Cinta Salah(Finished)

By ratna_hadi

122K 4.6K 231

Kehidupan pernikahan tak selamanya mulus. Tak seperti dalam dongeng yang selalu berakhir bahagia. Justru deng... More

The Wedding Day
Shinta: Aku Bahagia Untukmu
Larasati: Aku Mencintaimu
Abimanyu: Larasati, Istriku
Larasati: Para Malaikat Kecil
Shinta: Seandainya Aku Seberuntung Kamu
Larasati: Bersabarlah
Abimanyu: Keluguanmu
Shinta: Lelaki Sempurna
Abimanyu: Hati Yang Rapuh
Larasati: Haruskah Aku Cemburu
Shinta: Kunjungan Berikutnya
Shinta: Benarkah?
Shinta: Cinta Yang Salah
Shinta: Rasaku
Shinta: Pernyataan
Laras: Terluka
Abimanyu: Bimbang
Abimanyu: Ada Rahasia
Larasati: Akankah Berakhir?
Shinta: Keteguhan Cinta
Larasati: Pelipur Lara
Abimanyu: Perjuangan
Shinta: Maafkan Aku
Abimanyu: Lapang Dada
Larasati: Aku Masih Sahabatmu
Shinta: Pergi
Laras: Ruang Kosong
Epilog: The Ending

Laras: Perasaan Yang Aneh

2.2K 100 2
By ratna_hadi

Beberapa hari ini Shinta seperti menghindar dariku. Shinta sangat sulit dihubungi. Chat tak berbalas, panggilan telepon pun tak diterimanya. Aku khawatir ini berhubungan dengan kedatangan David beberapa hari yang lalu.

Aku pun menyampaikan isi hatiku ini pada Abi.

"Udah, biarin aja dulu. Siapa tahu dia lagi pengen menenangkan diri. Tapi, belakangan ini juga dia gak dateng ke kafe. Mungkin lagi banyak kerjaan, Sayang."

"Tapi gak biasanya dia begini, Bi. Dia selalu angkat telepon aku. Selalu balas chat aku."

"Nanti kalo dia sudah siap, dia akan menghubungi kamu kok. Udah, biarin aja dulu." kata-kata Abi ada benarnya juga.

#    #    #

Pikiranku benar-benar tidak bisa fokus. Terpecah antara kafe dan Shinta. Perasaan tak menentu membuat aku kehilangan kemampuan untuk tersenyum.

"Nyonya Bos? Nyonya Bos baik-baik aja kan?" pertanyaan Wati si kasir mengagetkanku.

"Eh, iya Wat. Kenapa?"

"Nyonya Bos baik-baik aja, kan?" Wati mengulang pertanyaannya.

"Oh, iya gak apa-apa kok."

"Dari tadi bengong aja, ada yang dipikirin ya?"

"Gak kok, Wat. Gak ada apa-apa." Wati menganggukkan kepala, lalu melanjutkan pekerjaannya. Aku bangkit. Pindah duduk ke kursi di sudut kafe. Tempat biasa Shinta duduk kalau datang ke kafe. Sekali lagi kuhubungi ponsel Shinta. Terdengar nada panggilan masuk. Tapi tidak diterima. Nyaris aku membanting ponselku. Kesal, bercampur khawatir.

"Nyonya Bos," sebuah panggilan mengagetkan aku. Ternyata Mina, berdiri di hadapanku membawa secangkir teh rempah yang aromanya menggoda hidungku.

"Nih, diminum dulu teh rempahnya Nyonya Bos." Mina meletakkan cangkir teh rempah di hadapanku. Kutarik nafas dalam-dalam, menyesap aroma teh rempah.

"Makasih ya, Mina. Ngapain kamu di sini?" tanyaku.

Mina tak akan keluar dari istananya, dapur kafe, kalau tidak ada yang darurat. Panggilan dari Abi, misalnya.

"Noh, Agus ma Wati bingung lihat Nyonya Bos bengong mulu dari tadi. Makanya, mereka panggil saya. Serem katanya. Hehehe." Mina terkekeh. Aku menatap Agus dan Wati di balik punggung Mina.

"Nyonya Bos kalo mau bengong di dapur aja, jangan di sini. Kan enak kalo bengong di dapur tinggal kita sodorin makanan, udah gak bengong lagi. Kalo bengong di mari, Nyonya Bos mau nelen kursi?" kata-kata Mina tak urung membuatku tertawa.

"Lagi ada masalah sama Bos, ya?" tanya Mina.

"Gak lah!" aku mengibaskan tanganku.

"Eh, temen Nyonya Bos yang suka kemari juga udah lama gak dateng ya Nyonya Bos?"

"Itu dia, Min. Aku kepikiran banget sama dia. Beberapa hari gak bisa dihubungi."

"Lagi sibuk kali, Nyonya Bos."

"Iya kali ya, Min. Eh, tuh ada pengunjung. Balik ke dapur gih." kataku.

"Siap, Nyonya Bos. Nanti biar saya ambil cangkirnya ya." Mina kembali ke dapur. Baru selangkah, aku memanggilnya.

"Mina," langkah Mina terhenti.

"Ya, Nyonya Bos?"

"Makasih ya?" kataku. Mina tersenyum, mengangguk.

#   #   #

Sekali lagi aku mencoba menghubungi Shinta. Jam sudah menunjukkan jam pulang kerja. Sekali, dua kali, tiga kali suara panggilan tersambung. Akhirnya, terdengar suara di seberang.

"Hai, Ras. Gimana kabarnya?" Suara Shinta terdengar ceria. Aku sudah bersiap mengomelinya.

"Kamu kok tega sih, sama aku?" suaraku bergetar menahan tangis.

"Berapa hari kamu gak hubungi aku? Chat gak dibales, telpon gak diangkat, ada apa sih? Aku kan kuatir, Shinta!" aku nyerocos tanpa henti. Shinta tertawa.

"Maap, maap! Aku sibuk banget Ras. Banyak naskah yang harus diedit, semua harus cepet-cepet naik cetak. Jadi aku agak mengabaikan ponsel deh."

"Ya udah, kamu udah pulang kerja kan? "

"Udah, ini mau perjalanan pulang."

"Aku ke rumah kamu, ya?"

"Aduh, jangan sekarang ya Ras? Aku capek banget hari ini. Pengen tidur aja nyampe rumah. Hhhmmmm, gini deh. Minggu depan kita ketemuan deh. Gimana?" aku menghembuskan nafas berat.

"Oke, awas ya kalo bohong!" Aku mengakhiri panggilan. Sedikit lega karena Shinta bisa dihubungi, pada akhirnya.

#   #   #

Aku merenungi kejadian beberapa hari ini. Shinta sulit sekali dihubungi, sejak terakhir kali kunjungannya ke kafe. Ada apa, ya? Apa benar berhubungan dengan kedatangan David?

Terngiang kata-kata Ivan beberapa waktu yang lalu.

"Sekarang lagi musim pelakor, Nyonya Bos."

Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat.

"Gak ada hubungannya, ah!" aku berkata pada diriku sendiri.

"Apanya yang gak ada hubungannya, Ras?" suara Abi mengagetkan aku.

"Eh, kamu Bi. Bikin kaget aja." Abi duduk di sampingku.

"Dari tadi aku perhatiin, TV-nya lo yang lihat kamu. Bukan kamu yang lihat TV." Abi tertawa.

"Ih, kamu ini. Suka banget godain istrinya." Aku memasang muka cemberut.

"Makin cantik deh kalo lagi cemberut." Abi tertawa.

"Tuh, kan." aku mencubit lengannya gemas.

"Sudah berhasil menghubungi Shinta?" tanya Abi.

"Udah. Tadi sore aku telpon dia. Dan diangkat."

"Syukurlah kalo gitu. Udah, jangan uring-uringan lagi ya?"

"Emang aku uring-uringan belakangan ini?"

"Iya banget." Abi berkata penuh keyakinan. Aku menatap Abi, menyesal.

"Maaf ya, Bi. Habis aku kuatir banget Shinta gak bisa dihubungi. Takut terjadi apa-apa sama dia."

"Sayang, Shinta itu udah dewasa. Bukan kamu yang harus bertanggung jawab kalo ada apa-apa sama dia. Toh, masih ada keluarganya. Ya, kan?" kata Abi.

"Iya sih, tapi..."

"Udah, gak usah pake tapi-tapian. Kamu harus jaga kesehatan, jaga hati, jaga pikiran. Inget, kita kan lagi program. Jangan dibikin stress dong." Abi mengingatkan.

"Iya, maafin aku ya Bi."

"Kamu itu orang baik, terlalu baik malah. Semua orang harus ada dalam perhatian kamu. Sampe kadang kamu lupa, kalo kamu juga harus perhatiin diri kamu sendiri."

"Aku gak suka kamu terlalu memikirkan orang lain. Aku gak suka kamu terlalu capek. Karena akan berimbas ke kesehatan kamu." Abi menggenggam tanganku.

Aku terdiam. Benar juga yang dibilang Abi. Aku kadang melupakan diriku sendiri. 

"Iya, Bi. Aku janji gak akan terlalu capek."

"Eh, Bi. Aku kan gak boleh terlalu capek, ya?"

"Iya, kenapa?"

"Aku lupa lo, Bi. Tadi pulang dari kafe kan aku nyuci baju, belum aku jemur. Jemurin dong, biar aku gak capek." aku tersenyum menggoda ke arah Abi. Abi tertawa.

"Kamu, ya. Bisa aja memanfaatkan kesempatan." Abi menggelitik pinggangku. Aku tertawa geli.

"Ya udah, demi Nyonya Bos cantik, hamba rela menjemur cucian Nyonya Bos. Tunggu sini ya," Abi bangkit keluar kamar. Tak tega, aku mengekor di belakangnya, ikut menjemur baju.

#   #   #

Shinta masih sulit dihubungi. Mungkin benar kata Abi. Dia masih butuh waktu untuk dirinya sendiri. Aku oun mungkin juga harus mulai memikirkan diriku sendiri. Jelang enam bulan pernikahan, tak kunjung terlihat tanda-tanda kehamilan.

Tapi aku harus bersabar. Masih banyak yang harus lebih aku pikirkan. Mungkin, aku perlu refreshing saja agar pikiranku tak berkelana kemana-mana.

Bagaimana kalau spa? Tapi itu akan makan waktu lama. Ah, ke pasar tradisional saja lah. Aku akan mengajak Mina. Kebetulan ada menu baru yang ingin aku coba.

Tak terasa, dalam enam bulan aku sudah menghasilkan 4 menu baru di kafe. Sebenarnya ada beberapa lagi. Tapi hanya empat menu yang disetujui Abi. Lima, tepatnya. Satu lagi teh rempah racikan Mina yang tak kusangka menjadi favorit pengunjung juga.


Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 133K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
1.4M 69.2K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
746K 72.8K 50
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
3.4M 26.3K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...