My Body

By blackxwdw_21

42K 1.3K 19

(CERITA UDH SELESAI, DALAM TAHAP REVISI) perjuangan Natasha untuk lebih jauh mengetahui tentang suatu rahasia... More

CHAPTER 1 : Roh Marry
Informasi Revisi (harap dibaca!)
CHAPTER 2 : Hadiah Ulang Tahun
CHAPTER 4 : Rasa bersalah
CHAPTER 5 : Tertangkap
CHAPTER 6 : Mordu
CHAPTER 7 : Danika
CHAPTER 8 : Kesedihan yang Membelenggu
CHAPTER 9 : Unholly
CHAPTER 10 : Hybrid

CHAPTER 3 : Kepergian

1.7K 144 0
By blackxwdw_21

"Jadi, bagaimana? Siapa yang akan menjemput dua ksatria?" Tanya Hauser kepada Orlando dan Elizabeth.

Orlando yang bersender sambil melipat kedua tangannya di dada itu menatap Hauser dengan serius, "Aku saja sendiri, tidak masalah."

"Jangan, kau pikir tempat mereka di latih itu tidak di jaga? Kau membutuhkan satu orang lagi." Bantah Hauser.

"Aku saja yang pergi dengan Orlando." Timpal Elizabeth, "Lagipula jika kau yang pergi bersama dengan Orlando, itu tidak memenuhi ketentuan. Yang menjemput mereka harus sepasang, bukan?" Lanjut Elizabeth.

Hauser berpikir sejenak sampai ia mengangguk setuju, "Baiklah, aku akan tetap di sini bersama Natasha," Hauser beralih menatap Orlando, "Bersiaplah untuk besok malam." Ucapnya kepada Orlando.

Dan mereka sama sekali tidak menyadari bahwa sesuatu mendengarkan mereka berbicara di depan pintu. Sesuatu yang tak terlihat dan sedang melakukan pengintaian.

**<>**

Natasha berbaring sembari memandangi batu yang di berikan oleh Orlando beberapa jam yang lalu. Sesekali gadis itu menghela nafas dan bertanya-tanya mengapa hatinya terus tergerak untuk melangkah tanpa tujuan.

Sampai terdengar suara sisir yang terjatuh dari meja rias. Spontan Natasha langsung terbangun dari kasur dan mencari asal bunyi tersebut.

"Astaga, sisir." Gumam Natasha, lalu beranjak mengambil sisirnya yang jatuh tersebut.

"Hai, Nath!" Sapaan ceria Marry yang tiba-tiba berada di belakang Natasha, membuatnya terlonjak kaget, bahkan menabrak meja rias sampai semua barang-barang yang ada di atas meja rias itu berantakan dan berjatuhan.

"Kau mengagetkanku." Natasha memegang dadanya yang naik turun akibat nafasnya yang tak terkendalikan.

Marry tersenyum, "Nath, maaf. Aku datang, karena ingin berbicara denganmu tentang apa yang ku lihat tadi," kata Marry yang tiba-tiba menjadi serius, Natasha mendengarkan, "Tadi, aku mendengar percakapan antara Elizabeth, Orlando, dan Hauser. Hauser sudah memutuskan Orlando pergi bersama Elizabeth." Lanjutnya.

Natasha menanggapi perkataan Marry dengan wajah biasa-biasa saja, "Lalu?"

Marry melengos, "Apa kau tidak ikut?" Tanya Marry.

Natasha menyusun kembali barang-barang yang berantakan akibat ulahnya Marry tadi sambil berkata, "Aku tidak bisa." Ucapnya singkat.

Marry mencebikkan bibirnya, "Sebaiknya kau ikut bersama Orlando. Coba kau pikirkan, ibumu, maksudku Elizabeth. Elizabeth adalah seorang pemburu iblis, tapi juga seorang penyihir. Tidak ada yang berpikir apa yang akan terjadi jika ia keluar dari institut ini, apa kau tidak khawatir dengan ibumu?" Natasha terdiam dan langsung kembali menatap Marry. Marry menghela nafas, "Dan juga ada satu keuntungan yang bisa kau dapatkan, jika kau keluar dari sini. Dan keuntungan tersebut adalah kau mungkin bisa tak sengaja bertemu dengan Hansel."

Hati Natasha berdesir mendengar nama tersebut. Dan seketika itu pula ia kembali membuka mulut, "Hansel? Andai saja itu nyata." Ucap Natasha pelan.

Marry tersenyum tipis, "Tidak ada yang mustahil, jika kau bersungguh-sungguh. Semua itu akan menjadi nyata, jika kau mau mewujudkannya. Kau paham maksudku, 'kan?" Marry menaikkan kedua alisnya.

Dan di situlah Natasha mendapatkan jawabannya.

**<>**

Keesokan harinya sesuai yang di rencanakan, Orlando dan Elizabeth bersiap untuk pergi sebelum matahari tenggelam.

Mereka menuju ke institut di Los Angeles.

"Kau sudah persiapkan semuanya, 'kan?" Tanya Elizabeth sembari memasukkan belati ke dalam kantung yang ada di pinggangnya.

Orlando mengangguk sambil memakai jaket kulit berwarna hitam miliknya, "Sudah semua." Jawabnya singkat.

Elizabeth menoleh untuk menatap Orlando yang terlihat tidak santai atau bisa di bilang tegang dari tadi, "Jangan khawatir dengan Natasha. Dia akan baik-baik saja di sini bersama Hauser." Ujar Elizabeth dengan sangat lembut. Dia sudah menganggap Orlando seperti putranya sendiri.

Orlando menghela nafas pelan, lalu perlahan tersenyum kecil dan mengangguk.

"Kalian sudah siap?" Tanya Hauser dengan suara berat nan lantangnya.

Elizabeth menghela nafas sambil berdiri tegak layaknya wanita tangguh dengan mantel kulit berwarna hitam yang panjang, lalu ia menautkan beberapa kancing agar senjatanya tak terlihat, "Sudah sangat siap." Ucapnya mantap.

Hauser melirik Orlando yang menatap kosong ke arah depan dan tak memperhatikan Hauser yang terus menatapnya di tambah Elizabeth.

"Orlando," Hauser memanggil namanya, tapi yang di panggil ini tidak menyahut dan masih menatap kosong ke arah depan, melirik sedikit pun tidak, "Orlando!" Seru Hauser yang terdengar jelas suara beratnya di telinga Orlando.

Membuat pria itu menoleh, tapi wajahnya masih datar tanpa senyuman.

"Fokus! Ingat untuk selalu fokus!" Ucap Hauser penuh penekanan. Kemudian, ia melangkah mendekati Orlando, "Jangan memikirkan yang lain, Orlando. Kau akan ke pergi ke tempat yang jauh dan di sana banyak iblis yang bahkan menyamar menjadi manusia. Kenali tanda dan gerak-geriknya!" Ucap Hauser layaknya komandan yang sedang menegur bawahannya yang tak disiplin.

Orlando mengangguk perlahan.

"Dia benar, Orlando. Fokus!" Suara Natasha yang menggema di ruang senjata itu membuat Elizabeth, Hauser, dan Orlando menoleh.

Mereka bertiga terkejut melihat penampilan Natasha yang sudah siap bertarung. Memakai celana panjang agak ketat dan sepatu boots high heels semacam perpadun itu. Dan bajunya yang di balut dengan jaket kulit berwarna hitam dengan dalaman hitam. Intinya ia memakai pakaian serba hitam, ibarat malaikat maut.

Dia berjalan melewati Elizabeth, Hauser, dan Orlando menuju ke lemari belati dan mengambil satu belati paling tajam dan merupakan favoritnya saat latihan. Lalu, ia memasukkan belati itu ke tempatnya yang sudah di siapkan di kantung pinggangnya.

Dia berbalik dan mendapati tatapan Orlando yang terkejut melihatnya, "Apa?" Natasha mengernyit, "Ayo, bukankah kita akan pergi?" Ajak Natasha sambil mendekati Orlando.

Kemudian, Natasha beralih menatap Elizabeth, "Bu, aku akan pergi." Ujarnya sembari mengangguk perlahan.

"Baiklah, aku akan mengantar kalian lewat portal saja." Ujar Hauser.

Natasha mengernyit, "Aku pikir kami pergi berjalan kaki atau naik sesuatu?" Natasha terkejut.

Hauser tergelak pelan, "Tentu saja tidak. Memangnya kalian mau pergi ke Los Angeles dengan berjalan kaki?" Kata Hauser dan membuat Natasha terdiam, "Ayo, kita menuju ke portal."

Natasha menggeleng tak percaya ketika tahu bahwa ternyata portal tersebut berada di dalam ruangan indah yang di tunjukkan oleh Orlando saat malam di hari ulang tahunnya.

"Keajaiban di dalam air!" Seru Hauser dengan suara berat yang menggema di penjuru ruangan.

Seketika itu pula sebuah portal keluar dari dalam air yang berkelap-kelip tersebut.

Semua pasang mata mengarah pada portal tersebut. Terlebih lagi Natasha yang terlihat membelalakkan kedua matanya. Dia terlihat takjub.

Setelah portal sepenuhnya keluar dari air, Hauser membuka segel besarnya dengan memutar menggunakan sebuah batu. Batu pemburu iblis yang di milikinya berwarna merah tua.

Pintu portal pun perlahan-lahan terbuka lebar dan memperlihatkan sebuah pantulan.

Natasha melangkah untuk melihat lebih dekat. Dia berdiri di samping Hauser yang berdiri di tengah-tengah portal.

"Lihat, itu pantulan dirimu, 'kan?" Kata Hauser, "Sekarang kau sentuh pantulan itu." Perintah Hauser.

Perlahan Natasha melangkah maju dan menyentuh pantulan dirinya bak sedang berdiri di hadapan cermin bundar raksasa. Dan ternyata permukaannya tidak sekeras kaca cermin, tapi bergoyang seperti air yang di sentuh secara perlahan.

"Apa ini aman?" Tanya Orlando.

Hauser melipat kedua tangannya di dada, "Tentu saja aman. Tapi, benda apa pun memiliki suatu kelemahan. Itu berarti portal ini juga memiliki sebuah kelemahan yang bisa membahayakan siapa saja, jika kita tak menggunakannnya tidak sesuai peraturan." Jawab Hauser.

Natasha melangkah mundur dan menatap Hauser, "Aku memiliki perasaan yang tidak enak soal ini..." Natasha memberi jeda sembari melihat sekilas ke arah portal lagi.

Hauser tersenyum, "Jangan khawatir, Nath. Portal ini hanya menembus ke portal yang ada di institut Los Angeles. Dan yang bisa mengaktifkannya hanya institut ini saja." Ujar Hauser.

Natasha mengangguk-anggukan kepalanya, "Baiklah, apa aku dan Orlando bisa pergi sekarang?" Tanya Natasha yang sangat tidak sabar

Hauser menaikkan jari telunjuknya, "Tunggu sebentar." Hauser berpikir sejenak, "Ah iya, menjemput dua ksatria ini tidaklah mudah. Tidak semudah seperti kau memetik buah dan memasukkannya ke dalam keranjang." Hauser menghela nafas dalam, "Pasti ada rintangan dan halangan. Pastikan senjata kalian lengkap untuk bertarung. Hanya sekedar berjaga-jaga jika yang kalian lawan bukanlah manusia biasa. Selalu ingat untuk berkonsentrasi dan berpikiran positif." Lanjut Hauser dengan tatapan serius.

"Jika kalian benar-benar sudah bersama dua ksatria, segeralah kembali." Sambung Hauser, "Ingat, dua ksatria." Lanjut Hauser penuh penekanan.

Orlando berjalan dan berdiri di samping Natasha. Mereka berdua menghadap ke portal.

"Saat menyebrang lewat portal, tahanlah nafas. Hanya membutuhkan waktu satu menit saja," Hauser berdiri di belakang Natasha dan Orlando, "Jangan memikirkan hal lain. Cukup misi kalian saja. Jika kalian berpikir yang lain, bisa-bisa kalian terpisah di dalam portal dan membuka portal cadangan. Tetapi, portal cadangan tidak bisa di buka oleh sembarang orang." Ucap Hauser pelan.

Natasha dan Orlando saling bertatapan sekilas, lalu mereka bergandengan tangan. Natasha menghela nafas dalam, begitu pula dengan Orlando.

"Kami siap." Ucap Orlando mantap.

"Baiklah, kalian bisa pergi sekarang." Balas Hauser, "Berhati-hatilah." Ucapnya pelan.

Tepat setelah Hauser berkata seperti itu, Natasha dan Orlando memasuki portal tersebut. Saat mereka berdua memasuki portal tersebut terlihat seperti mereka menyeburkan diri ke dalam cairan kental, tetapi tak tumpah ke mana-mana.

Elizabeth menautkan jari-jemarinya khawatir. Dia merasakan sesuatu yang mengganjal hatinya. Sesuatu yang jahat seperti menanti Natasha dan Orlando.

Sesuatu yang jahat.

***<>***

Hai, hai! Sudah lama ya, seharusnya janjinya bisa selesai cepat untuk revisian. Tapi, ada begitu banyak kendala yang mengharuskan saya berhenti menulis di tengah jalan :)

Semoga suka dengan revisian ini, saya akan mencoba konsisten untuk mengupdate!

With Love,

Mrs. Black

Continue Reading

You'll Also Like

8.6M 525K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
219K 9.1K 30
Nakala Sunyi Semesta Setelah tragedi di rel kereta api malam itu Kala di buat heran dengan hal aneh yang terjadi pada nya, kala pikir malam itu dia m...
2.9M 184K 46
[Part lengkap] Blur : Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang...