Lessons In Love

By SecretStory90

750K 27K 745

More

Lessons In Love
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
Part 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
EPILOG

PART 19

19.8K 879 30
By SecretStory90

Aidan dibawa ke sebuah kandang kosong oleh orang-orang berpakaian hitam dan bertopeng dan mereka meninggalkannya di sana “permainan apa lagi ini” katanya lalu mendengus.

Perlahan-lahan ia keluar dari kandang itu khawatir kalau-kalau ada kejutan lain yang muncul, saat akan melangkah kembali mencari Ruby ia menemukan Nathan berdiri di depannya di depan kandang pelatihan kuda, pria itu seperti sedang menunggu seseorang.

Ia menghampiri pria itu dan bertanya “sedang apa kau disini?”

“aku menunggumu. ikut aku” katanya.

Aidan tahu kalau pria itu tidak banyak bicara walaupun mereka sudah berteman cukup lama dulu tapi baginya sosok Nathan cukup misterius di matanya “untuk apa aku mengikutimu” tantang Aidan, kesal karena kata-kata pria itu yang seperti perintah baginya dan ia benci diperintah.

“kau tidak ingin segera menyelamatkan wanitamu?” Nathan menatap mantan temannya itu tajam

“kau tahu dimana dia? Apakah dia dalam bahaya?”

“akan kujelaskan cerita panjangnya nanti, singkatnya Emily-lah yang berada di balik semua kecelakaan yang menimpa Ruby dan kita harus cepat sebelum terlambat” ucap Nathan yang sudah berjalan mendahului Aidan.

“tapi untuk apa Emily berbuat seperti itu?”  tanya Aidan terdengar kaget karena selama ini ia mengira itu ulah salah satu pesaingnya bahkan ia sempat mengira dalang dibalik semua ini adalah Nathan.

“sudah kubilang akan kujelaskan nanti” kata Nathan menghela napas tidak sabar dengan kekeras kepalaan Aidan.

“kau tahu dimana Ruby?” tanya Aidan ketika dilihatnya pria itu melihat berkeliling di hutan belakang rumah.

“tadi wanita itu di sini” katanya “mungkinkah Emily sudah mulai bertindak?” tanyanya lebih pada dirinya sendiri tetapi Aidan mendengar itu.

“memang apa yang akan Emily lakukan pada Ruby?”

“dia akan membunuhnya” ucap Nathan datar tetapi matanya menyorot tajam.

“lalu sekarang bagaimana?” Aidan mengacak rambutnya frustasi.

“terpaksa kita harus mencari semua tempat yang memungkinkan”

“itu akan memakan banyak waktu” Aidan menggeretakkan rahangnya, tidak senang dengan ide tersebut.

“lalu apa kau punya ide lain” tantang Nathan.

Aidan hanya mendengus dan seakan sudah disetujui bersama mereka mencari secara terpisah, Nathan mencari ke sebelah kanan ke arah rumah dan Aidan ke Kiri menuju taman.

Setelah lama mencari dan memeriksa hampir ke seluruh rumah Aidan masih belum menemukan Ruby dimana pun. dimana pun kau berada kuharap kau baik-baik saja, batin Aidan.

“tolong! tolong!”

Aidan melihat seorang anak laki-laki mungkin bisa disebut pemuda berusia kira-kira 15 tahun berlari ke arahnya. “ada apa?” tanyanya ketika pemuda itu sudah berada dalam jarak yang cukup dekat.

“an…anda pria yang bersama dengan wanita yang sedikit tomboy dengan rambut panjang kan?” tanya anak itu dengan napas yang memburu.

“benar kau tahu dimana dia?” tanya Aidan memegang kedua bahu pemuda itu erat.

“ikuti aku” kata si pemuda setelah berhasil mengatur napasnya.

***

Miss, aku melihat seseorang menuju ke sini” kata pria dengan tampilan kumal dan berwajah seperti penjahat yang menjadi buron di televisi yang masuk tepat saat Emily menempelkan pistol ke keningnya.

“jangan ganggu aku!” seru Emily.

“tapi Miss…” kata pria itu lagi.

“oke oke…” kata Emily sambil menghembuskan napas “angkat dia” perintahnya pada pria itu.

Ruby berteriak meminta tolong dan meronta sekuat tenaga tetapi dengan cepat Emily memukulkan pangkal pistol itu ke keningnya hingga ia kembali tidak sadarkan diri.

***

“cepat” seru pemuda itu.

“di sini?” tanya Aidan melihat gudang jerami itu dan kembali menatap pemuda yang mengangguk membenarkan.

“aku hanya bisa mengantarmu sampai sini” kata pemuda itu dan berlari pergi.

Aidan mendekatkan telinganya di depan pintu dan mendengar ada seseorang di dalam “Ruby” panggilnya pelan lalu pintu pun dibuka dari dalam.

“Aidan, honey sedang apa kau disini?” tanya Emily dengan senyum manis terpasang di bibirnya.

“dimana kau menyembunyikan Ruby” kata Aidan pelan dan menatap tajam wanita di depannya.

“apa maksudmu? Aku tidak tahu dimana wanita itu” kata Emily dengan ekspresi kaget yang dibuat-buat.

“berhentilah berpura-pura Emily aku sudah tahu kau pelakunya” kata Aidan dengan wajah muak.

“tapi honey bukan aku pelakunya, mungkin saja wanita itu sedang bersama pria lain saat ini dan mengkhianatimu” katanya penuh racun “mungkin saat ini mereka sedang bermesraan dan menertawakanmu.”

“jangan coba memanipulasiku” geram Aidan berdiri mengancam di hadapan Emily “beritahukan saja di mana Ruby dan kuanggap masalah ini selesai” katanya dengan pelan dan penuh penekanan.

“kau tidak percaya padaku?” tanya Emily tidak percaya.

“aku tidak pernah mempercayaimu sejak 2 tahun lalu” kata Aidan.

“kau sungguh menyakiti hatiku Aidan” kata Emily dengan mata berkaca-kaca dan ia memberikan tanda dengan matanya.

Merasakan sesuatu yang ganjil Aidan pun bergerak menoleh ke belakang tetapi kalah cepat dan merasakan rasa sakit yang amat sangat di bagian belakang kepalanya membuatnya lumpuh dan jatuh ke lantai gudang.

“seharusnya kau percaya padaku” ucap Emily dingin.

***

“uhg….”

“selamat pagi” ucap Emily riang.

Aidan menggelengkan kepalanya untuk menjernihkan pandangannya, hal pertama yang ia sadari bahwa ia diikat ddan didudukkan di kursi hal, kedua ia melihat Ruby yang keadaannya sama dengannya dan masih pingsan berada di sebelahnya dan ketiga ia melihat Emily tersenyum manis seakan-akan wanita itu sedang memandang mainan baru.

“Ruby” panggil Aidan “Rub…!”

“ssssshhhh…” desis Emily “tidak perlu khawatir honey, wanita itu hanya pingsan bukan mati…. untuk saat ini” ia menyeringai.

“kau….!!!”

“tenanglah Aidan jangan terlalu banyak berontak, kau akan melukai lenganmu sendiri” ucap Emily menepukkan tangannya ke pipi Aidan dengan sayang.

“ugrh….” Menoleh ke sebelah kirinya Aidan melihat Ruby yang mulai tersadar.

“oh bagus sekarang permainan bisa kita mulai” kata Emily sangat terlihat ceria tetapi sorot matanya memancarkan kilat kejam.

“Emily kau harus menghentikan semua ini sebelum terlambat” kata Aidan.

“harus?” tanya Emily dengan nada suara menghipnotis “aku tidak ingin kau memberitahukan apa yang harus dan tidak harus kulakukan, kau mengerti?!”

“aku akan membunuh wanita sialan itu”ia menunjuk Ruby “dan kita akan bersama” lanjutnya.

“kau gila!” seru Aidan

Emily menampar Aidan dan balik berseru “jangan sebut aku gila!” ia lalu menunjukkan sebilah belati tajam ke wajah pria itu dan sedikit menusukkannya ke leher Aidan hingga setetes darah turun dari luka akibat tusukan belati itu.

Ruby yang sedari tadi diam dan mendengarkan berseru “jangan!!!!” saat Emily mengarahkan belatinya ke leher Aidan dan itu menarik perhatian wanita itu padanya.

Melirik ke arah Ruby Emily menyeringai “hampir saja aku melupakanmu”

“nah, kita mulai saja permainannya?” tanyanya lalu tanpa menunggu jawaban Emily menjelaskan “kau honey hanya harus duduk dan menonton sedangkan kau wanita jalang” ia menunjuk Ruby “akan bermain denganku”

Emily mengatur posisi duduk mereka, menghadapkan  kursi Aidan agar tepat berada di depan ia dan Ruby.

Ruby melihat wanita itu memperhatikan setiap gerakan Emily dengan seksama dan menahan rasa takutnya, saat ia meronta ia merasakan sesuatu yang keras dan ia yakin itu bukan miliknya karena ia tidak merasa menaruh apapun di kantong belakangnya. Ia pun mencoba untuk meraba saku belakangnya dan merasakan sebuah pisau lipat di sana lalu ia ingat kata-kata terakhir seseorang yang memukulnya sebelum ia pingsan “maafkan aku….semoga benda ini berguna…”

Dalam hati ia mengucapkan terima kasih pada orang yang menaruh pisau lipat itu di saku belakangnya. Perlahan-lahan Ruby merongoh saku belakangnya agar tidak menarik perhatian, ia memperhatikan gerak-gerik Emily dengan wajah tenang tidak ingin wanita itu tahu tangannya gemetar.

“ini antara kau dan aku sekarang” ucap Emily

“aku tidak punya masalah apapun padamu”

“kau mengambil milikku”

“dengar Aidan bukan benda dia berhak memilih siapapun yang dia suka.” Kata Ruby

“tidak. Setelah kubunuh dia kau akan kembali padaku” ucap Emily yakin, dan mencengkram rahang Ruby dengan keras sampai ia mengernyit menahan sakit lalu melepaskan cengkramannya dan mengambil sesuatu di saku belakangnya.

“selamat tinggal” kata Emily tersenyum dan meletakkan pistol di kepala Ruby dengan telunjuknya sudah siap menekan pelatuk.

“hentikan!” seru Aidan dengan wajah pucat melihat pistol yang ditodongkan pada Ruby  “kau ingin kita bersama lagi bukan?” tanya Aidan dan melihat Ruby yang terkejut dengan kata-katanya, ia menatap mata wanita itu berusaha memberikan sinyal padanya untuk mempercayainya dan dibalas dengan anggukan oleh Ruby.

“benar aku ingin kita bersama maka dari itu dia harus mati agar kita bisa bersama.”

“tidak…tidak kau salah Emily dia tidak harus mati dan kita akan tetap bersama” Aidan berusaha membujuk Emily.

“benar?” Emily menatap Aidan penuh harap.

“benar” Aidan membenarkan.

Emily menatap pria di hadapannya dengan lama lalu menggelengkan kepalanya seakan mengusir suatu pikiran yang mengganggu benaknya “tidak. Aku akan tetap membunuh wanita itu dan kita akan bersama” putusnya lalu berjalan menuju ke arah Ruby dengan pistol yang siap di tangannya.

******************************************

uwaaaa..... akhirnya kelas juga ><

Continue Reading

You'll Also Like

359K 10.5K 75
β†Ί 𝔖𝔬𝔲𝔩π”ͺπ”žπ”±π”’/π”π”žπ”£π”¦π”ž π”„π”˜ π”šπ”žπ”«π”€ π”π”¦π”žπ”₯𝔲𝔦, is a 𝔫𝔬𝔯π”ͺπ”žπ”© girl living in Seoul 𝔏𝔒𝔒 𝔇𝔬𝔫𝔀π”₯𝔢𝔲𝔠𝔨, is apart of a π”€π”žπ”«π”€ Wh...
191M 4.6M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...
2.9M 54.6K 17
"Stop trying to act like my fiancΓ©e because I don't give a damn about you!" His words echoed through the room breaking my remaining hopes - Alizeh (...
1.7M 17.4K 3
*Wattys 2018 Winner / Hidden Gems* CREATE YOUR OWN MR. RIGHT Weeks before Valentine's, seventeen-year-old Kate Lapuz goes through her first ever br...