Are you ready?

By CitraKrismalany

62.3K 4.2K 331

Kematian saudaranya membuat Hinata menyimpan dendam pada seorang pemuda bermarga Uzumaki. kehadiran tiga buah... More

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10

BAB 11

5.7K 427 49
By CitraKrismalany

Kaki Naruto berjinjit, dia berusaha melihat kedalam melalui atas pagar yang terbuat dari kayu tersebut.

Pagar itu memang tidak terlalu tinggi, hanya sebatas dahinya saja. Oleh karena itu, hanya dengan mengangkat sedikit ujung kakinya maka Naruto sudah bisa melihat kedalam halaman. Sepersekian detik, tangan Naruto perlahan terulur mendorong gerbang. Lelaki itu berusaha membukanya. Tapi nihil, gerbang itu tidak bergerak.

"Kenapa dikunci?"

Naruto tadi bermaksud mengekori ketiga bikers cilik untuk masuk kedalam dan bertemu dengan Hinata. Namun naas baginya ternyata gerbang sudah dikunci entah oleh siapa, sepertinya dia kalah cepat.

Naruto mendadak merasakan kekesalan, apalagi sekarang sebuah pemikiran sangat mengganggunya.

"Apa yang tadi itu anak-anak Hinata, Lalu dimana suaminya sekarang? Sudah dua jam aku tidak melihat satupun pria dewasa disini!"

Naruto terus berjinjit dan celingukan, dan tentu saja, perbuatannya itu mengundang banyak pejalan kaki yang lewat untuk berbisik-bisik. Naruto memang sangat mencurigakan karena mengintai rumah seorang janda, itu pemikiran tetangga Hinata.

Naruto masih terus melihat keadaan rumah tanpa menyadari tiga pasang mata yang mengintipnya dari lantai dua, dibalik gorden berwarna coklat tua.

"Daddy kita sangat memalukan ya Nii-chan, Aku menyesal lahir dari benihnya"

Himawari berkata dengan datar, mata birunya terus memperhatikan kepala seorang pria berambut pirang yang terlihat masih terus celingukan diluar gerbang rumahnya. Boruto tidak mengerti apa maksud Himawari.

"Benih? Memang kita ini sejenis tanaman apa? Kau ini bicara apa sih Hima?"

Boruto berkata tanpa melihat adiknya. Mata birunya juga terus memperhatikan sang Ayah. "Dasar idiot!" gumamnya penuh sopan kepada sang ayah.

"Hah!? Memangnya Hima bicara ya? Perasaan dari tadi Hima hanya diam" jawab Himawari lucu.

"Sudahlah, Kalian ini berisik, Mengganggu konsentrasiku saja. Sekarang yang harus kita pikirkan bagaimana membuat Daddy pergi dari gerbang"

Telunjuk Nawaki mengacung lurus menunjuk pada Naruto yang sedang berusaha masuk dengan memanjat gerbang. Ketiga saudara kembar itu swetdrop melihat kelakuan sang Ayah.

"Bisa-bisanya Daddy berbuat hal memalukan seperti itu. Aku malu mengakui dia sebagai Ayah" tambah Nawaki sambil menggelengkan kepalanya jengah.

Sementara diluat, Naruto sudah berhasil menaiki gerbang, kemudian meloncat turun kedalam tepat diatas halaman. Namun sesuatu yang lucu terjadi, Pria itu jatuh tersungkur saat mendarat. Karena Pada dasarnya Naruto sudah lama tidak pernah memanjat lagi.  Kekonyopan yang lelaki itu buat, mengundang empat orang disana untuk meringis, seolah mengerti sakit yang Naruto alami. Tahu bukan, siapa empat kepala itu.

"Aku tidak mau mengerjai Daddy sekarang, lebih baik kita buka saja pintunya. Sekalian kita berkenalan, Bagaimana?"

Nawaki memandang Boruto dan juga Himawari, mencari persetujuan untuk idenya kali ini.

Nawaki memang sekarang sama sekali tidak bisa membuat rencana untuk mengusili sang ayah. Otaknya serasa buntu. Tidak ada ide.

"Memang Daddy akan percaya kalau kita anaknya?" Boruto bertanya sambil membuka sebungkus permen dari dalam kantung celananya.

"Tentu saja! Lihat saja dirimu, kau seperti miniaturnya Daddy. Kau muncul saja duluan, setelah itu aku dan baru Hima, Bagaimana?".

Nawaki merebut permen yang baru akan Boruto masukkan kedalam mulutnya, membuat mini Naruto itu merengut sebal. Namun tidak berapa lama, dia kembali mengambil permen lain dan membukanya.

"Kenapa tidak bersama saja?"

Kali ini permen itu untuk kedua kalinya gagal masuk kedalam mulut Boruto dengan pelaku berbeda, pelaku kedua yang tidak lain adalah Himawari, memasukkan permen Boruto dan tersenyum manis pada sang kakak kedua.

Boruto menghela nafas, sekali lagi dia mengambil permen dan membukanya, dan sekali lagi juga permen itu gagal masuk kedalam mulutnya. Pelaku ketiga adalah sang ibu yang tiba-tiba muncul, dan mengambil paksa permen itu dari tangan Boruto.

"Sudah berapa kali Mommy katakan, Jangan makan permen, Nanti gigi kalian rusak. Mau ompong seperti nenek Chiyo hm?"

Boruto menyeringai saatnya balas dendam.

"Boru tidak makan Mom, Boru hanya disuruh membukanya saja. Mereka memaksaku, Lihat! Bahkan aku tidak memakan satupun, aku kan selalu menuruti Mommy"

Perkataan Boruto membuat dua kepala disampingnya menoleh kaku kearahnya, mereka mendelik bersamaan. Namun sepertinya sang bocah pirang pura-pura tidak sadar akan tatapan kedua saudaranya itu.

"Baiklah, karena hanya Boruto anak yang patuh, dia akan Mommy beri hadiah. Ramen cup spesial rasa sapi panggang, bagaimana?"

Himawari dan Nawaki mendelik, mereka juga ingin makan Ramen itu.

Dengan gerakan cepat dan hampir tidak terlihat, Himawari mengeluarkan permen dari mulutnya dan memasukkannya secara paksa kedalam mulut sang kakak sulung.

"Uhuk!" Nawaki pun hampir tersedak.

"Hima juga tidak makan Mom, Lihat!"

Himawari membuka mulutnya dan berhasil, dia juga mendapatkan hadiah sama seperti Boruto. Sedangkan Nawaki hanya bisa tersenyum kecut, terkadang manjadi kakak adalah hal terberat dalam Hidupnya.

***

Naruto berjalan dengan sedikit menyeret kakinya yang mungkin terkilir. Pria itu berdiri didepan pintu dengan nafas tersengal-sengal, jarak yang hanya lima meter membuatnya merasa seperti lima kilometer karena kakinya yang terasa sangat sakit.

Tangannya terulur untuk menekan bel, namun belum juga bel ditekan, pintu bercat putih itu terbuka sendiri.,Menampilkan sesosok gadis kecil mirip Hinata.

"Ada perlu apa Daddy?"

Himawari menggendong boneka rubah besar ditangannya, menghampiri Naruto yang memandang kaget padanya.

Seumur hidupnya baru kali ini mendengar dirinya dipanggil Daddy. Naruto menoleh kebelakang, memastikan apakah ada manusia lain yang berdiri dibelakangnya. Nihil, disini hanya ada dirinya dan gadis kecil ini.

"Daddy!"

Teriakan Himawari membuat Naruto terlonjak, telunjuknya mengacung pada wajahnya sendiri, memastikan bahwa memang dirinyalah yang dipanggil Daddy oleh makhluk imut didepannya. Naruto tidak bisa berkata apapun, dia merasa sangat bingung.

"Hima, kenapa Daddy belum kau ajak masuk?"

Nawaki menyusul Himawari kedepan lalu pandangan matanya bertemu dengan mata biru sang ayah.

"Daddy kenapa berdiri saja, cepat masuk!" Nawaki menggeret tangan Naruto memasuki rumahnya, sementara Himawari menutup pintu lalu mengekori sang ayah dan kakaknya dari belakang.

Naruto masih tidak mengerti apa yang terjadi, sampai saat matanya melihat satu sosok bocah lagi yang begitu terlihat sama dengannya.

"Silahkan diminum, pasti Daddy sangat haus, maaf hanya ada ini disini"

Boruto melegakkan segelas es jeruk dimeja, matanya menatap sang Ayah yang hanya melihatnya sambil mematung. Mata birunya melihat satu persatu dari ketiga bocah kecil didepannya, mirip.

Dengan segenap tenaga Naruto membuka suaranya.

"Ka-Kalian ke-kem-kembar"

Ketiga bocah itu mengangguk bersamaan, Naruto kembali dilanda gempa didadanya. Dia sangat kaget, dan otak pintarnya mulai memutar ingatan empat tahun lalu saat dirinya dan Hinata bermain tanpa henti. Tidak, hanya dirinyalah yang tidak bisa berhenti. Karena saat Hinata sudah tidurpun dia tetap mencumbu wanita itu hingga pagi.

Jadi saat itu Hinata hamil anaknya, dan anaknya kembar. Tiga orang, Triplest!

Naruto menyambar gelas itu dan meminum tandas isinya dalam sekali teguk. Tapi karena jiwanya terlalu terguncang, sehingga setelah dirinya meminum jus jeruk itu, gelas dalam genggamannya terlepas, jatuh dan pecah berserakan diatas lantai.

Ta berapa lama, tubuh tegap itu melemas, Naruto pingsan terkulai diatas sofa.

"Kalian apakan Daddy?"

Hinata yang baru datang kaget melihat Naruto  yang terkulai lemas. Wanita itu berpikir pasti ini semua ulah jahil anak-anaknya.

"Kami juga tidak tahu, setelah Daddy berkata kami kembar lalu Daddy melamun. Setelah itu dia meminum itu lalu jatuh pingsan."

Boruto membuat gerakan menggorok leher saat mengatakan bahwa Naruto pingsan, dan itu terasa amat janggal dimata Hinata. Tapi wanita itu segera tersadar dan menyeret tubuh besar Naruto untuk menempati kamarnya.

.

.

Mata Naruto akhirnya terbuka dan memandang kosong kearah langit-langit kamar setelah 2 jam todak sadarkan diri.

"Ternyata cuma mimpi"

"Apanya yang ternyata mimpi Dad?"

Suara itu membuat Naruto berteriak histeris dan langsung terduduk, Jantungnya berdetak kencang karena terlalu kaget. Mata birunya menangkap atensi tiga makhluk kecil yang ternyata duduk bersejajar disampingnya berbaring tadi.

"Daddy kenapa berteriak sih, Bikin kaget Hima saja"

Gadis kecil itu mengelus dadanya dan itu tidak luput dari pandangan mata Naruto. Jadi yang tadi bukanlah mimpi, dia memang punya tiga orang anak. Dan meraka kembar tiga?

Wow amazing!

"Anda sudah sadar Uzumaki-sama?"

Naruto menoleh dan menemukan Hinata dengan sebuah nampan ditangannya.

"Ini makan malam anda, sebaiknya anda makan dulu. Saya akan meletakkannya disini"

Nampan itu berisi semangkuk nasi dan beberapa olahan daging dan segelas ocha hangat.

"Ayo anak-anak! Tinggalkan Daddy sendiri disini"

Si kembar mengangguk dan keluar dari kamar. Hinata baru akan menutup pintu saat Naruto kembali memanggilnya. "Jadi kau sudah tahu bahwa aku ini ayah mereka?" Naruto bertanya setengah tidak yakin bahwa dia seorang ayah sekarang. Apalagi anaknya kembar, terselip rasa bangga dihatinya.

"Apa anda meragukannya? Aku hanya pernah berhubungan badan dengan satu orang pria. Dan kurasa anda tahu siapa yang saya maksud Uzumaki-sama"

Nada datar Hinata membuat Naruto meringis kecil, kenapa wanita itu begini dingin padanya.

"Lalu kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau hamil?" tanya Naruto. Dan Hinata yang tadinya memandang lurus kedepan akhirnya menolehkan kepalanya kepada Naruto yang berada disampingnya.

"Lalu apa yang anda lakukan saat tahu saya hamil? Bertanggung jawab? heh! jangan membual Uzumaki-sama, Saya paham betul perilaku anda"

Benar juga, Jika Hinata dulu menuntutnya bertanggung jawab, maka dia akan lari dan berpura-pura tidak mendengar. Harus terikat dengan perempuan bukanlah hal yang ingin dialami Naruto. Setidaknya itu dulu, Lalu bagaimana dengan sekarang, Apakah Naruto akan bertanggung jawab, Bolehkah?

"Jangan berfikir untuk bertanggung jawab Uzumaki-sama. Saya sama sekali tidak menginginkannya. Karena asal anda tahu, saya sangat membenci anda, bahkan jauh sebelum saya mengenal anda sebelumya. Sebaiknya anda makan dan segera beristirahat. Anda bisa menginap satu malam disini jika anda mau. Saya akan tidur dikamar lain, Permisi"

Pintu yang tertutup itu membuat Naruto merasa sedikit ngilu. Apakah Hinata tidak bisa membuka sedikit pintu hatinya. Naruto benar-benar tergila-gila pada wanita itu. Namun kenyataan bahwa dirinya lelaki bejat menaparnya keras. Hinata wanIta baik, Sedangkan dirinya?

"Haaiisshhh!! ini membuatku pusing"

Naruto mengacak rambutnya kasar, Dia beringsut mendekati nampan yang menyediakan makanan untuknya.

Satu sumpit Nasi masuk dan disusul oleh lauknya.

"Enak juga masakannya, Huh dia kira aku akan menyerah? Lihat saja Hinata, kau akan menjadi milikku. Hahahah"

Tiga sosok kecil dengan piyama mereka yang terlihat imut, berjejer dan memandang pintu tempat Naruto berada.

"Kurasa Grandma benar, Daddy sudah gila. Sebaiknya kita kembali kekamar, Nanti saja kita tidur dengan Daddy kalau Daddy sudah sembuh."

Nawaki mendorong kedua adiknya kembali menuju kamar mereka. Nawaki melirik sekilas pintu tempat Naruto berada dengan raut prihatin, "Cepatlah sembuh Dad!" lalu menggeleng pasrah dan kembali berjalan menyusul kedua adiknya.

***

BERSAMBUNG

.

Continue Reading

You'll Also Like

62.7K 10.1K 35
Berawal dari sebuah perjanjian, bisakah kelima pemuda ini mengejar gadisnya?
25.2K 1.9K 17
Setelah belasan tahun, dia kembali datang untuk haknya. Frederic Vier-Gladwynn dimalam yang tenang berjalan disebuah lorong, menemui seorang wanita...
26K 3.3K 21
Pemerintah tokyo merasa resah dengan ada nya kasus pembunuhan, dan pemerkosaan yang mulai meningkat dengan tajam karena ulah dari kelompok yang keber...
179K 8.7K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...