The Heritage of Throne ✓

By SkiaLingga

2.1M 258K 65K

Lavender baru saja mengetahui identitasnya sebagai keturunan penyihir dan harus melanjutkan bersekolah di Aka... More

...( Bab Pengantar & Cara Pembelian Koin )...
PEMBUKA
1 (BAGIAN PERTAMA : Yang Terpilih)
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36 (BAGIAN DUA : Perjalanan Misi)
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74 (BAGIAN TIGA : Pewaris Takhta)
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
-04
-03
-02
-01
EPILOG
EPILOG II
KETIKA ITU

2

41.8K 5.1K 349
By SkiaLingga

Saat itu, Kota Stonehaven sudah memasuki pertengahan musim dingin sehingga matahari lebih cepat tenggelam dari biasanya. Di kota ini, Lavender hanya tinggal berdua dengan Camellya. Dengan penghasilan 2.300 Poundsterling per bulan, mereka memiliki hidup yang berkecukupan selama tidak mengikuti gaya mewah para tetangga.

Seharian itu, Lavender sibuk memperhatikan ibunya yang tak bergerak dari depan laptop dengan telepon tergenggam di tangannya. Wanita itu tidak bekerja hari ini, khusus meluangkan waktu untuk mencari sekolah baru. Sejauh yang Lavender amati, sudah ada delapan sekolah yang ibunya hubungi, tapi sayang sekali semuanya menolak dengan berbagai alasan.

Lavender bahkan mulai curiga jika Manus mungkin menghubungi semua kepala sekolah itu dan menyuruh mereka berhati-hati agar tidak menerima seorang murid bernama Lavender Aswerd, jika tidak ingin mengalami kebotakan dini.

"Bu, bisa tolong hentikan?" Lavender meletakkan keripik kentang yang sedang dimakannya ke atas meja. "Aku sudah katakan tadi pagi, kalau aku tidak mau sekolah lagi."

Camellya menghela napas. "Lavender, kau tidak bisa melakukan itu. Tenang saja, Ibu akan mendapatkan sekolah yang cocok untukmu." Dia kembali memperhatikan laptop, mencari daftar sekolah lain.

"Kenapa Ibu tidak marah?" tanya Lavender tiba-tiba.

Wanita berambut perunggu itu mengangkat wajahnya, menatap sang putri dengan bingung. "Apa maksudmu? Kenapa aku harus marah?"

"Aku membuatmu menerima banyak kritik dari sekolah dan cibiran tetangga, apakah itu tidak cukup untuk memberimu alasan?" kata Lavender lagi, justru dia yang heran sekarang.

Lavender akan lebih lega jika ibunya mau meluapkan amarahnya, mengeluhkan semua yang dia lakukan. Tapi Camellya tidak pernah melakukannya. Wanita itu hanya mengusap kepala Lavender setiap kali dia membuat masalah atau dikeluarkan dari sekolah, tidak pernah berkata apa pun selain 'tenang saja, Ibu akan mencarikan sekolah baru yang cocok untukmu.'

"Lavender, Ibu tidak marah karena Ibu tahu itu bukan salahmu," kata Camellya sabar.

"Hanya Ibu yang mengatakannya seperti itu. Semua orang tahu jika aku memang pantas disalahkan."

"Lavender ...."

"Yang jelas aku tidak mau sekolah lagi." Lavender bersikeras. "Lebih baik aku mencari pekerjaan daripada harus melanjutkan sekolah. Tidakkah Ibu mengerti? Aku ini anak bermasalah, tidak cocok di sekolah. Kita tidak perlu membuang uang lagi jika aku berhenti sekolah."

"Apakah ada yang mau menerima anak di bawah umur bekerja?" tanya Camellya. "Lebih penting lagi, kau punya keahlian khusus? Atau aku bisa memberimu ladang dan kau bisa menanam sayur di sana."

Lavender hampir tersedak, sebelum diam-diam mengunyah keripik kentangnya lagi dan meringkuk di sofa. Ibunya memang tidak pernah memarahinya, tapi ucapan menohoknya kadang terlalu tepat sasaran sampai Lavender merasa bahwa sikap lembut ibunya hanya kamuflase.

"Apa salahnya menanam sayur? Sayur organik sangat mahal sekarang," gumam Lavender.

Camellya menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya, sebelum mulai mencari informasi lagi. Meskipun itu adalah kebenaran bahwa Lavender sangat berbakat sebagai petani karena tidak ada yang tidak tumbuh selama itu ditanam olehnya, tapi Camellya tidak akan tega membiarkan anaknya bekerja di usia yang begitu muda.

Melihat ibunya yang serius, Lavender tidak bisa tidak berdecak dan mulai memikirkan kehidupannya selama ini seperti dia adalah nenek tua yang sedang mengenang hari-hari lalu.

Lavender sadar bahwa dirinya memang memiliki masalah. Pertama, dia dapat melihat hantu. Arwah-arwah gentayangan itu sering kali muncul di depannya dan membuat Lavender menjadi anak gila di mata orang lain karena sering terlihat berbicara sendiri. Dua, Lavender selalu melakukan sesuatu tanpa dia sadari. Seperti ketika Lavender sedang marah atau sedih karena seseorang, satu detik kemudian orang itu bisa saja sudah terlilit sulur tanaman yang entah datang dari mana. Hal ini jugalah yang terjadi pada guru matematikanya, wanita itu mengatai Camellya tak becus mendidiknya, dan ditambah hinaan lainnya hanya karena Lavender tidak bisa menyelesaikan soal logaritmanya yang tidak sesuai antara contoh dan pertanyaan yang diberikan. Lavender sangat kesal, dan tiba-tiba saja rambut wanita itu mulai berkobar.

Tiba-tiba, telepon rumah berdering. Lavender memperhatikan raut Camellya yang bingung saat mendengarkan apa pun yang dikatakan si penelepon. Tidak lama kemudian, wanita itu meraih buku catatannya dan menuliskan sesuatu di sana. Setelah mengatakan 'iya' dan 'terima kasih', Camellya menutup telepon lantas menatap ke arah Lavender beberapa saat.

"Ada apa?" tanya Lavender.

"Ada pihak sekolah yang menelepon, dan mereka memintamu untuk masuk ke sana," jawabnya.

Hal aneh macam apa itu? "Meminta?" tanya Lavender memastikan.

Camellya mengangguk, raut wajahnya agak rumit. Sebelum menjawab pertanyaan Lavender, dia sudah lebih dulu berdiri. "Ibu harus pergi sekarang, orang itu ingin bertemu."

"Sekarang?" Lavender melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam. "Aku ikut."

"Tidak," tolak Camellya. "Aku tidak akan lama, tunggu saja di rumah."

Lavender melirik ibunya dengan curiga. "Apakah itu benar-benar seseorang dari pihak sekolah?" Ibunya tidak diam-diam akan pergi berkencan, bukan?

Camellya tidak memperhatikan ekspresi ragu Lavender, hanya masuk ke dalam kamarnya dan keluar sambil membawa mantel. Setelah mencium puncak kepala Lavender, dia berlari keluar dan tidak lama kemudian suara dengungan mesin mobil terdengar. Lavender akhirnya meraih keripik kentangnya yang belum habis dan memutuskan untuk menikmati sisa malam tenangnya sebelum dia kembali masuk sekolah baru.

* * * * *

"Lavender!"

Itu adalah panggilan ke delapan belas Camellya.

Seperti biasa, pagi hari adalah neraka untuk seorang Lavender. Tadi malam dia tidur terlambat karena menunggu Camellya pulang, tapi tidak juga kembali sampai Lavender masuk ke kamar pada pukul sebelas malam.

"Lavender!"

Sembilan belas.

"Aku bangun! Aku datang, Sayang!" teriak Lavender dengan suara serak.

Menyibak selimut dengan malas, Lavender melangkah terhuyung membuka pintu. Lavender tahu penampilannya pasti sangat mengerikan saat ini, tapi siapa yang peduli? Tidak ada siapa pun di rumah ini selain dia dan ibunya.

"Lavender?"

"Aku sudah datang, Ibu," jawab Lavender dengan mata setengah terbuka sembari berjalan ke arah dapur. Sungguh suatu misteri bahwa dia tidak pernah menabrak tembok sekali pun setelah melakukan itu selama bertahun-tahun.

"Lavender?"

Kali ini Lavender tidak menjawab lagi. Ibunya sudah jelas-jelas melihatnya datang, kenapa harus memanggil lagi?

"Lavender?!"

Ya ampun! Lavender membuka mata lebar-lebar. "Ibu, ada apa-oh!"

Lavender tahu mengapa ibunya sedari tadi berusaha memanggilnya untuk sadar. Dia melihat ada seseorang di sana, duduk di seberang meja makan dengan teh panas tersaji di depannya. Pria itu sepertinya berusia awal tiga puluhan dengan penampilan formal yang gayanya agak unik untuk mode sekarang, rambut yang disisir rapi, dan juga ... tampan. Lavender sama sekali tidak kenal siapa orang ini, ia jelas bukan kerabat mereka karena ibunya sudah yatim piatu sejak kecil.

Mata tamu itu menatap tenang ke arah Lavender, walau sebelumnya Lavender sempat melihat ia mengangkat alis ke arah rambutnya yang jelas-jelas terlihat seperti sarang gagak.

"Lavender, sebaiknya kau sedikit membersihkan diri dulu."

Lavender tersadar karena suara ibunya, "Ah, baiklah." Dia langsung lari ke kamar mandi dan merapikan rambutnya dengan cepat sebelum kembali ke meja makan.

"Lavender," kata Camellya kemudian. "... perkenalkan, ini Master Ashwen."

"Aku Lavender," kata gadis itu sambil mengangguk ke arah Ashwen.

"Aku tahu," jawab Ashwen. "Dan aku-"

"Aku tahu," Lavender memotong, "Anda Master Ashwen."

Samar sekali, namun Lavender melihat sudut bibir pria itu tertarik ke atas. "Bukan itu yang akan aku katakan, Nona Muda. Aku ingin mengatakan bahwa aku adalah guru pembimbingmu."

"Guru pembimbing?" Lavender bertanya dengan tidak yakin.

"Ya, di sekolah barumu."

"Sekolah baru?" Lavender melirik ke arah ibunya penuh tanda tanya. Aku sebelumnya hampir mengira kau benar-benar menemukan kekasih, tapi orang ini tiba-tiba berubah menjadi guruku? Itulah kira-kira yang diungkapkan tatapan Lavender.

Camellya memberi putrinya lototan singkat sebelum berkata, "Bisakah kita membahasnya setelah sarapan, Master Ashwen?"

"Tentu saja," jawab Ashwen setelah melihat arloji berbentuk klasik di tangan kirinya. "Terima kasih atas keramahan Anda, Nyonya." Ia berkata dengan kesopanan yang elegan, hampir membuat Lavender dan Camellya mengira mereka kedatangan tamu langsung dari istana.

* * * * *

Lavender hanya bisa terdiam saat melihat banyak sekali kertas di hadapannya, berwarna sepia dengan sentuhan kuno sehingga mungkin lebih mirip perkamen tiruan.

"Sebelumnya, aku akan menjelaskan beberapa hal lebih dulu," kata Ashwen. "Aku harap kau tidak akan terkejut setelahnya."

"Ada apa? Apakah aku akan mendapatkan masa percobaan satu bulan sebelum resmi bersekolah di-" Lavender melirik ke arah kertas terbuka di depannya. "... di Akademi Castrattope?" Lavender bertanya-tanya dalam hati, kenapa nama sekolahnya terdengar seperti taman dinosaurus? Apa dia akan bersekolah di tempat penangkaran binatang buas?

Gadis itu mengaduh saat Camellya menyikut rusuk kirinya, mata melotot sang ibu dibalasnya dengan tatapan 'apa? Aku-hanya-bertanya!'

"Maafkan Lavender, Master Ashwen. Dia ... dia sama sekali tidak tahu."

Ashwen menatap Lavender dan Camellya bergantian, cukup lama. Hingga pada akhirnya Lavender tak tahan lagi dan berkata, "Aku tahu kami berdua sama sekali tidak mirip, tapi percayalah, aku anak kandungnya."

"Tentu saja, Lavender." Ashwen menyela Camellya yang sepertinya hendak menegur putrinya. "Tentu saja kau anak Camellya Vόreios."

"Vόreios?" Lavender bertanya bingung. "Mungkin maksud Anda, 'Aswerd'?"

Ashwen tersenyum kecil, sementara Camellya terlihat seperti orang yang sedang ditodong untuk melakukan pengakuan dosa.

"Itu maksudku," kata Ashwen dengan ramah.

Tentu saja Lavender tahu bukan itu maksud Ashwen, jelas-jelas pengucapan Aswerd dan Vόreios itu jauh berbeda. Tapi sebagai calon murid yang 'baik', Lavender sebaiknya tidak mendebat pria yang katanya akan menjadi pembimbingnya ini dan melirik Camellya sebagai gantinya. "Siapa Vόreios?" Lavender tahu bahwa nama kakek pihak ibunya adalah Aswerd, dan dia menggunakan nama belakang itu sejak dulu.

"Itu ...." Camellya melirik Ashwen, tapi pria itu hanya diam menunggu dan tidak berniat mendahuluinya untuk menjelaskan. "Nama belakang ayahmu," katanya kemudian.

"Jadi, nama ayahku adalah Nodryan Vόreios?" Lavender tahu nama depan ayahnya selama ini, tapi hanya itu saja yang diizinkan Camellya. Sementara sosok, penampilan, latar belakang dan keluarga pihak ayahnya, Lavender bahkan tidak tahu apa pun karena Camellya bungkam untuk itu semua.

"Ya," kata Camellya.

"Kenapa ibu akhirnya mau memberi tahu tentang ayah?" Lavender melirik Camellya, kemudian menoleh ke arah Ashwen dan menebak, "Apakah sekolah baru ini ada hubungannya dengan ayahku?"

"Kurang lebih." Camellya masih menjawab dengan tidak jelas. Bukannya dia tidak mau menerangkan, hanya saja pengetahuan Camellya juga kurang mengenai semuanya. Dia hanya tahu beberapa hal, karena Nodryan juga menutupi hampir semua latar belakangnya dari Camellya selain asal-usulnya.

Lavender menjadi tidak sabar dan akhirnya bertanya pada Ashwen, "Apakah Anda akan menjelaskan tentang hal ini padaku, Master Ashwen?"

"Tentu," jawab Ashwen. "Nodryan Vόreios menikah dengan Camellya Aswerd delapan belas tahun yang lalu di dunia fana tanpa sepengetahuan keluarganya. Tidak lama setelah kau lahir, Tuan Nodryan meninggal karena kekacauan internal dalam keluarga." Ashwen tidak menjelaskan tentang keluarga itu sendiri karena ia khawatir bahwa ibu dan anak ini akan terlalu kaget, jadi beberapa hal masih tetap ditutupi karena Ashwen berpikir ada yang lebih berhak menjelaskan ini semua dibandingkan dirinya. "Hanya belakangan, kami tahu bahwa ternyata ia memiliki seorang putri di dunia fana. Awalnya kami ingin membiarkanmu hidup dengan tenang di sini, akan tetapi situasinya tidak memungkinkan sehingga kau masih harus terlibat. Jadi, kini setelah kau mencapai usia yang sesuai, dengan segala hormat, kami mengundangmu untuk datang ke Naverdamus."

Lavender tercengang dengan konyol. Ada banyak kata dalam kalimat penjelasan Ashwen yang agak sulit untuk dia pahami. Bukan karena Lavender tidak mengerti, melainkan karena dia sedikit tidak yakin apakah makna yang dia punya dan yang Ashwen maksudkan sama atau tidak.

Apa maksudnya dengan dunia fana? Jika tempatnya berada saat ini adalah dunia fana, maka ada alam abadi? Kekacauan internal seperti apa yang bisa membuat ayahnya sampai meninggal, perebutan takhta? Lalu, situasi seperti apa yang bisa membuat dirinya tidak bisa hidup dengan tenang? Yang paling penting, di mana itu Naverdamus?!

Camellya juga baru pertama kali mendengar penjelasan ini, tapi setidaknya dia tahu bahwa Nodryan berasal dari sebuah tempat yang sangat jauh, yang tidak akan pernah bisa dia kunjungi dengan kehendaknya sendiri. Adapun tentang latar belakang suaminya, Camellya hanya mengira ia adalah tuan muda kaya yang biasa, tapi sepertinya tidak demikian adanya.

Camellya teringat bahwa di masa lalu ketika Lavender berusia sekitar satu tahun, seseorang datang berkunjung dan berkata bahwa ia adalah kerabat. Orang itu dengan jelas mengingatkan Camellya untuk menjaga Lavender dengan baik, dan pada saat bersamaan menahan diri untuk tidak menceritakan apa pun tentang suaminya. Pihak lain juga berkata bahwa di masa depan, jika situasinya benar-benar mendesak, maka Lavender kemungkinan akan pergi bersamanya. Jadi mau tidak mau, Camellya harus menyiapkan diri, karena ada beberapa hal yang bahkan seorang ibu pun tidak bisa menolaknya meski atas nama putrinya sendiri.

Mengingat hal ini, Camellya bertanya, "Apakah ... apakah orang itu baik-baik saja?"

"Baik-baik saja," jawab Ashwen dengan senyum kecil, tahu siapa yang Camellya tanyakan. "Akan tetapi, untuk menghindari beberapa hal, ia tidak bisa menjemput Lavender dan mengutusku."

Melihat Camellya dan Ashwen berbicara tentang masalah dunia lain yang tidak dia ketahui, Lavender merasa kepalanya mulai sakit. "Itu ... bisakah Anda menjelaskan tentang sekolah yang akan aku masuki? Apakah itu di Naverdamus yang barusan Anda sebutkan?"

"Benar."

"Di mana tempat itu? Dan sekolah seperti apa Akademi Castrattope ini?" Lavender agak curiga bahwa dia mungkin akan dibawa ke pedalaman yang bahkan hewan purba pun masih bisa ditemukan di sana.

"Mengenai tempat itu, kau akan tahu nanti. Adapun sekolah, Akademi Castrattope bukanlah sekolah biasa yang mengajarkan mata pelajaran biasa kepada murid biasa," ujar Ashwen.

Lavender tidak tahu kenapa, tapi dia justru khawatir saat mendengar pihak lain mengisyaratkan bahwa dirinya bukanlah orang biasa. Sungguh, Lavender ingin menjadi anak biasa saja saat ini!

Melihat gadis itu diam dengan pandangan mata waspada, Ashwen berkata lagi, "Kau akan belajar sesuatu yang asing sekaligus akrab bagimu. Bisakah kau menebaknya?"

Lavender mengerutkan alis. "Berperilaku normal?" tanyanya tak yakin. Bukankah ini juga sesuatu yang luar biasa karena dia sering dianggap tidak 'normal' dalam beberapa kategori?

Camellya hampir batuk karena mendengar ucapan jujur dari anaknya. "Apa maksudnya itu? Siapa yang berani mengataimu tidak normal?"

Melihat ibunya yang lembut akan berubah menjadi pejuang keadilan sekali lagi, Lavender buru-buru berkata, "Kenapa ibu terkejut? Justru aneh jika aku dengan percaya diri mengatakan diriku normal."

Anehnya Camellya tidak bisa membantah.

Ashwen melihat dua orang itu bolak-balik dan berkata, "Hampir tepat, tapi tergantung bagaimana kau memaknai kata 'normal' itu."

"Aku akan berterima kasih jika Anda mau menjelaskannya, Master Ashwen," kata Lavender. "Orang baik akan hidup lama, jadi silakan jelaskan."

Ashwen hampir tidak bisa menahan senyum. Ia dengan hati-hati berkata, "Lavender, kau bukanlah gadis biasa." Setelah menilai ekspresi gadis itu, ia melanjutkan, "Castrattope adalah akademi sihir. Jadi tentu saja kau akan belajar mengendalikan sihirmu di sana."

Lavender hampir saja mengalami serangan mental di usia muda, penyebabnya tentu saja karena pria yang duduk di depannya ini mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. "Begini, meskipun aku terlihat mudah dibodohi, tapi sebenarnya aku tidak begitu tidak bisa diandalkan. Jadi ... bisakah Anda jangan menakutiku seperti itu?"

"Master Ashwen tidak berbohong." Adalah Camellya yang menjawab. Melihat putrianya yang kaget, Camellya berkata lagi, "Meskipun ayahmu tidak pernah mengatakan apa pun padaku di masa lalu, tapi ia juga tidak pernah menyembunyikannya. Aku pernah melihatnya membuat bunga yang hampir layu mekar kembali, mengubah benih kecil menjadi sebuah pohon dan kadang mengambil sesuatu dari ketiadaan." Camellya tampak merenung. "Memikirkannya sekarang, aku mungkin kini tahu apa alasan Nodryan bisa melakukan semua itu."

Itu adalah sihir.

Pertama kali Camellya dan Nodryan bertemu, itu lebih dari delapan belas tahun yang lalu. Dia melihat Nodryan membuat pohon tua yang hampir mati kembali tumbuh subur dengan sentuhan kecil, sehingga Camellya yang saat itu kebetulan ada di sana tidak bisa menahan kaget.

Nodryan kebetulan melihatnya, pria itu memberikan isyarat dengan telunjuk di bibirnya, dan Camellya tanpa sadar mengangguk setuju untuk tutup mulut. Berawal dari sana, mereka semakin sering bertemu dan dipengaruhi dengan masa muda yang penuh gairah dan semangat, keduanya dengan cepat bersama.

Nodryan adalah pria yang luar biasa, sebagai seorang gadis yatim piatu yang baru berbaur di masyarakat, Camellya tidak bisa tidak terpikat. Jadi, ketika pria bermata indah itu mengajaknya menikah, Camellya bahkan tidak punya pikiran untuk mempertimbangkan dan langsung setuju. Belakangan, dia tahu bahwa Nodryan menyimpan banyak sekali rahasia. Akan tetapi, pria itu mencintainya dan begitupun Camellya, sehingga hal ini tidak pernah menjadi masalah di antara mereka.

Hingga suatu hari Nodryan tiba-tiba mendapat panggilan untuk pulang, dan dengan terpaksa meninggalkan Camellya yang tengah hamil. Pria itu berjanji untuk kembali, tapi bahkan setelah dirinya melahirkan, Nodryan tidak pernah muncul. Camellya memberikan putrinya nama yang telah disiapkan Nodryan untuknya, dan dengan sabar menunggu suaminya pulang.

Sebenarnya, Nodryan menyiapkan banyak hal untuk mereka, tapi Camellya tidak ingin hidup mencolok karena semua orang tahu dia selama ini adalah gadis biasa tanpa orang tua. Jadi, meskipun sebenarnya tabungan yang mereka miliki sangat banyak, Camellya terus mempertahankan hidup sederhana tapi tetap dengan sepenuh hati memenuhi segala kebutuhan putrinya. Akan tetapi, setelah hampir dua tahun waktu berlalu, Nodryan tidak pernah muncul kembali. Hingga hari itu, orang lain datang berkunjung untuk menyampaikan kematian Nodryan padanya.

Dari awal hingga akhir, Nodryan tidak pernah memiliki kesempatan untuk melihat putrinya. Namun, Camellya tahu bahwa Lavender bukan miliknya saja sejak awal. Anak ini juga milik Nodryan, sehingga ketika pria yang datang itu berkata bahwa suatu hari Lavender mungkin akan pergi, Camellya dengan hati kuat berkata bahwa itu bukan masalah. Dia mungkin tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk melihat Nodryan, tapi Lavender bisa meskipun itu hanya tanah kelahiran ayahnya.

"Ibu, kenapa kau menangis?" Lavender buru-buru menarik tangan Camellya dan bertanya khawatir.

"Tidak apa-apa, aku hanya teringat beberapa hal." Camellya menarik tisu di atas meja dan mengusap mata serta wajahnya. Dia tersenyum dan berkata pada Lavender, "Apa yang dikatakan Master Ashwen adalah kebenarannya, Lavender. Kau mirip ayahmu, bisa melakukan banyak hal luar biasa."

Mendengar ucapan Camellya sebelumnya tentang membuat bunga layu menjadi mekar, menumbuhkan benih dan memunculkan hal-hal dari udara kosong, Lavender agak skeptis. Meskipun dia tidak bisa melakukan hal seperti itu, tapi Lavender sadar bahwa kadang memang ada hal aneh tentang dirinya. Seperti, apa pun yang dia tanam akan tumbuh subur bahkan tanpa dirawat. Bahkan melempar biji buah dengan sembarangan akan membuatnya tumbuh beberapa hari kemudian. Lagi pula, bagaimana lagi Lavender punya pikiran akan menjadi petani sayuran sebelumnya?

"Tiba-tiba aku merasa sangat bodoh," kata Lavender.

"Kau tidak bodoh." Ashwen menyandarkan tubuhnya ke sofa, menatap ke mata gadis itu ketika mengatakan, "Kau hanya tidak cocok dengan pelajaranmu saat ini. Tindakan, caramu berpikir, bahkan karaktermu, tidak ditujukan untuk belajar di sekolah biasa. Kau dilahirkan sebagai penyihir, karena itu seluruh tubuhmu hanya akan merespons apa yang sudah dikenalnya dengan baik." Ashwen menjelaskan dengan nada pelan yang terkesan ringan.

"Tunggu! Tunggu dulu!" Lavender memijat pelipis, mendadak pusing karena ucapan pria tersebut. "Kurasa ada yang salah di sini? Mengenalnya dengan baik? Mengapa Anda mengatakan aku mengenalnya dengan baik seolah aku memang bisa sihir sejak awal?"

"Siapa yang mengatakan kau tidak bisa?" balas Ashwen. "Kau hanya belum mengenal dan tidak terbiasa mengendalikannya, sehingga emosi dan alam bawah sadarmu kadang sudah lebih dulu melakukannya tanpa kau sadari. Katakan padaku, apakah kau ingat di usia berapa hal-hal aneh mulai terjadi di sekitarmu?"

Lavender agak sulit untuk menjawab, tapi Camellya bisa mengingatnya dengan mudah. "Usia tiga belas tahun," katanya. "Aku ingat jika saat itu Lavender memetik kuncup mawar, tapi bunga itu justru mekar di tangannya."

Ashwen mengangguk. "Bakat penyihir akan muncul pada usia 13 sampai 15 tahun. Kemudian pada usia 16 tahun, mereka akan masuk ke Akademi Castrattope untuk dibimbing dan mengendalikan kekuatan masing-masing. Penyihir sangat langka, jumlah mereka 1 : 400 atau 500 dengan kesatria, dan 1 : 8000 dengan orang biasa. Jadi, meskipun kadang penyihir akan muncul di dunia fana, kami masih akan menjemput mereka karena bakat ini sangat berharga."

Sebenarnya, ada alasan lain kenapa penyihir dari dunia fana juga akan dibawa ke Naverdamus. Ini adalah keputusan yang sudah ada sejak raja pertama, yaitu jika manusia dari dunia fana menunjukkan bakat dalam sihir, mereka berhak untuk datang ke Naverdamus. Tentu saja, saat itu belum ada akademi yang membimbing para penyihir ini sehingga mereka diajarkan oleh banyak master secara terpisah. Ini adalah cara terbaik, karena jika para penyihir itu tetap dibiarkan di dunia fana dan tidak diajari menahan diri atau mengendalikan kekuatannya, mereka akan menimbulkan banyak masalah akibat ketidakcocokan dengan manusia biasa.

Sebagai contoh adalah peristiwa yang terjadi sekitar 20 tahun lalu, ditemukan keretakan pada batasan yang menjadi pemisah antara dua dunia. Penyebabnya, ternyata ada penyihir di alam fana yang cukup kuat dan merasa bahwa dunia yang begitu biasa tidak cocok untuknya sehingga mulai menimbulkan banyak kekacauan.

Akibatnya, seseorang diutus untuk menyelidiki manusia ini. Itu benar, orang yang pergi saat itu adalah Nodryan, salah satu penyihir muda yang paling berbakat di generasinya. Setelah manusia itu dibawa ke Naverdamus dan diadili, peraturan baru dikeluarkan, sehingga keputusan tentang membawa penyihir dari dunia manusia menjadi lebih ketat. Di antara manusia biasa, sebenarnya ada banyak utusan khusus yang disebar untuk mengawasi. Jadi ketika sebuah bakat muncul, mereka akan mengirim kabar ke Naverdamus dan membawa calon penyihir ini ke sana.

"Aku merasa seperti hewan langka yang sangat dihargai," kata Lavender.

Ashwen tersenyum kecil, sementara Camellya dibuat tidak bisa berkata-kata. Kenapa harus menyamakan dirimu dengan hewan langka, Nak? Bahkan di kalangan manusia, kau masih tetap langka.

Melihat ibunya yang seperti mengalami sembelit, Lavender kemudian bertanya, "Kalau begitu, apakah aku salah satu dari keluarga Vόreios ini?"

"Kurang lebih," jawab Ashwen tidak jelas.

Lavender merasa semuanya masih agak tidak terduga. Camellya pernah berkata bahwa ayahnya adalah seorang peneliti dan meninggal enam belas tahun lalu di dalam hutan di pedalaman Kamboja. Tetapi, kenyataannya, ayahnya adalah seorang penyihir dan kini dia juga memiliki kemampuan itu.

Melihat wajah Lavender tidak tampak cukup baik, Camellya kemudian berkata, "Bisakah kami berbicara sebentar, Master Ashwen?"

"Tentu," kata Ashwen ringan.

Camellya lantas mengajak Lavender ke kamarnya dan mereka berdua duduk di tepi ranjang. Melihat tatapan kosong anaknya, Camellya merasa sedikit bersalah. Wanita itu kemudian berbicara setelah beberapa saat, "Nodryan pernah berkata bahwa dia tidak berasal dari tempat ini. Saat itu, aku tidak pernah bertanya padanya meskipun sering melihat beberapa hal aneh yang ia lakukan. Kami menganggap ini sebagai kesepakatan diam-diam dan berusaha untuk saling mengerti, bagaimanapun, kami hidup bahagia bersama.

"Namun, dengan latar belakangnya yang penuh misteri, aku tahu bahwa jika suatu hari ia menghilang, aku mungkin tidak akan pernah bisa bertemu dengannya lagi dalam hidup ini. Segalanya memiliki risiko, aku bersedia bersamanya, jadi tentu saja aku juga harus siap untuk konsekuensi ini." Camellya memiliki senyum sedih di bibirnya, dan melanjutkan dengan lembut, "Sejak kau lahir, aku sudah memiliki firasat jika kau bukan milik tempat ini. Suatu hari, kau akan pergi ke tempat yang jauh, tempat di mana ayahmu berasal. Jadi ketika Master Ashwen datang hari ini dan berkata akan membawamu ke tempat itu, aku merasa sangat disayangkan, tapi anehnya tidak memiliki keberatan."

"Bu ...."

"Sayang, aku pun tidak banyak tahu tentang Nodryan. Jadi, jika kau ingin tahu lebih banyak tentang ayahmu, kau harus pergi bersama Master Ashwen." Camellya menunduk, dan tanpa bisa ditahan, air matanya mengalir jatuh. "Kemudian, ketika kau kembali, kau bisa menceritakan lebih banyak tentang ayahmu padaku."

Lavender sangat tertekan melihat air mata ibunya. "Tapi jika aku pergi, sepertinya itu akan butuh waktu lama untuk kembali. Ibu akan sendirian di sini," katanya.

"Tidak apa-apa, selama kau bisa kembali, aku bisa menunggu," kata Camellya. "Lavender, beberapa hal datang dengan cara yang tidak terduga dan tiba-tiba kepada kita. Seperti Nodryan yang datang ke kehidupanku, seperti kau yang akan pergi ke tempat itu dan seperti hal-hal baru yang mungkin kau temui nanti. Inilah yang disebut takdir, kita tidak pernah bisa menebak dan merencanakannya."

Melihat putrinya masih diam, Camellya melanjutkan, "Hidup ini penuh misteri, Lavender. Sebuah jalan baru terbuka di depanmu sekarang, karena kau tidak memiliki apa-apa yang menahanmu di sini, kenapa tidak pergi dan melihatnya?" Wanita itu kini sudah tersenyum. "Pergilah, ya? Karena tempat ini tidak bisa menanggung gadis yang hebat sepertimu, kenapa tidak jalani hidupmu sendiri dengan bebas dan berarti di sana?"

...ooOoo...

Skia
30 August 2017

Continue Reading

You'll Also Like

88K 7.6K 39
#Book 1 of Loctus History. [SUDAH TERBIT] Hanya karena ketidaksengajaan seorang wanita mengucapkan sumpahnya, ia membuat enam orang yang tampaknya bi...
647K 143K 68
Di dunia di mana kekuatan magis hanya didapatkan bila melakukan kontrak dengan para dewa, kedatangan Pemagis Murni, seorang yang memiliki magis tanpa...
611K 25.6K 34
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
1.4M 194K 54
Rasa-rasanya, diriku sudah mengalami hal-hal buruk yang umum menimpa manusia yang masih hidup di bumi. Kehilangan orang tua di usia muda? Sudah kuala...