𝐓𝐇𝐄 𝐒𝐓𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑 | 𝐁𝐓�...

By honeymenu

208K 35.2K 6.9K

[Pemenang Wattys 2020 Kategori Fanfiksi] ⭐ Follow dahulu sebelum membaca ⭐ Menjadi idola yang dicintai publik... More

the note
1 - The Scribble
2 - The Anxiety
3 - The Clue
4 - The Pressure
5 - The Mannequin
6 - The Fragments [2]
7 - The Hidden
8 - The Regret
9 - The Collision
10 - The Delusion
11 - The Vision
12 - The Accusation
13 - The Shot
14 - The Hesitation
15 - The Fault
16 - The Investigation [1]
16 - The Investigation [2]
17 - The Blow
18 - The Trust
19 - The Nirvana
20 - The Informant
21 - The Illegality
22 - The Resolve
23 - The Suddenness
24 - The Portal
25 - The Death
26 - The Promise
27 - The Rescue
28 - The Oblivion
29 - The Ending
The Truth [part 1]
The Truth [part 2]
The Last Note

6 - The Fragments [1]

5.7K 1.1K 123
By honeymenu

PART 1

Pecahan

.

.

Ketujuh pasang mata menyorot terpana sesuatu yang kini terpampang di depan mereka. Satu menit keheningan menyeruak di dalam mobil. Mulut mereka membuka, tetapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Rupanya mereka tak bisa bicara saking terkejutnya. Sebab rasanya, pemandangan di balik kaca mobil itu adalah sesuatu yang tampak aneh, dan pada pemahaman tertentu membuat mereka bergidik ngeri, seakan-akan ada karakter buruk rupa yang keluar dari buku dongeng dan menyiksa mereka melihat kenyataan di luar akal.

Kecuali bagi Mijin yang sepertinya tidak merasakan hal yang sama, alih-alih menghindar wanita itu justru memeluk si perempuan berwajah pahatan dengan erat, secara ajaib membuat para member yang melihatnya heran dan terguncang. Beberapa saat kemudian Mijin melepas rengkuhannya, selagi menarik selepasan napas yang kedengarannya menyiratkan rasa puas dan rindu, lalu memandang balik wanita di depannya dengan sorot sendu bercampur cemas. Dia menggumamkan kata-kata yang tak bisa didengar oleh para member. Tampaknya dia bertanya-tanya kepada si orang asing, yang menggeleng tanpa senyum dan menjawab dengan suara pelan.

"Jadi," Yoongi membuka suara. "Mereka berdua saling kenal?"

"Kelihatannya begitu," kata Taehyung. Dia memajukan tubuhnya hingga pipinya nyaris menyentuh Hoseok yang duduk di bangku depan, melebarkan akses penglihatannya untuk dua wanita muda itu.

Tunggu, muda?

Taehyung memperhatikan wajah wanita itu baik-baik. Dalam siraman keemasan matahari pagi yang menerangi tubuhnya, sosoknya kini terlihat lebih jelas. Rambut lepek kemerahan menggantung sampai melewati bahunya. Bila tak ada kelam mata yang berkilat dari dalam rongganya yang dalam, siapapun bisa mengiranya mayat. Kulit pucat keabu-abuan membungkus tulang wajahnya begitu ketat, sehingga membuatnya tampak seperti tengkorak yang dilapisi semen berkerak. Dia kelihatan seperti baru saja menelan racun yang membuat tubuhnya menjadi kepucatan dan ringkih, menyerupai nenek-nenek. Tapi, Taehyung sangsi usianya paling tidak seumuran dengan Mijin, karena Noona-nya itu sekarang tengah membelai puncak kepala sosok itu, yang entah bagaimana sama sekali tak ada perasaan jijik ketika Mijin melakukannya.

"Si―siapa orang itu? Ada apa dengan penampilan dan wajahnya?" tahu-tahu Jimin bertanya.

Mendengar suaranya yang bergetar, seluruh kepala langsung menoleh ke jok belakang, mereka nyaris lupa bila beberapa menit yang lalu keadaan salah satu temannya itu jauh dari kata baik.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Namjoon tanpa menggubris pertanyaan Jimin sebelumnya. Member yang lain menatap Jimin dengan raut cemas, seakan-akan anak itu bisa pingsan kapan saja.

"Tidak apa-apa," jawab Jimin dengan pelan. Dia merasakan kedua pipinya menghangat saat orang-orang tampak cemas kepadanya. "Aku hanya ketakutan saja. Kukira orang itu hendak mencelakai kita."

"Mereka sepertinya sudah kenal lama." Jungkook menimpali cepat, matanya melirik pemandangan di depannya sekilas sebelum kembali lagi pada Jimin. "Kita hanya bersikap berlebihan saja tadi."

"Benar," sahut Namjoon, berpikir-pikir. "Mungkin orang itu pernah melihat Mijin Noona menaiki mobil ini. Jadi saat mobil ini terparkir, dia mengira Noona ada di dalam dan hendak menyapanya, tanpa dia tahu kalau di dalamnya hanya ada kita."

Semua orang langsung mengiyakan pendapat Namjoon. Ketegangan mendadak mencair dan wajah mereka melunak memikirkan kebenaran asumsi sang ketua, tanpa menyadari bahwa sebetulnya masih ada satu orang yang rupanya merasa terlalu enggan untuk menerima pendapat Namjoon.

Pandangan Taehyung tak mau lepas dari lawan bicara Mijin yang tampak seperti mayat hidup. Dari mobil, hanya terlihat punggung Mijin yang menghadap mereka. Bahunya bergerak naik turun, memberi alasan kepada Taehyung bahwa Noona-nya mungkin sedang tertawa, barangkali tengah mengalami perbincangan seru bersama orang asing itu. Akan tetapi dahi Taehyung justru mengernyit heran saat mengawasinya. Kendati obrolan mereka berdua sepertinya menyenangkan, namun ekspresi wajah yang ditunjukkan sosok mengerikan itu justru masih tetap sama dari awal. Terlihat datar dan....

Jengkel?

Ada apa sebenarnya?

Apa Taehyung keliru mengartikan seringaian lebar di wajah wanita itu ketika mereka pertama kali melihatnya? Ataukah entah bagaimana ekspresi itu memang berubah masam ketika Mijin tiba-tiba muncul dan memeluk wanita itu?

Apa sejak awal wanita itu memang ingin bertemu dengan Noona?

"Tae, kau kenapa?" celetuk Seokjin tiba-tiba. Tangannya terjulur menyentuh bahu Taehyung, membangunkan anak itu ke permukaan kesadarannya.

Melihat kelegaan di wajah para member yang lain membuat Taehyung semakin tak tega untuk menjelaskan apa yang ada di pikirannya. Dia kemudian menyempatkan menatap sosok itu lagi dan melihat obrolan kedua wanita itu kini telah usai. Mijin melambaikan tangan pada sosok itu, yang dibalas anggukan samar sebelum orang asing itu berbalik dan melangkah menjauh. Perasaan lega tiba-tiba saja menguasai dadanya, entah bagaimana sedikit mengikis gejolak aneh yang baru saja Taehyung rasakan.

"Tidak apa," jawab Taehyung kepada Seokjin.

"Kau yakin? Wajahmu sedikit pucat ...."

Tampaknya kata-kata Seokjin telah menarik perhatian semua member. Kini Taehyung merasa semua orang melihat kepadanya dengan tatapan ingin tahu. Dia merasa tidak ada gunanya untuk memperpanjang situasi dan hendak menekankan jawaban bahwa dia baik-baik saja, tetapi ketika Taehyung hendak menjawab, suara ketukan jendela di bangku kemudi tiba-tiba terdengar. Rupanya itu Mijin yang mengawasi mereka dari balik mobil dengan tampang agak cemberut, memerintahkan siapapun untuk membuka kuncinya supaya dia bisa masuk.

-oOo-

Masih berada di dalam mobil, Mijin mendengarkan dengan baik semua tuturan Seokjin tentang ketegangan yang menyelimuti mereka beberapa menit lalu. Dia menceritakan semuanya―bagaimana dirinya begitu cemas di awal karena menyangka sosok itu sedang membuntuti mereka, Hoseok yang gemetar ketakutan, dan Jimin yang nyaris dilanda serangan panik karena mengira orang itu adalah stalker yang selama ini mengincarnya―sambil sesekali disahuti oleh para member yang lain.

"Kalau begitu," kata Mijin, seraya memperhatikan refleksi para member dari kaca spion depan. "Aku mewakili atas nama temanku untuk meminta maaf kepada kalian."

"Ah, bukan masalah," kata Namjoon, mengibaskan tangannya di udara. "Kami memakluminya."

"Tidak, tidak," kata Mijin, tampak merasa bersalah. "Baru beberapa hari ini kalian mengalami insiden pembobolan, jadi rasanya sangat wajar bila kemunculan temanku membawa dampak pada ingatan traumatis kalian. Aku akan mengatakan hal ini kepada temanku hanya supaya dia tidak asal menghampiriku di tengah jam kerja." Mijin berkata dengan berat, mendadak menyesal sekali setelah bertemu dengan temannya.

Dia melanjutkan pelan, "Salahku meninggalkan kalian begitu saja di dalam mobil agensi. Kalau penggemar ada yang tahu, bisa saja nasib kalian jauh lebih buruk dari itu."

"Apa teman Noona tahu tentang kami?" tanya Yoongi di bangku belakang.

"Dia tahu kalau aku bekerja di agensi, dan aku juga sering bercerita tentang grup kalian―maksudku, terlepas dari obrolan pribadi kita sebagai staf dan artis, oke? Sebenarnya aku hanya menawarinya majalah dan tiket konser, yah ... aku seorang promotor, dan hal seperti itu wajar bagiku," jawabnya. Mijin melajukan mobilnya berbelok ke sebuah tikungan dan melanjutkan, "Dia tentu tahu BTS, tapi aku yakin itu tidak menjadi alasannya menghampiri mobil kalian tadi. Dia sering melihatku pulang-pergi mengendarai mobil ini, jadi kupikir itu adalah alasan sebenarnya. Kalau kalian bertemu teman di jalan, yang akan kaulakukan adalah menyapanya, 'kan?"

Taehyung merasakan dadanya seperti ditonjok dari dalam ketika mendengar Mijin. Ingatannya kembali ke beberapa menit yang lalu, saat melihat wajah orang asing itu yang tampak tidak puas setelah bertemu Mijin.

"Noona," Taehyung memutuskan bertanya dengan hati-hati. "Boleh aku bertanya beberapa hal tentang temanmu itu?"

"Ya, tentu saja. Aku akan menjawabnya selama pertanyaan kalian tidak menyinggung privasinya," jawab Mijin. "Dan namanya adalah Gong Joo. Lee Gong Joo."

Siapapun yang mendengar nama sosok itu tanpa melihat wajah aslinya pasti akan membayangkan sosok gadis anggun dengan perangai gemulai yang menenangkan hati, karena secara harfiah, Gong Joo adalah nama gelar yang diberikan untuk anak perempuan raja; seorang putri. Tetapi bagi para member yang sudah menghadapi kenyataan pahit di balik keindahan namanya, tak ada respon yang lebih masuk akal selain berdehem kikuk dan menunduk kaku, menghindari tatapan mata satu sama lain. Kecuali bagi Hoseok yang buru-buru mengubah tawanya dengan batuk pendek-pendek. Baginya, tipuan di balik nama adalah lelucon yang seru.

"Kenapa orang bisa ada di sana? Ah―maksudku, apa teman Noona tinggal di daerah itu?" tanya Taehyung, berusaha menyembunyikan kecemasannya tentang jawaban yang akan dia dapat. Karena daerah tadi dekat dengan lokasi dorm mereka, rasanya sungguh aneh bila Taehyung tidak khawatir tentang kemungkinan mereka bertemu untuk kali kedua. Dia membayangkan dirinya kabur secepat kakinya bisa membawanya saat bertemu lagi dengan orang itu.

"Dia tidak tinggal di sana," jawab Mijin, tanpa sadar mengundang desahan lega dari para member. "Rumahnya ada di daerah Byongsan, di puncak bukit teh yang menghadap desa. Dia berada di dekat-dekat sini untuk belanja keperluan bulanan."

"Apa dia ...," pergi belanja dengan penamplan seperti itu? Taehyung ingin sekali menanyakannya, tapi sadar konten seperti itu bagaimanapun juga akan terdengar merendahkan. Jadi, di ujung kalimatnya yang menggantung, dia mengganti pertanyaannya, "... tidak kedinginan dengan pakaian seperti itu?"

"Oh, sepertinya tidak," kata Mijin, samar terdengar keraguan di dalam suaranya yang tenang. "Nyatanya aku sering melihatnya berpakaian seperti itu, bahkan di lingkungan rumahnya yang suhunya mencapai minus sepuluh derajat waktu musim dingin tiba."

Namjoon bergumam terkejut di tempatnya.

"Sejujurnya aku juga merasa khawatir padanya," celetuk Mijin, yang membuat para member mendadak menatap penasaran kepadanya. "Seperti yang kalian lihat, dia begitu ... murung, dan seperti orang sakit. Yah, dia memang sedang sakit, sih."

Namjoon mengernyitkan dahinya, setengah berharap Mijin akan melanjutkannya dengan kalimat 'dia sakit jiwa' atau 'mentalnya agak terganggu', akan tetapi Noona-nya itu justru berkata begini;

"Ah, yang itu tidak perlu dibahas. Pokoknya dia orang baik-baik, aku bisa menjaminnya," ujar Mijin dengan mantap. "Penampilannya memang agak berantakan, tapi kurasa aku tidak bisa berbuat apapun untuk mengubah gayanya―maksudku, barangkali dia lebih nyaman dengan dirinya yang apa adanya."

"Kalian berteman sejak kapan?" Taehyung bertanya lagi, dan agak merutuk benci karena suaranya kali ini terdengar begitu memojokkan.

"Hmm ... kira-kira sudah berjalan setahun lebih sedikit," ujarnya. Kepalanya mengangguk-angguk memastikan. "Aku kenal baik dengannya. Aku juga sering mengunjungi rumahnya dan mengajaknya keluar beberapa kali. Percayalah, dia sebenarnya sangat baik dan kalem, hanya saja orang-orang sering memandangnya dengan sebelah mata."

Setelah mengatakannya, Mijin langsung terdiam melihat ekspresi para member yang begitu canggung.

"Ah, aku tidak menyinggung kalian, sungguh!" katanya panik, merasa kata-katanya barusan telah membuat semua orang merasa buruk. "Akupun juga sama seperti kalian saat pertama kali melihatnya! Selalu waspada dan jaga jarak! Tapi setelah lama kenal dengannya, ternyata dia tidak seperti penampilannya. Dia orang yang hangat, yah, walau kadang sering murung dan misterius, secara keseluruhan dia orang yang menyenangkan. Kupikir kalian hanya butuh waktu untuk mengenalnya."

Semua orang masih merasa tidak nyaman dengan tanggapan yang diberikan Mijin, tetapi Jungkook yang tampaknya merasa bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk mencairkan suasana tahu-tahu berceletuk, "Kalau Nona Gong Joo adalah orang yang baik, lain kali kenalkan kami kepadanya."

Sementara para member yang duduk di barisnya langsung memandang Jungkook dengan sorot penuh keheranan.

"Kenapa?" gumam Jungkook tanpa suara.

-oOo-

Latihan pada hari itu berlangsung begitu sibuk sampai menjelang malam. Para member mengulang koreagrafi dan menerima arahan dari para staf teknisi yang akan bertugas di belakang panggung (untuk konser yang akan diselenggarakan minggu depan), lalu dilanjutkan dengan diskusi jadwal photoshoot untuk promosi album dan pembuatan MV.

Pukul tujuh malam kegiatan mereka berakhir. Para vokal-line yang telah selesai menyelesaikan tugasnya di bilik studio rekaman memutuskan untuk kembali ke dalam mobil lebih dahulu untuk persiapan pulang. Sementara para rapper-line―Namjoon, Yoongi dan Hoseok―baru saja menunaikan tugasnya. Saat itu, mereka hendak melangkah melewati pintu studio ketika  sebuah suara dari belakang membuat ketiganya berhenti.

"Anak-anak, kemari sebentar," panggil sang manajer.

Ketiganya cepat-cepat menghampiri manajer Sejin.

"Ada sesuatu yang mau kubicarakan," kata manajer Sejin, tangannya bergerak keatas membetulkan frame kacamatanya, selagi matanya mengawasi penjuru ruangan seakan mencari sesuatu. "Apa yang lain sudah pergi?"

"Belum," sahut Yoongi. "Mereka ada di dalam mobil, menunggu kami."

"Ah, ya ... baguslah."

Kemudian hening selama beberapa detik. Semua member menatap manajernya dengan penuh pertanyaan.

"Hyung-nim mau bicara apa?" Yoongi memutuskan untuk duduk di sofa beludru katun terdekat karena tahu pembicaraan kali ini sepertinya akan berlangsung sedikit lama.

Kim Sejin adalah tipe yang selalu ceplas-ceplos dalam mengutarakan sesuatu. Menanyakan kemana anggota yang lain pergi ketika semestinya satu telinga saja sudah cukup untuk menerima informasinya adalah basa-basi yang biasanya tidak ia tunjukkan. Jelas, manajer di depannya kali ini tampaknya juga bingung tentang bagaimana menyampaikannya. Barangkali pesan yang dibawanya menyinggung satu nama dalam daftar vocal-line, atau―kalau tebakan Yoongi benar―mungkin berhubungan dengan insiden pembobolan beberapa waktu lalu (Paling tidak itu yang bisa Yoongi simpulkan setelah melihat manajernya tampak bernapas lega mendengar ketidakhadiran para vocal-line, atau dengan kata lain, dia sedang menghindari Jimin yang baru-baru ini mendapat ancaman dari seorang penjahat).

"Kalian masih ingat Song Chaewong kan? Kepala divisi penyelidikan yang mengusut kasus dorm kalian," ujar manajer Sejin, mencoba terdengar netral. "Tadi pagi aku mendapat pesan darinya untuk datang ke kepolisian pusat."

Mata Hoseok langsung melebar. "Pelakunya sudah ketemu?"

"Ah, begini," kata manajer Sejin, menyela Namjoon yang sepertinya hendak bicara. "Pelakunya memang belum ketemu, tapi ada beberapa dugaan yang berhasil mereka kumpulkan. Beliau memintaku datang ke kantornya sore ini untuk membicarakan hal itu."

"Apa Hyung-nim menyuruh kami untuk pergi ke kantor polisi?" Yoongi bertanya terang-terangan.

"Ya, kau benar," kata manajer Sejin. "Sebenarnya aku berniat pergi sendiri, tapi kurasa akan lebih bijaksana bila salah satu dari kalian ikut. Paling tidak kalian jadi lebih mudah untuk memikirkan langkah-langkah selanjutnya untuk menjaga diri. Chaewong-ssi bilang," dia berdehem kecil, menjeda kalimatnya untuk memberinya waktu berpikir, "pelakunya mungkin masih belum berhenti mengincar kalian."

Namjoon menatap manajernya tidak percaya. Mulutnya membuka dan mengatup-ngatup tanpa suara. Sementara Yoongi justru mendesak, nada bicaranya naik satu oktaf. "Apa itu artinya pesan berdarah itu bukan hanya sekedar ancaman? Apa penjahat itu benar-benar berencana untuk mendapatkan Jimin?"

Manajer Sejin tampak panik dan secara spontan berpaling mengawasi penjuru ruangan lagi.

"Aku tidak tahu! Karena alasan inilah aku ingin mengajak kalian pergi ke kantor polisi dan mendengar laporan mereka!" tukas manajer Sejin dengan tidak sabar. "Aku sengaja menunggu saat dimana Jimin sedang tidak bersama kalian, karena aku tahu anak itu pasti akan merasa jauh lebih tertekan bila mendengar berita ini."

"Kenapa kepolisian bisa menyimpulkan seperti itu?" Hoseok bersuara, tangannya bergerak gelisah menggaruk cuping telinganya.

"Entahlah. Beliau bilang laporan selengkapnya akan diberitahukan di kantor polisi. Beliau juga sempat menyampaikan kalau pembobolan dorm yang kalian alami mungkin ada hubungannya dengan tindak kriminal yang belakangan terjadi di dekat daerah kalian."

"Apa aku tidak salah dengar?" Namjoon menyipitkan matanya. Nada bicaranya nyaris berbisik saking tidak percayanya.

"Yah, kau pasti tahu kasus mana yang kumaksud," kata manajer Sejin.

Hoseok dan Yoongi berusaha mencerna maksud perkataan manajernya dan kalimat bernada ketidakpercayaan dari Namjoon. Namun, baru beberapa detik berenang di dalam pikirannya masing-masing, Yoongi―seakan dihantam batu―langsung membelalak kaget. Dia tahu persis kemana pembicaraan ini bermuara.

"Korban pemukulan dari SMA Wangdool itu," ujarnya dengan berat.

Semua mata menatap Yoongi. Pemuda itu kemudian beringsut menunduk di atas sofanya dan mengusap rambut kepalanya dengan gusar. Sorot matanya yang tampak berkilat muram karena remang cahaya studio bersembunyi di balik pelupuknya, memendam berbagai perasaan tidak enak yang merayap naik ke permukaan.[]


a/n

Part 2 akan aku up paling cepat besok, dan aku harap kalian enggak akan bosen karena nanti akan penuh dengan penjelasan-penjelasan tentang kasus penyelidikan (alasan di balik judul chap yang aku pilih). 😁😁

Gak panjang kok, paling cuma 1500 words doang

Maaf yaa kalo ff ku bosenin, jarang ada momen bts nya, isinya kasus2 sama teori doang :')

Dan aku sangat berterimakasih untuk yang masih setia baca, vote dan juga komen ❤❤

Thanks for reading :)

Continue Reading

You'll Also Like

53.5K 6.6K 29
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
23.1K 4.6K 10
Jadi mahasiswa katanya keren. [On Hold] Kalau sudah jadi mahasiswa bisa melakukan banyak hal. Kalau sudah mahasiswa, lebih gampang mencari pacar. Ter...
47.4K 1.9K 42
[Proses Revisi] Menyukai seseorang yang tidak menyukai kita bagaikan Bintang Senja yang hanya bisa di tatap tanpa bisa dimiliki. Kamu, Bintang Senja...
453 83 9
Purple Universe Project | BTS Jhope Part . Bintang, seorang Sarjana Arsitektur yang bekerja di sebuah perusahaan properti milik keluarga. Kesukaannya...