You Are My Everything

By dnhpo_

277K 20.4K 2.6K

Kebahagiaan kecilku hanya karna kalian. Dua orang yg sangat aku cintai dan akan ku jaga. Terimakasih telah ha... More

My Little Boy
Full Day With Baby Ju
Kinal Cemburu
Mimpi Buruk
Baby Ju Diculik?
Ngidam Macam-macam
Bahagia Yang Sederhana
Ribut
Rindu Tak Tersampaikan
Rindu Yang Mempertemukan
Kesabaran Seorang Veranda
Penguntit
Baby Ju Kangen Papi
Masa Lalu Penuh Luka
Perjuangan Cinta
Hiburan Dari Baby Ju
Ulang Tahun Baby Ju
Kebahagiaan Yang Tiada Tara
Happiness
Real Or Dream?
kesedihan Yang mendalam
Did You Really Go?
Kejadian Tak Terduga
Where Are You Now?
Tersiksa
The Little Guardian Angel
Hadiah Untuk Juven
Rahasia Antara Kita
Curiga
Tanpa Disengaja
Comeback
Kemarahan
Tiga Tahun Lalu...
Kebaikan Yang Tak Terbalaskan
Mirip
Harmonis
Kehangatan Itu Kembali
Sebuah Pengungkapan Tak Terduga
You Are My Everything
Ekstra Part 1
Ekstra Part 2
Ekstra Part 3
Ekstra Part 4
Ekstra Part 5

Tiga Tahun Lalu... (2)

4.6K 463 66
By dnhpo_

Author Pov

Nabilah menggigit bibir bawahnya saat melihat ke sekelilingnya. Disana hanya terlihat lautan. Mereka berada tepat di tengah-tengah laut.

"Kak, kita mesti gimana?" Tanya Nabilah kepada Kinal yang masih melihat keadaan sekelilingnya.

"Apa kita kesana ya, Bil?" Tunjuk Kinal pada sebuah tempat.

Mereka melihat ada sebuah pulau yang tak jauh dari tempat mereka. Mungkin sekitar 15 menit jika menaiki kapal, namun karena mereka harus berenang, kemungkinan bisa mencapai 45 menit. Itu pun jika mereka tidak berhenti. Jika mereka berhenti, kemungkinan bisa hampir satu jam berenang di lautan lepas.

"Lo yang bener aja, Kak. Kita di tengah-tengah laut dan lo nyuruh berenang sampe kesana? iya kalo naik kapal ato perahu, lah ini kita renang, Kak." Kinal menghela nafasnya mendengar ucapan Nabilah. Benar apa yang Nabilah ucapkan, tapi dia tetap akan berenang menuju tepi pantai itu. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya. Meski harus menghabiskan tenaganya, setidaknya dia sudah berusaha menyelamatkan kedua orang yang sangat dia sayangi ini.

"Gue nggak peduli, mau sampe sejam kita renang, kita harus sampe di tepi pantai, Bil. Beby udah pingsan, dan kita harus bisa nyampe sana." Ucap Kinal dengan menggebu-gebu. Dia langsung menarik Beby yang masih mengapung tak sadarkan diri.

"Beby pingsan..." lirih Nabilah menatap Beby yang sudah ditarik Kinal secara perlahan.

"Ya udah, kita renang bareng, Kak." Kata Nabilah yang memegangi tangan sebelah Beby.

Keduanya langsung berenang dengan sisa-sisa tenaga mereka. Tidak peduli jika mereka ada di tengah lautan. Selama mereka berenang, sesekali keduanya membetulkan pegangannya pada lengan Beby yang masih belum sadarkan diri. Beby terlalu banyak meminum air laut saat mereka berada di dasar.

Sangat terlihat jelas wajah lelah Nabilah dan Kinal. Sudah berenang sejauh ini, di tambah keduanya harus menarik Beby yang masih pingsan. Bahkan air mata keduanya menetes saat mengingat orang-orang yang pasti akan berfikir jika mereka sudah tiada.

Ve, Juven, Papi akan pulang buat kalian. Aku masih punya alasan buat hidup. Batin Kinal yang terus berenang bagaikan ikan.

Nabilah yang sudah terlihat lelah, tidak sadar jika tangannya sudah tidak dia ayunkan. Kinal yang sadar langsung menarik Nabilah ke dekatnya. "Bil, lo harus kuat. Nggak mungkin gue sendirian narik lo berdua. Lo harus kuat, Bil!" Seru Kinal menatap mata Nabilah yang mulai sayu.

"Kak, gue nggak kuat kalo harus renang terus. Gue bukan ikan, Kak, gue kelinci." Dengan kesal Kinal memukul pelan pipi Nabilah.

"Masih aja becanda, lo harus kuat, Bil. Kita pasti bisa sampe di pantai itu." Nabilah tersenyum tipis melihat orang yang sudah dia anggap sebagai Kakak kandungnya itu tdrlihat bersemangat.

"Ayo, gue udah semangat lagi." Kata Nabilah kembali berenang sambil menarik Beby.

Hampir 45 menit mereka berenang. Sesekali mereka berhenti untuk mengambil nafas dan kembali berenang. Tidak sampai satu jam, mereka sudah sampai di dekat pantai.

Saat mereka merasa kaki mereka menyentuh dasar laut yang dangkal, keduanya langsung berdiri dan menarik Beby dengan sisa-sisa tenaga mereka. Sesampainya di tengah pasir putih, mereka langsung tergeletak dengan nafas putus-putus. Keduanya menutup mata sejenak dan kembali membukanya.

"Ki... tha bher... hasil, Bhil!" Seru Kinal dengan nafas masih terengah-engah. Senyumnya mengembang, begitupula dengan Nabilah.  Keduanya langsung berpelukan sejenak dan kembali menjauhkan diri mereka.

Mereka menatap Beby yang masih tak sadarkan diri. Dengan cepat, Kinal langsung membuka sepatu serta baju pelampung yang masih Beby kenakan. Dia langsung menekan dada Beby untuk mengeluarkan air yang sempat terminum oleh Beby.

"Kak, cuma keluar dikit. Si Beby tadi minum airnya banyak." Kata Nabilah khawatir. Kinal mengangguk kecil dan menatap Nabilah.

"Apa?" Tanya Nabilah bingung.

"Lo kasih nafas buatan gih," kata Kinal yang langsung mendapat gelengan kepala dari Nabilah.

"Nggak, ogah gue. Bibir gue cuma buat ayang Gaby. Lo aja sono, gue ogah." Tolak Nabilah sambil bergidik geli.

Kinal memutar bola matanya malas. Namun sejenak dia menatap wajah Beby yang pucat karena kedinginan. "Shan, maafin gue ya? ini demi pujaan lo. Coba kalo dia nggak minum air laut, gue nggak bakal gini. Maafin gue, Shan." Ucap Kinal menutup wajahnya. Setelah tangannya dia jauhkan dari wajahnya, dia langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Beby. Dengan cepat dia memberi nafas buatan untuk Beby.

Nabilah yang melihat itu langsung bergidik geli dengan wajah masamnya. Tidak sampai satu menit, Kinal menjauhkan wajahnya dan menatap Beby yang sudah terbatuk-batuk, mengeluarkan air asin itu dari mulutnya.

Banyak sekali air yang keluar dari mulut Beby. "Gimana rasanya, Kak?" Tanya Nabilah masih dengan wajah gelinya menatap Kinal yang sedang mengusap bibirnya kasar.

"Asin." Jawab Kinal singkat.

"Ya iyalah, orang abis dari air laut, gimana sih lo." Kata Nabilah memutar bola matanya malas.

Keduanya kembali fokus pada Beby yang mulai membuka matanya. Tak berapa lama, mata elang itu kembali terlihat. Dia menatap Nabilah dan Kinal bergantian.

"Kita dimana?" Tanya Beby yang dibantu keduanya untuk duduk.

"Di hatimu." Celetuk Nabilah yang langsung mendapat toyoran dari Kinal.

"Malah becanda, di surga!" Seru Kinal yang mendapat delikan dari Nabilah.

"Sama aja kek elu." Dengus Nabilah.

"HAH! KITA DIPANTAI?!" pekikan Beby langsung mendapat pukulan di kepalanya dari Nabilah dan Kinal.

"Biasa aja dong kalo ngomong. Ngagetin wae," kesal Kinal.

"Kita di pantai? demi apa?" Tanya Beby bersemangat.

"Iya, kita di pantai. Tapi gue nggak tau, kita di pantai mana." Mata Kinal menatap ke sekelilingnya.

"Kayaknya, kita masih di wilayah Indonesia deh, Kak." Ujar Nabilah yang diangguki Kinal.

"Tapi di bagian mananya, ya?" Gumam Kinal. Dia berdiri dan melihat ke sekelilingnya.

"Kayaknya... gue tau ini dimana." Ucapan Beby membuat keduanya menoleh.

"Dimana?" Tanya mereka kompak.

"Di... tanya orang aja yuk!" Beby langsung berdiri sambil menenteng tasnya. Tanpa mempedulikan tau wajah kesal Kinal dan Nabilah.

Ketiganya berjalan menghampiri seorang pria paruh baya yang baru saja turun dari sebuah kapal kecil.
"Permisi, Pak. Saya mau tanya, ini ada di daerah mana ya?" Pria itu menoleh dan melihat Kinal, Nabilah dan Beby bergantian.

"Kalian tidak tahu ini ada dimana?" Tanya pria itu dengan logat Melayunya.

Beby mengerutkan keningnya saat mendengar logat melayu dari pria paruh baya itu. Dia baru sadar, bahwa mereka ada di perbatasan antara Indonesia dan Singapura.

"Apa kita ada di... pulau Sugi?" Pertanyaan Beby itu langsung membuat pria paruh baya itu tersenyum lebar.

"Nah, itu tahu. Kalian kesini, tapi tak tahu dimana kalian." Ucap Pria itu sambil mengangkat se-ember yang penuh berisi ikan.

"Beb, emangnya pulau Sugi itu dimana?" Bisik Kinal. Beby memutar bola matanya saat mendengar pertanyaan Kinal.

"Lo nggak tau? kita masih di wilayah kepulauan Riau, Kak Kinal." Kinal langsung mendelik sempurna saat mendengar jawaban Beby.

"Lo serius? waah... sekalian liburan inimah." Gumam Kinal yang langsung mendapat pukulan di lengannya dari Nabilah.

"Habis kena musibah, malah mikirin liburan. Inget kesehatan lo, paus!" Seru Nabilah dengan kesal.

"Maaf, Pak. Apa disini ada penginapan? kami baru saja terkena musibah." Pria itu mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Beby.

Akhirnya Beby dan keduanya menceritakan apa yang baru saja mereka alami pada pria paruh baya yang mereka kenal sebagai Pak Markus. Ketiganya langsung di ajak oleh Pak Markus menuju rumahnya yang tidak jauh dari sana.

Sepanjang jalan, Beby berdecak kagum dengan pulau yang menjadi tempat tinggal mereka sementara. Pulau yang sangat banyak turisnya. Tidak kalah indah dengan pulau Bali. Pikir Beby.

Sesaat kemudian, mereka sampai di sebuah rumah sederhana. Tidak besar dan tidak kecil pula. Mereka di perkenalkan oleh Pak Markus dengan istri dan anaknya. Bu Helen dan Ricky. Keduanya sangat menyambut kedatangan mereka dengan sangat ramah.

"Ayo-ayo duduk sini, maaf ya rumahnya tidak besar." Kata Bu Helen mempersilahkan ketiganya untuk duduk.

"Iya, tidak apa-apa, bu. Ini saja, kami sudah bersyukur ada yang mau membantu." Ucap Kinal.

Sedangkan Nabilah yang memang gampang sekali akrab, dia terus berbicara dengan anak Pak Markus dan Bu Helen, Ricky.

"Ricky, kalo udah gede, mau jadi apa?" Tanya Nabilah tersenyum.

"Mau jadi tentara, Kak. Biar bisa jagain Mami sama Papi." Jawab Ricky dengan lucu.

Kinal tersenyum, dia teringat akan Juven yang baru menginjak umur satu tahun. Entah apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini. Yang dia fikirkan, hanya berharap untuk kembali secepatnya ke Jakarta dan menemui orang-orang yang sangat dia cintai.

"Ricky, ajak Kakaknya masuk sini." Ricky mengangguk dan menarik pelan tangan Nabilah. Mengajaknya duduk bersama yang lainnya.

"Ini, di minum dulu tehnya." Ucap Bu Helen sembari menyuguhkan tiga gelas teh manis di hadapan ketiganya.

"Terima kasih, Bu, tidak usah repot-repot." Kata Kinal tersenyum.

"Coba kalian ceritakan kenapa bisa kalian ada di pantai?" Tanya Bu Helen yang duduk disamping suaminya.

"Begini, Bu, awalnya kami ini mau pergi menuju Singapura. Jadi, Kakak kami Kinal ini, sedang menderita gagal ginjal. Kami mengantar dia untuk operasi disana. Tapi dalam perjalanan, pesawat yang kami tumpangi jatuh ke laut. Dan untungnya, kami masih bisa selamat," cerita Beby.

"Ya Tuhan, kalian ini sangat beruntung. Tuhan masih menyayangi kalian. Dia masih mau memberi mukjizat untuk kalian. Kalian itu harus sangat bersyukur." Ucap Bu Helen mengelus rambut Nabilah yang memang duduk di dekat Bu Helen.

"Iya, betul itu. Untuk sementara waktu, kalian tinggal saja di rumah kami. Mungkin rumah kami tidak sebagus di Jakarta, tapi ini sangat nyaman kok." Timpal Pak Markus.

Kinal, Nabilah dan Beby saling pandang. Mereka menoleh ke arah Pak Markus dengan tidak percaya. "Boleh, Pak?" Tanya Kinal yang langsung mendapat anggukan dari Pak Markus.

"Tentu. Kalian boleh tinggal disini," jawab Pak Markus tersenyum ke arah ketiganya.

"Hore! Ricky punya Kakak lagi!" Seruan Ricky membuat ketiganya mengerutkan keningnya. Mereka tidak tahu apa yang Ricky maksud.

"Maaf ya, Ricky sudah lama di tinggal Kakaknya. Kakaknya sudah lama meninggal karena kecelakaan di laut." Ucap Bu Helen tidak enak.

"Tidak apa-apa kok, Bu. Kami malah senang jika bisa menemani Ricky disini. Di Jakarta kami juga punya adik seperti Ricky." Kata Nabilah tersenyum ke arah Ricky.

"Eemm... maaf, Pak, Bu. Sebelumnya, saya mau tanya. Ibu Helen dan Pak Markus ini bukan orang Riau asli ya?" Tanya Beby pelan.

"Iya, kami bukan orang Riau asli. Kami sebenarnya orang Kalimantan. Dulu, kami kemari hanya untuk sebuah pekerjaan. Tapi, disini kami terkena masalah dan tidak bisa pulang ke Kalimantan." Ujar Pak Markus tersenyum.

"Oh begitu. Maaf, Pak, saya tidak bermaksud menyinggung. Saya hanya bingung, kenapa logat Pak Markus sedikit berbeda dengan logat Bu Helen." Kata Beby canggung.

"Tidak apa-apa. Kalian ini sekarang sudah menjadi bagian keluarga kami. Jadi kalian pantas tahu asal-usul kami. Istri saya memang orang Kalimantan asli. Sedangkan saya campuran, Mama saya Ambon dan Papa saya orang Riau." Kinal dan Beby mengangguk paham. Sementara Nabilah terus mengobrol dengan Ricky.

"Oh iya, kalian tidak perlu memanggil kami Pak atau Ibu. Kalian panggil Mami dan Papi saja, sama seperti Ricky." Ucap Pak Markus. Ketiganya mengangguk dan membuat Ricky semakin bahagia dengan keluarga barunya.

Singkat cerita, ketiganya tinggal bersama keluarga Pak Markus. Mereka membantu Pak Markus mencari ikan di laut. Sesekali mereka juga membantu Bu Helen menjualkan ikan di pasar.

Tidak ada kemewahan selama mereka berada disana. Mereka bahagia dengan apa yang mereka rasakan sekarang. Tidak ada alat komunikasi yang mereka pegang, karena ponsel yang mereka bawa sudah rusak akibat terkena air laut.

Selama 7 bulan berada di pulau yang indah itu, mereka banyak belajar dari para nelayan. Teman seperjuangan Pak Markus. Bagaimana rasanya melaut saat malam hari dan baru akan pulang saat matahari mulai terbit.

Malam ini bintang terlihat berkelap-kelip diatas langit. Beby yang hari ini bergantian dengan Nabilah untuk melaut, duduk di belakang rumah Pak Markus.

Memang dia dan Nabilah tidak mengizinkan Kinal untuk ikut melaut bersama Pak Markus, karena keadaannya yang tidak memungkinkan. Kinal hanya meminum obat-obatan yang dia bawa dari Jakarta tanpa sepengetahuan Veranda.

"Lo kenapa, Beb?" Pertanyaan Kinal yang baru datang dari dalam rumah mengagetkan Beby yang sedang menatap langit.

"Nggak apa-apa, cuma mikir aja, pasti anak gue udah lahir. Kira-kira... dia mirip siapa ya? apa mirip gue?" Ucap Beby sambil menopang dagunya dengan senyum mengembang.

"Ya kali, anak lu mirip lu. Mirip Shania lah, masa mirip kek lu yang jenong gini." Ledek Kinal yang hanya bermaksud menghibur.

"Yee... siapa tau mirip gue. Orang pas hamil, dia benci banget sama gue." Ujar Beby tidak mau kalah.

"Haah... mungkin bakal mirip lo, Beb. Lo yang sabar ya? kita pasti bisa pulang." Kata Kinal merangkul bahu Beby.

"Kinal, Beby, ayo makan, sayang!" Panggilan Bu Helen langsung membuat keduanya masuk.

*****


Tiga bulan kemudian, pagi-pagi sekali Kinal dan Nabilah sudah terbangun. Sedangkan Beby yang bertugas menemani Pak Markus melaut, mungkin sudah sampai di tepi pantai.

Kinal dan Nabilah segera bangun dan memakan sarapan yang Bu Helen siapkan. Namun, saat akan sarapan bersama, Kinal terlebih dahulu pergi menuju kamar mandi dan Nabilah segera menghampiri Bu Helen dan Ricky.

Tapi, saat Kinal akan pergi ke kamar mandi, tiba-tiba kakinya terasa kram. Dia langsung menjerit karena tidak bisa berjalan. "Aduh!! Nabilah tolong!" Seru Kinal yang hanya bisa berdiri di tempatnya.

Nabilah, Bu Helen dan Ricky yang mendengar itu langsung berlari ke arah Kinal yang masih meringis. "Kamu kenapa, sayang?" Tanya Bu Helen khawatir.

"Ini, Mi, kaki aku kram tiba-tiba."

"Lo nggak minum obatnya, Kak?" Tanya Nabilah yang sangat terlihat khawatir.

"Udah, tapi kemarin terakhir, Bil. Obatnya udah abis." Kata Kinal cepat.

"Ya udah, sekarang kamu duduk pelan-pelan, tunggu Mami ambilin obat dulu." Suruh Bu Helen yang sudah berlari ke arah dapur.

Nabilah dan Ricky terus menenangkan Kinal. Bahkan Ricky sudah menangis karena khawatir. "Ricky kok nangis?" Tanya Nabilah.

"Ricky takut Kak Kinal kenapa-napa." Jawab Ricky dengan sesenggukan.

"Kak Kinal nggak apa-apa kok, dek. Kamu nggak usah nangis." Kata Kinal mencoba tersenyum.

Tak berapa lama, Bu Helen sudah kembali dengan segelas minuman yang mereka tidak tahu itu minuman apa. "Ini apa, Mi?" Tanya Kinal bingung.

"Sudah, kamu minum saja. Itu obat turun temurun dari keluarga Mami." Jawab Bu Helen.

Kinal melirik Nabilah yang mengangguk. Dengan perlahan dia menenggak minuman itu. Rasa yang sangat asing mulai menyeruak didalam mulutnya. Wajah Kinal tampak mengernyit dan menggeleng pelan.

"Ini apa sih, Mi? kok aneh rasanya." Kata Kinal menatap gelas yang sudah habis.

"Kamu nggak perlu tau itu apa, yang penting kamu bisa bertahan dengan meminum itu. Sementara waktu, kamu minum itu ya? harus rutin." Kata Bu Helen tersenyum.

Kinal mengangguk dan menoleh pada Nabilah yang masih mengernyitkan dahinya. "Lo kenapa?" Tanya Kinal Bingung.

"Rasanya gimana?" Tanya Nabilah pelan.

"Pokoknya... rasanya aneh, seaneh muke lo." Ledek Kinal yang mendapat pukulan pelan di lengannya.

"Rese' lo." Gumam Nabilah yang berdiri dan pergi dari sana.

"Lah, Bil? masa cuma Ricky doang yang nemenin gue?" Nabilah tidak menghiraukan ucapan Kinal. Dia terus berjalan, membantu Bu Helen yang sibuk meletakan piring.

Setelah sarapan, mereka pergi menuju tepi pantai. Disana sudah terlihat beberapa nelayan yang baru saja pulang dari melaut. Nabilah melihat Beby dan Pak Markus yang sedang sibuk mengangkat ember-ember yang berisi ikan.

Ketiganya langsung membantu Pak Markus dan Bu Helen menuju pasar untuk menjual hasil tangkapan Pak Markus dan Beby. Kinal meminta membawa sebuah jaring yang berisi ikan-ikan lumayan besar. Sedangkan Nabilah membawa se-ember besar berisi ikan. Beda dengan Beby yang hanya membawa dua ember kecil. Karena kata Kinal, Beby sudah terlihat lelah membantu Pak Markus di laut semalaman.

Ketiganya langsung berjalan menuju tempat biasa mereka menjual ikan. Sesekali mereka bergurau dan saling meledek.

"Hai kalian bertiga!" Sapaan seseorang membuat ketiganya berhenti dan mengangkat kepalanya.

"Lo!" Seru mereka saat menatap orang yang ada di hadapan mereka. Betapa terkejutnya mereka saat tahu siapa yang ada di hdapan mereka sekarang.

Orang itu tersenyum sangat manis menatap ketiganya. Terlihat dari wajahnya, jika dia sangat lega bertemu ketiganya.

"Apa kabar?" Tanya orang itu masih dengan senyum manisnya. Sedangkan ketiganya masih menatap orang itu tidak percaya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Heiho!

Hooaaamss... kira-kira siapa ya orang ituuuu.... 😏😏
Ada yg bisa tebak? 😂😂

Kalo gue sih, gk bisa tebak kyknya(?) 😂😂✌

Maap jika ada typo 😊

See u and GBU 😇

"Sebenarnya, setiap saat kita selalu belajar.
Belajar dari pengalaman orang lain.
Mau itu teman, sahabat, saudara atau bahkan orang yang tidak kita kenal.
Seperti saat ponsel seseorang di rampas. Itu karena kelalaiannya sendiri yang dengan bangganya memainkan ponsel di pinggir jalan. Padahal resiko di pinggir jalan itu sangat tinggi.
So, kita harus belajar dari orang lain jika kita tidak mau merasakan hal yang sama."

Yv

Continue Reading

You'll Also Like

72.7K 8.4K 37
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
82.5K 7.4K 19
Jessica Veranda 20th Devi Kinal Putri 17th Shani Indira Natio 17th
819K 39.5K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
54.5K 4.5K 37
Bukan cerita Friendzone mainstream yang bikin pembacanya baper. Ini cuma cerita perjuangan dimana 2 hati yang merasa gila akibat jatuh cinta yang ter...