Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]

By Blue_Sapphire_Sophia

176K 11.7K 726

Sea. Itulah nama sandi seorang agen FBI berbakat. Ia tak terdeteksi dan mudah beradaptasi. Berada dalam team... More

Last Mission
Sea and Sun.
Long Time no See
Seirin basketball team? Interesting.
The Beast of The Miracle.
Mysterious Sniper? Or...
Long Lost Partner.
Case 1 : Bloody Cafe (Part 1)
Case 1 : Bloody Cafe. (Part 2)
Case 1 : Bloody Cafe (Part 3)
Destiny or Bad luck?
I'm not Perfect.
Friend?
Summer Camp? Hell yeah!
Warn.
Dangerous.
Honor or Ego?
Honor or Ego? (Part 2)
My Pain.
Angels in The dark
Detective's Work.
Who?
Miracle?
Love?
Letter.
Memory.
Sick.
Greetings.
News.
I'm Home~
Q & A ^^)/
Fox and Eagle.
Case 2 : Beginning
Case 2 : Beginning (Part 2)
Pengumuman
Case Two : Begining (Part 2,5)

The Saviour

2.1K 166 25
By Blue_Sapphire_Sophia

Sophia membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa berdenyut-denyut ngilu.

"Sudah bangun, Sophia?"

Memalingkan wajah ke sumber suara, gadis itu mendapati sang sepupu menatapnya dengan wajah khawatir

"Aku baik, Taiga. Hanya agak pusing saja."

Kagami mengguncang bahu gadis itu tiba-tiba, membuatnya terlonjak dan hampir meninju sepupunya.

"Taiga?!"

"Kemana saja kau kemarin dengan Homuro-san?! Menghilang sampai malam, kemudian pulang dalam keadaan tak sadar!"

"Huh?"

Flashback

"Tidak, tidak, tidak."

"Mizutani, ini perintah."

"Aku menolak! Lagipula kenapa harus aku?!"

Mizutani jelas menolak perintah ketua tim Khusus FBI itu mentah-mentah. Tidak terima kasih, membayangkan si Harimau Merah mengamuk kepadanya cukup membuatnya merinding.

Melawan juga percuma, yang ada ia dijadikan daging giling oleh sang Masayoshi kalau sampai sepupunya kenapa-napa.

"Lagipula, anda yang punya kewajiban untuk memulangkannya. Anda kan kaptennya."

Jiyūho berdehem pelan, saling tukar pandang dengan Kyuugo dan Homuro mendengarkan dalam diam sementara ia memapah si gadis bersurai biru-keunguan.

"Oh, aku bisa mengerti hal itu." Kyuugo menyeletuk, membuat perhatian dua manusia di sebelahnya.

Bertatapan lagi, Kyuugo kembali berkomentar.

"Nope. She's your agent."

Jiyūho mengirim deathglare, tapi si adik masih tenang tenang saja.

"Bukankah lebih wajar dia dibawa anak muda? Setidaknya masalah ini cepat selesai."

Lawan bicaranya sontak menggeleng, lalu melirik Mizutani sekilas.

"Kita harus tetap ikut."

Jiyūho menarik nafas panjang. Membetulkan posisi si gadis yang masih meracau di belakangnya.

"Baiklah, terserahmu saja."

Sementara mereka berdua berbicara, Mizutani dan Homuro sudah mengambil jarak dan saling berbisik.

"Bagaimana bisa mengerti hanya dengan bertatapan?"

"Entahlah. Mungkin karena mereka kembar?"

"Mungkin juga."

Jiyūho mendelik kemudian, hampir menceramahi mereka kalau saja racauan gadis yang dipapahnya ini tidak semakin buruk seperti...

"Hic... Captain~ kapan... Kau membelah diri lagi~? Kau mau menculikku ya~ hic..."

Atau...

"Hahaha~ hic... Captain~ kau masih... hic... menyimpan~ apron pink hic... itu kan~?"

(Jiyūho memang punya apron berwarna pink dirumahnya. Itu hadiah ulang tahun dari Sang senpai.)

Kurangkah penderitaan Jiyūho? Entahlah. Yang jelas ketiga makhluk tambahan disampingnya hanya bisa menahan tawa, terutama Mizutani yang baru dengar rahasia gelap kapten tim khusus FBI itu.

' Awas saja kau nanti, Sea.' Jiyūho menebar aura penuh dendam disekitarnya.

Skip time~

Setelah sekiranya membungkam Sea, mereka meluncur ke apartemen si Harimau merah. Bermodalkan sinyal dari laptop milik si agen muda, tak butuh waktu lama untuk mereka sampai ke tempat tujuan.

Homuro maju, menekan bell dengan sepenuh hati sebelum mundur memberi ruang.

Tak lama pintu terbuka, menampilkan seorang pemuda yang mereka kenal betul.

"Maaf, kalian ada keperluan a-"

Kagami langsung memutus perkataannya sendiri ketika matanya menangkap sosok gadis yang ia kenal kini terkulai lemas dalam papahan seorang pria yang ia tak kenal.

"Sophia?!"

"Akan kami jelaskan kapan-kapan. Ia butuh istirahat." Tutur Jiyūho, menyerahkan si gadis pada Kagami.

"Terima kasih."

End Flashback.

Sophia menaikkan alis, mencoba mengorek memorinya tentang kejadian semalam.

Hasilnya nihil.

"Aku... tidak ingat apapun." Ujarnya, Kagami menghela nafas.

"Kau mau ikut ke pertandingan?"
Sophia memiringkan kepala, kemudian ingat besok adalah babak penyisihan menuju Winter Cup.

"Tentu saja aku ikut."

Sophia beranjak dari kasur, mengambil handuk dan beranjak ke kamar mandi. Meninggalkan Kagami yang masih menatapnya khawatir.

~CNS~

"Masayoshi-san? Kau sudah masuk?"

Pertanyaan ketua kelas mengalihkan pandangan beberapa orang kearah Sophia.

"Eeh? Apa tidak apa?"

"Kudengar dari Kagami kau demam tinggi. Seharusnya kau istirahat saja!"

"Duh, mana hari ini pelajaran Michaelis-sensei!"

Itulah beberapa seruan khawatir dari kawan-kawannya. Sophia yang tidak menduga akan diberi perhatian sedemikian rupa hanya mematung dengan canggung.

Sumpah, rasanya aneh.

"Begitulah. Maaf membuat kalian khawatir." Gadis itu duduk di tempat duduknya sambil tertawa canggung. Bel pun berbunyi setelahnya, lalu Noroi-sensei masuk tak lama kemudian.

Skip time~

"Michaelis-sensei terlambat."

Satu kelas bersorak gembira ketika ketua kelas mengumumkan hal itu. Anak laki laki berbondong-bondong mengambil bola dan bermain sepak bola diluar sementara yang perempuan memperhatikan dari pojok lapangan.

Sophia sendiri duduk di dekat pohon, sedikit menjauh dari keramaian dan menikmati matahari pagi, Kagami datang tak lama kemudian dan duduk disampingnya.

"Taiga? Kau tidak ikut main?" Gadis itu menaikkan alis dengan raut wajah heran. Kagami menggaruk pipinya canggung.

"Aku mau menyimpan tenaga untuk pertandingan."

Sophia tertawa mendengar alasan klise Kagami.

"Bilang saja kau mau mengawasiku."

"Te-tentu saja tidak!"

Cahaya matahari sedikit memantul di cincin yang tergantung di leher Kagami menangkap perhatian sang sepupu.

Sophia tersenyum tipis.

"Kalau begini, aku ingat kita dulu bersama Tatsuya."

Kagami menoleh kearah sepupunya, kemudian tersenyum dengan penuh nostalgia.

"Yeah, kau benar."

Keduanya sama-sama tertawa ringan, kemudian kembali memfokuskan pandangan kedepan sembari menikmati semilir angin.

Namun rupanya netra merah Kagami perlahan mengubah obyek fokusnya, dari sekumpulan orang yang bermain di lapangan dengan ceria kepada sang sepupu yang masih terpaku di arah yang sama dengan senyuman tipis.

Memang tak mampu ia pungkiri kalau ia merindukan sosoknya, mengingat mereka hampir putus kontak setelah tragedi yang telah menewaskan paman dan bibinya dulu, menyisakan sang sepupu dalam kondisi menyayat hati.

Tapi Kagami bersyukur karena setidaknya sepupunya berhasil lolos dari maut.

Handphone milik gadis itu mendadak bergetar, membuat Kagami memalingkan wajah asal untuk menghindari tatapan curiga. Sementara Sophia menggunakan kesempatan itu untuk membuka e-mail tak asing yang masuk.

________________________________________

From : Green

Subject : Order.
_______________________________________

Datanglah keruanganku, Sea. Captain menunggumu.

P.S : Usahakan jangan terlambat.

_______________________________________

Sophia menutup handphone flipnya sembari berdiri dari tempatnya semula. Kagami menatapnya bingung dan ikut berdiri.

"Kau mau pergi kemana?" Tanyanya.

"Toilet. Kenapa? Kau mau ikut?" Candanya.

"Untuk apa aku ikut?!"

"Oh, kukira..."

Sophia tertawa kecil sembari berjalan kembali ke gedung sekolah, meninggalkan Kagami yang memerah dengan polosnya.

Skip time~

Sophia menyusuri lorong yang lumayan sepi. Maklum saja, ini masih jam pelajaran, semua orang akan lebih memilih di dalam kelas meski itu adalah jam kosong.

"Hiks..."

Langkah gadis itu terhenti ketika ia melewati salah satu toilet pria lama kala telinganya menangkap suara isakan dari dalam sana. Dan hatinya semakin tergelitik ketika isakan itu semakin kuat disertai beberapa suara bantingan benda.

Sembari menimang-nimang, Sophia melangkah agak menjauh, jaga-jaga kalau ada benda melayang beserta pintunya atau dicurigai terlibat.

"Ti-tidak, kumohon! Aku minta maa-"

"Berisik kau!"

Suara tamparan yang menggema membuat Sophia terhenti begitu saja, kakinya merubah haluan dari koridor menuju asal suara dengan rasa penasaran yang membludak.

BRAK!

Pintu malang yang tak berdosa itu runtuh seketika, menampilkan pemandangan yang benar-benar menyulut amarah si surai biru keunguan.

Tiga pemuda tempo hari ada disana, objek pembuliannya juga masih sama, hanya saja keadaanya sekarang lebih miris.

Kemeja setengah sobek mengekspos bahu dan sedikit dadanya, rok dan blazernya juga sudah terlempar ke pojok ruangan.

Sophia menggeram, tinjunya mengepal erat.

"You son of a Bitch."

Berasal dari kejadian sebelumnya, ketiga pelaku memutuskan untuk menyerangnya bersamaan. Namun seperti yang diduga, hal itu tidak berpengaruh sama sekali.

Sophia tidak perlu bergerak terlalu banyak, hanya sedikit memutar tubuh dan beberapa tinjuan di bagian tubuh yang terbuka cukup membuat mereka tersungkur telak.

"Nekomura-senpai, apa kau baik-baik saja?" Pertanyaan bodoh memang, tapi Sophia sudah tak tau harus berkata apa setelah hal yang terjadi pada kakak kelasnya itu.

Haira menatap kouhainya dengan mata berkaca-kaca kemudian menghambur memeluknya erat.

"Aku takut, Masayoshi-san... tolong jangan pergi..."

Gadis bersurai biru keunguan itu merasakan gadis yang dipelukannya bergetar hebat, meski ia menolak ketika ada orang yang masuk Personal space-nya seperti ini.

Tapi tetap saja, ia tak bisa menanggalkan rasa simpatinya. Terlebih sang korban begitu membutuhkannya sekarang.

"Aku tidak akan pergi, Nekomura-senpai. Tenang saja."

Ah, terlalu menggunakan perasaan memang merepotkan.

~TBC~

Kuro : Sebelum ada yang tanya...iya, author Aoi dan Kuro masih idup. Kami belum mati, cuma ditahan..


Aoi-chan : ...sama tugas :")

Kuro : Dan skripsi.

Aoi-chan : *mundung* WHHHHHY- AKU MAU NULIS MAU LANJUT PROJECT, KENAPA TUGAS NUMPUK SEMUAA.

Kuro : Bacot. Gua juga capek.

Aoi-chan : Neechan, Foul mouth.

Kuro : Bodo.

Aoi-chan : Kokoroku lelah :)

Kuro : Berisik. Jangan banyak-banyakin word woi.

Aoi-chan : Okelah. Oh, ada omake setelah ini, jadi jangan buru-buru di close dulu ya ^^)/

OMAKE

"Sea..."

Aura hitam menyebar kala Sophia selesai mengurus huru-hara. Ia bisa kabur sebenarnya,tapi sekali lagi nalurinya memaksa untuk membereskan kekacauan di kamar mandi,  memanggil guru dan menyeret tiga pelaku ke UKS.

Dan sekarang ia harus berhadapan dengan sosok kaptennya yang mengamuk sekarang.

"Apapun hukumannya, tolong cepat."

Jiyūho menyerigai.

" As you wish. "

~TBC~

Continue Reading

You'll Also Like

110K 6.4K 41
๐๐ซ๐จ๐ญ๐ก๐ž๐ซ๐ฌ๐ก๐ข๐ฉ [ ๐—™๐—ข๐—Ÿ๐—Ÿ๐—ข๐—ช ๐——๐—จ๐—Ÿ๐—จ ๐—ฆ๐—˜๐—•๐—˜๐—Ÿ๐—จ๐—  ๐— ๐—˜๐— ๐—•๐—”๐—–๐—” ] Leo, seorang anak kecil berusia 5 tahun yang tinggal bersama seorang k...
103K 8.4K 37
NOT BXB !!! - Kalo ga suka, skip aja ya - "Terimakasih karena kehadiranmu, membuat kematian yang ku inginkan terwujud" - Zion Jersey Daviandra. "Kei...
59.6K 10.5K 23
Tentang Azizi Shanara Cavandra dan kedua kakak perempuannya.
658K 50.2K 32
๐Ÿฐ๐Ÿฐ๐Ÿฐ Hanya menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang berusia 4 tahun dengan keluarga barunya. ๐Ÿฐ๐Ÿฐ๐Ÿฐ