(Not) An Ugly Duckling (TAMAT)

By nikendarcy

161K 28.3K 2K

VERSI LENGKAP TERSEDIA DI KARYAKARSA Mutiara Dunia, gadis biasa-biasa saja yang tidak pernah bermimpi untuk m... More

1. 1 Gadis Biasa-Biasa Saja
1.2. Gadis Biasa-Biasa Saja
2.2 Cinta Pada Pandangan Pertama
3. 1 Mimpi Siang Bolong
3.2 Mimpi Siang Bolong
4.1 Terjebak Friendzone
4.2 Terjebak Friendzone
5.1 Bukan Itik Buruk Rupa
5.2 Bukan Itik Buruk Rupa
6.1 Tipe Idaman Damar
6.2 Tipe Idaman Damar
7.1 Pergi
Intermezzo - Violet POV
7.2 Pergi
8.1 Penyesalan Selalu Datang Terlambat
8.2 Penyesalan Selalu Datang Terlambat
9.1 Kehilangan Dan Kerinduan
9.2 Kehilangan Dan Kerinduan
9.3 Kehilangan Dan Kerinduan
10.1 Andhita & Masa Lalu Nero
10.2 Andhita & Masa Lalu Nero
12.1 Pengecut
12.2 Pengecut
13.1 Pengakuan
13.2 Pengakuan
14. An Open Ending

2.1 Cinta Pada Pandangan Pertama

8.4K 1.4K 89
By nikendarcy

"Dek, dicari Agam tuh." Kepala Bintang menyembul dari balik pintu kamar Muti yang berantakan.

Muti yang sedang mengeringkan rambutnya, menoleh dan menyeringai. "Bentar lagi, Kak."

Setiap Sabtu pagi, Agam selalu menjemputnya untuk berolahraga di lapangan dekat stadion kota. Enaknya sekolah mereka, hari Sabtu dan Minggu ditetapkan sebagai hari libur. Sebagai gantinya, setiap Senin sampai Jumat mereka pulang jam tiga lewat tiga puluh sore.

Hari Jumat selalu menjadi hari yang menyenangkan untuk anak perempuan karena waktu istirahat yang panjang yang disebabkan adanya sholat Jumat. Meskipun pulang lebih sore dari biasanya, itu tidak menjadi masalah.

Toh, pulang cepat atau lambat, anak-anak itu selalu suka berlama-lama nongkrong di sekolah sekedar untuk bergosip di kantin, atau hanya berkumpul di dekat lapangan parkir sekolah.

"Kak, bagi ongkos dong?" Muti mendekati kakaknya yang tengah memberi makan ikan-ikan di kolam belakang rumah.

"Lho kemarin sore 'kan Mamah udah ngasih?" Bintang mengerutkan alis tebalnya yang sempurna.

Muti cemberut. "Diabisin pangeran cilik tuh." Dagunya menunjuk Langit yang tengah asyik membaca di bangku kayu panjang di samping kolam ikan.

Bintang terkekeh dan meraih kantong celana pendeknya lalu menyerahkan uang dua puluh ribu. "Nih, kembalian beli bubur tadi. Kamu nggak sarapan dulu?"

Muti menggeleng. "Kan nanti ditraktir Agam," jawabnya sambil menyeringai.

"Terus ngapain minta ongkos?"

Muti terkekeh tanpa menjawab pertanyaan kakaknya, dan meraih tangan Bintang untuk berpamitan. "Dah Kakaak! Dah Adeek!" Teriaknya sambil berlari ke depan untuk menemui Agam.

"Lama banget sih, Mut. Keburu pergi nanti tukang lontongnya."

Muti terbahak dan naik ke motor Agam. Jadi sebenarnya, tujuan utama mereka ke stadion setiap Sabtu adalah karena lontong sayur. Di sana, ada lontong sayur yang sangat enak. Penjual lonsay ini hanya mangkal di sana setiap Sabtu. Jika hari Minggu, dia akan pindah ke lapangan kota yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal Muti dan Agam. Karena itulah mereka tidak pernah melewatkannya.

Dulu, biasanya Muti ke sana sendirian atau dengan Bintang. Namun semenjak Bintang bekerja paruh waktu, kakaknya itu menjadi malas bangun pagi. Setiap selesai sholat subuh, pasti kakaknya itu akan kembali meringkuk di kasurnya. Hanya jika Mama dan Ayah tidak ada di rumah saja, Bintang akan bangun pagi. Mengajak Langit jelas tidak akan berhasil. Anak itu paling malas berolahraga.

Dirinya dan Agam pernah tidak sengaja bertemu di sana. Karena itulah, sekarang Sabtu pagi menjadi jadwal rutin mereka untuk ke stadion. Apalagi Agam sangat royal dan selalu mentraktirnya. Tidak jarang, Muti membawa satu atau dua bungkus lontong sayur untuk dibawa pulang.

"Mut," panggil Agam saat mereka akhirnya mendapat tempat duduk. Karena sudah agak terlalu siang, sudah banyak orang yang mengantre untuk membeli lontong sayur legend itu.

Muti menoleh dan menaikkan alisnya, menunggu apa yang akan Agam katakan selanjutnya.

"Tolongin gue dong."

"Apaan?" Tanya Muti tidak terlalu fokus karena lonsay fenomenalnya sudah ada di hadapannya.

Makanan adalah salah satu kelemahan terbesar Muti. Lo butuh sesuatu dari Muti, kasih aja dia makan dan dia tidak akan menolaknya!

"Bantuin gue buat deketin Acha dong."

Muti menoleh pada Agam dengan kaget. Masih beruntung dia tidak tersedak labu siam yang tengah dikunyahnya.

"Lo naksir Acha?"

Agam mengangguk dengan sedikit malu. "Tapi dia ngejar Damar terus."

Muti terkekeh sembari kembali memakan lontongnya. Sebenarnya, Agam itu jauh lebih cakep daripada Damar. Badannya jauh lebih berisi dan tegap. Cowok itu juga adalah ketua tim paskibra di sekolah. Namun, entah mengapa para cewek-cewek di sekolahnya lebih suka mengejar-ngejar Damar. Yah, Damar memang jauh lebih tajir sih. Itu nilai plus yang tidak bisa dikalahkan satu pun cowok di sekolah mereka.

"Lo-nya kurang action kali."

Agam mendesah dan meletakkan mangkuknya yang masih separuh utuh. "WA gue dicuekin terus tahu. Tiap hari dia pasang status soal Damaaar mulu. Sebel gue."

Masalah itu, Muti juga tahu. Setiap status yang dibuat Acha pasti selalu menyinggung nama Damar. Kadang Muti juga tak habis pikir kenapa Damar tidak pernah menegur Acha. Atau mungkin diam-diam Damar menikmatinya? Beberapa cowok bersikap jual mahal karena tahu ada cewek yang sangat menyukainya, benar begitu 'kan?

"Iya, nanti gue cari caranya buat deketin kalian. Udah gih, makan. Keburu disamber ayam tu lontong!"

Agam terbahak. "Ayam itu pasti bernama Muti!" Lalu, cowok itu kembali tersenyum lebar hingga hampir menyilaukan mata Muti. "Lo boleh nambah sampe berapapun! Gue bayarin semua!"

.....

Hari Senin adalah hari paling malas untuk semua murid di dunia termasuk Muti. Rasanya dua hari liburnya masih kurang karena dia tidak pernah bisa bangun siang setiap hari libur.

Setiap Sabtu dan Minggu, mata Muti akan terbuka lebar ketika ayam jantan bahkan belum berkokok. Berbeda dengan hari sekolah, ia selalu bangun terlambat dan harus diomeli Mama setiap pagi. Ada misteri apa sebenarnya di hari libur hingga selalu saja dia tidak bisa bangun siang?

"Mutiii!! Cepat turun! Kakak kamu bisa telat nantiii!" Teriakan heboh Mama yang selalu sama, terdengar dari lantai bawah rumah mereka.

Setiap pagi, Mama selalu konser dengan riang gembira seperti itu dan yang paling sering dihadiahi konser itu adalah Muti karena dia yang paling lama bersiap-siap.

Ayah, kakak, dan adiknya sudah asyik menyantap nasi goreng buatan Mama saat Muti bergabung dengan mereka. Biasanya, Muti berangkat dengan kakaknya, atau jika kakaknya tidak ada kuliah pagi, dia akan membonceng ayahnya.

"Ini bekal Langit ya, jangan sampai ketinggalan." Mama menaruh kotak makan batman di dekat tas Langit.

Langit selalu membawa bekal makan siang ke sekolah meskipun dia sudah SMP. Uang jajan Langit hampir tidak pernah berkurang setiap akhir minggu. Berbeda dengan Muti yang selalu cekak di akhir minggu. Yah, meskipun dia banyak mendapat traktiran, tetap saja tangannya gatal setiap kali masih melihat ada uang di dompetnya.

"Muti mau bawa bekal? Mama buat Tori no Teba sama capcay."

Muti mengangguk dengan antusias. Ia juga harus mulai menghemat seperti Langit. Jika ia bisa menabung separuh jatah uang mingguannya, dalam satu bulan, Muti bisa membeli sepatu kets impiannya.

"Tumben kamu bawa bekal? Lagi mau beli apa?"

Muti menyeringai mendengar pertanyaan ayahnya. Seluruh orang di rumah hapal kebiasaannya. Jika ia mulai menghemat, berarti ada yang ingin ia beli.

"Sepatu, Yah. Nanti ayah tambahin ya?"

"Sepatu kamu kan masih bagus. Baru tiga bulan lalu beli," kata Mama sambil meletakkan kotak makan Muti.

"Sepatu itu lagi hits, Ma. Lagi hits!"

"Hats hits hats hits, ayo berangkat. Kakak udah mau telat!" Bintang bangkit dan menjitak kepala Muti.

Muti ikut bangkit dan berlari keluar. Sebenarnya, ia lebih suka nebeng ayah daripada Bintang karena ayah lebih santai jika naik motor. Namun, karena terlalu santai, Muti juga pasti telat masuk kelas. Ia masuk jam tujuh pagi sedangkan ayah biasa absen di kantornya pukul tujuh tiga puluh.

"Belajar yang bener, jangan kebanyakan muter nyari traktiran di kantin!"

Muti terkekeh mendengar perkataan kakaknya saat mereka sampai di sekolah. Semua orang tahu dia doyan makan, dan semua orang hapal dia juga paling doyan gratisan.

"Iyaaa, Kakaak Bawel!!! Dah sana ah berangkat." Muti mendorong bahu Bintang pelan agar kakaknya itu segera berlalu.

Bukan apa-apa, semua teman Muti tahu jika kakaknya sangat tampan. Dan tentu saja, itu menjadi sasaran empuk teman-teman Muti untuk minta dikenalkan pada Bintang.

Oh, jangan harap ia mau memiliki calon kakak ipar salah satu teman sekolahnya. Meskipun mereka sering merayu Muti dengan godaan traktiran setiap hari di sekolah, untuk satu hal itu, dia tidak akan goyah. Tidak akan pernah.

Upacara bendera bukanlah hal yang menjadi favorit anak-anak, termasuk juga Muti. Setiap hari Senin, Muti selalu berdoa agar terjadi hujan badai agar tidak perlu diadakan upacara. Namun, tentu saja doa itu jaraaaang sekali terkabul. Seperti pagi ini, hari Senin malah amat sangat cerah ceria dengan langit yang berwarna biru tanpa awan sedikit pun.

"World!" Sebuah lengan kurus kembali tersampir di bahu Muti.

Muti menoleh dan mendapati Damar tersenyum ceria seperti matahari yang tengah bersinar dengan cantik-cantiknya.

"Bahagia amat lo? Ini hari Senin, Damar! Seeeniiinn. Bukan Jum'at. Bukan hari yang pantas untuk disambut dengan hati bahagia."

Damar menoyor kepalanya. "Dasar murid tidak cinta pendidikan. Murid-murid kayak lo ini nih yang memundurkan kecerdasan generasi muda anak bangsa. Seharusnya nih, sebagai murid yang berbakti pada nusa dan bangsa ..."

Tangan Muti naik untuk membekap mulut Damar. "Berisik lo!"

Damar terkekeh dan menurunkan tangan Muti. "Mau sarapan nggak?"

Mata Muti menatap Damar dengan curiga. Sekali lagi, ia tahu jika Damar mendadak baik seperti ini. Ia sudah hapal akal bulus cowok satu ini.

"Mau minta apalagi lo?"

Suara tawa Damar yang nyaring terdengar dan murid-murid lain menoleh ke arah mereka.

"Lo su'udzon mulu sama gue. Nggak jadi gue kasih makan ah," ucap Damar sambil mendahului Muti.

"Emang gue kucing!"

Damar menoleh dan menjulurkan lidahnya seraya menatapnya dengan tatapan tengil. Cowok itu selalu saja menggoda Muti dengan tatapan tengilnya seolah ia adalah adik kecil Damar. Dan selanjutnya bisa ditebak, begitu Damar pergi, anak-anak cewek gantian mengerubunginya. Tentu saja untuk bertanya-tanya soal Damar.

Kadang, Muti berpikir ia mempunyai banyak teman karena mereka ingin mencari perhatian Damar. Bukan benar-benar ingin menjadi temannya. Terutama untuk anak-anak populer. Namun, ia tidak pernah ambil pusing. Yang penting baginya, tak lain dan tak bukan, banyak traktiran. Itu saja.

....

"Wooyy, habis ini ulangan Kimiaaa!!" Sandy, yang baru datang dari kantin, berteriak dengan kekuatan maksimal di depan pintu kelas.

Dan jelas, kondisi kelas yang sudah riuh, semakin hiruk pikuk dengan berita buruk tersebut. Hanya guru Kimia yang sanggup membuat hari Senin seusai upacara menjadi semakin buruk. Semua murid langsung heboh menyiapkan contekan.

Hanya Muti yang tetap tenang dan menyantap tahu gorengnya dengan penuh penghayatan. Lagipula, mau dia menyiapkan contekan juga percuma. Otaknya yang pas-pasan itu tidak mampu menampung rumus molekul senyawa dan teman-temannya.

"Mut, kok lo santai banget sih? Kimia ini, Marmut!! Kimiiaaa!!" Sandy duduk di sampingnya, mencoba meraih tahu gorengnya, tetapi ditepis Muti dengan kekuatan dahsyat.

"Nggak usah modus lo!"

"Pelit."

Muti mencibir.

"Tapi ada satu berita lagi, Mut," bisik Sandy dengan penuh konspirasi.

Muti melirik. Sandy selalu terkenal dengan gosip akurat dari ruang guru.

"Apaan?"

"Tapi bagi dulu tahunya."

Selalu begitu! Muti mengulurkan tahu terakhirnya dengan tidak rela. Tangan gendut Sandy terulur, tetapi Muti masih memegangnya dengan sepenuh hati.

"Muti, ih, bagi sini!" kata Sandy tak sabar.

"Anak-anak!! Ayo duduk semua!!"

Suara menggelegar guru Kimia membuat kelas tiba-tiba hening. Muti menarik plastic tahunya, dan menyimpan ke laci, tepat sebelum Sandy mengambilnya.

Namun, keheningan itu tidak lama karena satu sosok yang berdiri di depan kelas. Murid baru. Cowok. Keren. Ganteng. Dan Muti, Muti jatuh cinta pada pandangan pertama. 


~~~~~

Uwuuuww... Damar dapet saingan ...
😎😎

Makasiih yang udah mau mampir ke lapakku yang nggak biasa ini 😀😀😀
Gomawo...

Buat-buat teman-teman Muslim, selamat menyambut bulan suci Ramadhan. Mohon maaf lahir dan batin... 💕💕💕
Puasa jarang apdet yes!

Big hugs and kisses,
😘😘
Niken
#040519#

Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 259 1
sesuai judul Di sini kamu bisa ketemu karakter mana saja, yang dibuatkan cerpen karena penulisnya kangen sama karakternya sendiri. Sesederhana itu.
9.9K 1.4K 31
Semua terencana begitu menyenangkan, berjalan begitu indah, dan terjadi begitu sempurna. Namun, saat itu semua tidak lagi berjalan sesuai rencana, ma...
807K 81.1K 46
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
17.1K 2.3K 17
"Kupikir aku tak baik-baik saja setelah kehilangan cinta pertama. Tapi ketika ia datang serupa peri di hari hujan bulan Desember. Aku tahu detik itu...