The Half Blood Vampire

By TaniaMs

1.7M 60.1K 1.1K

Nicole seorang gadis biasa yang baru menginjak semester kedua di kampusnya. Dia berharap masa remajanya dapat... More

The Half Blood Vampire
The Half Blood Vampire 1-5
The Half Blood Vampire 6-10
The Half Blood Vampire 16-20
The Half Blood Vampire 21-25
The Half Blood Vampire 26-30
The Half Blood Vampire 31-35
The Half Blood Vampire 36-40
The Half Blood Vampire 41-50
The Half Blood Vampire 51-60
The Half Blood Vampire 61-70
The Half Blood Vampire 71-80
The Half Blood Vampire 81-90
The Half Blood Vampire 91-100
The Half Blood Vampire 101-110
The Half Blood Vampire 111-120
The Half Blood Vampire 121-128
The Half Blood Vampire 129-139
The Half Blood Vampire 140-149
The Half Blood Vampire 150-160
The Half Blood Vampire 161-170
The Half Blood Vampire 171-180
The Half Blood Vampire 181-185
The Half Blood Vampire 186-191 [END]
Terima Kasih
[EDISI KANGEN] 1
[Edisi Kangen] 2
[Edisi Kangen] 3

The Half Blood Vampire 11-15

54K 2.7K 21
By TaniaMs

The Half Blood Vampire 11

oleh d'Bezt JD Author pada 12 Januari 2012 pukul 20:12 ·

“Dad tidak boleh melakukannya! Apa Dad tahu, Justin ini Vampire! Kenapa aku dijodohkan dengannya?!” bentak Nicole.

Semua orang menatap Nicole tak percaya.

“apa maksudmu?” Justin ikut bangkit dari duduknya. “jangan asal bicara!” bentak Justin.

“aku tidak asal bicara! Kalau kau dan seluruh keluargamu ini bukan vampire, kau tidak mungkin bisa membaca pikiranku! Skandar juga tidak mungkin bisa mendengar apa yang kau bisikan pada Cody, dan ayahmu juga tidak akan mengerti apa yang sedang kita bicarakan!” ucap Nicole panjang lebar. “jika kau bukan Vampire, kenapa aku bisa memimpikan hal yang sama beberapa hari, dalam mimpi itu kau mempunyai taring! Dan sebelum kesini kau juga memberikan pernyataan tersirat bahwa kau adalah Vampire!”

Mata Justin berubah menjadi kuning karena emosi.

“lihat! Matamu berubah warna! Apa manusia biasa bisa melakukan itu, hah?” tanya Nicole. “Dad, aku tidak mau dijodohkan dengan vampire seperti dia!”

“hei, jaga ucapanmu! Kau fikir, aku mau di jodohkan dengan manusia sepertimu?!” bentak Justin.

“hentikan!” lerai Jeremy sambil memukul meja makan, membuat semua benda diatasnya bergetar. “kalian berdua, duduklah.” suaranya melunak.

Justin dan Nicole pun kembali duduk dengan emosi yang sama-sama masih bergejolak. Mereka saling menatap dengan tatapan membunuh.

“kau pikir, aku takut dengan tatapanmu itu?!” pikir Nicole.

“lalu, kau pikir, aku peduli dengan semua ucapanmu itu?” tanya Justin.

Nicole menatap Justin semakin garang.

“kesialanku yang terbesar adalah ketika aku harus sekampus dengan vampire sepertimu!”

“kau tahu, aku belum pernah meminum darah manusia. Mungkin, kau bersedia menjadi kelinci percobaanku.” ucap Justin santai.

“aku bilang hentikan!” bentak Jeremy.

Justin dan Nicole langsung menunduk.

“apapun masalah diantara kalian, kalian akan tetap kami nikahkan.” ujar Mr. Chance.

“tapi Dad, aku kan sudah bilang, Justin dan....”

“semuanya kecuali Pattie.” potong Mr. Chance.

“maksud Dad?”

“Pattie manusia seperti kita. Sedangkan Jeremy adalah vampire murni, dan anak-anak mereka adalah vampire berdarah campuran.” jelas Mr. Chance.

“jadi, Dad sudah tahu?”

“harusnya, kami yang bertanya padamu. Dari mana kau tahu?” Mrs. Chance angkat bicara.

“mom juga tahu? Greyson?” Nicole menatap Greyson.

“aku tidak tahu, Nic.” ucap Greyson.

“jadi Nicole, sejak kapan kau tahu bahwa kami adalah Vampire?” tanya Skandar.

Nicole menatap Justin. “dia masuk kedalam mimpiku beberapa kali, dan disanalah ia menunjukkan kalau dia adalah Vampire.”

“mimpimu?” tanya Jeremy.

Nicole mengangguk.

Jeremy menatap Cody.

Nicole mengikuti arah pandang Jeremy. “kenapa dengan Cody?” tanya Nicole tak mengerti.

“dia yang masuk kemimpimu dan meniru rupa Justin.” ujar Jeremy.

“bab..bagaimana mungkin?”

“itu adalah kelebihannya.” sahut Jazzy yang dari tadi hanya diam. “kalau aku bisa merubah diri menjadi kabut.”

“jadi, sejak kapan Dad tahu kalau mereka adalah vampire?” Greyson berhati-hati saat mengucapkan kata Vampire.

“sejak awal bertemu.” ujar Mr. Chance. “Jeremy menyelamatkan Dad saat Dad akan di gigit oleh vampire lain. Karena itulah kami bersahabat.”

“Mom?” Greyson beralih pada Mrs. Chance.

“saat Mom sedang mengandungmu.”

“sebenarnya, makan siang ini untuk memberitahukan tentang perjodohan Nicole dan Justin.” ujar Jeremy. “dan, seharusnya, bukan hari kau dan Nicole mengetahui yang sebenarnya.”

“suka atau tidak suka, kau akan menikah dengan Nicole.” ujar Pattie.

Jaxon, Jazzy dan Wero bertepuk tangan heboh. “sebentar lagi, kalian akan punya adik.” ucap Wero pada Jayon dan Jazzy.

“diamlah!” bentak Justin kesal.

“kalian berdua akan menikah secepatnya, pada bulan ini.” ujar Mrs. Chance.

“kenapa tidak aku saja?” tawar Greyson. “kenapa tidak aku yang saja yang dijodohkan dengan... Wero misalnya?” Greyson memperbaiki kalimatnya.

Wero yang sadar namanya disebut hanya bisa menunduk malu, dengan wajah merah.

“maaf Grey. Perjanjiannya, anak perempuan dari Dad.” ucap Mr. Chance.

“mungkin, kau harus menunggu Wero lulus., baru boleh menikahinya?” goda Skandar.

Ruang makan itu kembali riuh.

Namun, Nicole hanya diam. Ia merasa dunianya berputar. Ia terlalu syok untuk menerima semua ini. Sekelas dengan vampire sudah cukup buruk. Sekarang, hidupnya akan semakin buruk karena harus menikah dengan vampire itu sendiri. Apa tak ada cobaan yang lebih ringan dari ini? Atau mungkin ada yang mau menyerahkan tiket menuju surga padanya, karena ia tak sanggup berada didunia ini.

The Half Blood Vampire 12

oleh d'Bezt JD Author pada 13 Januari 2012 pukul 18:59 ·

Sebelumnya, like ya COM 61, naas bener likersnya, cuma 45 haha :D

----

Nicole membuka matanya perlahan. Putih. Itu lah yang ia lihat pertama kali. Dengan nyawa yang belum seutuhnya sempurna, ia duduk di tempat tidur, lalu memandang keseliling.

Ia berada disebuah kamar. Namun, bukan kamar Greyson, apalagi kamarnya.

“lalu, ini kamar siapa?” pikir Nicole.

“kamarku!” teriak seseorang dari kamar mandi.

Nicole merasa pernah mendengar suara itu. Tapi dia lupa, dimana ia mendengarnya.

Ceklek!

Pintu kamar mandi terbuka. Keluar sosok laki-laki dengan rambut basah dan hanya mengenakan celana jeans panjang. Sosok yang sangat ia takutkan. Justin.

“AAAAAAARRGH!” Nicole berteriak sekuat tenaga.

Dalam satu kedipan mata, Justin sudah tiba di samping Nicole. Ia langsung membekap mulut perempuan itu.

“jangan berteriak! Jangan buat orang salah paham!” bentak Justin.

Nicole mengerang.

“kalau kau berteriak, maka kau akan berakhir di dalam peti mati!”

Nicole mengangguk lemah.

“gadis pintar.” Justin pun melepaskan bekapannya.

Nicole langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, dan bersandar pada sandaran tempat tidur.

“kau jangan berpikiran macam-macam.” ujar Justin sambil memilih baju yang akan dikenakannya. “aku tidak melakukan apapun padamu. Kemarin, saat tengah makan siang, kau pingsan, dan ternyata baru pagi ini kau siuman. Kalau kau tidak percaya pada ucapanku, kau boleh tanya pada kakakmu itu. Dia di kamar Skandar, tepat disebelah kamarku.” Justin menutup lemarinya, lalu berjalan kearah meja rias.

“lalu, kau tidur dimana?”

“aku tidak tidur.” ucap Justin sambil menyisir rambutnya.

“tidak mungkin.” batin Nicole.

Justin memutar tubuhnya kearah Nicole. “apanya yang tidak mungkin? Aku ini vampire berdarah campuran. Pada siang hari aku menjadi manusia, sedangkan malam hari aku menjadi vampire.”

“apa buktinya kalau kau tidak menyentuhku?” tanya Nicole.

“kau bisa tanyakan pada semua orang yang ada dirumah ini.”

“bagaimana kalau kalian bersekongkol?”

“perlu kau ketahui, kalau pun nanti kita sudah menikah, aku tak akan menyentuhmu!” Justin pun membanting pintu kamar sangat keras.

“dasar sombong!” batin Nicole.

“aku dengar yang kau ucapkan.” teriak Justin.

Nicole mendengus. “dasar laki-laki sombong! Jadi vampire saja sudah sombong, apalagi dia benar-benar manusia!” gerutu Nicole.

“Justin memang begitu.” ujar seseorang di depan pintu kamar.

Dari suaranya, ia tahu kalau itu adalah Skandar.

Tiba-tiba ia teringat kata-kata Justin. Walaupun mereka sudah menikah, Justin tidak akan menyentuhnya. Berarti, perjodohan konyol itu bukan salah satu dari mimpi buruknya.

Pintu kembali terbuka, masuklah Justin. Ia berjalan menuju meja belajar tanpa menatap Nicole.

“sedang apa dia?” pikir Nicole.

Justin hanya diam dan terus memasukan beberapa buku kedalam tas. Nicole mengerutkan keningnya. Justin menatapnya.

“cepatlah turun. Kita akan sarapan.” ujar Justin sambil berjalan menuju pintu.

“Tunggu!” cegah Nicole saat Justin akan menutup pintu.

Justin menatap Nicole bingung. “kenapa?”

“kau bukan Justin. Kau Cody.” ucap Nicole.

Cody kembali ke wujudnya semula sambil tertawa. “bagaimana kau bisa tahu?”

“kau tak bisa membaca pikiran.” ucap Nicole.

“bagaimana dengan ini?” Cody merubah dirinya, menyerupai Nicole.

“hei! dadaku tak sebesar itu!” ujar Nicole kesal.

Cody kembali pada dirinya. “aku tak bisa sempurna meniru orang lain. Karena pada dasarnya, manusia itu di ciptakan oleh Tuhan. Dan sebagai ciptaan Tuhan, aku tak bisa meniru karya-Nya.”

Nicole mengangguk mengerti.

“ayo, Justin bisa marah kalau aku lama membawakan tasnya.”

“kau mau disuruh-suruh olehnya?” tanya Nicole tak percaya.

“bukan. Ini resiko karena aku kalah taruhan tadi malam.”

“taruhan tadi malam?”

“kami bertaruh, siapa yang.....”

“bukan urusanmu!” potong Justin yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka berdua. “Cody, jangan kau jawab lagi pertanyaan yang dia ajukan!”

Cody mengangguk pasrah.

The Half Blood Vampire 13

oleh d'Bezt JD Author pada 14 Januari 2012 pukul 20:05 ·

Nicole melangkahkan kakinya di pelataran kampus dengan malas.

Hari ini dia bolos satu mata kuliah, karena tragedi pingsannya ia dirumah Justin itu. Ketika Justin berangkat kuliah, dia malah baru menuju rumah. Dan tiba dirumah, ia kembali di ceramahi tentang perjodohannya dengan Justin oleh Mrs. Chance. Dan ketika tiba dikampus, Miley memberitahunya, bahwa mata kuliah pertama di hari itu sudah berakhir. Benar-benar menyebalkan!

Di ujung lorong ia melihat Miley tengah melambaikan tangan padanya. Dengan malas ia membalasnya.

“ayo, kita bisa terlambat pada mata kuliah berikutnya, kalau tak bergegas.” Ucap Miley.

Tanpa mendapat persetujuan dari Nicole, Miley langsung menarik tangan perempuan itu menuju kelas berikutnya.

Mereka berpapasan dengan sang dosen ketika akan masuk kelas. Dosen itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Nicole dan Miley terpaksa memisahkan diri karena bangku yang kosong itu tidak berdekatan. Dan naas, Nicole duduk bersebelahan dengan Justin.

“hari yang sangat buruk!” gerutu Nicole dalam hati.

Ia menatap kearah Justin. Laki-laki itu seolah tak mendengar ucapan batinnya.

Dia menekankan dalam hatinya. “Justin bodoh!”

Tetap saja tak ada reaksi dari Justin. Laki-laki itu terus mencatat penuturan dari dosen. Nicole menjentikan jarinya tanda mengerti. Yang disampingnya ini bukan Justin, tapi Cody.

Nicole merobek selembar kertas dari bukunya, lalu mulai menulis.

“kau Cody kan?”

Ia melempar kertas itu ke meja Justin alias Cody. Cody menatapnya lalu tersenyum dan mengangguk.

“kemana Justin?” bisik Nicole.

Bukannya apa-apa, ia merasa jauh lebih baik jika tidak berdekatan dengan Justin. Jika didekat laki-laki itu, ia merasa tertekan, karena takut akan jadi mangsa.

Cody menulis sesuatu dikertas tadi. Setelah selesai, ia menyerahkan kertas itu pada Nicole tanpa sepengetahuan dosen.

“dia sedang ujian dikelasku. Dia menggantikanku. Karena aku tak mengerti mata kuliah yang itu. Jadi, aku menggantikannya disini.”

Alis Nicole bertaut. “memangnya, dia juga bisa berubah jadi orang lain?”

Cody menggeleng. “aku mengerahkan sedikit kekuatanku padanya agar bisa melakukan itu. Tapi biasanya, hanya bisa bertahan 20 menit.”

Nicole mengangguk ragu. “memangnya dia bisa mengerjakan seluruh dalam waktu sesingkat itu?”

Cody tertawa pelan. “kau tahu, dia yang paling pintar dikeluarga kami.”

“Mr. Bieber dan Miss Chance, ada apa?” tanya Dosen.

Nicole terkesiap. “bukan apa-apa.”

Dosen itu menurunkan kacamatanya, menatap Nicole curiga.

“dia mau meminjam catatanku pada mata kuliah pertama. Karena saat itu dia tak masuk.” ujar Justin alias Cody.

“sebaiknya, itu didiskusikan nanti saja.”

Cody dan Nicole mengangguk patuh.

“maaf sir, saya permisi ketoilet.” Cody bangkit dari duduknya.

Dosen mengangguk. “jangan terlalu lama.”

Belum sampai lima menit, Justin alias Cody kembali masuk kekelas. Nicole merasa bulu kuduknya tiba-tiba berdiri. Ia menggelengkan kepalanya, lalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh Dosen.

“Cody!” panggil Nicole pelan.

Ia tak tahu jawaban dari soal-soal ini, apa yang akan dikumpulkannya nanti? Makanya dia memanggil Cody.

Lima kali panggilan, tetap saja Cody tak menyahut. Dengan kesal, Nicole kembali berkutat dengan soal-soal dihadapannya.

“dia itu kenapa? Dipanggil tidak menoleh.” pikir Nicole.

Sebuah gulungan kertas mampir dimejanya. Ia pun membukanya.

“tentu saja aku tidak menoleh! Namaku Justin, tapi kau memanggilku Cody! Wanita aneh!”

Glek! Nicole menelan ludah. Jadi disampingnya ini adalah Justin. Pantas saja, ia merasa aura disekitarnya tiba-tiba berubah.

Tanpa membalas kertas itu, Nicole kembali melanjutkan aktivitasnya. Menatapi soal-soal dihadapanya sambil menunggu keajaiban, sehingga ia bisa menjawab soal-soal itu.

Dari sudut matanya, ia dapat melihat Justin bangkit dari duduknya. Lalu berjalan kedepan kelas dan memberikan selembar kertas pada dosen, ia pun keluar.

Nicole mendesah. Saat ia akan meletakan kepalanya dimeja, ia mendapat sebuah gulungan kertas lain diatas mejanya itu. Dengan penasaran, Nicole membuka gulungan kertas itu.

Gulungan kertas itu berisi jawaban atas soal-soal itu. Dari tulisan, ia tahu kalau gulungan kertas itu berasal dari Justin.

“np. Jangan salah paham! Aku melakukannya karena terpaksa. Setelah punyamu selesai, temui aku di lorong perpustakaan! Awas kalau kau tidak datang!”

“tentu saja aku tidak akan datang!” gumam Nicole.

Tiba-tiba ia merasa hembusan nafas di sekitar lehernya, membuat tubuhnya menggigil.

“kau tidak bisa membohongiku. Kau tahu? Aku bisa menghilang. Jadi jangan harap bisa terlepas begitu saja dariku.” bisik suara itu. Suara Justin.

Mau tak mau Nicole mengangguk. Ia sudah terperangkap!

The Half Blood Vampire 14

oleh d'Bezt JD Author pada 14 Januari 2012 pukul 21:24 ·

Dengan langkah perlahan, Nicole berjalan menuju perpustakaan yang berada di lantai tiga. Ia semakin takut saat akan tiba di lantai tiga. Selama perjalanan, ia merara ada yang mengikutinya. Namun, saat ia menoleh kebelakang, tak ada siapapun. Ia yakin itu adalah Justin.

Ia pun tiba dilorong perpustakaan. Namun, tak ada seorangpun disana. Perpustakaan pun tutup. Nicole terus mondar mandir sambil menunggu Justin.

Sudah lebih 20 menit, namun Justin tak juga muncul. Kakinya mulai pegal, namun ia malas untuk duduk. Ia mulai berpikir kalau Justin hanya mengerjainya.

Nicole mendesah. Seandainya disini ada Cody, mungkin ia tak akan sebosan ini. Walaupun Cody itu juga manusia setengah vampire seperti Justin, tapi ia tak merasa ketakutan saat bersama Cody. Ia menganggap Cody itu manusia, sama sepertinya.

Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dari Miley.

“ya?” ucapnya sambil duduk dibangku panjang, lorong.

“kau dimana?” tanya Miley diseberang.

“kenapa?” Nicole balik bertanya.

“em, aku ingin mengajakmu makan siang bersama. Bagaimana?”

“maaf Miley. Aku ada janji dengan seseorang.”

“oh begitu.” suara Miley terdengar kecewa. “ya sudah. Bye.”

Nicole menyimpan ponselnya di saku roknya. Ia menguap, dan tanpa sadar, ia tertidur.

Sebenarnya, Justin sudah ada dilorong itu. Ia datang bersama Nicole, karena ia mengikuti wanita itu. Ia membuat dirinya tak tertelihat, sehingga Nicole tidak menyadari keberadaannya.

Ia sengaja tidak langsung muncul, karena ia ingin mengetes wanita itu. Sampai kapan wanita itu akan bertahan. Sampai saat ini, dia sudah cukup kagum pada Nicole, karena sudah bertahan selama 30 menit.

Dering ponselnya membuat Nicole terbangun dari tidur sesaatnya. Ia segera merogoh saku roknya. Telfon dari Mrs. Chance.

“yeah Mom?”

“kau dimana?” tanya Mrs. Chance lembut.

“aku di kampus, kenapa?”

“apa kau sudah bertemu Justin?”

“be... Sudah. Dia sedang berjalan kearahku.” jawab Nicole saat melihat Justin sedang berjalan kearahnya.

“baguslah. Ikuti kata-katanya. Oke?”

“baik Mom.”

Nicole kembali menyimpan ponselnya, lalu mendongakkan kepalanya menatap Justin. Justin memang lebih tinggi darinya. Ia hanya sebatas dagu Justin.

“kenapa kau baru datang?” tanya Nicole halus.

Ia tak berani membentak Justin disaat seperti ini. Jika ia melakukannya, itu sama saja minta dikirimkan kesurga secepatnya. Dengan kata kasarnya adalah DIE!

“ada urusan.” ujar Justin dingin. “ayo, ikut denganku.”

“bb..bagaimana dengan mobilku?”

“kita akan pergi dengan mobilmu.”

“lalu mobilmu?”

“bukankah Mrs. Chance menyuruhmu untuk mengikuti kata-kataku, bukan mengintrogasiku?” tanya Justin dengan wajah dinginnya.

Nicole tak berkutik lagi.

Ia pun berjalan dibelakang Justin. Tak berani untuk sekedar berjalan disamping laki-laki itu.

---

“aku minta cincin pernikahan.” pinta Justin, tetap tanpa senyum.

Saat itu mereka tengah berada di toko perhiasan untuk membeli sepasang cincin untuk pernikahan mereka. Sedangkan Nicole berada sedikit jauh dari Justin, ia sedang melihat kalung.

“yang ini saja.” ujar Justin tanpa berdiskusi dengan Nicole.

Justjin menunjuk cincin, emas putih dengan permata putih, namun didalamnya ada bongkahan pertama yang lebih kecil berwarna ungu.

“silahkan dicoba nona.”

Nicole memasukan cincin itu di jari manis

tangan kanannya. Baru saja ia akan memperhatikan cincin itu, Justin langsung menarik cincin itu.

“bungkus yang ini.” ujar Justin.

Nicole menatap Justin kesal.

“apa?” tanya Justin garang.

Mendengar suara Justin, nyalinya langsung ciut. “bukan apa-apa.”

Setelah dari toko itu, mereka menuju butik Pattie yang berada ditengah kota New York.

“akhirnya kalian datang juga.” sambut Pattie senang.

Nicole tersenyum tipis, sedangkan Justin tetap dengan wajah datarnya.

“mari kutunjukan gaun pengantinmu.” Pattie mengajaknya kesebuah ruangan, sedang Justin tetap menunggu di depan.

15 menit kemudian, Nicole keluar dari ruangan itu, menghampiri Justin.

“Justin, bagaimana calon istrimu?” tanya Pattie.

Justin mengangkat kepalanya dari majalah. “cantik.”

Tentu saja hal itu membuat Nicole tersenyum.

“maksudku, gaunnya.”

Nicole memakai gaun berwarna putih gading, dengan bahu terbuka dan belahan dada yang sedikit renda, sangat panjang hingga menutupi mata kakinya.

“Justin!” bentak Pattie.

“jujur, aku suka melihat Nicole memakai gaun seperti itu.” ujar Justin. “lebih memudahkanku untuk mengisap darah dilehernya.” sambungnya.

Nicole hanya bisa menatap Justin dengan wajah kesal. Kemudian, seperti mendapat kekuatan, ia mengambil gelas yang masih berisi minuman lalu menumpahkan air berwarna itu pada wajah Justin. “rasakan itu!”

The Half Blood Vampire 15

oleh d'Bezt JD Author pada 15 Januari 2012 pukul 15:30 ·

Dengan sedikit gemetaran, Nicole berjalan menuju Altar didampingi oleh ayahnya Mr. Chance. Yang datang cukup banyak. Mengingat Pattie termasuk perancang busana yang terkenal di New York. Banyak juga wartawan dari berbagai stasiun televisi yang meliput pernikahan mereka. Belum lagi, teman bisnis Mr. Chance yang juga diundang, membuat gereja yang berada di pusat kota NY itu semakin ramai.

Akhirnya, Nicole tiba disamping Justin yang terlihat gagah dengan tuxedo putihnya dan kemeja ungu didalamnya.

“kehidupan menyedihkan pun dimulai.” batin Nicole.

“aauw!” Nicole meringis karena punggung kakinya sengaja di injak Justin. “kau akan mendapat balasan nanti!” desis Nicole.

“akan ku tunggu.” ujar Justin tenang.

Acara Pernikahan mereka pun dimulai.

“ya, aku bersedia.” ucap Nicole dengan suara tercekat.Sudut-sudut matanya mulai basah karena air mata.

Entah kenapa, ia tiba-tiba saja teringat pada mantan kekasihnya, Zayn Malik yang sedang di Paris. Mereka putus bukan karena ada masalah, tapi karena saat itu Zayn harus pergi ke Paris untuk melanjutkan studynya. Bahkan, dia yang memutuskan Zayn dengan alasan tak bisa berhubungan jarak jauh. Jujur saja, ia masih punya perasaan pada Zayn, dan menyesal memutuskan Zayn. Kalau saja dia melanjutkan hubungannya, pasti pernikahan ini tak akan terjadi.

“silahkan pasangkan cincin ini dijari istrimu.”

Mereka pun berhadapan. Justin memasangkan cincin yang ia beli beberapa hari yang lalu ke jari Nicole, dan Nicole juga memasangkan cincin di jari Justin tanpa menatap laki-laki itu.

“dan terakhir, berikan ciuman kasih yang di berkati Tuhan pada istrimu.”

Justin membuka cadar pengantin yang menutupi sebagian wajah Nicole. Ia mengangkat dagu Nicole agar wanita itu menatapnya. Ia dapat melihat air mata di sudut mata Nicole. Entah air mata apa itu. Bahagiakah? Atau sebaliknya.

Perlahan Justin mendekatkan wajahnya kewajah Nicole yang dilapisi make up tipis. Ia mencium bibir wanita itu lembut. Menikmati setiap incinya. Ia menggigit kecil bibir bawah Nicole, agar wanita itu membuka mulutnya, namun ia merasa wajahnya basah. Ia membuka matanya sedikit, dan mendapati air mata Nicole yang mengalir mengikuti lekuk wajah wanita itu. Justin pun mengakhiri ciuman itu. Tak lama kemudian, terdengar suara riuh tepuk tangan dari para tamu.

---

Mereka pun keluar dari gereja, dan disambut oleh kilatan kamera para wartawan. Setelah wawancara sebentar, Keluarga Justin dan Keluarga Nicole pun menuju rumah Nicole, tempat resepsi diadakan.

Setelah tiba dirumah, Nicole langsung menuju kamarnya untuk mengganti gaun pengantinnya dengan gaun yang lain yang sudah di siapkan Pattie.

Baru saja akan membuka gaunnya, Justin sudah masuk kekamar itu tanpa mengetuk. Tanpa menatap Justin yang sedang di rebahan kasurnya, Nicole kembali keluar menuju kamar Greyson. Sebelum memakai gaun yang baru, Nicole membasuh wajahnya karena jelas terlihat ia habis menangis.

Setelah memakai gaun baru dan merias wajahnya, ia kembali keluar dari kamar. Ia dikejutkan oleh Justin yang berdiri di sebelah pintu.

“di depan ada temanmu.” ujar Justin datar.

Nicole tersentak. Miley dan Selena. Ia memang tak memberi kabar pada Miley dan Selena tentang pernikahannya.

Dengan Justin disampingnya, Nicole menemui Miley dan Selena.

“ya ampun Nic, kau cantik sekali!” puji Miley.

Nicole tersenyum tipis. “terima kasih.”

“sebaiknya, aku bergabung mereka.” ujar Justin lembut, sambil menunjuk Greyson, Skandar dan Cody.

Nicole mencoba tersenyum lalu mengangguk.

“dia pandai berakting.” batin Nicole.

Sesaat ia melihat ke balik punggung Miley. Justin tengah menatapnya tajam. Justin pasti mendengarnya.

“ternyata, ucapannya tak sedingin wajahnya itu.” ucap Selena.

“aku juga berpikir begitu.” ujar Miley. “sikapnya begitu manis padamu.”

Nicole tersenyum tipis. “dia memang begitu, kelihatannya saja dingin.”

“jadi, bagaimana kalian bisa menikah?”

Nicole tak boleh mengatakan pada siapapun kalau mereka menikah karena perjodohan. Mereka telah merangkai sebuah cerita untuk pertanyaan seperti itu.

“tentu saja bisa.” Ujar Nicole yakin. “kami itu sahabat lama. Kami sudah bersahabat sejak kecil, jadi bisa dibilang, cinta masa kecil kami berkembang.”

“kau dan dia saling mencintai?” tanya Selena tak yakin.

“bukannya dulu, kau begitu takut padanya?”

“memang, itu sebelum aku tahu kalau dia adalah sahabat masa kecilku. Waktu akan masuk Jhs kami berpisah karena Justin harus pergi ke London, ikut ibunya.”

“bagaimana cintamu dengan Zayn?” tanya Miley.

Nicole tak punya kekuatan untuk menjawab. Ia merasa, matanya kembali memanas.

Tiba-tiba si kecil Jazzy datang menghampirinya dengan berlinang air mata.

“gadis manis, kau kenapa menangis?” tanya Nicole lembut.

Jazzy mengadu kalau Cody, Justin dan Skandar melarangnya memakan kue bertingkat itu. Kue pengantinnya.

Nicole mempunyai alasan untuk kabur dari pertanyaan Miley.

“wah, dia manis sekali.” puji Miley.

Yes!

Continue Reading

You'll Also Like

144K 11.2K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
1.6M 69K 14
Series #4 Fantasi [Sequel Mine - Melvin D.Franklin] Hai namaku Melvin. Anak kedua yang lahir dari perut Mama-ku tersayang setelah Kelvin dan sebelum...
5.2K 228 17
jangan baper yah Warning!! : 19++
36.4K 1.7K 21
[18+] Matamu bereaksi dahulu sebelum hatimu. ~ Michaela Highestrank: #1 Michaela #1 lizasoberano #1 friendtolover #3 stranger #4 adult #5 tiger #8 k...