekarang.

“Mrs. Skywood!” panggilku, terlalu bersemangat. Mrs. Skywood menolehkan kepalanya kearahku dengan tatapan bingung. “uh, I want to ask you about my old project, I really need to talk about it.” Kataku mencoba terlihat meyakinkan.

“Well yeah of course, you probably can come to my office?” Kata Mrs. Skywood menunjuk ruangannya dengan ibu jari. Aku sudah mencium aura keselamatan.

“But Candice, do you really need to leave us?” tanya Raquelle meremas bahuku penuh arti.

“Yes, this is really important.” Kataku memberikan senyum kemenangan ke Raquelle. Untunglah mereka masih memiliki rasa hormat atau takut atau segan atau apapun itu pada seorang guru.

Aku berjalan mendekat ke Mrs. Skywood, langsung merasa lega. Aku menoleh kebelakang dan memberikan satu jari tengahku ke arah mereka. Bila aku bisa memberikan keempat jari tengah yang kupunya pada mereka saat ini, pasti sudah kulakukan. Masalahnya aku tak mau Mrs. Skywood melihatku memberikan quatro fucks untuk quatro sluts. Entahlah apa yang akan ku bicarakan dengan Mrs. Skywood di kantornya, Mrs. Skywood pun tidak akan begitu curiga. Paling-paling aku akan menanyakan tugas yang sudah kukerjakan lalu merayakan hari terakhirku di High School dengan Gemma.

Ohiya! Aku belum memberi tahunya. Untunglah aku punya Gemma, walaupun dia lebih tua dariku beberapa tahun tapi entah bagaimana kita bisa bersahabat dengan sangat baik. Mungkin efek pertemanan kami yang sudah dimulai sejak aku masih berusia 6 tahun. Sebenarnya susah juga pergi dengan Gemma, karena dia adalah kakak dari seorang superstar, banyak orang yang mengetahuinya. Well, dia cantik dan dewasa. Aku mengagguminya, tapi aku tidak akan membiarkan dia tau. Enak saja. Bisa-bisa dia jadi besar kepala dengan senyum konyolnya itu.

•••

Aku janjian dengan Gemma di sebuah kafe yang terletak di sebelah sungai, dekat jembatan. Tempat kerja Gemma berada di jalanan yang sejajar dengan jembatan, jadi tak akan lama menunggunya datang kemari. Aku memilih tempat duduk dibawah jembatan supaya teduh dan tak banyak orang yang terlalu memperhatikan tempat duduk disini. Aku tidak suka diperhatikan orang, walaupun aku tahu mereka sebenarnya tak mungkin memperhatikanku. Tapi tetap saja, aku tak pernah suka tatapan orang banyak.

“Hi, Candice!!” sapa Gemma dengan suara cerianya. Aku langsung tersenyum lebar.

“Gemma!!!!!!!!!!!” balasku tak kalah ceria. Kami berpelukan lalu Gemma duduk di kursi depanku. Kami hanya dihalangi meja kayu yang bundar.

“Out of school today, eh?” tanya Gemma sambil senyum menggoda dan aku mengangguk dengan penuh kebahagian. Gemma tau semua tentangku, semua masalahku. Masalah di rumah maupun di sekolah, dia tau semuanya. Aku benar-benar memberikan seluruh rahasiaku dan dia orang yang dapat dipercaya. Dia seperti satu-satunya tempatku untuk menangis, aku memercayakan air mataku padanya.

“But Raquelle and Plastics almost get me again! Lucky me I could go away.” Kataku sambil menghela nafas, kembali membayangkan kemenanganku tadi.

“Really? She has fuck up with you for like 4 months! What the hell is wrong with her?” kata Gemma dengan kesal. Terkadang, Gemma malah lebih kesal dengan Raquelle daripada diriku sendiri.

Aku mengangkat bahu, “I don’t give a fuck tho.” Kataku sambil meneguk expresso melalui sedotan. “how about your work?” tanyaku. Kita sepertinya sudah tidak bertemu selama beberapa hari, walaupun aku tetap chat dengannya.

“Fine, but there’s a cute new guy.” Katanya sambil tersenyum kecil. Sepertinya ada yang sedang berbunga. Sejujurnya, aku tidak terlalu bagus menyampaikan saran tentang cinta, jangankan saran, memberikan respon dan balasan selamat pada orang yang jatuh cinta saja aku tidak bisa.

“Ahhh, tell me about it!” Benarkan. Kupikir orang yang lebih berpengalaman akan mengatakan hal yang lebih terdengar antusias atau semacamnya. Untung saja orang yang di depanku ini adalah Gemma.

Gemma menceritakan semua kejadiannya dengan new guy yang memiliki umur yang sama dengannya dan bernama Tyler. Aku tidak akan pernah mengerti bagaimana kebetulan bisa terjadi begitu saja dalam sebuah cerita cinta. Dalam cerita fiksi maupun realita. Sepertinya kebetulan-kebetulan itu sudah direncanakan sebelumnya. Yah, kupikir Tuhan merencanakan kebetulan-kebetulan itu agar terlihat benar-benar seperti kebetulan. Bila kau mengerti apa maksudku.

Gemma menyelesaikan ceritanya dengan senyum lebar yang membuat lesung pipitnya terlihat, dia begitu cantik pantas saja Tyler suka padanya. Cowo mana yang tidak suka dengannya. “How about Luke?” tanya Gemma mengangkat alisnya beberapa kali.

Aku memutar bola mataku, “he’s a popular jerk.” Gumamku sambil mengocok expresso dengan sedotan lalu aku berdecak, “but however I always fall for a bad boy, that was not something I wanted to do though.” Lanjutku sambil angkat bahu. “I think he’ll go to prom with Raquelle, I mean he’s so hot and popular. It’s actually gonna be so weird if he doesn’t ask Raquelle to the prom.” Lanjutku sambil menumpukan dagu di telapak tangan.

Gemma memanyunkan bibirnya, turut prihatin. “I’m sure there would be a right guy who will go to the prom with you.” Kata Gemma sambil mengedipkan sebelah matanya.

Aku mendengus, “I dunno, I think I wouldn’t even go to the prom.” Kataku berusaha terdengar tidak peduli dengan prom bodoh itu.

“Awh don’t be so frustrated.” Kata Gemma mengerutkan dahinya. “I could ask Harry to go with you to the prom.” Kata Gemma sambil menahan tawanya. Aku menghela nafas dengan kesal dan melemparkan tissue yang kugulung-gulung terlebih dahulu. “Its so hilarious talking about you and Harry!” katanya sambil tertawa lepas.

“Ugh really, he haven’t even see me in years.” Kataku kesal, “while I could see his cheeky smile everyday on tv or magazine.” Lanjutku lagi.

Gemma masih tertawa, “Its actually funny if I remember how you guys used to be,” katanya dan aku memutarkan bola mataku untuk kesekian kalinya. Aku memang dahulu berteman dengan Harry, saat aku kenal dengan Gemma aku juga mengenal Harry. Kami dulu sering bertengkar karena masalah kecil dan kami sama-sama sensitif, apalagi Harry hanya dua tahun lebih tua dariku. Jadi yah, hubungan kami sebenarnya tidak terlalu bagus. Tapi seiiring kami bertumbuh jadi remaja, aku malah jarang bermain dengannya sehingga sampai sekarang kami sama saja dengan kedua orang asing yang hanya tau nama satu sama lain. Terakhir aku melihat wujud aslinya adalah saat pemakaman nenekku sekitar 3 tahun lalu.

Kami lanjut ngobrol dan jalan-jalan sebentar di sepanjang jalan sampai akhirnya aku mengantarkan Gemma ke tempat kerjanya. Aku yakin, bila sekarang hari libur Gemma dan aku pasti sudah menghabiskan waktu bersama sampai tengah malam. Tapi dia begitu sibuk, dan juga dibutuhkan oleh rekan kerjanya. Bahkan besok siang Gemma harus pergi ke California untuk mendapatkan kerja yang sepadan dengan kemampuannya. Aku akan benar-benar merindukannya, juga kehilangannya. Siapa lagi yang bisa kupercayai untuk melihatku menangis?

•••

Aku sedang duduk di atas kasur dan memandang kartu persegi panjang  yang dikirimkan ayahku. Hatiku tiba-tiba terasa sesak dan kurasa aku membutuhkan udara pagi yang sejuk dan segar. Aku memutuskan pergi keluar rumah tanpa menengok pintu kamar orang tuaku. Hanya berjalan lurus. Aku mengendarai sepedaku dan pergi lumayan jauh dari rumahku, kedekat rumah Gemma. Di belakang rumah Gemma ada sebuah danau yang dikelilingi banyak pohon tinggi dan rumput-rumput hijau dan aku memang selalu pergi kesana setiap ada kesempatan.

Seperti biasa, aku menyenderkan sepedaku di salah satu batang pohon sementara aku berjalan lebih mendekat ke danau. Taman-atau bisa kubilang hutan-ini sangat tertutup, sama seperti diriku juga. Sayangnya aku tidak seperti danaunya yang tenang dan memberikan kesan indah tersendiri. Aku duduk beberapa jarak dari danau dan bersender di pohon yang barisannya paling akhir.

Tiba-tiba aku mendengar suara batu yang dilemparkan ke air danau dan juga ke batang pohon. Aku langsung menolehkan kepalaku, mencari-cari dimanakah sumber suara itu berasal. Aku memicingkan mata dan berdiri dengan tenang. Aku berjalan pelan dan memperhatikan setiap langkahku supaya tidak menginjak ranting. Aku melihat ada seseorang, jaraknya beberapa pohon dariku. Aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa itu, terlalu banyak dahan dan ranting yang menghalangi pandanganku. Ternyata aku bukan satu-satunya orang yang suka datang kemari demi ketenangan.

Aku mengangkat bahu lalu kembali berjalan ke arah yang berlainan dari orang itu tapi aku keburu menginjak ranting lalu terciptalah suara patahan kayu yang keras. Aku langsung menutup mata dan mukaku mengerut. Dengan lagak tanpa dosa aku terus berjalan tanpa melihat ke belakang.

“Who’s that?!” teriak orang itu. Pasti laki-laki, suaranya begitu berat bahkan saat dia berteriak.

Aku langsung menunduk dan membiarkan rambut bergelombangku menutupi wajah dan aku berjalan dengan cepat. Aku jadi merasa tak nyaman diam disini lagi sehingga aku memutuskan untuk pulang dan diam di rumah. Tapi kurasa, Tuhan tidak mengijinkanku untuk tinggal diam dirumah. Anne, ibunya Gemma dan Harry, baru saja meneleponku dan dia bilang dia ingin aku hadir di acara makan malam rumahnya. Aku senang tentu saja, tapi entah kenapa aku merasa tegang karena sekarang Harry akan ada di sana. Aku seketika merasa kalau hari ini aku harus membuat seseorang terkesan.

•••

Harry’s POV

Aku mendengar suara berisik di bawah, Candice mungkin baru datang. Aku pasti  akan senang bertemu dengannya kalau dia datang bukan untuk menjadi baby sitterku selama Gemma dan ibuku pergi. Aku mengerti bagaimana ibuku khawatir dan aku juga tau betapa kacaunya hidupku, setiap hari aku pulang malam dan mabuk, kadang tidak pulang kalau aku bertemu perempuan yang senang hati ‘digunakan’ olehku. Yah, aku lebih butuh seorang guru moral daripada perempuan yang lebih muda dariku untuk tinggal bersamaku. Ini benar-benar ide buruk. Sedih, ibuku tidak menyadari betapa buruknya rencana ini.

Dengan malas, aku menuruni tangga dan mengenakan kaos putih yang belum diganti dari kemarin malam. Aku menengok ke dapur dan melihat 3 perempuan sedang sibuk disana. Gemma duduk di meja makan sambil mengupas kulit apel, ibuku berdiri berlawanan arah denganku, menghadap ke kompor dan mengaduk sesuatu. Aneh, mereka tak seharrusnya memasak hidangan mewah karen Robin, ayahku, bahkan tidak ada malam ini. Dia pergi bekerja keluar kota sejak kemaren. Tapi ada satu yang mengalihkan perhatianku. Disebelah ibuku berdiri seseorang yang memunggungiku juga, rambutnya panjang dan bergelombang dengan warna cokelat keemasan, bahkan rambutnya jauh lebih indah dari rambut Gemma. Aku tidak tahu banyak soal rambut, tapi yeah, kupikir rambutnya indah.

Aku sudah berdiri bersandar ke doorframe dapur. Candice, perempuan berambut indah itu membalikan tubuhnya dan dia melihatku, sedikit terkejut.

“Hi.” Sapanya sambil tersenyum gugup. Ya Tuhan, dia jauh lebih cantik dari tiga tahun lalu.

Butuh beberapa detik sebelum aku membalasnya, “Hey.” Kataku mencoba terlihat acuh tak acuh. Walaupun dia cantik, aku masih menentang rencana buruk ibuku. Dia kembali membantu Gemma dengan apelnya.

“Mom,” panggilku pelan sambil berdiri rapat di sebelahnya. Ibuku menolehkan kepalanya, “please tell me you have change your mind.” Kataku sedikit memelas. Aku mungkin bisa tidur dengan berbagai macam wanita dan pergi begitu saja, tapi tetap saja ada dua wanita yang kusayangi sepenuh hati dan aku tidak bisa melawan mereka. Ibuku mencubit pahaku dan aku menyerngit sambil menjauhkan kakiku dari tangannya. Bibirnya mengerucut dan memandangku tajam, lalu kembali mengaduk krim soup yang dibuatnya. Penolakan mentah-mentah. Aku juga lupa bilang kalau dua wanita ini juga sering menolakku, tidak seperti wanita lainnya.

Aku mendesah pelan dan berjalan keluar dari dapur menuju ruang tengah. Aku menyalakan tv dan baru semenit aku menontonnya, berita tentangku terpampang besar disana dan aku langsung mematikannya. Memangnya apa masalah mereka kalau aku pergi ke nightclub tiap malam?!

Aku melirik ke dapur lalu kembali melihat tv besar dengan layar hitam besar yang menempel di dinding. Aku tidak menyangka kalau Candice bisa jadi perempuan secantik itu, apalagi kalau mengingat-ngingat bagaimana bentuknya dulu saat masih bocah. Tapi aku tidak mau membiarkan kecantikannya membuatku menerima keberadaanya disini. Aku tak habis pikir kenapa ibuku ingin Candice untuk tinggal bersamaku selama Gemma dan dirinya pergi ke California, untuk waktu yang sangat lama. Aku sudah cukup bahagia karena management memberikan libur untukku, libur sepenuhnya, tanpa studio dan konser. Itu terdengar seperti surga. Tapi ibuku seperti menarikku kembali ke dunia saat dia bilang dia ingin Candice menjagaku. Aku mendengus saat mengingat perkataan Anne, “Mom just want someone to protect you, to show you that you have a kind heart.”

Ayolah, itu terdengar bodoh. Kenapa tidak sekalian menyewa polisi atau FBI atau CIA untuk menjagaku? Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya ingin ibuku lakukan. Apa yang ada di otaknya. Apa tujuannya untuk membiarkan Candice tinggal bersamaku selama lebih dari sebulan? Anne pikir aku bisa bertahan dengan Candice selama itu? Hubunganku dengannya bahkan nyaris tidak baik, apa yang diharapkan Anne?

Continue Reading

You'll Also Like

271K 22.2K 65
Salmira membenci Ronan. Lelaki itu pernah menorehkan luka dalam hatinya di masa lalu. Sayangnya takdir mempertemukan mereka kembali, padahal Salmira...
198K 2.5K 64
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
52.6K 4.4K 40
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
145K 25K 28
Semua orang pasti memiliki idola di hidup mereka, sama halnya dengan Lalisa yang begitu mengidolakan penyanyi asal Korea Selatan bernama Jennie. Sepe...