Realize

By Intanpermataa24

28.7K 1.9K 476

Apa cinta harus selalu diungkapkan dengan kata "aku cinta kamu?" Aku kira aku sudah cukup pandai merangkai ka... More

1. Promnite
2. Ada Yang Diajak Kencan
3. Yang Bahagia dan Patah Hati
4. Senin Suram
5. Permainan Gavin
6. Permintaan
7. Robusta dan Kehidupan
9. Masa Lalu
10. Bertahan
11. Analog
12. Emosi
13. Ayla
14. Pura-pura

8. Menunggu

1.4K 121 25
By Intanpermataa24

Aku harus menunggu berapa lama? Apa menunggumu harus menghabiskan seumur hidupku?

-Chicko Giovanny Leonidas-


Sudah sepuluh menit Ciko berkutat dengan vespanya yang tiba-tiba saja mogok sehabis membeli bubur di perempatan jalan. Ia melihat Daniel Wellington kw sekiannya sudah menunjukan pukul 07.18. Cia pasti sudah menunggu.

Ciko merogoh ponsel di saku celana seragamnya. Mengirim pesan Line pada Cia tentang si Cila yang tiba-tiba mogok.

Tidak perlu waktu lama, Cia langsung membalas pesannya dan langsung membuat Ciko kesal bukan kepalang. Maksudnya Ciko mengabari seperti itu agar Cia tidak khawatir. Tapi rupanya tidak memberi kabar pun sepertinya Cia baik-baik saja.

"Gavin lagi Gavin lagi!" Ciko mendengus sebal. "Lo sih pake segala mogok, La! Liat noh si Cia jadi bareng Gavin."

Ciko tak ubahnya seperti orang hilang akal yang mengajak vespanya bicara. Untung saja tidak ada yang sedang lewat. Jika ada, Ciko mungkin akan ditertawakan.

Tidak lama ponselnya bergetar lagi. Telepon masuk dari Cia. Tadinya Ciko tidak mau mengangkat. Ia masih kesal. Tapi tidak jadi, Ciko tidak pernah benar-benar bisa marah dengan cewek satu itu.

"Ya halo?!" sapa Ciko dengan jutek. Hatinya masih kesal.

Dari seberang Ciko mendengar Cia terbatuk-batuk serta dua kali bersin. Dahinya berkerut. "Ci?"

"Ko," Cia terbatuk lagi. Ciko jadi khawatir. Sepertinya berkat hujan-hujanan kemarin Cia terserang flu. "Cia udah bareng Gavin gapapa, kan?"

Ciko mengembus napas. "Iya yaudah gapapa dah."

"Yaudah nanti abis naro Cila di bengkel, Ciko buruan ke sekolah ya. Nanti kita pulang naik bis aja bareng."

"Hmmm." Ciko bergumam. Cia bicara akan memutuskan panggilan, tapi Ciko mencegah. "Tar dulu."

"Kenapa?"

"Lo sakit ya? Kenapa maksain sekolah sih?" ada nada khawatir dari pertanyaan Ciko. Tapi sayang Cia, si manusia paling tidak peka itu mana bisa menangkap kekhawatiran Ciko.

"Cuma gejala flu. Cia baik-baik aja kok. Yaudah, Ya Cia matiin telfonnya. Nanti Cia bilangin Pak Bondan kalo vespa Ciko mogok."

Bibir Ciko berlipat ke bawah. "Iya udah."

Setelahnya, panggilan benar-benar terputus. Sekarang Ciko jadi diam. Tidak lagi kesal soal Cia yang harus berangkat sekolah dengan Gavin. Lebih tepatnya sekarang Ciko jadi kepikiran Cia.

***

"Kamu mau pesen apa?" tanya Gavin.

"Kalo kamu mau pesen apa?"

Gavin memutar bola matanya malas. Apa cewek harus punya kebiasaan bertanya balik terlebih dahulu sebelum menjawab? Menyebalkan. Gavin tidak suka dengan hal itu. Apa lagi kalau Cia yang melakukannya.

Kalau bukan untuk membuat Ciko sakit hati sebagai balas dendam, Gavin sebenarnya malas berpacaran dengan Cia. Cewek aneh yang beberapa kali terlibat masalah di sekolah. Terutama tiap mata pelajaran seni lukis. Cewek itu selalu kabur dan sering memanjat dinding sekolah demi melarikan diri.

Semua orang tahu Cia itu cewek aneh. Hanya tertutup saja oleh wajahnya yang manis. Tapi tidak bagi Gavin. Menurutnya cewek manis, cantik, yang memiliki wajah bagai bidadari hanya Binta. Jangan lupakan, sampai saat ini, Gavin masih mencintai Binta.

Berpacaran dengan Cia juga merupakan salah satu rencananya membuat Binta cemburu.

"Gavin!" Cia menggoyang tangan Gavin. "Kamu mau pesen apa?"

"Kan aku yang nanya kamu."

Cia mengetuk-ngetuk dagunya. "Es jeruk aja deh."

"Yaudah." Dengan malas Gavin berjalan ke warung Mbak Sisi yang menjual berbagai minuman hangat, mau pun dingin. Mbak Sisi ini terkenal dengan jualannya es manohara yang sangat segar. Minuman primadona sekolah.

Tidak lama Gavin kembali ke meja di mana Cia duduk. Membawa satu gelas es jeruk Cia dengan es kopi miliknya.

"Makasih sayang," ucap Cia pelan lalu cekikikan sendiri dan salah tingkah. Jika saja Gavin boleh jujur pemandangan ini sangat menjijikan.

Mereka berdua asik mengobrol sekarang. Meski sebenarnya obrolan itu lebih didominasi oleh Cia yang asik bercerita apa saja dan Gavin yang harus mendengarkan secara paksa. Dari kejauhan Ciko melihat minuman pesanan Cia. Cowok itu menggeleng.

Ia turut memesan minuman jeruk seperti milik Cia, tapi yang hangat. Ciko berjalan menuju meja Cia tanpa menyapa Gavin sama sekali. Di mata Ciko, Gavin seperti tidak ada.

"Eh Ciko? Kok tadi gak masuk jam pertama sih?"

Ciko tersenyum sekilas. "Tadi dipanggil Pak Dewo untuk nyerahin format pertandingan minggu depan."

Cia beroh ria. Tangannya mengambil sedotan es jeruk dan menyeruputnya. Tapi baru seruputan pertama, es jeruk Cia ditarik paksa Ciko.

"Buat gue aja yang ini," kata Ciko menyesap es jeruk Cia tanpa persetujuan lebih dahulu dari pemilik esnya. "Ini buat gantiin es lo. Sama-sama jeruk."

Setelah itu Ciko pergi dengan es jeruk hasil dari menukar jeruk hangat miliknya. Ciko duduk di pinggir lapangan sambil menyeruput es jeruknya. Menonton anak-anak kelas sepuluh yang sedang asik bermain bola lalu tiba-tiba seseorang duduk di sampingnya. Itu Ayla.

"Harusnya dia peka ya," ucap Ayla tiba-tiba. Burung gereja yang tengah diam mungkin juga akan turut terkejut dengan kehadiran Ayla dengan ucapannya yang begitu aneh.

"Maksudnya?"

Ayla menggoyang-goyangkan kaki sambil tersenyum melihat anak-anak laki berebutan bola di lapangan. "Iya, Cia maksud gue."

Ciko menoleh ke arah kantin di mana Cia masih asik ngobrol dengan Gavin. "Gak ngerti." Ciko kembali berusaha mengabaikan Ayla lagi

"Harusnya dia peka sama sikap lo yang barusan. Gue tau Cia lagi kurang sehat hari ini. Itu kenapa lo tuker es dia sama jeruk hangat tadi, kan?"

Ciko mengabaikan Ayla lagi. Memilih menyeruput es jeruk miliknya hingga tandas.

"Lo harus berusaha lebih keras biar Cia bisa ngeliat lo," ucap Ayla kemudian.

Semesta, gadis ini kenapa? Sedari tadi asik bicara sesuatu yang seolah-olah dia tahu segalanya.

"Gue diem-diem suka merhatiin lo loh sejak pindah ke sini."

"Lalu?"

"Ya gue tau aja kalo lo suka sama sahabat lo itu, kan?"

Ciko membelalak. "Sotoy banget lo."

"Gak sotoy kok. Buktinya lo seperhatian itu. Sama apa yang dia minum aja lo perduli banget, apa lagi sama apa yang dia rasa. Harusnya gitu, kan?"

Ciko mendengus. Menggeleng tidak paham lagi dengan manusia di sampingnya. Apa gadis yang kata teman-temannya cantik ini adalah makhluk kiriman dari planet luar?

"Gue itu bisa membaca raut wajah orang," kata Ayla lagi saat Ciko berjalan menuju tong sampah.

"Gak ada urusannya sama gue."

"Tentu ada."

"Apa?"

"Gue bisa liat kalau lo suka sama cewek itu. Kenapa gak lo tembak?"

Demi semua yang ada di langit dan di bumi. Sekali pun apa yang gadis ini katakan adalah benar, kenapa dia sotoy sekali. Tolong jangan memperumit hidupku, semesta.

"Lo mau nunggu dia? Seberapa lama?"

"Setahun?"

"Dua tahun?"

"Tiga tahun?"

"Lima tahun? Sepuluh tahun? Atau..."

"Seumur hidup?" tanya Ayla yang terakhir sambil terus mengikuti Ciko yang sekarang sudah sampai di depan pintu perpustakaan.

"Denger ya, siapa nama lo?"

"Ayla." Cewek itu menyengir lebar. "Kita temen sebangku loh. Lagian kita udah ketemu di parkiran. Seenggaknya lo harusnya tau nama gue."

"Iya, Ayla. Dengerin ya. Lo gak tau apa-apa. Lo gak kenal gue. Lo bahkan gak tau kehidupan gue dan Cia. Jadi, stop sotoy dan seolah lo tau segalanya layaknya Tuhan."

Ayla tertawa. "Lo lucu banget. Aduh gue jadi sakit perut." Menepuk-nepuk pundak Ciko dengan santai seolah-olah mereka adalah teman dekat. Tidak tahu kah Ayla bahwa Ciko sudah mulai takut dengan tingkah anehnya.

"Lo tau gak? Kata orang persahabatan cowok dan cewek itu gak akan pernah berhasil. Dan gue bisa liat itu di mata lo." Dua jarinya menunjuk tepat di dekat bola mata cokelat Ciko. Membuat Ciko memundurkan kepala. Takut kalau cewek aneh ini mencolok aset berharganya.

Ayla kembali tersenyum. "Gue bisa lihat cara lo mandang dia dan pacarnya. Beda banget. Kalau lo gak suka dia punya pacar kenapa lo gak berusaha dapatin dia?"

"Karena apa pun itu lo gak perlu tau."

"Hidup ini terlalu singkat untuk berpura-pura Ciko," katanya sekarang dengan raut wajah serius. Ciko yang tadinya ingin menghabiskan waktu membaca di perpustakaan jadi tidak jadi.

"Lo maunya apa sih? Kenapa lo tiba-tiba jadi ngurusin percintaan orang?"

Ayla tersenyum lebar lagi. Menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. "Gimana kalo kita ngobrolin ini di tempat lain. Gak enak ngobrol di depan pintu."

"Ah males!" Ciko memang salah meladeni Ayla. Daripada kepalanya pecah dengan ocehan tidak jelas Ayla, dia memilih masuk ke dalam perpustakaan.

Perpustakaan hari ini sedang berantakan. Dua hari lalu sedang ada penambahan buku-buku pelajaran serta novel bacaan. Jadi yang bisa Ciko baca hari ini salah satu novel kesukaannya. Novel karya Ayu Dito bertajuk Teman Tapi Menikah.

Entah sudah ke berapa kali Ciko membaca novel itu semenjak terbit.

Matanya baru mulai menjelajah di antara kata-kata, Ayla sudah duduk lagi di sampingnya. Andai ini bukan perpustakaan Ciko rasanya ingin meneriaki agar cewek itu pergi.

Ciko berusaha tidak menganggap Ayla ada.

"Dito gak akan pernah nikah sama Ayu kalo dia gak nyatain perasaannya," ucap Ayla yang lagi-lagi tiba-tiba. Ah gadis itu maunya apa sih?

"Dito dulu juga takut buat nyatain perasaannya karena mereka udah terlalu deket."

"Lo bisa gak sih diem?" bisik Ciko mendesis.

"Cia juga suka sama lo."

Kali ini Ciko tiba-tiba terfokus dengan ucapan Ayla. Tapi dia takut ini hanya jebakan, jadinya Ciko berpura-pura tidak terlalu perduli.

"Lo tuh emang sotoy ya."

"Gue tuh suka baca buku psikologi. Gue bisa baca orang dari ngeliat matanya. Cara Cia mandang lo itu beda."

"Ssst!" Ciko mendesis. Bisa bahaya kalau satu sekolah tahu apa yang Ayla katakan. Karena selama ini teman-teman sekolahnya menganggap Ciko tidak pernah suka dengan Cia.

Alasannya sih beragam. Ada yang bilang karena Cia agak tomboi, ada juga yang bilang karena Cia bukan tipe cewek yang disukai Ciko. Mereka semua memang sotoy.

"Jadi gimana? Tertarik buat coba deketin sahabat lo sebagai orang yang baru atau mau selamanya cuma nunggu?"

TBC

Coba cuuung tangan di sini yang pengen Ciko berani deketin Cia. Atau pengen Ciko jadinya sama Cia??

Atau ada yang team Cia-Gavin di sini?? 😂

Semoga suka ya. 😊

See you in my next chapter.

Continue Reading

You'll Also Like

385K 39.7K 18
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
201K 12.3K 30
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
3.3M 272K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.2M 71.5K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...