β€’ Fake Wedding | Surene βœ”

By vangeeeeeeee

618K 47.6K 8.4K

Completed Karena Cinta selalu tahu ke mana ia harus pulang, dan aku adalah rumahmu - Irene ________ Vange Par... More

Prolog
1. It's Not Fine
2. Depression
3. Teach me to love you
4. That Person
5. A million pieces
7. A little happiness ?
8. Jealous ?
9. Confused
10. Our time
11. After honeymoon
12. Good thing
13. Listen to me
14. Trust ?
15. Forgive me
16. Time to love
17.1. Troublemaker
17.2 Troublemaker (end)
18.1. Something is not right
18.2. Something is not right
18.3 Something is not right (end)
19. Side
20. You are the reason
21.1 Disaster
Bucin Surene
21.2 Disaster (End)
22. It's me
23. Remember me
24. I'm wating for you - End
Special Chapter - Waiting For You ( Taemin x Na Eun)
Special Chapter - Kim Family πŸ’
Special Chapter - Kim Ha Rin
Special Chapter - My Brother Jun...
Specia Chapter - Jealous
Special Chapter - Destiny

6. Fool

19.9K 1.7K 190
By vangeeeeeeee

***

Suho mengusap wajahnya kasar. Sungguh, ia seperti frustasi mendengar kalimat mengerikan Irene barusan. Istrinya ingin pergi? Meninggalkannya? Meninggalkan rumah ini? Istrinya tidak lagi ingin tinggal bersama. Dan Suho bingung apa yang harus ia lakukan sekarang? Karena sudah bermenit-menit yang lalu ia membujuk Irene agar kembali memikirkan niatnya untuk pergi.

Namun sialnya, Irene tetap memutuskan untuk pergi dari rumah ini. Suho tidak mengijinkan hal itu begitu saja. Ia masih ingin mempertahankan Irene di sini. Suho tidak akan nyaman jika gadis itu lepas dari pengawasannya. Pasalnya, Irene sedang tidak dalam kondisi yang baik saat ini.

Hanya Suho, orang yang bisa membuat Irene sadar jika gadis itu kembali kambuh seperti biasanya. Suho tidak menjamin Irene bisa tahan terhadap bisikan setan yang selalu datang menganggunya kapan saja. Suho takut jika sesuatu yang buruk terjadi jika Suho tidak menjaganya barang sedetik saja. Suho tidak bisa membiarkan Irene pergi darinya. Tidak!

Irene saat ini sedang menyatukan jemarinya sambil duduk di sebuah sofa single yang berada di dalam kamar mereka. Sedang Suho saat ini berdiri membelakangi Irene sambil memaki dirinya sendiri karena Irene mendengar percakapan sialannya di telepon tadi.

Irene mendengar, suara napas yang dibuang dengan sangat frustasi. Irene tahu jika saat ini, Suho sedang memikirkan segala cara untuk menahannya tetap tinggal dan tidak pergi. Namun sekali saja, Irene ingin memberontak terhadap pria yang sudah membuatnya seperti ini. Irene butuh waktu sendiri dan menenangkan dirinya lalu mejernihkan segala pikirannya.

Irene tidak berniat pergi selamanya memang dari kehidupan Suho. Hanya saja, kepergiannya kali ini, akan memakan waktu yang cukup lama sepertinya. Sebenarnya, acara perginya dari rumah adalah bentuk pembalasan dendamnya juga pada Suho yang sejujurnya, Irene pun tidak mampu melakukannya. Perasaannya terlalu kuat hingga membuatnya benci pada dirinya sendiri karena terlalu mencintai pria brengsek ini.

Tapi, apa yang bisa ia lakukan selain menerima semua ini? Irene bukan Tuhan yang bisa menentukan, ke mana hatinya akan berlabu dan memilih pasangan yang mau ia jadikan pendamping hidup. Tidak! Bukan seperti itu. Meski, Irene memang mengakui jika bisa, ia ingin melakukannya. Memilih pria yang mencintainya dengan tulus. Kalian tahu, mencintai dan dicintai? Ya, seperti itu yang Irene inginkan.

Irene bahkan tidak pernah berharap ia akan memiliki kehidupan percintaan yang mengerikan seperti ini hingga membuatnya depresi. Ia tidak pernah berharap menikah dengan Suho yang tidak pernah membalas perasaannya namun pria itu malah masih meninggalkan hatinya pada gadis masa lalunya yang kini datang menghampirinya lagi.

Sial dan sial. Irene selalu mendapatkan kata itu disetiap masa hidupnya. Terhitung, sejak kedua orang tuanya meninggal karena kebakaran dan saat itu, Irene sedang kuliah membuatnya tidak mengetahui apa pun hingga ia mendapat telepon dari ibu Suho yang merupakan tetangga mereka jika orang tuanya mengalami kecelakaan. Demi Tuhan, saat itu Irene ingin gantung diri kampusnya menyusul kedua orang tuanya.

Ia hidup sendiri dan tidak memiliki keluarga lain di Seoul. Belum lagi ia masih kuliah dan bagaimana cara ia bertahan hidup seorang diri? Ia belum siap secara mental ditinggalkan tiba-tiba seperti itu. Dan setelah hari pemakaman orang tua Irene, gadis itu tidak pernah lepas dari kata sial.

Nilainya turun, kemudian paman dan bibi dari ayahnya yang datang dari Busan dan menipu Irene lalu mengambil seluruh harta kekayaan keluarganya membuat Irene jatuh miskin dan untung saja, ibu Suho mau menampungnya di rumahnya. Membiayai Irene kuliah hingga lulus dan lebih mengejutkan lagi, ibu Suho menjadikan Irene sebagai menantunya kini.

Itu adalah hal baik memang. Namun, kesialan itu berlanjut sampai saat ini. Suho tidak mencintainya, Suho masih mencintai kekasih lamanya, Suho berlaku kasar padanya, Suho membuatnya menderita, Suho, Suho dan Suho membuatnya ingin mati dan lenyap dari muka bumi ini.

Dan kesialan terbesarnya adalah, Irene mencintai pria yang sudah membuat kesialan dalam hidupnya semakin sempurna. Apakah setelah ini, kesialan akan terus mendatangi Irene lagi? Jika iya, maka Irene akan dengan senang hati menerima semua itu. Lalu kemudian, ia akan mati dengan tenang. Simpel kan? Ya, Irene akan hidup seperti itu dari sekarang.

Kini, Suho memutar kembali tubuhnya menatap gadis yang tengah menunduk masih dengan isakan tangisnya. Pria itu berjalan lambat kemudian berjongkok di depan Irene dan menggenggam lembut tangan istrinya dengan hati-hati. Menganggap Irene sebuah berlian yang sangat berharga dan jika diperlakukan dengan tidak hati-hati, berlian itu akan hancur.

"Irene, maafkan aku." Ucap Suho penuh dengan rasa menyesal dan bahkan Irene sanggup mendengar suara bergetar menahan tangis itu. Suho menangis. Untuknya? Apakah ini juga kepalsuan pria itu? Irene hanya diam saja. Pasalnya, bibirnya sudah terlalu keluh untuk mengeluarkan kalimat dan membalas ucapan suaminya.

"Aku tahu, ini berat untukmu. Aku tahu jika kata maaf tidak akan mengubah apa pun. Aku tahu jika aku pria brengsek yang tidak pantas menerima kata maaf darimu. Aku sadar semua itu, Rene." Ujarnya lagi masih menunduk dan semakin meremas jemari Irene untuk menyalurkan perasaan hancurnya saat ini. Ia sama rapuhnya dengan Irene, ia sama terlukanya dengan Irene. Irene menderita karena perbuatan Suho dan Suho menderita karena perbuatannya sendiri.

"Bisakah, kau tetap tinggal? Aku membutuhkanmu di sini. Aku tidak ingin kau pergi, sayang. Irene, aku berjanji –"

"Tidak." Irene menggeleng dan detik selanjutnya ia mengangkat kepalanya menatap Suho dengan pandangan sayunya, "Jangan pernah mengucapkan sebuah janji yang tidak bisa kau tepati." Kata Irene menolak dengan penuh ketegasan.

Suho menunduk. Ia kembali dipenuhi rasa penyesalannya karena ia sudah terlalu banyak memberikan janji kosong pada Irene. Ia tahu bahwa apa yang ia janjikan saat ini, belum ada yang ditepati sampai sekarang. Mencintai Irene? Bahkan sedikit rasa itu pun belum ada. Meski, memang Suho tidak mengelak jika ia memuja Irene. Gadis itu terlalu sempurna untuknya dan ia baru sadar itu.

"Ya, aku sadar. Tapi –"

"Ijinkan aku pergi. Aku ingin menenangkan pikiranku dan aku tidak siap untuk bersamamu untuk sekarang."

"Sayang, kau ingin tinggal di mana?" Suho sedikit berhati-hati jika Irene mengatakan akan kembali ke rumah orang tuanya. Karena, Suho akan habis jika ibu dan kakeknya tahu, Irene menjadi seperti ini karena sifat bejatnya tersebut. Dan, sungguh, sebut saja Suho pengecut karena takut untuk bertanggung jawab. Namun, kalian akan tahu jika ibunya sudah bertindak. Bahkan Suho lebih takut pada ibu ketimbang kakeknya sendiri. Masalahnya, ibu Suho sangat menyayangi Irene bahkan tidak pernah Suho diperlakukan seperti ibunya memperlakukan Irene. Lembut dan penuh kasih sayang.

"Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan pulang ke rumah eomma." Ucapnya dan Suho tidak memungkiri jika ia sedikit bernapas lega mendengarnya. Meski, ia juga masih enggan dan menolak Irene pergi dari sini.

"Lalu?" Suho menaikkan alisnya masih dengan menggenggam jemari Irene dan terkadang mengusapnya lembut.

"Aku mau tinggal bersama Wendy." Katanya dan membuat Suho langsung membuang napasnya, "Wendy?"

"Ya." Irene menganggukkan kepalanya, "Aku mohon. Ijinkan aku pergi dari sini." Irene mulai berucap lirih dengan suara bergetar menahan tangisannya lagi. Ia benar-benar gadis yang rapuh setelah menikah dengan Suho. Atau lebih tepatnya, Irene semakin rapuh dan menunggu titik dasarnya disentuh sedikit saja maka ia akan menjadi gadis yang paling hancur di muka bumi ini.

"Sayang –"

"Suho, bisakah kau tidak memanggilku dengan sebutan itu dulu? Aku tidak ingin mendengarnya." Irene berucap sambil menangis dengan sedihnya. Suho menghela napas lagi. Kali ini, ia pasrah dan mengangguk pelan. Irene berterimakasih karena pria ini sudah mau mengertinya.

Irene pun beranjak dari kursi meninggalkan Suho yang masih berjongkok di lantai. Gadis itu menuju lemari dan memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper tersebut. Tidak banyak, hanya beberapa potong pakaian saja karena memang ia tidak akan lama-lama meninggalkan Suho. Ia hanya mencari ketenangan di mana pria itu tidak berada di dekatnya sementara waktu.

Suho pun berdiri dari tempat lalu mengganti pakaiannya di kamar mandi. Jujur, terasa sakit melihat Irene ingin pergi dari sini. Bagaimana jika ia merindukan gadis itu? Bagaimana jika ia tidak akan merasa tenang mengetahui Irene tidak berada di pandangannya? Ia benar-benar takut sesuatu terjadi pada istrinya.

***

Sepasang suami istri sedang sibuk menonton tv dengan suaminya yang sibuk memijat kaki istri tercintanya ini. Kehamilan Wendy memang baru menginjak 5 bulan namun permintaan aneh-anehnya itu membuat Chanyeol terkadang pusing sendiri. Seperti saat ini, Wendy dengan sedikit paksaan, mengajak Chanyeol menonton film kartun di jam 9 malam dan meminta Chanyeol untuk memijat kakinya.

"Yeolie, yang benar pijatnya!" rengek Wendy dan Chanyeol hanya mengangguk lalu sedikit menambah remasannya pada kaki Wendy. Gadis itu tersenyum lebar dan terkadang terkekeh melihat wajah kesal Chanyeol padanya.

"Kau tidak suka?" tanyanya dengan suara sindiran dan Chanyeol langsung menggeleng sambil tersenyum, "Tidak sayang." Chanyeol benar-benar tidak berani melihat Wendy marah ketika hamil karena gadis itu akan sangat berbeda dari sifat aslinya. Pernah, Wendy marah pada Chanyeol dan alhasil, ia mendiami Chanyeol hampir 1 minggu dan bahkan menyuruh Chanyeol tidur di luar. Dan semua itu karena, Chanyeol lupa membelikan pesanan Wendy. Efeknya sangat besar, sebab itu Chanyeol harus bisa menahan kekesalannya pada Wendy dan bersikap hati-hati pada istrinya itu.

Teng nong!

Chanyeol yang masih sibuk memijat Wendy kini teralihkan karena mendengar suara bel rumah mereka. Wendy menatap sejenak pintu rumah mereka dan menatap Chanyeol, "Buka pintunya, Yeol." P'rintah Wendy dan Chanyeol hanya mengangguk pasrah lalu meletakkan kaki Wendy yang pertama berada di pahanya, menuju ke sofa.

Sebelum Chanyeol pergi, Wendy menahan tangan pria itu, "Yeolie, jangan marah, ya?" ucapnya tersenyum manis seperti seorang bocah. Sungguh, pemandangan seperti ini tidak pernah bisa Chanyeol tolak dalam hidupnya. Wendy terlalu menggemaskan jika sifat anak-anaknya muncul. Ya, siapa suruh Chanyeol nekat memacari anak SMA sepertinya disaat pria itu sendiri sudah bekerja. Meski umur mereka tidak terpaut cukup jauh namun tetap saja.

"Tidak sayang."

"Aku tahu oppa marah padaku, kan?" sungguh, Chanyeol sangat senang jika Wendy memanggilnya oppa. Dan sejak kehamilannya, panggilan itu tidak pernah ia dengar lagi karena Wendy lebih suka memanggil namanya langsung. Namun, malam ini ia mendengar kembali Wendy memanggilnya seperti tadi. Dan rasanya senang bukan main.

"Tidak. Aku tidak marah." Chanyeol menggeleng sambil mengusap kepala Wendy, "Baiklah. Aku buka pintu sebentar, ya?"

"Aku mau ikut." Ucapnya sedikit manja lalu berdiri dan merengkuh lengan Chanyeol. Pria itu tersenyum kemudian mengajak Wendy untuk memeriksa tamu mereka.

Dengan perlahan, Chanyeol membuka pintu tersebut dan matanya dan Wendy sedikit melebar kala melihat sosok Suho dan Irene di depan pintu mereka. Suho sedikit kesal karena keduanya agak lama membukakan mereka pintu. Namun, Irene hanya tersenyum tipis pada Wendy dan istri Chanyeol itu nampaknya masih sedikit kaget dengan keberadaan Irene di rumahnya. Dan lagi, kenapa harus bawa koper? Memangnya, Irene mau ke mana?

"Maaf mengganggu waktu kalian." Ucap Irene tersenyum tipis dan Wendy mengangguk masih dengan ketekejutannya.

"Masuk, hyung." Ujar Chanyeol mempersilahkan dan Suho juga Irene mengangguk lalu mereka masuk ke dalam dan duduk di sofa bersama. Irene meremas jemarinya sendiri saat Wendy menatap menyelidik ke arahnya. Sungguh, Irene tidak bisa mengelak jika Wendy akan membaca raut wajahnya saat ini. Pasalnya, gadis ini sangat ingin tahu segala hal yang terjadi pada Irene.

"Eonnie mau ke mana?" tanya Wendy sedikit menyernyit bingung dan Irene tersenyum getir pada gadis tersebut, "Aku –boleh tinggal di sini untuk sementara?" tanya Irene secara langsung membuat Wendy membulatkan matanya. Lantas, gadis Son itu langsung berdiri dari tempatnya dan menatap tajam pada Suho.

"Ini pasti gara-gara oppa, kan?! Apa yang oppa lakukan pada eonnie,huh?!" bentak Wendy dengan keras membuat Suho merasa benar-benar bersalah sekarang. Chanyeol menggeleng melihat tingkah istrinya yang malah terlihat menggemaskan jika marah seperti ini. Chanyeol pun berdiri dan menarik gadis itu untuk duduk di pangkuannya, hanya agar gadis itu tenang. Karena jika sudah duduk di pangkuan Chanyeol, Wendy akan berhenti berceloteh. Entah kenapa, Chanyeol juga tidak tahu.

"Apa kalian baik-baik saja?" tanya Chanyeol sambil menatap Suho dan Irene bergantian. Suho memberi kode pada Chanyeol agar menyuruh Wendy untuk mengajak Irene ke kamar dan Chanyeol yang menangkap kode itu langsung mengangguk, "Sayang, kau bawa Irene ke kamar, ya?"

"Tapi aku mau marah padanya!" Wendy menunjuk Suho dengan telunjuknya juga wajahnya yang terlihat marah serta emosi yang meletup-letup.

"Iya, nanti saja marahnya. Irene butuh istirahat." Chanyeol mengusap perut buncit Wendy dan mengecup pelipis istrinya sayang. Diam-diam, Suho memperhatikan cara Chanyeol memperlakukan Wendy sebagai istrinya. Begitu lembut dan perhatian. Berbeda sama sekali dengannya yang tidak pernah melakukan hal tersebut pada Irene. Bahkan parahnya, malah membuat istrinya mengidap penyakit kejiwaan seperti ini. Suho tersenyum masam melihat hal itu. Sungguh, ia adalah suami yang buruk jika dibilang.

Wendy mengerucutkan bibirnya kesal kemudian berdiri dari pangkuan Chanyeol. Namun sebelum membawa Irene menuju kamar, Wendy menyempatkan dirinya untuk mencubit pipi Suho kesal.

"AW! Pipiku sakit Wendy!" pekik Suho memegang pipinya yang memerah karena cubitan Wendy tidak main-main. Sungguh, sakit dan terasa dalam mencubit dagingnya. Chanyeol melotot tidak percaya dengan tingkah Wendy itu. Jujur, Wendy tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mungkin, ia benar-benar kesal pada Suho.

"Habis oppa sangat jahat pada Irene eonnie!" Wendy berucap ketus dan Suho hanya bisa diam menerimanya. Ia tidak menolak ucapan gadis itu. Bahkan, Wendy sekarang menitihkan air matanya. Chanyeol lagi-lagi harus dibuat pusing karena memang hormon ibu hamil selalu mengejutkannya.

"Sayang, bawa Irene masuk, ya?" Chanyeol tersenyum dan setelahnya, Wendy membawa Irene masuk ke dalam kamar mereka di atas.

"Hmm...jadi kenapa lagi hyung?" tanya Chanyeol setelah mereka tinggal berdua. Suho tersenyum masam kemudian mengambil napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Kenapa terasa sangat sulit berbicara dengan Chanyeol? Bahkan, Suho bingung ia harus memulainya dari mana.

"Intinya...tolong jangan biarkan Irene sendiri." Pinta Suho membuat Chanyeol agak bingung mendengarnya. Apa alasannya?

"Kenapa?"

"Hah, aku bingung menceritakannya bagaimana." Kata Suho kesal sambil mengacak frustasi rambutnya sendiri. Chanyeol memangku kakinya dan masih ingin mendengarkan penjelasan lebih lanjut dari Suho.

"Ada apa hyung? Katakan yang sebenarnya." Tuntu Chanyeol dan kali ini, Suho rasa ia memang harus mengatakan yang sejujurnya. Menceritakan kondisi Irene agar mereka bisa mengerti dan mengawasi istrinya dengan baik. Tapi, bagaimana jika Chanyeol berada di kantor sedang Wendy dan Irene hanya berdua di rumah? Jika penyakit Irene kembali kambuh, apa Wendy bisa menenangkan Irene, mengetahui gadis itu juga sedang hamil 5 bulan?

"Irene sakit. Dia mengalami depresi."

"Mwo?!" pekik Chanyeol melebarkan matanya tidak percaya dengan ucapan Suho barusan. Suho hanya mengangguk lemah akrena sejujurnya ia tidak sanggup menceritakan hal ini, "Semua karena perlakuanku padanya. Aku tahu, menyesal tidak akan mengembalikan kondisinya seperti semula." Sesal Suho membuat Chanyeol menghela napasnya. Ia turut prihatin dengan keadaan Irene saat ini. Dan melihat, bagaimana Suho menyesal membuatnya juga semakin kasihan pada hubungan keduanya.

"Ia terkadang mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk bunuh diri. Sebab itu, aku mohon jangan meninggalkan dia sendiri." Pinta Suho penuh harap pada Chanyeol dan pria itu menganggukkan kepalanya, "Aku akan menjaganya, hyung."

"Istrimu sedikit menakutkan, Yeol." Kekeh Suho bercanda dan Chanyeol mau tidak mau ikut tertawa mendengarnya, "Ya, kehamilan membuat sifatnya berubah drastis. Maafkan sikapnya tadi." Tambah Chanyeol membenarkan.

"Dan besok –dia memiliki jadwal pengobatan di psikiater. Akan ku krimkan alamatnya nanti." Kata Suho lagi sambil tersenyum dan Chanyeol hanya menganggukkan kepalanya.

"Aku langsung pulang, Yeol. Terimakasih banyak." Kata Suho cepat dan berdiri dari tempatnya lalu Chanyeol mengantar pria Kim tersebut pulang. Sebelum benar-benar meninggalkan mobilnya dari parkiran rumah Chanyeol, pria itu menatap kamar di atas yang ia yakini adalah kamar tidur Wendy dan Irene saat ini, "Aku akan menjemputmu, Rene. Dan ketika saat itu tiba, aku berharap kau akan memberi kesempatan kedua untukku." Katanya lirih lalu pergi dari sana.

***

Chanyeol memarkirkan mobilnya di sebuah klinik tempat psikiater yang mengobati Irene berada. Untunglah semalam tidak terjadi apa-apa dan Irene hanya tidur begitu juga dengan Wendy. Chanyeol sendiri berjaga-jaga di kamar sebelahnya takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Pagi ini, Wendy akan menemani Irene berobat. Dan Chanyeol berjanji akan menjemput mereka beberapa jam lagi. Wendy membuka seatbelt-nya kemudian tidak lupa mencium bibir Chanyeol singkat dan terakhir mereka menggesekkan hidung mereka. Irene tersenyum melihat kegiatan mereka meski di dalam hatinya sangat terluka dan begitu iri melihat kemersaan Chanyeol dan Wendy.

"Jangan lupa menjemput kami!" kata Wendy tajam pada Chanyeol dan suaminya itu hanya mengangguk mantap sambil tersenyum dan mengusap pipi Wendy yang sedikit chubby itu.

"Sampai nanti." Wendy melambaikan tangannya kemudian keluar dari dalam mobil bersama Irene..

Setelahnya Chanyeol langsung pergi dan Irene juga Wendy masuk ke dalam. Wendy menunggu di luar sedang Irene masuk ke dalam ruangan Kyuhyun itu.

Setelah menutup pintu, Irene sedikit terkejut melihat sosok pria berkacamata yang sedang memberi makan ikan peliharaannya itu. Alis Irene bertautan tanda ia merasa aneh dengan sifat Kyuhyun. Merasa di ruangannya terdapat makhluk lain selain dirinya, Kyuhyun menghentikan kegiatannya dan menatap Irene tersenyum.

"Ah, kau datang lagi rupanya." Ucap Kyuhyun tersenyum sambil melambaikan tangannya.

"Tentu aku datang. Ini jadwal pengobatanku, kan?" terdengar seperti sebuah pernyataan untuk Kyuhyun. Hal itu, membuat pria Cho tersebut mengulum senyumannya dan mengangguk.

"Baiklah. Ehem." Kyuhyun menatap Irene dengan serius sekarang. Sungguh, berbeda dengan cara pandang pria itu saat awal mereka bertemu. Terlihat kekanakan dan seperti seorang bocah. Berbeda dengan sekarang yang nampak seperti seorang psikiater sungguhan.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Kyuhyun lagi. Ini pertanyaan yang sama dengan yang kemarin. Entah kenapa, menurut Irene, Kyuhyun sangat suka sekali menanyakan bagaimana perasaannya saat ini.

"Aku merasa, kosong." Kyuhyun mengangguk mendengar jawaban Irene lalu menuliskan sesuatu di catatannya, "Bagaimana perasaanmu ketika mereka datang?" Kyuhyun menekankan kata mereka pada irene membuat gadis itu sedikit kaget karena Kyuhyun sangatlah berbeda sekarang. Dia sangat serius dan wajah tampannya bisa Irene perhatikan dengan jelas sekarang.

"Nona Irene? Anda melamun hampir 5 menit." Kyuhyun menuliskan lagi sesuatu di dalam catatannya membuat Irene tersentak dan bangun dari lamunannya.

"Eoh? Maaf." Ucap Irene sedikit gugup entah kenapa. Kyuhyun tersenyum, "Anda tidak nyaman dengan sifatku? Perlukah aku menjadi Kyuhyun yang kemarin agar kita lebih terlihat dekat?" Irene jujur agak tidak mengerti dengan sifat pria ini yang nampaknya berubah-ubah.

"Ah, tidak. Tidak masalah, aku hanya sedikit –"

"Kenapa kau membohonginya?" tanya Kyuhyun memiringkan wajahnya seperti mencari sebuah jawaban dari raut terkejut Irene karena Kyuhyun langsung menanyakan sesuatu yang mengejutkan memang.

"Membohongi? Maksudmu apa?" Irene melebarkan matanya tidak percaya. Kyuhyun mengidikkan bahunya acuh kemudian tersenyum, "Aku ulangi. Bagaimana perasaanmu ketika mereka datang?"

"Tidak! Kau bilang aku membohonginya, apa maksud ucapanmu?"

"Nona Irene, tenanglah." Kyuhyun tersenyum. Irene pun dengan menarik napas dalam-dalam, kembali menormalkan emosinya yang sempat terpancing beberapa detik yang lalu.

"Mereka –membuatku merasa seperti gadis kotor yang benar-benar pantas mati." Jawab Irene sambil menitihkan air matanya. Ia tidak tahan untuk melanjutkan ucapannya hingga penjelasan barusan terdengar agak kasar.

Kyuhyun mengangguk kemudian menuliskan sebuah catatan lagi. Irene hanya menatap itu dengan bingung sebenarnya namun ia tidak ingin mengatakannya lagi.

"Apa aku bisa sembuh?" tanya Irene dan Kyuhyun langsung mengangguk, "Tentu saja. Kenapa anda bertanya seperti itu?" Kyuhyun mulai berbicara formal kembali. Irene mendesah pelan sambil mengusap air matanya, "Aku takut." Ujarnya lirih.

"Ketika mereka datang, aku seperti berada di neraka. Aku tidak suka dengan suara itu. Aku –" Kyuhyun tersenyum kemudian mengeluarkan sebuah lolipop dari jas putihnya, "Selesai." Ucapnya dengan ringan.

"Maksudmu? Kita sudah selesai?"

"Ya." Kyuhyun mengangguk.

"Aku bingung. Kau tidak pernah memberikanku saran apa-apa untuk mengatasi penyakitku ini." Ucap Irene bingung dan menerima lolipop tersebut.

"Saran ya?" Kyuhyun tertawa sebentar lalu melepaskan kacamatanya, "Kau yakin mau meminta saran dariku?" tanya Kyuhyun menaikkan alisnya membuat Irene mengerutkan keningnya, "Kau seorang psikiater kan? Itu kewajibanmu!" tegas Irene kesal dan Kyuhyun menahan tawanya, "Hei, santai saja, jangan marah-marah nanti kau cepat tua." Kekeh Kyuhyun yang sudah kembali ke sifat pertamanya. Menyebalkan.

Kyuhyun menghela napasnya sebentar lalu wajahnya kembali serius, "Mencari pria lain." Katanya dengan enteng membuat Irene menecelos mendengarnya. Pria ini –gila.

.

To be continued

.

Aloha, nah yang minta vange apdet, udah vange lunasin yah hutangnya :") hehe. semoga part ini gak aneh dan bosenin karena vange bikinnya mood2an wkwkw. Semoga kalian tetap syukak.

Jangan lupa vomentnya. Oh ya, vange bukan anak psikolog jadi gak terlalu mengerti dengan pengobatan mereka yah, cuman bermodalkan google dan imajinasi liar vange aja. Jadi, maaf kalau ada yang gak jelas. Maafkan syajahh XD

Vomentnya, vange menunggu gaes. Jangan diem-dieman, ntar vange unpub loh XD jahad bener dah vange ini.. kenapa vange minta kalian selalu komen? Karena vange gak bisa dapetin feel cerita vange sendiri. Sumpah, vange nulis dengan hati perasaan biasa aja dan saat baca cerita karyaku, rasanya gak ngefeel banget XD jadi aku minta voment kalian biar aku tahu apakah ff ini dapet feelnya apa enggak wkwkwkw.

Untuk typo atau yang lain, komen aja ntar vange perbaiki :)

Okelah, sudah cukup vange berkomentar panjang lebar. Babayh semuahhh

Continue Reading

You'll Also Like

86.5K 3.7K 14
"Setelah apa yang aku lakukan selama ini, apakah kau masih tidak bisa mencintaiku, Yeobo?" -Kyuhyun Disclaimer : FF ini adalah hasil Remake dari ht...
392K 40.2K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. Β° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
660K 85.8K 61
[17+] [Jaehyun Jung as Jeffrey Aditya Mahesa dan Roseanne Park as Rosie Adelia] memiliki karier yang sukses, sayangnya rumah tangga mereka sangat ber...
28.5K 657 28
[M - Sebagian besar cerita mengandung muatan dewasa] Bagian ini berisikan sinopsis cerita karya aku yang bisa kamu baca di Karyakarsa atau di web Nih...