Tiga Tahun Lalu... (2)

4.6K 463 66
                                    

Author Pov

Nabilah menggigit bibir bawahnya saat melihat ke sekelilingnya. Disana hanya terlihat lautan. Mereka berada tepat di tengah-tengah laut.

"Kak, kita mesti gimana?" Tanya Nabilah kepada Kinal yang masih melihat keadaan sekelilingnya.

"Apa kita kesana ya, Bil?" Tunjuk Kinal pada sebuah tempat.

Mereka melihat ada sebuah pulau yang tak jauh dari tempat mereka. Mungkin sekitar 15 menit jika menaiki kapal, namun karena mereka harus berenang, kemungkinan bisa mencapai 45 menit. Itu pun jika mereka tidak berhenti. Jika mereka berhenti, kemungkinan bisa hampir satu jam berenang di lautan lepas.

"Lo yang bener aja, Kak. Kita di tengah-tengah laut dan lo nyuruh berenang sampe kesana? iya kalo naik kapal ato perahu, lah ini kita renang, Kak." Kinal menghela nafasnya mendengar ucapan Nabilah. Benar apa yang Nabilah ucapkan, tapi dia tetap akan berenang menuju tepi pantai itu. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya. Meski harus menghabiskan tenaganya, setidaknya dia sudah berusaha menyelamatkan kedua orang yang sangat dia sayangi ini.

"Gue nggak peduli, mau sampe sejam kita renang, kita harus sampe di tepi pantai, Bil. Beby udah pingsan, dan kita harus bisa nyampe sana." Ucap Kinal dengan menggebu-gebu. Dia langsung menarik Beby yang masih mengapung tak sadarkan diri.

"Beby pingsan..." lirih Nabilah menatap Beby yang sudah ditarik Kinal secara perlahan.

"Ya udah, kita renang bareng, Kak." Kata Nabilah yang memegangi tangan sebelah Beby.

Keduanya langsung berenang dengan sisa-sisa tenaga mereka. Tidak peduli jika mereka ada di tengah lautan. Selama mereka berenang, sesekali keduanya membetulkan pegangannya pada lengan Beby yang masih belum sadarkan diri. Beby terlalu banyak meminum air laut saat mereka berada di dasar.

Sangat terlihat jelas wajah lelah Nabilah dan Kinal. Sudah berenang sejauh ini, di tambah keduanya harus menarik Beby yang masih pingsan. Bahkan air mata keduanya menetes saat mengingat orang-orang yang pasti akan berfikir jika mereka sudah tiada.

Ve, Juven, Papi akan pulang buat kalian. Aku masih punya alasan buat hidup. Batin Kinal yang terus berenang bagaikan ikan.

Nabilah yang sudah terlihat lelah, tidak sadar jika tangannya sudah tidak dia ayunkan. Kinal yang sadar langsung menarik Nabilah ke dekatnya. "Bil, lo harus kuat. Nggak mungkin gue sendirian narik lo berdua. Lo harus kuat, Bil!" Seru Kinal menatap mata Nabilah yang mulai sayu.

"Kak, gue nggak kuat kalo harus renang terus. Gue bukan ikan, Kak, gue kelinci." Dengan kesal Kinal memukul pelan pipi Nabilah.

"Masih aja becanda, lo harus kuat, Bil. Kita pasti bisa sampe di pantai itu." Nabilah tersenyum tipis melihat orang yang sudah dia anggap sebagai Kakak kandungnya itu tdrlihat bersemangat.

"Ayo, gue udah semangat lagi." Kata Nabilah kembali berenang sambil menarik Beby.

Hampir 45 menit mereka berenang. Sesekali mereka berhenti untuk mengambil nafas dan kembali berenang. Tidak sampai satu jam, mereka sudah sampai di dekat pantai.

Saat mereka merasa kaki mereka menyentuh dasar laut yang dangkal, keduanya langsung berdiri dan menarik Beby dengan sisa-sisa tenaga mereka. Sesampainya di tengah pasir putih, mereka langsung tergeletak dengan nafas putus-putus. Keduanya menutup mata sejenak dan kembali membukanya.

"Ki... tha bher... hasil, Bhil!" Seru Kinal dengan nafas masih terengah-engah. Senyumnya mengembang, begitupula dengan Nabilah.  Keduanya langsung berpelukan sejenak dan kembali menjauhkan diri mereka.

Mereka menatap Beby yang masih tak sadarkan diri. Dengan cepat, Kinal langsung membuka sepatu serta baju pelampung yang masih Beby kenakan. Dia langsung menekan dada Beby untuk mengeluarkan air yang sempat terminum oleh Beby.

You Are My EverythingTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon