CHAPTER 3 : Kepergian

1.7K 143 0
                                    

"Jadi, bagaimana? Siapa yang akan menjemput dua ksatria?" Tanya Hauser kepada Orlando dan Elizabeth.

Orlando yang bersender sambil melipat kedua tangannya di dada itu menatap Hauser dengan serius, "Aku saja sendiri, tidak masalah."

"Jangan, kau pikir tempat mereka di latih itu tidak di jaga? Kau membutuhkan satu orang lagi." Bantah Hauser.

"Aku saja yang pergi dengan Orlando." Timpal Elizabeth, "Lagipula jika kau yang pergi bersama dengan Orlando, itu tidak memenuhi ketentuan. Yang menjemput mereka harus sepasang, bukan?" Lanjut Elizabeth.

Hauser berpikir sejenak sampai ia mengangguk setuju, "Baiklah, aku akan tetap di sini bersama Natasha," Hauser beralih menatap Orlando, "Bersiaplah untuk besok malam." Ucapnya kepada Orlando.

Dan mereka sama sekali tidak menyadari bahwa sesuatu mendengarkan mereka berbicara di depan pintu. Sesuatu yang tak terlihat dan sedang melakukan pengintaian.

**<>**

Natasha berbaring sembari memandangi batu yang di berikan oleh Orlando beberapa jam yang lalu. Sesekali gadis itu menghela nafas dan bertanya-tanya mengapa hatinya terus tergerak untuk melangkah tanpa tujuan.

Sampai terdengar suara sisir yang terjatuh dari meja rias. Spontan Natasha langsung terbangun dari kasur dan mencari asal bunyi tersebut.

"Astaga, sisir." Gumam Natasha, lalu beranjak mengambil sisirnya yang jatuh tersebut.

"Hai, Nath!" Sapaan ceria Marry yang tiba-tiba berada di belakang Natasha, membuatnya terlonjak kaget, bahkan menabrak meja rias sampai semua barang-barang yang ada di atas meja rias itu berantakan dan berjatuhan.

"Kau mengagetkanku." Natasha memegang dadanya yang naik turun akibat nafasnya yang tak terkendalikan.

Marry tersenyum, "Nath, maaf. Aku datang, karena ingin berbicara denganmu tentang apa yang ku lihat tadi," kata Marry yang tiba-tiba menjadi serius, Natasha mendengarkan, "Tadi, aku mendengar percakapan antara Elizabeth, Orlando, dan Hauser. Hauser sudah memutuskan Orlando pergi bersama Elizabeth." Lanjutnya.

Natasha menanggapi perkataan Marry dengan wajah biasa-biasa saja, "Lalu?"

Marry melengos, "Apa kau tidak ikut?" Tanya Marry.

Natasha menyusun kembali barang-barang yang berantakan akibat ulahnya Marry tadi sambil berkata, "Aku tidak bisa." Ucapnya singkat.

Marry mencebikkan bibirnya, "Sebaiknya kau ikut bersama Orlando. Coba kau pikirkan, ibumu, maksudku Elizabeth. Elizabeth adalah seorang pemburu iblis, tapi juga seorang penyihir. Tidak ada yang berpikir apa yang akan terjadi jika ia keluar dari institut ini, apa kau tidak khawatir dengan ibumu?" Natasha terdiam dan langsung kembali menatap Marry. Marry menghela nafas, "Dan juga ada satu keuntungan yang bisa kau dapatkan, jika kau keluar dari sini. Dan keuntungan tersebut adalah kau mungkin bisa tak sengaja bertemu dengan Hansel."

Hati Natasha berdesir mendengar nama tersebut. Dan seketika itu pula ia kembali membuka mulut, "Hansel? Andai saja itu nyata." Ucap Natasha pelan.

Marry tersenyum tipis, "Tidak ada yang mustahil, jika kau bersungguh-sungguh. Semua itu akan menjadi nyata, jika kau mau mewujudkannya. Kau paham maksudku, 'kan?" Marry menaikkan kedua alisnya.

Dan di situlah Natasha mendapatkan jawabannya.

**<>**

Keesokan harinya sesuai yang di rencanakan, Orlando dan Elizabeth bersiap untuk pergi sebelum matahari tenggelam.

Mereka menuju ke institut di Los Angeles.

My BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang