Dealing with Sexy Enemy (Leng...

By lanavay

2.9M 71.7K 1.1K

Lagi buka privat! Aldo adalah pria dingin yang tak suka dengan wanita berpenampilan glamour dan sexy. Diriny... More

Sexy
1. Sexy _ Pesta
2. Sexy _ Pertemuan Kembali
3. Sexy _ Tanda Tanya Cinta
5. Sexy _ Tolong Jangan Begitu
6. Sexy _ Jangan Marah Sayang
7. Sexy _ Kau si Penjahat
8. Sexy _ Terbebas dari Jeratan
9. Sexy _ Penjelasan yang Mengemparkan
Wanna Trailer???
10. Sexy - Memohon Restu
11. Sexy _ Kedatangannya
12. Sexy _ Malaikat Tak Terduga
13. Sexy _ Mitos Ciuman
14. Sexy - Tentangmu
15. Sexy _ Melamarmu
16. Sexy - Bantulah Diriku
17. Sexy - Dirinya yang Kucari
18. Sexy - Marah
20. Sexy - Baikan

4. Sexy _ Nikahi Aku

100K 3.8K 70
By lanavay

Sudah beberapa hari Lavanya libur jadi ia harus menghabiskan harinya hingga larut malam di kantor. Berkas yang menggunung itu adalah menu utama sepanjang hari ini yang tak kunjung habis. Ia pun terpaksa harus tidur di kantor.

Dering nada panggilan di ponselnya membangunkan Lavanya yang telah tertidur. Ia pun menatap jam sudah berada di angka dua pagi. Untungnya pekerjaan itu sudah selesai.

"Halo. Ini siapa ya?"

"Ini aku Lala, Kak! Ayah sekarang ada di rumah sakit. Cepatlah kemari!"

"Iya, di rumah sakit apa? Kamar berapa?"

"Early Cetta Hospital, nomor 231."

Lavanya pun langsung turun ke lantai bawah. Ia pun menuju parkiran di mana mobil pajero miliknya terparkir. Dengan kecepatan di atas rata-rata Lavanya membelah jalanan yang ditutupi kabut.

Tak butuh waktu lama ia sudah sampai di Early Cetta Hospital. Ia pun bergegas menuju kamar inap ayahnya. Sesampainya di sana betapa terkejut dirinya melihat ayahnya terbaring di brankar dengan alat bantu pernapasan. Bulir air mata yang ia bendung sedari tadi pun jatuh membasahi pipinya. Dirinya sangat menyayangi kedua orang tuanya. Perih yang amat menyiksa, jika melihat mereka terluka. Baginya orang tua adalah intan permata yang harus dijaga. Meski sejak kecil Lavanya kurang mendapatkan kasih sayang dari ayah dan ibunya yang sibuk dengan bisnis mereka.

"Ibu, Ayah kenapa?" tanya Lavanya cemas.

"Tiba-tiba saja ayahmu mengalami sesak napas lalu pingsan," jelas Nyonya Eva.

"Kak, Ayah menitipkan surat ini." Lala memberikan surat itu kepada Lavanya.

Lavanya membuka amplop bewarna putih itu. Alangkah terkejutnya saat ia membaca surat itu. Perasaannya jadi tak menentu.

***
Lavanya tampak muram. Pandangannya kosong. Ia masih memikirkan isi surat itu. Di mana ayahnya meminta ia untuk menikah dengan Tuan Jo atau Dino. Itu adalah pilihan yang berat. Ia tak mau menjadi istri dari Tuan Jo yang sudah berumur lima puluh delapan tahun dan memiliki tiga istri. Ia juga tidak ingin menikah dengan Dino mantan kekasihnya yang dulu membuangnya. Dirinya teringat kembali ke masa lalu. Di mana cintanya kandas.

Seorang gadis dengan kemeja biru dan kaos hitam serta celana jeans selutut tengah menunggu seseorang. Hatinya terasa sakit tatkala mendapati orang yang ia tunggu tengah mencium pipi seorang gadis yang berpenampilan seperti model. Tubuh seperti gitar spanyol make-up agak tebal dengan gaun 5 cm di atas lutut. Gadis yang sedang patah hati itu langsung menghampiri mereka.

"Dino, siapa gadis itu? Kenapa kau menciumnya?" tanya Lavanya dengan nada gusar.

"Dia kekasih baruku Lav! Kenapa kau marah? Aku sudah muak denganmu!" tegasnya dengan nada tinggi.

"Apa salahku? Kenapa kau menghianatiku?" Lavanya memandang Dino dengan tatapan kecewa. Hatinya terasa pedih.

"Salahmu? Aku malu punya kekasih seperti dirimu. Gadis di luar sana akan berdandan dulu sebelum menemui kekasihnya. Sementara kau apa? Kau selalu mengikat rambutmu asal menggunakan pakaian seperti pria. Kau berbeda dengan gadis pada umumnya. Jika seperti ini terus mana ada pria yang tulus mencintaimu?" ungkap Dino dengan tatapan penuh cela.

Plakk.

Lavanya menampar Dino.

"Lihat saja! Kau akan menyesal memutuskanku!" Lavanya berteriak dengan percaya diri. Meski dirinya menahan sakit di dalam dada.

Aldo yang ingin menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerjanya merasa kurang, jika tidak ada kopi. Ia pun menuju kamar Lavanya untuk membuatkannya kopi. Saat sampai di sana ia melihat Lavanya sedang melamun. Aldo pun meneriaki nama gadis itu agar segera sadar.

"Ada apa Tuan Al?" ucap Lavanya setelah sadar dari lamunannya.

"Aku mau kau membuatkanku kopi. Kau kenapa kelihatannya frustrasi?" tanya Aldo seraya mengernyitkan dahinya.

"Ayahku sedang sakit keras dan beliau menyuruhku untuk menikah," terang Lavanya dengan nada lesu.

"Kalau begitu menikahlah," sahut Aldo santai.

Tiga kata yang diucapkan oleh Aldo malah menambah perasaan buruk Lavanya. Ia tak mungkin menikah dengan salah satu dari mereka. Hatinya telah terisi nama Ryan. Ia semakin pusing memikirkan masalah itu. Seolah-olah beban hidupnya bertambah satu ton.

"Masalahnya tidak semudah itu. Aku akan menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Ayahku memintaku untuk memilih Tuan Jo atau Dino sebagai calon suamiku untuk membantu masalah perusahaan kami. Kau tahu aku tak mungkin menikah dengan Tuan Jo. Sementara aku juga tak mungkin menikah dengan Dino si pria brengsek yang dulu telah menghianatiku," jelas Lavanya frustrasi.

"Bukannya kau selalu mengatakan kalau dirimu itu cantik dapat menaklukkan banyak pria? Kau cari saja pria yang lebih kaya dan memiliki kuasa lebih dari mereka," saran Aldo dengan tatapan datar. Lelaki itu memberi saran meski sebal dengan Lavanya. Ia tetap memiliki rasa iba. Dirinya tahu pasti menyakitkan jika harus kembali dengan orang yang mengkhianati bahkan membuang. Lebih sial lagi kalau Lavanya menjadi istri keempat dari pria yang seumuran dengan ayahnya.

"Tuan Al, orang yang memiliki kuasa lebih dari mereka hanya ada dua. Ryan dan Anda. Aku sudah mendekati Ryan. Namun, dia sama sekali tak menatapku. Bahkan kemarin aku membeli buku "1001 Cara Mendapatkan Hati Pria". Namun, buktinya apa dia tak melihatku. Bahkan aku telah mengorbankan gelang kesayanganku untuk kujatuhkan, tapi malah retak diinjak olehmu." Lavanya mengacak-acak rambutnya.

"Kau memang licik, ya. Gelangnya kan juga sudah aku ganti," ungkap Aldo.

"Kalau aku tidak teriak mana mungkin kau ganti," balas Lavanya kesal.

"Kau memang gila. Aku hampir mati dihajar masa gara-gara kau," terang Aldo kesal mengingat hal itu. Waktu itu Lavanya mengatakan pada orang-orang kalau Aldo telah melecehkan Lavanya. Setelah beberapa kali Aldo dipukuli, ia langsung berteriak kepada orang-orang untuk tak memukuli Aldo. Perempuan itu mengatakan kalau Aldo suaminya. Ia hanya belajar akting. Namun, bapak-bapak itu tak percaya. Aldo pun mengatakan kalau Lavanya itu istrinya dan dia sedang depresi. Lavanya kesal dibilang depresi, tapi ia menahan amarahnya. Malah dirinya tersenyum dan ketawa-ketawa sendiri untuk membuktikan dirinya sedang dalam kondisi buruk.

"Tapi kan kau dapat kecupan dan pelukan gratis dariku," ungkap Lavanya.

Aldo tersenyum masam. Gadis di depannya tak mau kalah kalau berdebat. Benar yang dikatakan Lavanya. Waktu itu ia berdrama begitu sedih melihat wajah Aldo terluka. Ia langsung memeluk Aldo dan mencium wajah Aldo yang memar-memar. Bahkan perempuan itu menitikkan air mata. Hebat sekali bukan. Lavanya memang drama queen.

"Aku malah tak suka kau kecup sembarangan," kata Aldo dengan mantap.

"Sudahlah jangan membahas hal itu. Bantu aku menemukan solusi masalahku. Nanti aku masakin setiap hari walau sudah tak bekerja denganmu," mohon Lavanya dengan tatapan serius.

"Ya sudah terima saja lamaran Tuan Jo kalau kau merasa terhina, jika menikah dengan Dino. Hei, kau harus membuatkan kopi untukku sekarang!" tukas Aldo kesal. Dirinya ingin apa, malah jadi berbincang hal yang tak penting untuknya.

Lavanya dengan berat hati melangkah ke arah dapur. Ia membuat kopi tanpa memperhatikan bahan-bahanya. Tangannya hanya refleks mengambil beberapa sendok garam tanpa ia sadari. Ia juga tak mencicipinya. Kopi itu langsung diberikan kepada Aldo. Aldo yang meminumnya langsung memuntahkannya.

"Kau ingin membunuhku? Ini kopi apa air laut, sih? Kenapa asin sekali?" Aldo menatap tajam Lavanya.

"Maaf, aku sedang frustasi. Aku tak ingin membunuh Anda. Lebih baik aku yang bunuh diri," jawab Lavanya asal. Pikirannya bertambah kacau.

"Oh kau ingin bunuh diri. Kalau begitu cepatlah bunuh diri lebih cepat lebih bagus bukan?"

Aldo yang tampak kesal langsung mengucapkkan kata-kata yang tak seharusnya ia ucapkan karena itu akan menambah masalah bukan mengurangi masalah. Namun, mau bagaimana lagi mulut Aldo Wijaya memang sangat tajam lebih tajam dari belati. Siapa saja yang tak terbiasa dengan ucapannya pasti akan sakit hati.

"Iya, kau benar. Lebih baik aku bunuh diri. Aku akan melompat dari lantai atas agar aku tak menikah dengan salah satu dari mereka." Lavanya semakin mengila.

Aldo menghela napasnya sejenak. Ia tak percaya Lavanya mengatakan hal sebodoh itu. Ia pun menatap Lavanya lekat. Sebenarnya Aldo kasihan pada Lavanya, tapi dia tak tahu harus berbuat apa untuk menolong Lavanya.

"Lav, kau mau ke mana?" tanya Aldo yang melihat Lavanya berjalan ke arah pintu beranda.

"Aku mau bunuh diri dari situ saja dengan melompat." Tunjuk Lavanya ke arah dinding pembatas.

"Kau gila ya. Bercandamu keterlaluan!"

"Aku serius." Lavanya melangkah semakin dekat dengan dinding pembatas. Ia segera naik. Kini ia telah berdiri di atas dinding pembatas dan tangannya sudah ia rentangkan.

Aldo yang melihat itu langsung berlari menuju ke arah Lavanya. Ia mencoba menyuruh Lavanya turun. Namun, Lavanya tak mendengarkannya. Aldo pun menarik tangan Lavanya dan gadis itu pun terjatuh ke pelukan Aldo.

"Lav, kau benar-benar gila. Jangan bunuh diri di rumahku!"

"Aku janji tidak menghantuimu. Biarkan aku mati."

"Kau mati juga tak menyelesaikan masalah!"

"Setidaknya aku mati dengan keadaan terhormat daripada aku menjadi istri dari salah satu pria itu. Aku tak rela salah satu pria brengsek pengila wanita itu menikmati tubuhku! Kau tahu pria bisa bercinta dengan wanita tanpa cinta, tapi wanita tidak. Apalagi, dengan pria semacam itu. Aku tak mau mati muda karena suamiku sering bermain dengan wanita di luar sana. Tuan Jo saja sudah memiliki tiga istri saja tidak cukup dan Dino penggila One Night Stand."

"Iya, kau benar. Namun, percayalah pasti ada cara menyelesaikan masalah ini selain bunuh diri."

Aldo kembali membujuk Lavanya agar menghentikan aksinya. Namun, Lavanya tetap kekeh pada pendiriannya. Nalarnya sudah hilang entah ke mana karena dipikirannya hanya satu kalau dia mati maka semuanya akan selesai.

"Caranya seperti yang Anda bilang tadi menikah dengan pria yang memiliki kuasa lebih. Ryan tak mungkin menikahiku dan kau lebih tak mungkin lagi. Aku ingin mati saja. Aku akan tetap hidup, jika ada pria baik yang menikahiku bukan pria brengsek pengila wanita."

"Stop! Lav, bisakah kau tenang dulu. Aku akan membantumu," bujuk Aldo dengan nada frustrasi.

"Kau tidak bisa membantuku karena satu-satunya cara yaitu kau menikahiku. Lebih baik aku mati saja. Tolong jangan halangi aku!"

"Aku akan menikahimu. Kau jangan bunuh diri," ucap Aldo tanpa berpikir panjang.

"Benarkah?" Lavanya menatap Aldo tak percaya.

"Iya, aku tak bohong," jawab Aldo terpaksa. Lavanya langsung memeluknya.

Tbc...

Kira2 siapa yang jatuh cinta duluan.

Continue Reading

You'll Also Like

22.1M 210K 42
(18+ Indonesian) Hidup dalam rasa perih,duka, dan sex setiap harinya. Bisakah kamu menjadi ana? •Selesai
4.9M 179K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
76.7K 2.4K 39
karya Kurniati No'isro'emi 25-05-17 #26 on Poetry
1.1M 51.4K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...