Benang Merah Edelweis

By sabreenanesan

101 7 0

Apa yang akan kamu lakukan jika pilihan yang ada hanya menjerumusmu pada kebinasaan ? Begitulah keadaan Edelw... More

Benang Merah Edelweis

101 7 0
By sabreenanesan

Pelangi dalam kabut menandai telah datang hari baru. Begitulah negeri kami, negeri di atas kabut. Hari ini pelangi abadi mulai bergradasi. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

"Mejikuhibiniu, merah adalah cinta kami, jingga adalah langit kami, kuning adalah perasaan kami, hijau adalah jiwa kami, nila adalah raga kami, dan ungu adalah kesetiaan kami."

Setiap pagi nyanyian itu seperti jalinan nada yang terpaksa keluar dari mulut Alpha, lelaki berkulit putih dan ber-alis tebal itu. Nada-nada tersebut menerobos ke telinga seorang perempuan asing yang baru saja sampai lima jam yang lalu di negeri ini. Mata besarnya berkedip beberapa kali mendeskripsikan wajah cantiknya yang tampak kebingungan.

Nyanyian macam apa itu. Perempuan itu membatin sambil menatap tajam mata Alpha.Tanpa isyarat, perempuan itu mengambil beberapa langkah menuju Alpha. Sontak Alpha terkejut lalu mulai berbicara dengan nada yang sopan."Apakah Anda tersesat, Nona ?" Perempuan itu menganggukkan kepalanya dengan anggun. Angin menjadi figura antara helai-helai rambut peraknya yang indah.

"Lalu siapa namamu ?"Tanya Alpha penasaran. Gadis tersebut mengarahkan tangannya ke arah bunga- bunga putih seperti sayap malaikat di sekitar pelangi. "Oh, aku mengerti, namamu Hana, bukan ?" jawab Alpha antusias. Gadis itu tampak kecewa karena alisnya mulai berkerut seperti buah anggur busuk.

Alpha merasa jawabannya tidaklah benar, untuk yang kedua kalinya Alpha menerka-nerka seperti sedang memilih nomor lotere. "Apakah kamu pelangi ?" ucap Alpha. Karena tidak sesuai dengan yang diharapkan, perempuan itu memetik bunga edelweis dan memberikannya kepada Alpha,"Edelweis ya, nama yang sangat indah, sungguh lambang keabadian" ucap Alpha sambil tersenyum manis. Lesung pipitnya yang dalam mewarnai pipi Alpha . Setelah beberapa saat ia hanyut dalam aliran waktu, Alpha kehilangan sosok Edelweis karena sudah dahulu meninggalkannya.

***

Angin sepoi-sepoi menyentuh lembut kulit Edelweis. Suara burung gagak menuntunnya mencari jawaban dari pertanyaan retoris " Kapan aku mencapai titik ?"

Putih dan Absurd, hal ini yang dapat Edelweis utarakan saat ia membuka mata dan melihat seorang wanita paruh baya sedang menangis berteriak "Edelweis, Edelweis...",

" Apa mungkin dia," Suara lirihnya mulai terdengar. " Bun...da . " Setelah itu semuanya tampak hitam.

***

Jalinan benang merah telah membawanya jauh ke negeri pelangi. Edelweis tersadar saat ia merasa asing dengan rambut hitammya berubah warna menjadi perak. Saat ia mulai panik dan berteriak, tidak ada sekian persenpun frekuensi keluar dari mulutnya.

" Kenapa, kenapa seperti ini ? " Ia bergumam dalam hati. Tetesan air mulai jatuh dari pelupuk matanya. Lambat laun Edelweis pasrah mengikuti benang merah yang terikat di pergelangan tangan kanannya. Dalam perjalanan tanpa tujuan, Edelweis menemukan seekor kupu-kupu menar-nari di atas kepalannya. Pemandangan sore hari di negeri ini sangat absurd. Burung-burung merpati berterbangan dari ujung pelangi menuju pohon- pohon raksasa yang anggun berdansa bersama dahan-dahannya. Lampu-lampu jalan membimbing langkahnya tengah pelita sudah menghilang. Dilema yang ia rasakan telah menerbangkan harapannya ke langit ketujuh sedangkan sekarang yang tertinggal hanyalah buah simalakama. Ia tidak bisa berhenti tapi tak bisa kembali. Edelweis yang malang benar-benar kehilangan kompas kehidupannya, hingga benang merah menuntunnya bertemu seseorang.

***

Malam ini Alpha tak bisa tenang. Jari jarinya mengetuk meja beberapa kali. Alpha masih terlihat glamor walaupun resah sudah menggulungnya dalam sebuah kepompong.

"Sang Raja sudah murka, Ia tidak bisa apa-apa..." ucap seorang pemuda sangar di tempat itu. Alpha memutar gelasnya beberapa kali sambil mendengar ucapan lelaki di sebelahnnya.

" Apa benar karena Si Lelaki Pelangi ? Ku dengar ada sebuah sayembara untuk menangkap pria itu. " Ucap seorang lelaki sambil tersenyum memperlihatkan gigi emasnya. Alpha memilih untuk pergi dari tempat tersebut dengan meninggalkan beberapa uang receh di atas meja. Salah satu ujung bibirnya terangkat dan kedua bola matanya menatap tajam tempat itu lalu berlari secepat mungkin. Semua orang yang ada di tempat itu merasa curiga dengan sikap Alpha yang tidak biasa.

***

" Tik..Tik.." Bunyi mesin ini sungguh menakutkan mengingat betapa perihnya hati seorang ibu menunggu kedatangan anaknya yang belum juga kembali dari perjalanan jauh. " Tolong buka matamu, Edelweis."

***

Alpha menemukan sepasang kupu-kupu bercahaya setelah ia berhasil melarikan diri. Kupu-kupu tersebut mengitari kepalanya beberapa kali dan menuntun Alpha ke suatu tempat. Setelah beberapa lama berjalan, Alpha telah dituntun menuju seseorang yang membuat hatinya padu. Dia melihat Edelweis tengah bersimpuh di tepi telaga bersama ratusan kupu-kupu. Malam kelabu ini menjadi gemerlap ketika kupu-kupu tersebut memancarkan cahaya.


"Apa yang kau lakukan disana ?"Tanya Edelweis datar.

"Aku hanya mengikuti kupu-kupu ini dan menuntunku ke tempatmu." Jawab Alpha.

Mendengar hal itu Edelweis tersenyum sendu. Edelweis memutuskan benang merah yang mengikat jari kelingkingnya lalu mengikatkannya ke lengan kanan Alpha. Setelah itu, kupu-kupu disekitar telaga terlihat agresif. Cahaya maron yang bersinar berubah menjadi merah darah .

"Angin-angin ini riuh, cinta mereka ber-air peluh. Namun bagiku ini sembilu. Dilema ini telah menghanyutkanku ke dalam sungai-sungai tanpa muara.Alpha, kemana seharusnya aku pergi ? tanya Edelweis.

Suara Edelweis menembus gendang telinga Alpha lembut. Warna suaranya sungguh kelabu, bagai hitam yang tidak akan berubah menjadi putih. "Kamu harus menuju titik."Jawab Alpha singkat. Alpha mengerti dengan perasaan Edelweis yang sebenarnya. Akan tetapi, Alpha hanya berusaha menutupi perasaannya sendiri.

Kalimat yang diutarakan Alpha masih tergiang jelas dikepalanya, sangat singkat tetapi mengandung makna. Menuju titik yang bagaimana ? Mengapa? Siapa yang akan menghantarkanku kesana?.Pertanyaan-pertanyaan seperti ini terus-menerus mengusik pikiran Edelweis.

"Siapa kau sebenarnya?" Tanya Edelweis mengintrogasi Alpha.

"Aku hanya seorang pengembara negeri pelangi." Jawab Alpha. Lagi-lagi pertanyaan Edelweis dijawab singkat. Hal ini membuat Edelweis geram,kupu -kupu disekitar mereka juga ikut ber-emosi. Mereka terbang riuh kesana kemari seperti riuhnya hati Edelweis.

Namun kemarahannya tiba-tiba mereda saat Alpha menggenggam erat tangan Edelweis lalu berlari secepat kilat.

"Hei, akan kau bawa kemana aku ? Edelweis angkat bicara. "Ikuti saja." Jawab Alpha dingin.

Jalanan yang ramai, orang-orang yang berlalu lalang. Lampu-lampu jalan yang bersinar seperti kunang-kunang dan bangunan-bangunan tinggi ber-arsitektur eropa. Hal inilah yang pertama kali diperhatikan Edelweis sesampai di kota.

***

" Kapan Edelweis bisa kembali ?" Ucap wanita paruh baya kepada lelaki ber-jas putih yang berdiri di depannya . Lelaki itu hanya terdiam, kemudian berkata " Mohon bersabar, Nyonya."

***

Tepat di perempatan jalan terdapat bangku taman dan lampu-lampu jalan yang dipenuhi oleh salju. Edelweis memandangi bangunan-bangunan ber-arsitektur napoleon classic yang tersusun rapi di sisi kiri dan kanan taman. Rasanya sungguh hangat walaupun salju menutupi akses untuk berjalan. Senyuman Alpha benar- benar hangat seperti matahari. Edelweis sangat mengenali senyuman tersebut. Alpha memakaikan jubah hitamnya kepada Edelweis karena salju turun semakin banyak. Akan tetapi, Edelweis telah terperangkap, alasan Alpha membawa Edelweis ke kota hanya untuk menarik perhatian orang-orang di kota tersebut.

Alpha mulai berbicara . " Edelweis, berjanjilah padaku untuk tidak melupakan masa-masa ini, karena kau tahu, kupu-kupu yang ada di sekitarmu tidak lebih dari pelindungmu, namun aku adalah sebuah kompas yang mampu membawamu menuju titik."

"Kau tau, makna benang merah yang sebenarnya? " Tanya Edelweis singkat.

"Mereka adalah takdir, Saat kau benang merahmu terikat dengan seseorang, maka kau akan melewati arus takdir bersamanya." Alpha tersenyum setelah menyelesaikan kalimat tersebut sedangkan Edelweis menatap mata Alpha intens kemudian tersenyum hangat seperti matahari di pagi hari.

Jam besar di pusat kota sudah menunjukkan jam 04.13 pagi, suasana seperti ini harus dirampas oleh ratusan hentak kaki yang menuju ke arah mereka. Dengan sigap, Alpha menarik tangan Edelweis sambil berlari. Beberapa meter menuju air terjun, Alpha menyuruh Edelweis untuk pergi sambil berkata" Edelweis,cepat pergi dari sini !"

"Tunggu ! Atas dasar apa kau memutuskan hal itu, Aku tak akan melangkah sedikitpun tanpa dirimu." Ucap Edelweis.

"Benang merah telah memaksaku untuk mengambil keputusan ini . Kumohon, tinggalkan aku sendiri." Ujar Alpha.

Edelweis hanya bisa diam seribu bahasa. Hati kecilnya membisikkan kalbu. Benang-benang merah di antara mereka terputus karena tajamnya tuntutan realita. Edelweis mengambil langkah besar untuk berlari bersama puluhan kupu-kupu kecil yang mengelilingi dirinya menuju ujung pelangi. Sedangkan Alpha harus diseret ke depan Sang Raja untuk dieksekusi.

Sesampainya di ujung pelangi, Edelweis hanya menatapi pelangi sambil menangis. Jari-jari lentiknya menyentuh setiap serat-serat jubah Alpha dengan lembut, lalu ia menemukan secarik kertas hitam dengan tulisan putih melimpahinya.

"Edelweis, dari tempat ini aku ingin terus memandangi kedatanganmu bersama kupu-kupu itu. Namun kenyataan telah memaksaku untuk menyerah. Aku telah mencapai puncak bukit nan curam lalu bersiap untuk dijatuhkan ke dalam jurang karena ulahku sendiri. Datanglah ke kota , lalu temui aku.

Alpha, Si Lelaki Pelangi

Setiap kata-kata di surat tersebut telah mehancurkan hati Edelweis berkeping-keping. Edelweis berusaha menghapus tetes air mata sambil menggigit bibir bawahnya . Dengan sigap, Edelweis berlari menuju kota untuk menemui Alpha. Ranting-ranting kecil telah menggores kaki kecil Edelweis, namun Edelweis masih tetap bertahan , seluruh pikirannya hanya terpusat kepada Alpha.

Sesampainya di kota, Edelweis mendengar senandung yang dinyanyikan Alpha waktu pertama kali bertemu. Edelweis berlari menuju suara itu terkejut bukan main saat ia melihat persiapan eksekusi untuk Alpha.

"Lelaki pelangi telah tertangkap, Benang merah akan tetap terjaga kemurniannya setelah eksekusi ini." Ujar Sang raja dengan penuh rasa bangga. Mereka mengikat Alpha ke tiang gantungan sambil bernyanyi, lalu Sang raja bersiap meluncurkan anak panahnya.

"Adakah pesan terakhirmu, penghianat?" Sang raja berkata dengan nada suram.

" Aku tidak akan menerima hal ini." Ucap Alpha.

Secara tiba-tiba, terdengar suatu suara. " Hentikan eksekusi ini !" Spontan Edelweis menarik perhatian orang-orang yang ada di tempat tersebut. Sang raja tampak terganggu karena kehadirannya.

"Pergilah dari sini nona kecil, ini bukan tontonan yang cocok untukmu." Ujar sang raja setengah mengejek.

Tanpa pikir panjang, Edelweis berkata" Aku yang bersalah, Aku yang telah mengikat benang merah dengannya.'' Perkataan Edelweis membuat semua orang terkejut, tanpa terkecuali sang raja juga ikut terkejut. Sesuai perjanjian sebelumnya, Alpha dapat terbebas dari hukumannya jika seseorang datang membela tapi dengan syarat hukuman Alpha ditimpakan kepada orang yang membelanya.

Angin semakin kencang dikala Edelweis telah diikat di tiang gantungan. Sambil tersenyum pada Alpha ia menggerakkan bibir tipisnya seakan-akan menyampaikan suatu pesan. Setengah detik setelah itu panah Sang Raja menembus jantung Edelweis lalu cairan merah tampak keluar dari sela-sela anak panah. Semua orang pada saat itu menyenandungkan lagu pelangi untuk kepergian Edelweis.

Ratusan kupu-kupu kecil yang bercahaya mengerumuni Edelweis yang berdarah lalu semuanya tampak gelap. Edelweis telah pergi meninggalkan Alpha.

Warna ungu dan hitam sekarang yang paling berkuasa. Alpha mengerutkan kedua Alisnya dan berusaha untuk menahan hatinya yang dulu padu berubah menjadi batu setelah membaca surat dari Edelweis.

Untuk Alpha, Si Lelaki Pelangi,

Di antara musim yang silih berganti,kita terikat dalam jalinan benang merah. Aku memutuskan untuk terbang sebangai kupu-kupu yang berani . Alpha, aku tidak akan menuju titik, tapi aku kembali ke tempat ku berasal. Anggap saja aku sebagai bunga dandelion yang tengah mencari lahan untuk tumbuh, lalu bertemu dengan angin riuh yang mengombang-ambingkanku kesana kemari.

***

Putih dan Absurd. Hal ini yang bisa Edelweis utarakan saat ia membuka kedua matanya. Walaupun masih buram, Edelweis yakin jika ia berada dalam posisi tertidur. Seluruh bagian tubuhnya sangat sulit digerakkan. Akan tetapi telapak tangannya terasa hangat. Kehangatan yang solid ini berasal dari genggaman wanita paruh baya yang terus memperhatikan kedua bola matanya.

"Dokter.. Dokter.. Edelweis sudah sadar." Ucap wanita itu. Dengan cepat, tiga orang berseragam putih menuju ke arah Edelweis.

Setelah memeriksa beberapa konten dan melihat respon Edelweis, para dokter menyatakan keadaan Edelweis akan baik-baik saja.

Perempuan tersebut tampak sangat bahagia " Ya Allah, terima kasih mengembalikan Edelweisku tersayang setelah kau tidurkan ia selama 6 bulan 25 hari." Ucapnya bersyukur sambil memeluk Edelweis.

Setelah delapan bulan pemulihan, Edelweis diperbolehkan ber-aktivitas oleh pihak medis. Edelweis ingin mengelilingi kota tempat tinggalnya setelah sekian lama ia tinggalkan. Saat ia menuju perempatan jalan, Edelweis bertemu dengan dua ekor kupu-kupu yang sedang mengelilingi kepala seorang lelaki berkacamata. Edelweis yang penasaran menatap lelaki tersebut secara keseluruhan. "Kulitnya putih, tatapan mata yang tajam, serta alisnya yang tebal, Alpha ?" Ucap Edelweis sambil terkejut. Lelaki berkacamata tersebut hanya terdiam lalu tersenyum seribu makna.

(Padang Panjang, 29 November 2017)



Continue Reading

You'll Also Like

542K 88.4K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
1.8M 101K 25
❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022
962K 104K 61
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟒) ⚠ (PART KE ACAK!) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀ...