Kylena

By shaakrift

3.7M 134K 1K

[COMPLETED] Bagaimana jika tiba-tiba kau diajak menikah oleh seseorang yang bahkan baru kau kenal? Bagaimana... More

DISCLAIMER
1 Elena
2 Kynnan
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Bonus Chapter

28

60.2K 2.4K 8
By shaakrift

Hari pertama Kynnan menjalani sesi terapi diwarnai adu mulut antara dirinya dan Elena. Kynnan yang bersikeras untuk pergi terapi bersama Taylor ditentang Elena yang juga bersikeras ingin menemani Kynnan. Elena terus mendorong kursi roda Kynnan tanpa mempedulikan Kynnan yang terus protes terhadap dirinya.

"Tutup mulutmu atau kusiram kau dengan air infus." Kata Elena yang sudah mulai sebal mendengar Kynnan.

"Aku tidak peduli," jawabnya. "Lagipula aku tahu kau tidak akan melakukannya meski ingin."

Kynnan tahu benar titik kelemahan Elena, ia tidak akan melakukan apapun yang akan membuat orang lain menderita. Kali ini Elena yang diam, berharap agar Kynnan juga ikut menutup mulutnya.

Saat masuk ke ruang terapi, mereka disambut oleh dua orang terapis disana. Ruang terapi ini terbilang cukup besar dengan berbagai alat didalamnya. Seorang terapis menjelaskan beberapa jenis terapi yang akan dijalani oleh Kynnan, mereka berdua pun mendengarkan dengan seksama.

"Anda bisa duduk disana sampai Bapak Kynnan menyelesaikan terapinya," kata seorang terapis ramah sembari menunjuk deretan kursi di bagian kiri ruangan. "Baru saat latihan berjalan kembali nanti anda bisa membantunya."

Elena mengangguk mengerti. "Terimakasih."

Elena duduk dikursi yang telah disdiakan sembari memakan nasi goreng yang ia bawa. Ia hanya memperhatikan Kynnan dari kejauhan. Meski terlihat tenang, namun Elena tahu Kynnan merasa sakit saat mulai menggerakkan kakinya kembali.

"Aku harus ketoilet sebentar." Kata Elena pada seorang terapis yang sedang memantau pergerakan Kynnan.

"Silakan." Katanya lalu tersenyum.

Elena menyempatkan pergi kekantin sebentar untuk membeli air mineral sebelum masuk ke toilet. Sudah dua hari ini Elena banyak mengkonsumsi air, hal itu yang membuatnya harus sering ke toilet untuk buang air kecil.

"Sebuah kejutan bisa bertemu denganmu disini, Elena."

Elena yang baru keluar dari bilik toilet sedikit terkejut saat ada yang mengajaknya bicara. "Rose?"

"Kau terkejut melihatku?" Rose tertawa. "Aku tidak menyangka kau bisa bertahan sampai saat ini dengan Kynnan meski kau telah dibuang olehnya."

"Apa aku pernah berbuat salah padamu hingga kau begitu bencinya denganku, Rose?"

"Tentu saja kau berbuat salah! Kau telah merebut Kynnan dariku, sungguh tidak sopan." Elena masih diam menunggu Rose kembali bicara. "Kau harus tahu, Elena, Kynnan bukanlah orang yang baik. Dia tak pantas bersanding dengan malaikat sepertimu."

"Secara tidak langsung kau telah memujiku," kata Elena santai. "Terimakasih."

Rose tertawa sinis. "Lebih baik kau meninggalkannya sekarang, sebelum aku membuat Kynnan kembali jatuh dalam pelukanku."

"Silakan, aku tidak melarangnya," jawab Elena. "Maaf aku tidak bisa terus meladenimu bicara, aku masih harus menemani suamiku menjalani terapinya. Selamat siang."

Dengan senyum diwajahnya Elena menyindir Rose secara tidak langsung. Elena masih tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran seorang Rose—masih mengejar seseorang yang bahkan sudah memiliki pasangan hidup. Ya, Elena tahu ia bukanlah pasangan hidup Kynnan yang sebenarnya, namun paling tidak sekarang ia lah yang merupakan pasangan Kynnan yang sah.

Saat Elena kembali masuk ke ruang terapi, Kynnan masih menjalani sesi terapinya. Elena kembali duduk ditempat yang sudah disediakan sembari terus memperhatikan Kynnan. Setelah satu jam berlalu, barulah sesi latihan berjalan Kynnan dimulai. Dengan serius Elena memperhatikan bagaimana cara melatih Kynnan, karena mulai sesi ke dua dan seterusnya Elena ingin dirinya lah yang membantu Kynnan—agar ia selalu memberikan kesan baik pada Kynnan meski dirinya sudah pergi nantinya.

"Cukup untuk hari ini."

Elena bangkit dan mendekati Kynnan untuk membantunya kembali duduk dikursi roda. "Bagaimana perkembangannya?"

"Saya belum bisa menjelaskan perkembangannya karena ini masih hari pertama, namun saya merasa kalau Bapak Kynnan sedikit tidak nyaman saat latihan berjalan dibantu dengan orang yang tidak dekat dengannya," Kata seorang terapis seraya tersenyum menyindir Kynnan. "Mungkin anda bisa membantunya disesi berikutnya."

"Saya tidak membutuhkannya—"

"Tentu saya yang akan membantu Kynnan disesi selanjutnya," kata Elena memotong ucapan Kynnan seraya tersenyum. "Terimakasih."

Setelah keluar dari ruang terapi, tidak ada percakapan yang tercipta antara Elena dan Kynnan. Mereka berdua memilih untuk diam sampai kembali ke kamar rawat. Taylor yang mengetahui Elena dan Kynnan kembali segera bangkit dari kursinya dan membantu Kynnan kembali naik keatas tempat tidur.

Elena mendorong meja berisi beberapa buah dan segelas air untuk Kynnan, ia tahu Kynnan pasti lelah setelah menjalani serangkaian terapi dengan keadaan tubuh yang tidak fit. Setelah memastikan Kynnan sudah merasa nyaman dan tidak membutuhkan apapun, Elena memutuskan untuk pulang.

"Aku harus pulang, Taylor."

"Akan saya antar, Nyonya." Kata Taylor, lalu ia mengalihkan pandangannya pada Kynnan. "Saya akan kembali, Tuan. Apa ada yang kau inginkan?"

"Tidak ada. Kau boleh pergi." Jawab Kynnan.

Elena melangkah keluar dari kamar rawat Kynnan tanpa mengucap sepatah katapun padanya. Ia merasa sudah cukup dengan terus menjalankan tugasnya hingga hari itu tiba.

Hari-hari Elena selalu berjalan seperti biasa, hanya ada tambahan kejadian-kejadian kecil yang tidak terduga saat hari dimana Kynnan menjalankan terapi. Hari ini Elena tidak berangkat menuju rumah sakit bersama Taylor karena ia kembali membersihkan seluruh sisi apartemen yang membuatnya datang sedikit terlambat. Belakangan ini Elena sangat benci apabila ada kotoran sedikit saja diapartemennya, yang berdampak pada dirinya yang menjadi sangat aktif membersihkannya.

"Maaf aku terlambat datang," kata Elena saat ia tiba. "Ini sudah waktumu makan siang, setelahnya kau akan menjalani sesi terapimu."

"Dengan siapa kau berangkat kemari?" Tanya Kynnan.

"Itu tidak penting," jawab Elena. "Aku sudah sampai disini dengan selamat dan kau tidak perlu tahu bagaimana dan dengan siapa aku kemari."

"Mengapa kau tidak menghubungi Taylor untuk menjemputmu?"

Setelah sekian lama akhirnya Kynnan kembali menaruh perhatian pada Elena meski hanya lewat pertanyaan yang dibalut dengan nada dingin. Kynnan yang megkhawatirkannya mampu membuat Elena tersenyum kecil. Sebisa mungkin ia menutupi rasa senangnya sengan sikap tegas yang Elena tunjukkan pada Kynnan.

"Tidak usah banyak tanya, lebih baik sekarang habiskan makananmu agar tidak terlambat terapi."

Begitulah hari-hari Elena selama menemani Kynnan. Ia harus sedikit tegas untuk menutupi perasaannya sendiri. Sedikit sulit bagi Elena untuk menutupi itu semua, namun harus ia lakukan agar dirinya tidak semakin jatuh cinta pada Kynnan.

***

Sudah masuk hari terakhir diminggu ketiga Kynnan menjalani terapi dengan Elena. Dengan sabar pula Elena membantu Kynnan melatih kakinya. Mulai dari berdiri, jongkok, dan latihan berjalan Elena sudah terbiasa membantunya meski mereka berdua tidak saling bicara dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Sembari berjalan perlahan, Kynnan yang dibantu Elena berjalan terus memperhatikannya meski wajah Elena tertutup oleh rambut. Seperti ada yang ingin Kynnan ungkapkan, namun selalu ia urungkan karena dirinya tidak punya cukup keberanian untuk mengungkapkannya. Seluruh dialog yang sedang berlangsung didalam kepalanya membuat Kynnan menghentikan langkah kakinya.

"Kenapa?" tanya Elena sembari menatap Kynnan. "Langkahkan kembali kakimu."

"Elena," ucap Kynnan. "Ada yang ingin kutanyakan padamu."

"Kau bisa menanyakannya sembari terus berjalan."

Kynnan kembali melangkahkan kakinya perlahan. Ada sedikit bimbang yang kembali muncul saat Kynnan ingin bicara, namun sebisa mungkin ia tepis agar beban dalam kepalanya bisa sedikit berkurang. "Aku... Apa—"

"Baru kali ini aku mendengar seorang Kynnan Orlando memiliki kesulitan dalam bicara." Kata Elena mengejek Kynnan.

Kynnan dapat melihat senyum diwajah Elena, hal itu membuatnya memiliki sedikit kekuatan tambahan untuk kembali bicara. "Apa kau benar ingin mengetahui apa yang tidak kau ketahui selama ini?"

"Tentu saja," jawab Elena cepat. "Tapi aku tahu kau tidak akan mengatakannya."

Kynnan kembali menghembuskan napasnya. "Aku akan menjelaskannya."

Elena mengangkat kepalanya untuk menatap Kynnan. Ia menatap kedua bola mata Kynnan, berusaha mencari kebenaran atas omongan Kynnan disana. "Jangan memberikanku harapan palsu, Kynnan."

Seorang terapis yang memberitahukan bahwa sesi terapi hari ini telah selesai memotong pembicaraan antara Kynnan dan Elena. Mereka berdua kembali ke kamar rawat kembali dalam keheningan. Sengaja Kynnan tidak mengeluarkan suara untuk menyambung pembicaraannya dengan Elena sekarang karena ia masih harus kembali mengumpulkan kekuatan untuk bicara.

"Elena," panggil Kynnan saat dirinya telah kembali berada diatas tempat tidur. "Kali ini aku serius."

"Baiklah, kali ini aku percaya padamu. " Kata Elena. "Jelaskan padaku semuanya sekarang."

"Tidak sekarang, Elena."

"Oh, kau ingin mengulur waktu agar bisa mengarang cerita?" tanya Elena lalu tersenyum sinis pada Kynnan.

"Besok kita akan kembali ke Jakarta," kata Kynnan. "dan kau akan tahu semuanya."

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 36K 39
Bak seorang dewa yang memiliki wajah sempurna, sungguh. Namun sayang, dia datang dengan segudang kesombongan yang terlihat jelas dari sikapnya. Nam...
4.7M 219K 55
Lily Spencer dan Teddy Alexander akan menikah dalam satu bulan kedepan, namun ia harus membatalkan pernikahannya tersebut. Pernikahan impiannya harus...
2.7M 263K 61
Rania tidak menyangka akan pulang dari tugasnya sebagai dokter dan mendengar kabar bahwa dirinya akan dijodohkan dengan anak dari teman papinya. Namu...