Our's Daughter

By shikyo-chan

522K 31K 4.4K

Miris.. aku mencintaimu yang telah mencintainya! Aku akan pergi.. jagalah dirimu.. Dan aku akan menjaganya... More

01.Love is Hurt
02.It is Hurt
03.Oh God!!!
04.OH NO!!!
05.Uchiha's Family
06.Almost
07.Meet
08.Sasuke Friends
09.Try to find you baby
Promosi
10.Problem Come
11.She's Back(The Evil)
dibalik layar Our's Daugther
12. Dinner
13.Incident
14.That Real??
15.That You
16.Reunion
17.Talk To You
18.Forgiveness
19.Friend's
20.Story
21.Twins
22.Naruto Tears
23.Hurting You
24.Headphone(?)
25.Revenge
26.Video call?
27.Another Side
28.Dobe and Teme
30.Sasuke plan
PENGUMUMAN!!!
31.Queen
32.Happy Time
33.What?!
34.Why You Come?
35.On The Way
36.Konoha
37.Namikaze Family
38.The Day[End]
Extra part-1
Extra Part-2[END]
PENGUMUMAN!!!

29.Pain

9.2K 708 123
By shikyo-chan

Hope you enjoy.. 😉😉😘😘

.

.

.

Disclaimer: Naruto belong Masashi Kishimoto-sensei (Shikyo cuma ngontrak gratis aja) 😅😅

Pair: SasuFemNaru

Rate: T

Genre: hurt, romance, baby, family, friendship

Warning: gender bender, OOC, OC, Typo bertebaran, alur kecepetan, aneh, abal, gaje, ancur, dll

DILARANG MENGCOPPAS SEBAGIAN ATAU SELURUH CERITA INI TERMASUK CERITA SHIKYO YANG LAIN!!! *yah.. Walau ceritanya gak bagus-bagus amat sih* 😅😅

.

.

.

Our's Daughter
By: Shikyo-chan

.

.

.

Kushina Pov: ON

.

.

.

Aku berlari seperti orang gila kesana-kemari, aku terus berlari walau tidak mengenali tempat ini. Memang tempat ini begitu Indah, tapi entah mengapa terasa begitu dingin.

Dibalik indahnya tempat ini, terasa begitu mengerikan. Disini terdapat Padang rumput yang begitu luas membentang, dengan rumput hijaunya dan begitu banyaknya bunga beraneka warna sebagai penghiasnya, namun kini pemandangan Indah ini tertutupi kabut tipis.

Aku terus berlari tak tentu arah, entah apa yang tengah kucari ditempat seperti ini. Aku bahkan tidak tahu sama sekali tempat apa ini, dan mengapa aku berada ditempat ini.

Aku berhenti berlari saat kulihat sosok gadis yang begitu kurindukan, gadis yang begitu ingin kudekap erat, gadis yang begitu banyak kulukai hati dan perasaannya.

Putriku..

Putriku yang cantik..

Kini ia tengah melihat kearahku, dengan tatapan sendu dan sedihnya. Sorot matanya menggambarkan luka yang begitu mendalam, aku tahu dan menyadarinya jikalau akulah penyebabnya.

"Naru-chan..?!" Panggilku.

"........." Dia diam tidak bergerak sama sekali, dan hanya memandangku dengan sendu.

"Naru-chan?!" Panggilku lagi, dan kini kakiku mulai melangkah mendekatinya.

"............" Dia tetap diam, tapi setiap aku melangkahkan kakiku satu langkah dia mundur satu langkah begitu pun seterusnya.

"Naru-chan?! Mengapa kau menghindari Kaa-chan, sayang?" Bingungku.

"........" Dia tetap membisu dan hanya memandangku dengan mata sendu dan penuh lukanya.

"Sayang..?!" Panggilku lagi dan memcoba kembali melangkah mendekatinya, namun kembali ia melangkah mundur.

"..........." Dia tetap diam.

"Naru-chan, kenapa kau menjauhi Kaa-chan, sayang?" Ulangku kembali.

".........." Dia tetap saja diam.

Aku melangkah menuju dirinya, tapi setiap aku melangkah maju dia melangkah mundur.

"Sayang, Kaa-chan begitu merindukanmu. Kaa-chan ingin memelukmu, kenapa kau menjauh dari Kaa-chan?" Tanyaku.

Hatiku berdenyut sakit saat melihat tatapan penuh luka itu, dia tetap melangkah mundur, tidak menjawab pertanyaanku sama sekali.

"Kaa-chan sangat merindukanmu sayang, Kaa-chan mohon jangan menjauh lagi.. Kaa-chan mohon.. " Kataku.

"Tidak. Kaa-chan bohong." Ia akhirnya bersuara dangan menggeleng keras, dan tetap berjalan mundur.

"Itu tidak benar sayang, Kaa-chan sangat merindukanmu. Kaa-chan minta maaf sayang, kembalilah.. " Mohonku sambil terus berjalan maju kearahnya.

"Tidak! Kaa-chan bohong! Kaa-chan bohong!!" Teriaknya dangn gelengan keras, dan air mata itu telah mengalir dengan deras dari mata Indah itu.

"Tidak sayang.. Kaa-chan tidak bohong, kembalilah.. Kami begitu merindukanmu.." Mohonku lagi.

"Tidak!! Kalian sering menyakitiku! Kalian tidak sayang padaku! Kaa-chan tidak menyukaiku karena aku sehat. Kaa-chan jahat! Kalian jahat!! Aku benci kalian!!!" Teriaknya keras dan langsung berlari menjauhiku.

"Naru-chan....?!!" Panggilku dengan keras sambil mengikutinya.

Aku terus mengikuti kemana dirinya pergi, namun dia tiba-tiba menghilang tak terjangkau oleh pandanganku. Tiba-tiba kabut tipis itu lenyap entah kemana, hingga pemandangan yang begitu Indah itu kini terlihat. Namun, rasa dingin nan menusuk itu masih tetap ada bahkan kian mencekam.

Dan pemandangan dihadapanku kini langsung berubah, tubuhku bergetar hebat, mataku membola, jantungku bertalu-talu dengan kerasnya.

Kulihat kini putriku tengah berdiri dibibir jurang yang terlihat kelam dan mengerikan, aku ingin berlari mendekatinya namun aku tidak bisa menggerakan kedua kakiku. Seolah-olah kakiku berubah jadi manekin saat ini, kulihat ia melihat kearahku dan tersenyum sedih.

"Naru-chan.. " Ucapku lirih.

"Aku begitu menyayangi kalian, tapi kalian tidak menyayangiku. Kalian membenciku, kalian menorehkan luka yang begitu dalam dihatiku hingga rasanya begitu menyakitkan." Katanya dengan menatap tepat kemataku.

Beribu-ribu jarum tertancap dihatiku saat aku mendengar ucapannya, dan entah apa yang terjadi hingga aku tidak bisa bersuara dan bahkan tidak bisa bergerak dari tempatku berdiri saat ini, sungguh ini terasa sangat sulit.

"Aku mencintai kalian semua. Karena kalian tidak menginginkan keberadaanku, maka aku akan pergi.." Ucapnya lagi.

"........" Aku berusaha dengan keras ingin berteriak, tapi suaraku tidak bisa keluar.

"Aku menyayangimu Kaa-chan.. " Katanya dan tersenyum pahit.

"........" Aku menggeleng keras. Aku berusaha ingin mengucapkan sesuatu namun tidak kunjung bisa, hingga hanya air mata yang bisa menjadi wakil perasaanku saat ini.

"Aku pergi Kaa-chan.. Sayounara... "

Dan...

Wusss......

.

.

.

"TIDAAAAKK......!!! NARU-CHAANN.....!!!" Aku terhenyak dari tidurku dipagi buta ini.

"Cuma mimpi.. Ha-hanya mimpi.. Hanya mimpi.. " Ucapku berulang-ulang, sambil memenangkan degub jantungku yang tidak karuan. Aku bersyukur yang tadi itu hanya mimpi belaka, meski kuakui kini aku telah kehilangannya.

Aku telah mendorongnya jatuh kejurang yang begitu dingin dan gelap, jurang yang dinamakan 'kesepian'. Aku begitu mengacuhkannya, parahnya bukan hanya aku saja yang mengucilkannya tapi kami semua.

Sudah berkali-kali Naruko-chan mencoba menyadarkan kami, terutama aku. Namun tidak kami indahkan sama sekali, dan lihatlah kini apa yang terjadi pada keluarga kami saat ini, tiada cahaya yang Indah lagi didalam rumah kami.

Aku menghela nafas lelah, entah ini mimpi buruk yang keberapa kalinya, aku pun lupa atau lebih tepatnya sudah lelah untuk menghitung. Setelah mengetahui Putri bungsuku menghilang, mimpi buruk itu selalu datang menghampiriku setiap malamnya.

Aku sadar inilah hukuman Kami-sama kepadaku, aku menerimanya dengan lapang dada bahkan aku pantas mendapatkan hukuman yang lebih kejam lagi. Tapi melihat ia tersenyum dalam pelukan keluarga lain, hal itu sungguh membuat hatiku berdenyut sakit.

Cemburu..

Kecewa pada diriku sendiri..

Dan tercampakan..

Kini rasa itu menghampiri hatiku, aku merasa tidak pantas untuk bertemu lagi dengannya. Tapi rasa rindu yang setiap detiknya menggerogoti relung hatiku inilah yang mendorongku untuk menemuinya, dan berharap bisa membawanya kembali kedalam rumah ini lagi.

Walau kuakui itu sangatlah mustahil, walau kini kenyataannya dia tidak lagi berada dikota ini dan telah kembali pergi dari kehidupan kami... Lagi..

Aku tetap akan berjuang, untuk mendapatkan maaf darinya...

Dari putriku..

.

.

.

Kushina Pov: OFF

.

.

.

Kushina menoleh kearah kanannya, ia mendapati tempat tidur yang seharusnya ditempati suaminya kini kosong, kembali.

"Mungkin ia masih diruang kerja" Batinnya miris.

Setelah mengetahui Putri bungsu mereka pergi dan tak kunjung kembali, Minato sering menghabiskan malamnya diruang kerja. Menyibukan dirinya dengan pekerjaan, mencoba mengalihakan perhatiannya dan hatinya yang sakit walau hanya sejenak.

Keluarganya yang memang terlihat sangat sempurna dan bahagia dimata orang lain disetiap harinya, namun tanpa diketahui khalayak, ketika menjelang malam tiba semua itu langsung lenyap tak tersisa. Hanya ada rasa hambar dan hampa didalam keluarga itu, dan penyesalan itu pun selalu tak pernah berhenti menggerogoti relung hati mereka.

"Naru-chan.. Kenapa kau kembali pergi sayang..? Apa sebegitu bencikah dirimu pada kami? Apa kami tidak bisa mendapat maaf darimu? Maafkan kami sayang.. Maafkan Kaa-chan.. " Lirih Kushina, tangisnya mulai pecah kembali malam ini. Tangisannya sebagai nyanyian pengiring malam yang kian mencekam dan mencekik dikediaman mewah Namikaze.

Dengan segera Kushina menyibakan selimut tebal yang membungkusnya, ia segera turun dari ranjang dan langsung berlari keluar kamar tanpa mengenakan sandal lantainya.

Ia terus berlari melewati koridor yang terlihat sepi, tanpa memperdulikan dinginnya lantai yang begitu menusuk, dirinya tetap berlari menuju satu tempat.

BRAAAAKKK.....!!

Dengan keras dia membuka pintu itu, segera setelahnya Kushina langsung berlari menuju ranjang. Wanita bersurai merah itu langsung berbaring diranjang itu, ia langsung memeluk boneka kesayangan'nya'.

Ia tengah mencari ketenangan hati ditempat tidur yang begitu dingin itu, ia mencari aroma yang masih tersisa disana walau pun sangatlah mustahil. Ia mendekap erat boneka kesayangan'nya', boneka beruang milik Naruto.

Selalu, setiap malam, setelah mimpi buruk mendatanginya hanya dengan pergi kekamar Naruto lah baru Kushina bisa merasa tenang.

"Naru-chan.. " Lirihnya begitu menyayat hati siapa pun yang mendengarnya.

"Maafkan Kaa-chan, sayang... "

.

.

.

Kyuubi tidak bisa tidur, hal ini sudah biasa terjadi padanya. Setelah kepergian Naruto, kehidupan mereka berubah total.

Jujur ia sangat merasa kecewa pada dirinya sendiri saat ia marah dan memaki pada Naruto, namun sebenarnya dibalik sikap kasarnya, ia bingung bagaimana cara untuk berhadapan langsung dan mengungkapkan rasa rindunya pada adik bungsunya itu.

Ia merasa gugup saat bertatap muka langsung dengan Naruto, dan juga ia merasa cemburu ternyata ada orang lain yag begitu dekat serta dipanggil 'Kakak' olehnya.

Ia merasa cemburu, ternyata tempatnya tergeser oleh orang lain, ia merasa cemburu dan sakit karena tercampakan. Meski ia tahu, dialah yang pertama kali mencampakan adik bungsunya itu, dulu...

Ketika ia ingin kedapur untuk mengambil minuman, tanpa sengaja ia melihat siluet yang begitu dikenalnya tengah berlari menuju kamar yang tidak jauh dari kamarnya.

"Kaa-chan..?" Gumamnya.

Tanpa pikir panjang, ia mengikuti kemana sang ibu pergi. Meski ia tahu kemana persisnya arah yang ibu-nya tuju, namun tetap saja ia mengikutinya karena ia khawatir.

Dan kembali.. Entah apa dan yang beberapa kalinya ia melihat pemandangan yang sama di setiap malamnya, ia melihat sang ibu menangis tersedu-sedu didalam kamar Naruto.

Begitu besar rasa bersalah mereka hingga membuat mereka tersiksa setiap harinya, tapi mereka merasa lebih dari pantas untuk mendapatkan itu semua.

Kyuubi menyandarkan tubuhnya didinding tepat disamping pintu kamar Naruto yang terbuka lebar, tubuhnya merosot kelantai saat mendengar tangisan Ibu-nya mengalun lagi, seperti malam-malam sebelumnya.

"Naru.. Maafkan kami, jika dengan menghukum kami maka sakit hatimu akan terobati, maka lakukanlah.. Tapi kami mohon, kembalilah.. " Lirih Kyuubi miris, berharap Naruto bisa mendengarnya.

"Nii-san?!" Panggil Naruko.

Kini ia melihat sang Kakak tengah terduduk dilantai, hatinya kembali berdenyut sakit saat melihat pemandangan dihadapannya. Memang, kamar Naruko dan Naruto berhadapan dan otomatis saat kejadian seperti ini terulang lagi, dirinya bisa langsung tahu.

"Ruko-chan, kau belum tidur?" Tanya Kyuubi.

"Kau sendiri juga kenapa belum tidur Nii-san?" Naruko balik bertanya.

Kyuubi terseyum kecut. "Aku tidak bisa tidur." Jawabnya.

Naruko langsung duduk dilantai, disamping sang Kakak. Ia tidak bisa menghampiri sang Ibu saat ini, bukan karena ia tidak perduli melainkan karena ia tahu sang Ibu butuh menenangkan diri dengan berdiam diri dikamar adik kembarnya.

"Kami begitu bersalah kepada Naru-chan, bukan? Entah seberapa banyak luka yang kami torehkan pada hatinya." Kata Kyuubi lirih.

"Ini semua salah Ruko. Kalau saja Ruko tidak lemah, mungkin hal ini tidaklah terjadi." Kata Naruko sedih.

"Tidak, ini buka salahmu Ruko-chan. Andai kami bisa adil waktu itu, semuanya tidak akan serumit ini." Kata Kyuubi menenangkan sang Adik.

"Apa Tou-san masih diruang kerja?" Tanya Naruko cemas.

"Sepertinya iya, melihat Kaa-chan kemari tanpa diikuti Tou-san, sudah menjelaskan jika beliau masih diruang kerja saat ini." Jawab Kyuubi.

"Tou-san hanya ingin mengalihkan perhatian Nii-san, beliau juga terpukul." Kata Naruko.

Kyuubi menangguk. "Ya, kau benar. Kita semua terluka, terlebih lagi kau dan saudara kembarmu. Maafkan kami Ruko-chan, karena keegoisan kami kalian jadi harus terpisah." Mohonnya dengan tertunduk sedih.

"Tidak Nii-chan, jangan berbicara seperti itu. Ini semua sudah takdir." Kata Naruko memprotes.

Kyuubi tersenyum sendu. "Andai waktu dapat diputar kembali... " Gumamnya yang masih bisa didengar Naruko.

Naruko tersenyum miris saat mendengarnya, ia merasa kecewa pada dirinya sendiri. Ia merasa karena dirinyalah hal ini terjadi, karena dirinyalah yang membuat sang Mentari pergi.

"Naru-chan.. Kami begitu merindukanmu.. Apa kau bisa, merasakannya..?" Batin Naruko sedih.

.

.

.

TBC

.

.

.

Ok, ini chap sudah selesai.. Semoga suka, amiin.. 😊😊

Oh ya, mau tanya.. Kalau misalkan cerita ini dibuatkan sequel gimana? Ada yang mau minat baca gak? Tapi mungkin cerita Cintanya Suki, tapi ini baru rencana sih, hehehe.. #garuk-garuk 😅😅

Jadi gimana..??

Tinggalkan jejak please..? 😉😉😘😘

#Love_hug_Shikyo_chan

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 143K 73
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
9.1K 763 18
"¿cuál es tu nombre? (Siapa namamu?)" Aciel terlihat mulai mendekatkan posis duduknya dengan Viera "Zaviera Tama?" sahut Viera ramah "ers mi Papa ama...
197K 19K 71
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
15.3K 1.4K 21
"SADARLAH DIA HANYA MIMPI SAJA YOOK SUNGJAE!" Setiap hari ku harus mendengar kata-kata seperti itu... Memang mereka tak sepenuhnya salah begitu jug...