Secretary Tease Like a Wine...

By dellafits

3.2M 84.7K 1.7K

Mature content 21+‼️⚠️ Privat acak! Follow sebelum baca. "Tubuhmu begitu mempengaruhiku, kau selalu terlihat... More

Part 1; First Kiss
Part 2; Target
Part 4; Command
Part 5; Introduction
Part 6; Become Awkward
Part 7; Misunderstand
Part 10; Gardening
Part 8; Night Romance
Part 9; Strange
Part 11; Heart Beats
Part 12; Failed
Part 13; Chale's Beloved?
Part 14; Sucks
Part 15; Gift
Part 16; Birthday Party
Part 17; Avoid
Part 18; Mysterious Man
Part 19; Coward
Part 20; Revealed
Part 21; Because of a video
Part 22; Search
Part 23; Evelator
Part 24; Denial
25 ; There are others
Part 26; Move
Part 27; Something unexpected
Part 28; Amenazas
Part 29; Meet again
Part 30; Certainty
Part 31; Understanding
Part 32; Dress to event
Part 33; Employee Gathering
Part 34; Possibility
Part 35; Clear
Part 36; Approval
Part 37; Plan
Part 38; Qtime with Sweetheart
Part 39; A Wonderfull Day
Cast
•First Extra Part•
•Second Extra Part•
•Last Extra Part•
SEQUEL READY
Attention!

Part 3; Tease

107K 2.8K 39
By dellafits

    Cahaya matahari bersinar terang memasuki celah jendela apartemen Jadyn yang masih tertutup rapat. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit,dan itu artinya ia terlambat bekerja. Pantas saja ia terlambat,karena kemarin tenaganya terkuras untuk beradu argumen dengan boss menyebalkan nya,siapa lagi jika bukan Chale?.

Jadyn menggeliat pelan diatas kasurnya. Ia mengerjapkan mata berulang kali mengumpulkan nyawa yang belum penuh. Ia melihat sekilas jam weker yang ada di nakasnya. Lalu ia kembali menutup mata. Sedetik kemudian matanya terbuka lebar-lebar, sepertinya ia baru teringat sesuatu.

"Sial! Aku terlambat" seru Jadyn, kemudian menyibak selimutnya dan berlari menuju kamar mandi.

30 menit kemudian...

Jadyn mematut diri di cermin,ia sudah rapi dengan setelan baju kantornya, yakni short dress diatas lutut tanpa lengan berwarna hitam di padu dengan aksesoris senada.

Ya.. Jadyn pikir pakaian yang dipilihnya saat ini tidak mengundang protes CEOnya. Karena menurut Jadyn pakaiannya itu sudah sangat fashionable untuknya dan sepertinya cocok untuk di gunakan ke kantor, lagipula dia kan Sekertaris? Jadi ia berfikir, dalam berpakaian pun ia tak perlu repot-repot, ia bisa sesuka hatinya tanpa harus berpakaian formal seperti staff kantor.

Bukan maksud Jadyn melanggar perintah Chale untuk memakai pakaian yang sopan, tapi memang Jadyn belum sempat membeli pakaian kantor yang layak seperti yang diminta Chale, padahal bagi Jadyn semua pakaiannya layak dan tidak buruk. Rata-rata pakaian anak muda jaman sekarang, semacam short dress,ndress casual, hot pants, kaos tumblr, dll.

Jadyn seorang gadis yang suka kebebasan, Jadyn jarang sekali memiliki baju resmi atau yang lainnya, Jadyn lebih suka baju yang santai dan bebas. Memang itu turunan dari ibunya.

******

Akhirnya Jadyn sampai di tempat kerjanya, ia masuk kantor sedikit berlari menuju ruangannya untuk mengambil file yang akan di presentasikan. Ia tau pasti saat ini ia di tunggu Chale dan rekan bisnisnya di ruang meeting. Dan sialnya lagi ia terlambat disaat seharusnya ia menemani bossnya meeting.

Jadyn mengetuk pintu ruang meeting, suara di dalam menyahutinya. Jadyn segera masuk ke dalam dengan langkah anggun. Diruang meeting laki-laki semua rata-rata pebisnis paruhbaya, tapi ada juga pebisnis muda yang tampan, kira-kira seumuran Chale.

Dan.. Apa yang terjadi? Semua rekan kerja Chale menatap Jadyn 'haus'. Bagaimana tidak? Jadyn menggunakan short dress tanpa lengan yang mencetak bagian pantat sintalnya dan dadanya yang lumayan besar. Jadyn juga menggerai rambut emasnya yang membuat ia semakin cantik dan menarik.

Jadyn sedikit menunduk dan mengambil posisi di samping Chale. Ia tidak berani mengadahkan kepalanya karena ia sudah terlambat. Chale yang melihat tatapan liar semua rekan kerjanya kepada Jadyn pun langsung menggeram.

"Apa meetingnya berhenti sampai disini saja? Dan lebih memilih memandangi sekertarisku 'heh?" tanya Chale geram dan menatap tajam satu persatu rekan bisnisnya.

Rekan Chale yang paruh baya tampak gelagapan mendengar penuturan petinggi perusahaan, berbeda dengan tiga rekan Chale yang masih muda. Ia tertawa kecil melihat sikap geram Chale.

Jadyn kemudian membeberkan file yang ia bawa di hadapan Chale,kemudian ia menggantikan posisi Chale untuk menjelaskan bagaian kontruksi bangunan di layar lebar ruangan itu. Katakan saja saat ini Jadyn seperti dosen yang mengajar mahasiswanya di papan. Benar! Jadyn yang mempresentasikan.

Yang di lihat kaum adam bukanlah layar yang tertera gambar bangunan melainkan lekuk tubuh Jadyn yang membelakangi semua pria di ruangan itu. Semua rekan bisnis Chale gagal fokus,mereka sudah resah karena 'miliknya' menegang, termasuk Chale. Memang kesan Jadyn menggoda jika ia menjelaskan bajunya naik turun seperti itu.

Setelah selesai meeting, semua berjalan semestinya. Menandatangani kontrak kerja meskipun penjelasan Jadyn tadi tidak di gubris, berjabat tangan sebagai tanda deal dan perpisahan. Setelah itu, rekan bisnis Chale keluar dari ruang meeting dengan tergopoh-gopoh. Kecuali tiga pemuda tampan yang berpakaian sama formalnya dengan Chale.

Ketiga pemuda itu tertawa terbahak-bahak saat melihat rekan paruh baya mereka keluar dengan terburu-buru. Jadyn tak mengerti dengan sikap ketiga rekan bisnis Chale itu, padahal Chale juga diam di tempat tidak tertawa sama sekali.

"Kenapa kalian tertawa?" tanya Chale.

"Kau tau kenapa mereka buru-buru seperti itu?" sahut salah satu pemuda diantara ketiganya.


"Kenapa?" tanya Chale datar.


"Mereka sudah tegang karena sedari tadi melihat tubuh sexy sekertarismu ini, hahaha" jawab pemuda satunya lagi kemudian kembali tertawa.

Jadyn yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya. Ia kaget karena rekan bisnis Chale sangat terang-terangan mengucapkan hal tak senonoh bagi Jadyn.

"Termasuk kami dan kau, benar begitu Chale?" timpal pemuda satunya sambil menaik turunkan alisnya. Jadyn ikut menatap Chale yang tampak gelisah.

"Diam kau!" bentak Chale. Seketika mereka bertiga diam. Jadyn pun iku tersentak. Chale mengatur nafasnya yang memburu. Mungkin benar yang dikatakan rekannya, ia sudah terbakar gairah.

'demi Tuhan,ini semua gara-gara kau Jadyn!!' batin Chale.

"Tenang Bro! Begitu saja marah. " kata seorang pemuda sembari terkekeh.

"Apa kau tidak ingin mengenalkan sekertaris seksi mu kepada kami?" tanya salah satu dari mereka. Chale menghembuskan nafasnya.

"Jadyn Taquila Cooper, sekertaris baruku, pengganti Barsya" Chale berucap datar. Seketika ketiga pemuda itu terdiam sejenak saat Chale mengenalkan Jadyn. Ada juga yang terlihat kaget, Kemudian mereka kembali memasang ekspresi semula.

"Nama yang indah" sahut salah seorang pemuda dengan senyum evil nya.

"Jadyn, perkenalkan, mereka bertiga sahabat brengsekku, itu Diaz Fausto, yang disana Luke Stancio, dan yang ini Marco Nicolaz" Chale menunjuk satu persatu ketiga pemuda yang ternyata sahabatnya. Jadyn mengangguk angguk paham dan tersenyum tipis.

"Mereka masing-masing CEO perusahaan di berbagai negara, kecuali Marco. Ia masih menjabat sebagai manager ayahnya. Yah, mungkin karena gelarnya ladykiller ia susah mendapat kepercayaan dari ayahnya untuk mengelolah perusahaan keluarganya. " Chale menjelaskan secara detail, berniat mengejek Marco sahabat yang paling brengsek diatara mereka. Dalam arti Marco adalah player.

'It's Crazy! Mereka semua pengusaha sukses' batin Jadyn.

"Chale! Kenapa kau membongkar aib ku di depan Jadyn,hah? Jika Jadyn tau keburukanku pasti sangat susah untukku mendapatkanya. " protes Marco.

"Tidak boleh!" bentak Chale tiba-tiba membuat mereka semua terdiam. Entah kenapa telinga Chale jadi panas saat Marco berniatan mendapatkan Jadyn.

"Maksudmu?" tanya Diaz mengkerutkan keningnya.

"Tidak boleh apa?" sahut Luke.

Chale yang tersadar langsung, berdehem menetralkan amarahnya.

"Tidak, tidak ada" jawab Chale sekenanya. Ketiga sahabatnya saling berlempar tatap, jawaban Chale tidak jelas. Sementara Jadyn menatap Chale bingung yang duduk di sebelahnya.

"Apa?!" sarkas Chale saat menyadari dirinnya di tatap oleh Jadyn.
Jadyn pun langsung membuang muka.

Ketiga sahabat Chale tertawa geli melihat Chale dan Jadyn seperti sepasang balita yang sedang bertengkar.

"Kalian tidak balik?" tanya Chale akhirnya.

"Kau mengusir kami?" balas Luke menaikan satu alisnya.

Marco pun menatap Chale dan Jadyn bergantian dengan senyum jahilnya.
"Oh.. aku tau. Pasti kau ingin bercinta dengan sekertarismu disini kan? di meja besar ini, Ugh.. itu pasti sangat-"

"Stop it! Jangan berkata mesum, Marco!" ucapan Marco terpotong oleh Chale yang nampaknya sudah geram dengan sikap sahabatnya itu.

"hahaha oke baiklah, kau mudah terpancing dude!" sahut Diaz terkekeh.

"Kami balik dulu, masih banyak urusan di kantor. Lain kali kami menyempatkan datang kemari untuk menemui..... Jadyn. haha" timpal Marco kemudian berlari keluar ruang Meeting dengan tertawa, di ikuti Diaz dan Luke.

Sekarang tinggalah Jadyn dan Chale berdua didalam ruangan bermeja panjang itu. Chale bangkit dari duduknya dan menatap Jadyn yang berdiri sejak tadi.

"Kenapa kau datang terlambat, hah?!" bentak Chale mendekatkan dirinya kepada Jadyn

"Aku bangun kesiangan, aku lupa tidak memasang alarm, ak-"

"Cukup! banyak alasan. " Chale semakin berjalan mendekati Jadyn dengan tangan terkepal, ia tidak suka jika kemarahannya tidak di balas dengan ketakutan.

"Tidak, itu bukan alasan, itu benar"
Jadyn memundurkan dirinya sehingga pantatnya menyentuh meja dan kedua tangannya berpegangan pada meja yang ada di belakangnya.

Chale yang melihat pose Jadyn seperti itu sedikit terkejut dan menelan salivanya, pasalnya posisi gadis itu membangunkan junior Chale.

'sial! Kenapa kau berposisi seperti itu, Jadyn? Lihatlah dadanya yang...Argghh' batin Chale geram.

"Lalu.. kenapa kau memakai pakaian seperti ini? Sudah ku katakan aku tidak suka kau memakai pakaian minim seperti ini. Kau lihat tadi? Semua rekan kerjaku menatapmu penuh nafsu, apa kau suka di tatap seperti itu? Atau mungkin itu niatmu untuk menggoda rekan kerjaku? " cercah Chale berapi-api.

"Apa maksud anda menuduhku seperti itu? Dengar! aku tidak ada sedikitpun niatan untuk menggoda rekan bisnis anda. Aku tidak serendah itu Mr. Aku memang belum sempat membeli pakaian, bahkan inilah pakaian terbaikku" Jadyn meloloskan air matanya, ia tidak suka dituduh terlebih lagi menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang perempuan.

Chale yang melihat air mata Jadyn langsung merubah ekspresinya.
'kenapa dia menangis? Apa kata-kataku terlalu menyakitinya? Padahal aku hanya tidak suka jika dia di tatap pria lain seperti tadi' Chale membatin.

Chale tidak tau cara ampuh menenangkan seorang wanita, yang ia tau wanita bisa diam jika dicium, tapi Chale tidak akan melakukan itu untuk yang kedua kalinya.

Tanpa pikir panjang Chale langsung memeluk Jadyn, ia merasakan tubuh Jadyn yang menegang terkejut,tubuhnya pun seperti itu, bukan menengang karena terkejut, melainkan karena gairah yang belum meluap sedari tadi. Ditambah tubuhnya yang sekarang menempel di tubuh Jadyn dengan intim.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu, sungguh! Aku hanya tidak--" Chale menahan kalimatnya yang akan keluar.

'apa-apaan kau Chale? Memangnya kau siapa? tidak suka melihat Jadyn di tatap laki-laki?' batin Chale ber-argumen.
Chale langsung melepas pelukannya.

"Maaf" setelah mengatakan itu, Chale langsung pergi meninggalkan Jadyn yang mematung atas perbuatan-nya.

❤❤❤❤❤

👇Chale Mateo Robert👇

👇Diaz Fausto👇

👇Luke Stancio👇

👇Marco Nicolaz👇

👇Jadyn Taquila Cooper👇

TBC

Jangan lupa Vote and Coment setelah baca😘
Oke makasih😇
See you next Part👉

21 Desember 2017

Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 320 46
DARK ROMANCE WARNING 21+ *** Skylar Kennedy adalah pengusaha sukses di benua Amerika yang terkenal karena keluarganya terbunuh secara misterius. Akib...
1.8M 54K 35
MOHON MAAF JIKA ADA KESAMAAN NAMA DAN TEMPAT KARENA INI HANYALAH CERITA FIKSI CERITA INI REAL DARI IMAJINASI PENULIS. DIMOHON UNTUK TIDAK PLAGIAT DA...
356K 17.3K 35
Sequel Dark Obsession:)
2.1M 19.6K 25
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...