Love by Accident

By Anindana

24.7M 1.4M 54.1K

Pengalaman ditinggal orang yang dicintai, membuat kedua anak manusia terperangkap dalam sebuah kesalahan yang... More

Prolog
LBA 1
LBA 2
LBA 3
LBA 4
LBA 5
LBA 6
LBA 7
LBA 8
LBA 9
LBA 10
LBA 11
LBA 12
LBA 13
LBA 14
LBA 15
LBA 16
LBA 17
LBA 18
LBA 19
LBA 20
LBA 21
LBA 22
LBA 24
LBA 25
LBA 26
LBA 27
LBA 28
LBA 29
LBA 30
LBA 31
LBA 32
LBA 33
LBA 34
LBA 35
LBA 36
LBA 37
LBA 38
LBA 39
LBA 40
LBA 41
SHORT ANNOUNCEMENT
LBA 42
LBA 43 [END]
Epilog đź’™
Epilog Repost.
OPEN PO FATED!!!
OPEN PO!! ( Iklan )
OPEN PO!!! (Iklan lagii permisi)
OPEN PO LBA!!!

LBA 23

484K 32.6K 1.4K
By Anindana

Yo, guys!

Ijin ga double ya. ✌

Pms day 1 itu amat sangat menyiksa lahir dan batin 😂 (kalian akan tahu kalau kalian cewek.)

Selamat membaca!

***

Tok tok tok tok

"Tuan Mafia, kau belum bangun?" Teriak Natalie dengan semangat juangnya di depan pintu kamar Alexis sejak 10 menit yang lalu. "Aku harus pergi bekerja. Kau tidak ada pekerjaan?"

Alexis didalam sana sudah bangun dan siap dengan setelan kemejanya. Tapi ia tidak berani untuk keluar dan memilih untuk berdiam di kamarnya saja. Ia tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengan Natalie setelah kemarin.

"Ayolah, tuan mafia! Kau masih memikirkan yang kemarin?" Teriak Natalie seakan bisa membaca pemikiran Alexis. "Aku akan berpura-pura lupa kalau kau cemburu pada Anthonie dan juga James. Aku berjanji!"

Alexis meringis. Kau baru saja menyebutkannya, bodoh!

Alexis memutuskan untuk berjalan kearah pintu lalu membukanya dan berhadapan langsung dengan Natalie.

Natalie yang masih mengetuk pintu dan tidak tahu Alexis akan tiba-tiba membukanya kemudian beralih mengetuk dada bidang Alexis. Natalie menyengir salah tingkah saat melihat wajah datar Alexis. "Eh,Tuan mafia sudah siap. Selamat pagi," Sapanya cengengesan.

Tangan Alexis rasanya gatal ingin memainkan kedua pipi Natalie yang terlihat lebih berisi dari biasanya. Tapi Alexis tentu masih sadar dan dapat menahan dirinya sebelum Natalie mengolok-oloknya lagi.

"Ayo." Alexis berjalan melalui Natalie tanpa menjawab sapaan wanita itu.

Natalie mencibir dibalik punggung Alexis, "apa susahnya membalas sapaanku? Cih!" Ia berbisik kecil.

Alexis berhenti dan berbalik. Nyaris saja Natalie menabrak dada bidang itu kalau saja ia tidak refleks ikut berhenti.

"Kenapa?" Tanya Natalie.

Alexis menatap Natalie beberapa detik kemudian ia membungkuk kearah perut Natalie yang masih terlihat rata. Tidak terlihat sama sekali kalau wanita berumur 20 tahun itu sedang hamil 3 bulan. "Selamat pagi, baby." Sapanya kemudian ia kembali berbalik dan memunggungi Natalie.

Natalie tercengang kemudian kedua sudut bibirnya tertarik lebar. Meski bukan menyapanya secara langsung, Natalie sudah merasa senang. Wanita itu kemudian berlari dan mensejajarkan langkahnya dengan Alexis yang masih memasang wajah datarnya.

"Perhatikan langkahmu saat turun tangga, Natalie!" Alexis memperingati saat Natalie yang bukan memperhatikan jalan, ia malah menatapnya.

"Tuan mafia, malam ini ada acara ulang tahun Anthonie. Kau mau ikut? Dia pasti akan senang kalau kau datang." Natalie terkekeh setengah menyindir Alexis.

"Tidak, terima kasih." Tolak Alexis cepat. Ia tidak bisa membayangkan dirinya di pesta para Gay itu. Memikirkannya saja sudah membuatnya merinding.

Natalie menangkap keengganan itu kemudian tertawa. Ia berjalan ke depan Alexis dan melangkah mundur di depan laki-laki itu. "Kalau begitu kau tidak perlu menjemputku hari ini. Nanti aku pergi bersama James saja. Kau juga tidak perlu menungguku, aku akan pulang ke Apartemenku atau mungkin aku akan menginap di tempat Anthonie. Jadi kau bisa beristirahat-"

Alexis menangkap pinggang Natalie, membuat ucapan wanita itu mengambang. Natalie berjalan mundur tanpa tahu kalau di belakangnya sudah ada undakan tangga yang diap membuatnya berguling hingga ke bawah. Selain itu, Alexis juga tidak menyukai rencana Natalie. Entah itu yang pertama, atau yang kedua.

"Sudah ku katakan, perhatikan langkahmu!" Omel Alexis sambil menarik Natalie ke sebelahnya. Ia berdecak dan kembali berjalan menuju ke mobilnya diikuti oleh Natalie yang mencibir di belakangnya.

Begitu masuk kedalam mobil, mereka terdiam hingga Alexis menyuarakan pemikirannya. "Aku akan mengantarmu nanti malam. Katakan kapan pesta itu selesai dan aku akan menjemputmu lagi. Tidak usah kembali ke Apartemenmu atau menginap di tempat mereka. Kau mengerti?" Suara Alexis terdengar ketus.

Natalie menoleh dan terkekeh, "kenapa? Mereka tidak akan menyerangku."

"Mereka tetap laki-laki, Natalie! Kau tidak tahu apa yang ada di pemikiran mereka. Siapa tahu saja hari ini mereka memutuskan untuk merubah orientasi seksual mereka? Dan apa yang kau pikirkan menginap di tempat laki-laki?! Bodoh!" Gerutu Alexis tanpa henti.

"Aku juga menginap di tempatmu. Kau laki-laki, kan?" Tanya Natalie bingung. "Kenapa kau tidak mempermasalahkan ini, melainkan mempermasalahkan itu?" Natalie melipat kedua tangannya di depan dada seakan menantang Alexis.

Alexis terdiam sejenak kemudian kembali berbicara, "aku yakin aku tidak akan melakukan apapun padamu, jadi kau aman."

Natalie mendengus dan menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi, "yang benar saja," bisiknya mencibir. "Aku tidak akan hamil kalau kau tidak melakukan apapun padaku. Aman kepalamu!"

***

Pesta yang cukup meriah meski hanya di selenggarakan kecil-kecilan dengan mengundang sahabat dan pegawai restoran berakhir saat waktu sudah menunjukan pergantian hari.

Natalie sudah mengirimkan pesan singkat pada Alexis kalau ia sudah selesai dan sekarang ia sedang menunggu di lobby hotel sambil menahan kantuk.

Anthonie dan James tidak pulang, melainkan menginap di kamar atas setelah pesta selesai. Natalie merinding memikirkan apa yang akan mereka lakukan bersama disana, dan untung saja ia menerima tawaran Alexis untuk mengantar jemputnya. Kalau tidak, mungkin Natalie akan menjadi penonton atau pengganggu acara kedua laki-laki itu.

Kakinya terasa sedikit bengkak akibat berdiri terlalu lama sejak bekerja juga pesta tadi. Disaat seperti ini, ia malah ingin Alexis memijati kakinya. Tapi pastinya laki-laki itu akan menolak mentah-mentah mengingat gengsi selangit laki-laki super menyebalkan itu.

"Natnat is that you?"

Natalie mendongak. Ia terdiam sebentar sebelum mengenali laki-laki di depannya dan tersenyum kecil. "Fabian?"

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya laki-laki yang merupakan mantan kekasih brengseknya itu dengan mata memindai dari atas kebawah. "Kau terlihat berbeda."

Natalie malam itu mengenakan croptee juga celana pendek dan boots. Ia tidak pernah mengenakan pakaian seperti itu sebelumnya ketika bersama Fabian. Natalie memang selalu mengenakan kaus dan celana panjang selama ini, tapi khusus hari ini, ia ingin tampil lebih baik untuk pesta ulang tahun temannya.

"Kau sedang apa disini?" Tanya Natalie mengabaikan pertanyaan Fabian barusan.

"Krystal dan aku baru selesai makan malam dan kami baru akan kembali ke kamar kami. Tapi aku tidak sengaja melihatmu dan memutuskan untuk memastikan sendiri, ternyata benar." Fabian tersenyum miring. "Kau terlihat jauh lebih baik. Apa kau baru naik jabatan?"

"Tidak. Aku sudah pindah tempat kerja," Jawab Natalie.

"Tentu saja. Siapa yang tahan dengan gadis ceroboh sepertimu?" Sindir Fabian sambil tertawa. "Kalau bukan karena kau mudah kubohongi, aku juga tidak akan tahan selama itu."

Ucapan Fabian barusan tentu saja menyindir Natalie. Alexis juga sering menyindir kecerobohannya, dan Natalie juga sudah tahu kalau Fabian hanya membodohinya demi uang yang ia tabung untuk hari pernikahan yang Fabian janjikan. Tapi mendengarnya langsung dari mulut Fabian, tentu saja itu lebih menyakitkan.

"Jadi apa pekerjaanmu sekarang? Kenapa kau ada dihotel malam-malam begini?" Tanya Fabian sambil bersedekap. "Ah... apa pada akhirnya kau sadar kalau kau tidak bisa melakukan apapun dengan benar selain menjual dirimu ke pengusaha-pengusaha? Cih... sikapmu saja yang pura-pura menolakku dulu. Nyatanya sekarang kau malah menjual dirimu." Cibirnya.

Natalie geram. Ingin sekali menampar wajah Fabian yang sudah seenaknya berbicara hal-hal menjijikan mengenainya.

Natalie berdiri menghadap Fabian langsung. "Dengar,"

"Apa?" Tanya Fabian memandang rendah Natalie. "Hei sejujurnya, aku mulai merasa kesal karena kau menolakku dulu. Bagaimana kalau lain kali kau bermain bersamaku? Mengenai uang, tenang saja. Krystal kaya. Aku bisa membayar-"

Natalie terkesiap ketika ada kepalan tangan yang melayang melewatinya dan mengenai wajah Fabian telak hingga laki-laki itu terlempar.

Natalie lebih terkejut lagi ketika melihat wajah Alexis yang sangat menyeramkan.

"She's not for sale!" Suara bass Alexis bahkan terdengar lebih menyeramkan dari biasanya. Alexis berbalik dan langsung menggenggam tangan Natalie, menariknya pergi bersamanya.

Alexis baru sampai ketika ia tidak sengaja mendengar apa yang laki-laki itu katakan mengenai Natalie yang menjual dirinya dan juga bagaimana laki-laki itu berminat membayar Natalie. Pikirannya gelap seketika dan menghajar laki-laki itu hanyalah hal yang ingin Alexis lakukan.

Sesampainya di mobil, mereka masih sama-sama diam. Alexis masih menahan emosinya, Natalie masih menahan kejengkelan dan kesedihannya atas ucapan dan penilaian Fabian.

"Kau apa-apaan? Kau selama ini selalu bisa melawanku, kenapa melawan laki-laki itu saja kau tidak bisa?!" Tuding Alexis masih terdengar penuh emosi.

Natalie menoleh sebentar sebelum kembali mendunduk dan menatap jemarinya, "Yang kau tonjok barusan adalah Fabian."

Alexis mengerjap. Ia seperti pernah mendengar nama itu. Tapi dimana?

Mata Alexis melebar saat mengingat dimana dia pernah mendengar nama itu.

"Dia mantan pacarmu yang brengsek itu?! Kenapa kau tidak mengatakannya? Aku akan memberikan pelajaran lagi!" Putus Alexis kembali ingin keluar sebelum Natalie menahan lengan Alexis.

"Jangan..."

"Dia barusan menghinamu, Nat! Kau bodoh?" Desis Alexis galak. Natalie mencibir tanpa menjawab pertanyaan sindiran Alexis. Alexis kemudian menyipit menatap Natalie yang masih menunduk, "jangan katakan padaku kalau kau masih peduli padanya?"

"Bukannya peduli..." bantah Natalie tanpa mengangkat kepalanya. Ia berdecak, tidak bisa menemukan alasan yang tepat kenapa ia tidak membiarkan Alexis menghajar Fabian. "Ck! Pokoknya kau tidak mengerti. Fabian pernah menarikku dari kegelapan dulu. Aku berhutang padanya..."

Dada Alexis merasakan nyeri melihat keraguan Natalie saat mendefinisikan arti Fabian di hidupnya. Ia tidak suka bagaimana Natalie yang biasanya selalu bersemangat membalas semua kata-katanya bahkan mengolok-oloknya menjadi kucing pendiam yang takut disiram air begini.

Apalagi ketika satu pemikiran masuk ke kepala Alexis ketika wanita yang tengah mengandung anaknya kembali terdiam.

"Kau masih berharap bisa kembali bersamanya?" Tanya Alexis datar.

"Tidak. Dia sudah punya wanita bernama Krystal." Natalie masih menunduk menatap jemarinya.

"Tapi kau masih mencintainya, kan?"

Alexis menahan nafasnya ketika Natalie tiba-tiba mendongak dan menatapnya. Mata wanita itu sayu, tidak seceria biasanya. Kebingungan dan kesedihan terpancar dari kedua bola mata wanita itu.

Untuk sekian detik yang terasa lama, Alexis masih menahan nafasnya menunggu jawaban Natalie.

Wanita itu menghela nafas setelah terdiam cukup lama, "kurasa tidak. Entahlah..." ujarnya tidak yakin.

Natalie terkejut saat tangan hangat Alexis menyentuh pipinya. Ia kembali menatap Alexis yang tengah menatapnya lembut, selembut gula kapas.

"Aku bisa move on dari Kelly, kau juga pasti bisa melakukannya. Kita lalui bersama, ok?" Ucapnya dengan lembut. Alexis bahkan menyunggingkan senyumnya yang jarang ia perlihatkan pada Natalie.

Natalie menarik kedua sudut bibirnya, dan menyipit menatap Alexis.

"Jadi benar kau sudah bisa melupakan Kelly?" Tanyanya.

Pertanyaan itu menyentil-nyentik harga diri Alexis hingga Alexis melepaskan tangannya dari pipi Natalie dan langsung membuang wajahnya ke depan.

"Percuma mengkhawatirkanmu!" Desisnya. Wajahnya memerah seperti maling tertangkap basah.

"Hei hei, jawab! Apa kau sudah berhasil melupakan Kelly?" Natalie mengguncang lengan Alexis memaksanya untuk berbicara.

"Berisik!" Gerutu Alexis tidak mau menjawab pertanyaan Natalie.

"Tuan mafia..." rengeknya sambil tertawa.

Alexis masih memilih mengabaikannya. Ia tidak pernah mengerti kenapa Natalie tidak bisa diajak berbicara serius. Disaat ia mengira Natalie akan menangis, wanita itu malah bisa tertawa selebar itu.

Natalie terkekeh dan memasang sabuk pengamannya sambil mencari posisi yang nyaman untuk punggungnya di sandaran kursi. Ia menatap jalanan sambil tersenyum kecil.

Kemudian ia memanggil Alexis pelan, "tuan mafia..."

"Hm?"

"Terima kasih... telah membelaku di depan Fabian tadi." Natalie menoleh menatap Sisi wajah tegas Alexis. "Aku merasa lega melihatmu datang tadi."

Dan Alexis juga tidak mengerti bagaimana Natalie tiba-tiba bisa menjadi serius saat ia baru saja selesai mencandakan keseriusannya. Bahkan keseriusan Natalie mampu membuat jantung Alexis berdebar lebih cepat dari pada saat ia menyentuh pipi wanita itu tadi.

Natalie memang penuh dengan kejutan.

***

Tbc

Maaf kalau membosankan 🙏

Continue Reading

You'll Also Like

641K 32.5K 43
*Sequel to 'Dear Mr Nerd'* Apakah Hana akan berpendirian teguh pada hatinya yang lama atau sekarang? Ketika ia perlahan mulai membuka pintu hatinya...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3M 212K 37
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
4.5M 173K 59
Cerita sudah lengkap. (DIHAPUS. SISA LIMA PART AWAL, SELEBIHNYA JIKA INGIN MEMBACA BISA LEWAT APLIKASI DREAME. Nama pena, dan judul sama) Highest Ran...
8.3M 197K 26
⚠️MAAF, BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS⚠️ Apa jadinya jika kamu harus menerima perjodohan dari kedua orang tuamu? Menikah dengan kesan terpaksa. Tanpa ra...