DUNKELHEIT [COMPLETED]

By Justgalon

1.9M 44.2K 2.1K

Pernah bergabung dalam program Paid Stories Wattpad dari 27 Mei 2020 sampai dengan 8 Juni 2021. Julio Harding... More

Pengumuman Dunkelheit dan Metanoia
Pengumuman
Prolog
Tentatio
Desafio
Tervezés
Proksima
Prizorgo
Stormfulde
Erantzun
Pahoitella

Impetum

45.1K 3.9K 110
By Justgalon


"Sebaiknya kau jauhi putriku."

Orman Hawthorne berbicara dengan tegas. Matanya syarat akan titah yang tidak boleh dibantah. Julio membalas tatapan sang raja dan mengangguk patuh. Entah laporan apa yang diberikan oleh orang-orang istana pada rajanya itu sehingga dia dipanggil untuk menghadap langsung. Ini terlihat seperti dia yang sengaja mendekati putri raja itu, padahal sebaliknya.

"Kau akan kutugaskan menjaga hutan Dunkelheit. Tinggalah di perbatasan sungai Moria selama satu bulan. Jika kau berhasil dan tidak tergoda untuk memasukinya serta melihat kondisimu saat pulang nanti maka kau akan kuangkat sebagai panglima perang."

"Akan saya laksanakan, Yang Mulia."

Julio Harding undur diri dari hadapan rajanya. Dia kemudian segera menuju kandang kudanya. Luoes, kuda hitam kesayangannya yang telah menemani dia sedari remaja. Kudanya memiliki bulu sehitam arang dan akan berkilau jika terkena sinar matahari. Ototnya kuat dengan tatapan mata yang tajam. Jenis kuda terbaik Akhal Teke yang terkenal dengan kecepatan, ketangkasan, dan kecerdasaannya. Dulu dia mendapatkan kuda itu dari lelang. Dia yakin kuda yang dimilikinya sekarang adalah bekas kuda panglima perang hebat yang telah gugur. Di desanya dulu banyak orang-orang menjual kuda dari hasil perang. Kuda-kuda itu kehilangan pemiliknya yang telah gugur.

"Kudamu ini, aku kenal pemiliknya dulu."

Julio menoleh kepada pria tua yang duduk di jerami sambil mengisap rokok. Dia berjenggot putih dengan topi lebar yang juga dari jerami. Dia bernama Franso Deloire, pengurus kuda kerajaan Mazahs.

"Aku membelinya di lelang dulu."

"Kuda ini dulu dijual di peternakan milik ayahku. Salah satu kuda terbaik yang kami punya. Aku sangat ingat, ayahku membantu induknya melahirkan. Kemudian dia dibeli oleh orang-orang kerajaan Aidemarg. Aku sendiri yang melatihnya saat itu jadi aku sangat tahu jika dia adalah Enohpi, namanya dulu."

Julio mengusap-usap kepala kudanya, kuda itu diam seakan dia senang pemiliknya memanjakan dia dengan sentuhan.

"Aku cukup terkejut saat pertama kali dia datang ke sini lagi dan bisa berjumpa dengannya. Dia kuda jantan yang hebat, kudengar dia dulu dipakai oleh seorang panglima perang."

Pria itu berdiri dan ikut mengusap punggung kuda milik Julio.

"Kau pantas memilikinya. Kulihat kau mempunyai keteguhan hati yang disukai oleh kuda ini."

"Dia sudah lama menjadi temanku." Julio menaiki kudanya. Kuda hitam itu meringkik nyaring. "Aku akan pergi sebentar."

Langkah kuda dengan cepat meninggalkan kandangnya. Julio membawa kudanya keluar istana. Dari depan istana Joanna melihat Julio yang berkuda hingga keluar gerbang. Dia mengernyit heran. "Ke mana dia akan pergi?"

➴➵➶

Di sinilah Julio Harding berada sekarang. Di perbatasan sungai Moria sebelah barat. Hutan Dunkelheit berdiri di depannya dengan keangkuhan yang dia punya. Para ranting seakan membuka diri minta dimasuki oleh Julio dan para dedaunan seakan berbicara 'silakan masuk'. Julio menyisiri sungai dengan kudanya. Mencari tempat yang cukup aman untuk dia tinggali selama sebulan. Mengabaikan semua godaan hutan penggoda laknat.

Julio turun dari kudanya ketika dia menemukan tempat yang cukup teduh. Rindang pohon oak bisa melindunginya dari panas matahari siang. Dia memutuskan untuk membangun tenda kecil di sana. Dia mencari kayu di sekitaran sungai lalu mengikatnya menjadi tenda. Setelah selesai dia duduk di bawah pohon sambil memperhatikan hutan Dunkelheit. Betapa sering dia melakukan hal ini dulu dan seharusnya raja tidak perlu memberikannya ujian ini karena dia tahu dia pasti berhasil, tetapi itu perintah raja dan dia akan menjalankannya meskipun dia tidak tertarik untuk menjadi seorang panglima perang sebagai hadiah.

Saat Julio tengah memperhatikan hutan Dunkelheit dengan segala godaannya, dia melihat dua titik merah yang terlihat seperti mata. Julio langsung berdiri dengan cukup terkejut. Baru kali ini dia melihat hal itu. Didekati Julio perbatasan sungai Moria agar lebih dekat dengan hutan penggoda itu, tapi mata itu segera lenyap dari sana. Julio mundur perlahan dan kembali duduk. Matanya awas memperhatikan hutan kelam itu sekali lagi.

➴➵➶

"Saya akan berangkat pagi besok, Yang Mulia," jawab Julio saat sang raja bertanya kapan dia akan pergi.

"Para pelayan akan menyiapkan bekal untukmu dan kau boleh kembali ke istana satu minggu sekali untuk mengambil bekal serta pakaianmu." Julio kembali mengangguk. Joanna yang sedari tadi duduk di sebelah ayahnya bertanya-tanya, ke mana Julio akan pergi.

"Ayah, dia akan ke mana?"

Orman Hawthorne menatap binar keingintahuan milik Joanna. Dia sudah memutuskan untuk tidak memberitahu Joanna ke mana Julio akan pergi. Orman Hawthorne melakukan semua ini untuk menjauhkan Julio dari Joanna. Berbahaya jika putrinya itu terus-terusan menggoda Julio. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada anak perempuannya. "Dia aku tugaskan ke desa tetangga. Menjadi mata-mata untuk melihat sejauh mana bangsa Viking dan Lleber bergerak," dusta sang raja.

"Kenapa harus dia?"

"Karena dia harus bisa menunjukkan kebolehannya untuk bisa menjadi anggota istana." Joanna menoleh pada kakaknya. Sang raja menatap putranya dengan sorot mata terima kasih. Dia tidak tahu harus menjelaskan omong kosong pada Joanna yang selalu bisa membaca kebohongannya.

"Berapa lama dia pergi?" tampaknya Joanna benar-benar keberatan. Tentu saja, dia akan kehilangan mainan barunya.

"Satu bulan, seminggu sekali dia akan pulang untuk mengambil makanan," jawab sang raja setelah mampu menemukan kepercayaan dirinya.

"Makanan? Apakah dia semanja itu sehingga harus dipasok makanan setiap minggu. Kurasa di desa tetangga dia bisa makan. Cukup memberinya uang untuk membeli makanan." Orman Hawthorne dan Felix Hawthorne sama-sama terdiam karena ucapan Joanna. Mereka seolah lupa Joanna adalah wanita cerdas.

"Jika bisa membawa, kenapa harus membeli. Uangnya bisa disimpan untuk keperluan lain. Lagi pula ini fasilitas dari kerajaan."

Ketiga pasang mata itu langsung menatap Julio Harding. Sang raja dan sang pangeran harus berterima kasih dengan jawaban Julio, tapi tidak sang putri. Dia tidak suka ini. Merasa ada yang disembunyikan darinya. Joanna memutuskan untuk mencari tahunya sendiri nanti. Dilihatnya mata Julio yang penuh misteri membuat Joanna Hawthorne ingin membongkar semuanya.

"Kau juga akan memberikan laporan setiap minggunya padaku," ucapan penutup itu menjadi penegas kata-katanya tidak bisa diganggu gugat. Julio segera undur diri untuk kembali ke kamarnya lalu membereskan persiapan.

Orman Hawthorne melirik Joanna yang tengah diam sambil memainkan jarinya. Dia tahu pikiran anaknya itu terlempar jauh dan dia akan terus mengawasi Joanna, putrinya itu sungguh berarti untuk sang raja. Dia tidak ingin hanya karena seorang pria yang bisa kapan saja meninggalkannya, anaknya menderita. Seorang seperti Julio yang bertaruh nyawa bisa kapan saja gugur. Jadi sebelum permainan Joanna menjerumuskannya, dia akan mencegahnya sebisa mungkin.

"Bibimu akan datang ke kerajaan kita minggu ini. Bukankah sudah lama kau merindukannya?"

Joanna sontak menghadap ayahnya dan langsung mengubah raut wajahnya menjadi gembira. Ayahnya sangat tahu apa yang bisa membuat Joanna melupakan apa yang dia pikirkan. Dia akan melakukan berbagai cara agar semua ini tidak semakin membesar. Dia akan melindungi anggota keluarganya sebisa mungkin.

➴➵➶

Kamar Julio tampak lenggang dengan penerangan lilin kecil yang juga hampir habis. Dari jendela dia bisa melihat bulan yang tengah beraksi di atas panggung. Para bintang sebagai dayangnya dan awan-awan tipis seakan menari hilir mudik melewati sang bulan. Julio duduk termenung dengan lintingan rokok yang sudah setengah ia isap. Asap berputar-putar di sekitarnya dengan riang kala angin menerpa. Ditatapnya kejauhan dengan pandangan tanpa jiwa, pegunungan Nootbew membentang anggun dengan puncak Dapttaw sebagai yang tertinggi. Sudah lama dia berkelana mengarungi daratan, singgah di banyak pedesaan, dan menghabiskan waktu dalam sunyi, tapi baru kali ini dia terlibat dengan urusan kerajaan. Sebenarnya tidak buruk jika harus mengabdi, dia tidak perlu susah payah mencari tempat tinggal dan makan. Semua tersedia, dia hanya perlu mengandalkan ototnya untuk bertarung apabila diperlukan. Selain itu, dia juga ingin membuang identitas dirinya yang selama ini bersemat. Katakanlah dia cukup mendapat timbal balik dari kerajaan Mazahs, tapi di sisi lain dia harus menghindari sang putri yang begitu suka mengujinya. Joanna Theodora Hawthorne bukan apa-apa untuknya, dia tidak peduli dengan gadis itu. Dia tidak akan tergoda oleh rayuan murahan sang putri raja. Prioritasnya adalah menyelesaikan ujian dari sang raja untuk menjaga hutan Dunkelheit selama satu bulan lalu diangkat menjadi panglima perang. Tawaran itu terdengar menggiurkan untuk orang-orang yang memang menginginkannya, tapi tidak bagi Julio. Dia tidak tergoda dengan sebuah jabatan.

"Anda cukup berani untuk datang ke sini sendirian, Tuan Putri."

Joanna langsung menghentikan langkah kakinya begitu Julio bisa menebak tanpa menoleh dirinya yang berjalan pelan memasuki kamar Julio. Joanna membuka penutup kepalanya dan berjalan dengan terang-terangan menghadap Julio. Dapat dilihat Joanna wajah tampan milik petarung itu terkena cahaya lilin yang pendar.

"Kurasa sekarang aku paham mengapa raja sangat menginginkanmu. Kau punya kepekaan yang bagus," jawab Joanna sambil menarik kursi dan duduk di depan Julio.

"Anda buruk dalam mengendap diam-diam." Julio mematikan rokoknya dan memilih menyilangkan tangan di dada. "Katakan apa yang ingin Anda tanyakan."

Joanna tidak perlu berbasa-basi lagi karena Julio pasti tahu tujuan Joanna menemuinya di sini. Joanna menegakkan punggungnya agar terlihat dia berwibawa saat berbicara. Itu yang diajarkan padanya jika akan berbicara hal yang sangat serius pada seseorang. "Ke mana sang raja mengutusmu pergi?"

Julio menatap manik amber milik Joanna yang saat ini masih tetap indah walaupun cahaya lilin tidak menerangi sempurna. Ingatkan dia untuk tidak tergoda dengan kecantikan mata sang putri. "Bukankah tadi beliau sudah memberitahu Anda," Julio menjawab dengan tenang. "Jadi apa yang kurang jelas, Tuan Putri?"

"Aku tahu ada yang kalian sembunyikan dariku. Kenapa aku tidak boleh tahu? Aku hanya ingin kau berkata jujur padaku," tekan Joanna sambil terus menatap Julio. "Seorang prajurit kerajaan tidak punya hak untuk berbohong kepada anggota kerajaan."

Julio mendecih samar. Joanna melihat gerakan bibir Julio yang seolah menghinanya itu. Pria ini memang tidak kenal sopan santun terhadap Joanna semenjak awal mereka bertemu. Julio kembali menatap mata Joanna yang duduk di depannya. Mata Joanna membalas tanpa rasa takut. "Dan saya mempunyai hak untuk tidak memberitahu Anda."

"Baiklah, sepertinya memang menyenangkan untuk memaksamu berkata jujur," Joanna berdiri dari duduknya lalu memadamkan api lilin. Ruangan menjadi gelap, hanya cahaya bulan yang melewati celah jendela menjadi penerang mereka. "Kupastikan kau akan membuka mulutmu."

"Silakan coba."

Joanna dengan gerakan cepat langsung mengeluarkan pisau kecil dan menekannya ke leher Julio. Dapat dia lihat dari sinar bulan yang menerangi wajah Julio jika pria itu tidak takut sedikit pun. Memang Joanna tahu melakukan hal ini pada Julio tidak akan berpengaruh apa-apa, tapi dia ingin mencoba peruntungannya. "Saya cukup terkejut Anda menyimpan pisau dan mengacam saya seperti ini, tetapi Anda harusnya memikirkan cara yang lebih baik." Julio memegang tangan Joanna dengan perlahan lalu menurunkannya. "Percayalah, sebaiknya Anda tidak perlu tahu apa yang ditugaskan pada saya."

Joanna menyentak tangan Julio dengan kasar. Dia kemudian membuang pisau kecil itu ke sembarang tempat. Matanya menatap marah Julio—meskipun Julio tidak bisa melihatnya jelas karena Joanna membelakangi jendela—sementara Julio berdiri dari duduknya lalu memakai sepatu. "Saya akan mengantar Anda kembali ke kamar."

"Tidak! Sebelum kau mengatakan ke mana kau akan pergi!"

Julio tetap melanjutkan memasang sepatunya. Ucapan Joanna seolah hanyalah kicauan burung gereja yang sering bertengger di jendela kamarnya. Dia tahu Joanna tidak akan berhenti memaksanya untuk berkata jujur, tetapi dia ingat ucapan raja untuk menjauhi putrinya. Dia tidak keberatan dengan permintaan itu karena dia sendiri memang ingin menjauhi Joanna yang seperti selalu menarik Julio mendekat padanya.

"Baiklah jika Anda tetap ingin di sini. Saya yang akan keluar."

Julio melangkah keluar dengan derap langkah lebar. Meninggalkan Joanna yang mengeram marah. Joanna akhirnya memutuskan untuk pergi menyusul Julio. Lorong-lorong berpondasi batu alam menyangga istana megah itu. Jendela-jendela besar berlengkung horizontal dengan ukiran rumit khas renaissance menghiasi istana. Ini sudah hampir tengah malam dan para penjaga kerajaan sedang berpatroli keliling. Julio sengaja memilih jalan yang sepi karena dia tahu Joanna mengikutinya dan akan menjadi masalah jika prajurit melihat dia tengah bersama Joanna. Hal itu akan dilaporkan kepada raja. Julio tidak ingin menambah masalah.

"Aku akan membuat perhitungan denganmu! Jangan kaupikir aku menyerah begitu saja!" gerutu Joanna.

Julio tidak peduli dengan omongan Joanna. Dia berjalan santai sambil melihat kanan dan kirinya untuk tetap tidak terlihat oleh penjaga. Sejauh ini penjaga tidak melihat mereka dan Joanna yang akhirnya berhenti menggerutu. Dari kejauhan hutan Dunkelheit terus menggodanya dan dia abaikan godaan itu.

"Apa yang kalian berdua lakukan?"

Baik Julio dan Joanna sama-sama terkejut ketika sosok itu berdiri di depan mereka. Joanna langsung bersembunyi di belakang Julio. Sang pangeran kerajaan, Felix Hawthorne mendapati keduanya tengah berjalan bersama di tengah malam. Tatapan matanya menyelidik Julio yang berusaha tampak tenang. Terlebih dulu dia harus menjelaskan apa yang terjadi pada pangeran itu. Sementara Joanna tengah berpikir untuk melarikan diri.

"Joanna Theodora Hawthorne, ikut aku sekarang juga."

Joanna menggigit bibirnya lalu memandang Felix Hawthorne dengan keberanian yang dia kumpulkan. Mata kakaknya itu seolah menyelidik Joanna dan Joanna merasa tidak nyaman dengan tatapan mata kakaknya kali ini.

"Tuan Putri tidak melakukan apa pun. Saya yang sepenuhnya salah, Yang Mulia Felix Hawthorne."

Joanna menoleh cepat ke arah Julio dan dia mengalihkan tatapan matanya ke arah Felix Hawthorne yang kini menyelidik Julio. Ada seberkas kilatan aneh yang ditangkap Joanna di mata kakaknya. Seperti keheranan akan sesuatu. Joanna tidak tahu Julio juga menangkap tatapan itu atau tidak. Yang pasti dia tahu tatapan itu aneh.

"Aku tidak berbicara padamu. Sebaiknya kau segera pergi. Aku akan berbicara dengan adikku."

Ucapan dingin itu terasa aneh bagi Joanna. Seingat Joanna kakaknya jarang berbicara tidak sopan di depan orang-orang, terutama Julio yang sudah dia kenal. Kakaknya juga hampir tidak pernah keluar dari istana malam-malam seperti ini. Berbeda dengan Joanna yang tengah berpikir soal keanehan kakaknya, Julio justru memperhatikan sosok di depannya dengan teliti. Intuisinya mengatakan ada yang tidak beres.

"Maaf Yang Mulia, tetapi sepertinya Tuan Putri ingin segera istirahat."

Joanna kembali menoleh ke arah Julio. Tidak, ini memang tidak biasa. Julio tidak akan berbicara seperti itu kepada kakaknya. Sang petarung tidak akan berbicara tidak sopan serta menolak permintaan sang anggota kerajaan—kecuali Joanna—dengan ucapan berani seperti itu, kecuali...

"Kau berani melawan perintahku. Aku akan melenyapkanmu segera dari sini."

"Jika kau bisa melakukannya, silakan. Kau tidak punya hak apa pun untuk melenyapkanku dari sini."

Joanna kali ini membulatkan matanya mendengar ucapan Julio yang sudah tidak hormat. Apa yang Julio lakukan sudah benar-benar tidak Joanna duga. Pria itu mengarahkan belati tepat ke arah leher sang pangeran. Sang pangeran tertawa mengejek. "Tidak berani katamu? Aku pangeran di sini dan kau hanya prajurit biasa!"

"Kau mungkin bisa menipu yang lain, tapi tidak denganku wahai penyihir."

Dua kali Joanna membulatkan matanya lagi. Wujud sang pangeran kini tertawa keras hingga menggema di lorong-lorong sepi. Kilatan matanya berubah menjadi kelam dan tawanya semakin lebar. Joanna yakin seyakin-yakinnya bahwa sosok itu bukanlah kakaknya. Tepat saat itu juga sosok itu berubah wujud. Seorang wanita dengan penutup kepala yang menyembunyikan mata kelamnya. Tangan-tangan panjang dengan kuku lentik berwarna hitam miliknya mencengkram tangan Julio yang masih mengarahkan pisau di lehernya. Lidahnya terjulur menjilati bibir bawah lalu tertawa keras dengan nyaring. Joanna menutup mulutnya yang hampir saja menjerit. Dia mundur perlahan dengan tatapan mengerikan.

"Auramu memang tidak biasa anak muda. Siapa kau?" tanya penyihir itu sambil mencengkram tangan Julio erat.

"Siapa aku? Itu pertanyaan yang sangat lucu."

Penyihir itu tertawa lagi dan dia menggerakkan bibirnya. Mencoba membaca beberapa mantra agar bisa melumpuhkan Julio. Dicobanya berulang-ulang berbagai mantra, tapi hasilnya nihil. Sang penyihir mendongak menatap Julio. Terlihat mata hitamnya yang mengintip dari balik penutup kepala. Sesaat kemudian dia tersenyum mengerikan. Dia memilih melepaskan tangannya yang mencengkram tangan Julio. Perlahan dia mundur teratur lalu kembali membacakan mantra untuk dirinya sendiri.

Stratený!

Sosok itu menghilang dan mengendurkan pertahanan Julio. Dia lalu menoleh ke belakang. Dilihatnya Joanna yang terduduk di lantai sambil menutup mulut. Wajahnya masih penuh dengan keterkejutan. Julio mendekatinya lalu membantu Joanna berdiri. Sang putri yang masih ketakutan menghambur memeluk Julio. Dia ketakutan karena sosok itu menjelma menjadi kakak laki-lakinya. Seandainya Joanna mengikuti ajakan kakaknya tadi, pastilah dia dalam bahaya sekarang. Penyihir itu pastilah sedang mengincarnya. Kenyataan Julio yang tahu siapa sosok itu sebenarnya masih menjadi pertanyaan untuk Joanna. Tubuhnya masih bergetar dengan hebat. Tampaknya baru kali ini Joanna melihat kejadian yang cukup mengerikan.

"Ayo kita kembali ke kamar Anda," Julio membantu Joanna berjalan. Wajah gadis itu terlihat pias meskipun dia masih membenamkan wajahnya di dada Julio.

Penyihir Sorgin telah bergerak untuk menculik Joanna dan itu artinya istana tidak lagi aman. Julio bertanya-tanya mengapa Joanna menjadi sasaran mereka. Dia mengusap perlahan bahu Joanna yang masih bergetar ketakutan. Dia harus mencari tahu apa yang telah terjadi sebenarnya.   

TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 128K 98
Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Thalia mengalami kecelakaa...
575K 33.8K 58
Selena Azaerin, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, Selena tak pernah kehilangan sifat cerobohnya. Ketika gadis itu telah menyelesai...
851K 83.1K 29
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
1.4M 126K 73
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...