I Know You Gay (Complete)

By giasirayuki

16.2K 1.9K 71

Mungkin menjadi seorang gay adalah sebuah pilihan. Apa yang akan Jaejoong lakukan saat seorang terdekatnya me... More

I Catch You, I Got You
I Know You Still A Gay
You Love Me, You Want Me
I Am With You

I Lost You, I Found You

4.8K 472 29
By giasirayuki


♥YUNJAE♥
***
Rating :: PG -18+
Lenght :: 1-5 END
Warning :: DLDR, Typo, EYD, no BASH yes FLAME, read, enjoy and Taked.
Disclamer :: Yunho dan Jaejoong milik diri mereka sendiri, cerita ini punya aku 😉

"Aku tau kau Gay, jadi terimalah aku menjadi  kekasihmu Jaejoong~ah!!" pemuda berwajah manis itu menggigit bibirnya mendengar ucapan yang cukup frontal terlontar dari bibir hati dihadapannya. Baiklah, tanpa harus bertanya dua kalipun, Jaejoong sangat tau dirinya sendiri dengan baik dan dia tidak akan berbohong untuk mengatakan bahwa dirinya bukanlah seorang  Gay.

Jaejoong menutup kedua matanya rapat-rapat, berharap bahwa apapun yang dirasakannya dan dipikirkanya semua adalah mimpi termasuk kelainan seksualnya yang telah menyimpang.

Dia tidak pernah ingin atau menjadi seperti ini. Bahkan kalau saat kelahirannya dulu dia diberi sebuah pilihan, maka dia tidak akan pernah mau memilih untuk menjadi seorang Gay.

Laki-laki tampan dihadapannya mulai terlihat gusar, tanpa menunggu apapun lagi, diraihkan pergelangan tangan putih yang terbalut kardigan berwarna abu-abu gelap itu dan disentuhkannya pada titik yang selalu berdetak bagai momentum dalam tubuh pria itu.

Jaejoong menggeleng dan menutup kedua matanya, rasanya sesak sekaligus bahagia. Detakan hati itu menjalar hingga menyentuh dalam indra perasanya.

Dia sangat tau bahwa namja ini begitu menyukainya,  namun tidak bisakah perasaan itu ditimbun saja?

Demi Tuhan, mengakui bahwa seseorang itu berbeda dari yang lain dan memiliki kelainan yang menyimpang, itu sama halnya dengan bunuh diri. Seperti menceburkan dirimu sendiri kedalam kobaran api, sehingga tubuhmu akan hangus dan menjadi abu.

Sanggupkah Jaejoong jika harus menghadapi semua itu? sanggupkah ia dalam menghadapi berbagai penolakan yang nantinya pasti akan menyakiti perasaanya.

Jaejoong seorang laki-laki, tapi dia juga memiliki sifat dan titik sensitif. Jika titik itu tersentuh dengan duri, maka rasa sakit juga yang akan menderanya. Disaat seperti itu, apakah pria yang mengaku mencintainya itu mampu melindunginya? Disaat hatinya terluka karena gunjingan orang, apakah pria itu mampu menenangkannya? Sekali lagi Jaejoong menggelengkan kepalanya dan menatap sepasang obsidian dihadapannya.

"Maaf ..." segelintir kata yang terucap dari bibir cherry Jaejoong cukup mampu membuat sosok pria itu tertohok.

"Aku membutuhkan hatimu, bukan permintaan maaf."

"Aku tid .."

Grep

Pelukan hangat ini, Jaejoong akan mengutuk dirinya sendiri kalau sampai terkubur dan mencandukan pelukan ini. Tidak bisa, jika dia tetap seperti ini maka selamanya dia akan tersekap dalam jalan salah yang dipenuhi kenistaan. "Lepaskan aku Yun, kumohon." Entah kenapa ada rasa kehilangan yang mendalam saat pelukan itu terlepas. Padahal Jaejoong sendiri yang memintanya.

"Jae... jadilah kekasihku."

Jaejoong menatap dalam iris musang yang penuh harapan itu. Tidak, dia tidak boleh tenggelam lagi dalam sorotan itu. Ini akan membuat dirinya semakin sakit. Bukan hanya dirinya, tetapi juga sosok yang sangat menyukainya ini.

"Mianhe, Yunho~ya. Lupakanlah aku, anggaplah kau tidak pernah bertemu  denganku, buanglah rasa cinta yang seharusnya tidak kau rasakan. Maaf...  Selamat tinggal."

Laki-laki bernama Yunho itu tercenung. Tidak ada yang lebih menyakitkan saat seseorang yang begitu kau cintai memintamu untuk melupakanya dan seolah-olah tidak mengenalnya?

"Jae ..."

Jaejoong menutup kedua matanya sekali lagi dan mengabaikan panggilan itu. Entah dia akan menyesal atau tidak nantinya, mungkin inilah yang terbaik. Pria dengan wajah menawan itu berlalu, meningglkan sosok pria lain dengan hati yang tergores dan kepedihan, serta ketidakjelasan.

Bruuk

"Ah, maaf. Aku tidak sengaja."

"Gwenchan ... ak .."

Deg

Gadis itu menelan salivanya, jantungnya serasa berdesir hangat. Ada perasaan lembut dan keterpesonaan yang mendalam saat sepasang turquose miliknya menatap wajah dihadapannya. Pria ini, benar-benar menarik seluruh perhatiannya, terlebih saat  pandangan mereka sama-sama beradu.

"Apa kau terluka?" tanya namja itu lagi.

"Heeh? A-anieyo, aku baik-baik saja." Astaga bahkan senyuman itu berhasil membuat degub jantung sang gadis berdetak menggila. Perasaan apa ini? Sungguh baru kali ini hatinya merasakan sesuatu yang diluar nalarnya. "Syukurlah. Kalau begitu aku pergi dulu." Pria itu menunduk dan berjalan pergi.

"Chogyo... " gadis itu tersenyum dan sedikit berlari menghampiri namja yang baru saja menabraknya.

"Nde?"

Gadis itu menggengam erat tangannya dan menggigit bibirnya, berusaha menahan kegugupannya. Tidak peduli salah atau tidak, ini adalah sesuatu yang benar-benar baru dirasakannya selama bertahun-tahun. Kesempatan seperti ini tidak boleh dilewatkannya bukan?

"Apakah kau tidak ingin mentraktirku sebagai ucapan permintaan maafmu? Paling tidak secangkir teh?" namja itu mengerutkan kening, namun dalam sekejap lekukan senyum tercetak disudut bibirnya.

"Tentu saja."  Tidak terlukiskan, sungguh rasanya ada ratusan bintang yang berkelip disekelilingnya, seperti jutaan bunga runtuh diatas kepalanya dan seperti perasaan bahagia yang membuncah sedang mengerubuninya. Itulah yang dirasakan gadis itu.

"Gomawo"

"Jaejoong ssi, jadi kau bekerja di pabrik Ju Ahn?" pria bersurai almond itu mengangguk dan tersenyum.

"Waeyo? Apa kau tau tempat itu?" gadis itu menunduk, ada rasa bersalah yang berkecamuk dalam hatinya sekarang.

Nama tempat itu mengingatkannya pada seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya. Seorang namja lain yang tengah mengikat hubungan dengannya. Namja yang sama sekali tidak mampu membuat hatinya berdebar seperti sekarang. Namja yang dingin dan selalu mengesampingkannya.

Gadis itu menggeleng dan kembali menatap laki-laki dihadapannya.

"Eopseo, kau bekerja dibagian apa? Aku pernah mendengar tentang tempat itu tapi tidak tau apapun."

"Aku menjadi operator produksi disana, Ju Ahn membuat earphone. Kau tau kan?" gadis itu mengangguk bersemangat.

"Orang yang bekerja disana sangat galak-galak. Bahkan tidak jarang aku mendapat bentakan dari mereka. Tapi pekerjaanaku cukup ringan dan menyenangkan. Hanya melakukan beberapa tes pada earphone sebelum dikirim kebagian lain." Jelas pemuda itu sambil tertawa. Perasaan terpukau menyentuh indra turquose yang tengah memperhatikan obyek didepannya.

"Jinjja? Kau mengerjakan apa?"

"Aku bagian tester produck. Belum sepenuhnya menjadi barang siap pakai. Hanya tahap awal. Nanti malam aku masuk."

Gadis itu tercenung heran. "Malam?"

"Sift malam. Ada  tiga sift di tempat itu dan setiap minggu ada pergantian sift dan minggu ini aku mendapat sift malam." Gadis itu mengangguk mengerti.

Waktu  berjalan begitu indah, saat perbincangan itu mengalun dengan sendirinya dan selingan tawa seolah membuat semuanya menjadi semakin berkesan. Gadis itu baru akan kembali meraih topik perbincangan, namun getar ponsel miliknya bergema. Setelah menerima pesan dalam ponselnya, aura kesedihan menguar dari wajah cantik itu.

"Jaejoong ssi, sepertinya aku harus pergi. Boleh aku meminta nomor ponselmu?" pria berkulit pucat itu tersenyum dan mengangguk. "Ini kartu namaku, kalau kau sempat jangan lupa menghubungiku nde."

Jaejoong mengangguk sembari menerima sebuah kartu nama dari gadis berambut panjang itu. Gadis itu tampak bingung sejenak sebelum menarik sebuah tissue dari atas meja, kemudian berlari menuju meja kasir.

Ditulisnya nama namja yang baru saja dikenalnya itu dalam tissue. "Barapa nomor ponselmu?" Jaejoong mengulum senyum dan mengambil pena dari tangan gadis itu, menulliskan nomor ponselnya juga alamat tempatnya tinggal. " Jja, sudah selesai. Hati-hati di jalan." Gadis itu mengangguk dan tersenyum.

"Sampai jumpa, Jaejoong ssi."

Jaejoong menatap kepergian gadis ceria itu dan mata doenya menatap kartu nama ditanganya lagi.

"Park Hwan Hwi."

Semilir angin yang berhembus menerpa wajah tegas itu seakan membiaskan sesuatu yang begitu menyesakkan dalam hatinya. Pria yang memiliki gestur manly dengan pandangan mata tajam dan bibir berbentuk unik, dengan tanda lahir diatasnya itu menghirup kembali udara kota yang ditinggalkannya tiga tahun yang lalu. Tempat yang memberikan kenangan buruk dalam ingatannya. Tentang seseorang yang dicintainya, seseorang yang sampai saat ini masih mengisi relung hatinya yang paling dalam.

"Oppa!!" panggilan itu meraih perhatianya. Namja itu berbalik dan menatap sosok yang baru saja memanggilnya dengan wajah datar.

"Kau terlambat Hwi~ya. Ada apa? Tidak biasanya kau membuang waktu." Gadis itu sudah menunduk dan menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari pelupuk matanya.

"Mianhe, aku terkena macet saat diperjalanan. Oppa, aku ke toilet sebentar." Baru tiga langkah gadis itu berjalan, bibir hati  yang baru saja menegurnya sukses menghentikannya kembali. "Bilang saja kalau kau keberatan datang menemuiku. Kau masih ingat bukan, Jung Yunho tidak pernah memaksakan pada sesuatu yang tidak menarik perhatiannya." Gadis itu menggigit bibirnya, setitik air yang ditahannya akhirnya terjatuh dari kelopak matanya. Tanpa menoleh sedikitpun gadis itu berlari menghambur keluar dari ruangan yang menyesakkan hatinya.

Yunho berjalan menghampiri meja dan duduk meraih cangkir teh. Iris musangnya beredar mengelilingi kebun mawar yang membentang dihadapannya. Yunho baru saja akan beranjak namun sesuatu menarik perhatiannya. Sebuah lipatan tissue? Dipungutnya benda itu dari lantai mansion miliknya.

Deg

Yunho menelan salivanya, sesuatu yang baru saja ditemukannya menggores kembali memory yang masih tersimpan dalam hatinya. Nama ini, sebuah nama yang tidak akan pernah dilupakannya. Sudah tiga tahun lebih saat sosok itu pergi meninggalkannya. Sejak itu pula Yunho sama sekali tidak mengetahui bagaimana dan seperti apa orang yang sempat merebut hatinya itu sekarang.

Yunho menatap kembali tissue itu dan meraih ponsel dalam saku jasnya. Dengan hati yang berdebar serta perasaan yang tidak menentu, disentuhnya layar touchscreen ponselnya, memasukkan nomor  dan mendial nomor yang tertera dalam tissue.

"Yeobseo.." Yunho hampir  saja melompat dan berterikak saat gendang telinganya kembali tersapa oleh suara yang begitu familiar itu.

"Nuguseo .."

PIP

Yunho langsung memutus panggilanya dan tersenyum dengan raut ketidakpercayaan. Sungguh, apakah Tuhan telah berubah pikiran hingga membuatnya menemukan sosok itu kembali? Paling tidak semuanya belum terlambat dan sesuatu itu baru saja akan dimulai. Sebuah seringaian tercetak disudut bibir hati itu.

Yunho buru-buru memasukkan tissue itu kedalam saku celananya saat melihat siluet gadis yang beberapa saat lalu menyapanya datang kembali.

"Oppa, apa kau melihat sesuatu?" tanyanya terlihat bingung, Yunho masih bisa melihat jejak air mata yang tampak di wajah gadis berambut panjang itu. "Maksudmu?" gadis itu berjalan kesekeiling meja dan tempat duduk.

"Sebuah tissue."

"Untuk apa mencari sampah. Disini tempat yang bersih, tidak mungkin ada sampah berserakan. Mungkin kau membuangnya sebelum kemari." Ujar Yunho tanpa ekspresi. Gadis itu tampak linglung sebelum akhirnya menghela nafasnya. "Mungkin iya. Oppa, sebaiknya aku pulang. Sepertinya kau sedang tidak ingin berbincang denganku."

"Baguslah kalau kau menyadari itu. pergilah, tapi maaf aku tidak bisa mengantarmu. Ada sesuatu yang harus kuurus." Gadis itu mengangguk dan beranjak pergi.

Yunho memarkir mobilnya didepan sebuah bangunan yang seperti tidak terawat. Jadi inikah pabrik yang menjadi cabang perusahaanya? Tampak kumuh dan penuh debu.

Ju Ahn merupakan bagian perusahaan yang menjadi tempat produksi. Semua bahan mentah akan dimasukkan ke tempat ini untuk diolah dan diproduksi, baru kemudian hasilnya bisa diekspor lewat Jung's corp perusahaan utama di bagian kantor dan pemasaran.

"Jae!! Kau membawa pesananku?"

Deg

Yunho berpaling dan sepasang iris gelapnya terpaku. Sosok yang berdiri disana, memakai seragam karyawan berwarna biru sambil menenteng kantong plastik dikedua tangannya. Beberapa orang berdatangan menghampirinya. Dan mengambil kantong plastik itu.

Tidak bisa dipungkiri, itu benar dia, sosok itu adalah orang yang selama ini selalu dirindukannya, sosok yang selalu bernaung di dalam hatinya.

"Kau tidak memasak kimbab?"  tanya laki-laki yang berjongkok dihadapan Jaejoong. "Tentu saja aku membawanya. Mungkin ada di bawah, cari saja." Suara Jaejoong masih semerdu dulu, dan tidak berubah. Masih tetap mampu mengetarkan hati Yunho.

"Jae, terimakasih ya, ini uangnya. Masakanmu bahkan lebih enak dari pada makanan di pabrik." Seru seorang laki-laki tua yang membawa sebungkus makanan dari kantong plastik yang dibawa Jaejoong. Lelaki manis itu membungkuk dan tersenyum. "Ah.. Nde, gamsahamnibda ajjhusi."

"Jae, ini uangnya. Besok bawakan aku menu baru yah." Senyuman itu kembali terukir diatas bibir cherry Jaejoong. "Tentu saja, jangan khawatir soal itu."

"Jaejoong oppa, apa jambong-nya masih ada?" Jaejoong yang sedang melipat kantong plastik itu berhenti sejenak dan menatap sosok yeoja yang berdiri dihadapannya. "Oh, mianhe Caerin~ah. semuanya sudah habis. Besok aku akan membawa lebih." Gadis itu mencebilkan bibirnya dan mengangguk.

"Jae!! Ayo sebentar lagi waktu kerja dimulai." Teriak seseorang yang berada di pintu gerbang besar menuju ruang produksi. "Nde, tunggu sebentar!!" Jaejoong berlari sembari menjejalkan bekas kantong plastik kedalam tas selempangnya. Namja berwajah menawan itu berlari masuk kedalam pintu gerbang besar dan menghilang dibaliknya.

Setitik cairan bening yang tanpa terasa menetes dari iris gelap Yunho. Rasa sakit menusuk organ vitalnya. Dadanya terasa sesak dan nafasnya begitu sulit berhembus. Apa yang terjadi pada pria manis itu selama tiga tahun ini? Bagaimana bisa dia terdampar ditempat para buruh yang mengerikan ini? Lalu apa yang terjadi sampai ia menjual makanan pada orang-orang? Semua pertanyaan itu memenuhi pikiran Yunho.

"Jaejoong~ah, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Tanya Yunho entah pada siapa. Pemuda tampan berjas itu lantas menatap kembali gedung besar dihadapannya sebuah senyum tiba-tiba menggantikan wajah sedihnya yang muncul beberapa saat  lalu.

"Akan kupastikan kau kembali ke dalam pelukanku, Kim Jaejoong ... "

.
I Know You Gay
Giaoneesan
.
.
.
.
TBC

Continue Reading

You'll Also Like

189K 3.3K 8
Berisi cerita tentang Baekhyun yang senang 'bermain' dengan Chanyeol. [Kumpulan cerita one-shoot, M rated.] 🔞 Warning; there are lots of nipple play...
1.1K 99 8
ketika cinta hanya bisa disampaikan dalam keheningan
2.4K 139 6
Cerita one shoot dengan Kim Wooseok sebagai karakter utamanya. Atau mungkin yang lain? Up kalo ada ide
119K 18.5K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...