Cold Enemy - YuKook (REVISI S...

By callmeji

132K 13.1K 6K

Choi Yuju, gadis cuek nan misterius yang mampu membuat VHS gempar itu ternyata memiliki banyak kemampuan spes... More

(1) Semua Merupakan Hal Baru
(2) Mereka adalah Sepasang Musuh
(3) Dia adalah--"
(4) Bertemu Dengannya Lagi
(5) Pemenang & Pecundang
(6) Sedikit Masa Lalu Tentang Mereka
(7) Ugh! Aku Benci Situasi Ini!
(8) Apa Kebenarannya?
(9) Kalung!
(10) Sakit
(11) 1 Bulan Kemudian
(12) Sebuah Mimpi Buruk
(13) Jungkook Cemburu???
(14) Sebuah Permintaan
(15) ¼ Tentang Yuju
(16) Siapa Sungjae?
(17) SinKook?
(18) Perasaan
(19) Sebuah Masalah
(20) Seorang Malaikat
(21) Dia Menyukaiku
(22) Mengungkapkan
(23) Kebencian
(24) Masa Lalu
(25) Ini Rumit
(27) Ini Tidaklah Sama Lagi
(28) Sebuah Kebohongan
(29) TaeRin Yang Patah Hati
(30) Kenyataannya
(31) Sekarang Aku Tau
(32) Akhirnya
(33) Kebencian Yang Tersembunyi
(34) Aku Tidak Ingin Mereka Bertemu Lagi
(35) Pasangan Bodoh
(36) Jebakan
(37) Jauh Disana
(38) Semua Temanku Meninggalkanku
(39) Diluar Ekspektasi
(40) Usaha Yang Sia-sia
(41) Percaya
(42) Setidaknya Aku Tidak Sendirian
(43) Perkataan Menyakitkan Tiada Henti
(44) Keputusan
(45) Baik Baik Saja?
(45) Mulai Muncul Kembali
(46) Keanehan yang Tercipta
(47) Zonk

(26) Lucid Dream

3.2K 291 242
By callmeji

Warning!

Part ini bisa jadi membosankan karena mengandung 5500+ kata tanpa jejak humor!

Happy Reading^^

---

Hye Jin tersenyum ketika melihat Yein keluar melalui gerbang sekolah. Namun ia merasa sedikit aneh ketika melihat ekspresi Yein yang tak biasa.

"Sekolah kamu baik-baik aja Yein?" Tanya Hye Jin ketika Yein masuk dan sudah duduk di kursi belakang

"Mungkin," sahut Yein cuek.

"Kamu kenapa duduk dibelakang? Mama jadi kayak supir tau gak," ucap Hye Jin.

Diam. Tak ada sahutan dari bibir Yein.

Hye Jin melirik Yein melalui kaca spion. Ia dapat melihat wajah Yein yang kusut.

Sebenarnya dia kenapa sih? Tumben...

Hye Jin lalu menepis rasa penasarannya dengan menebak mungkin Yein terlalu letih belajar hari ini.

Saat Hye Jin bersiap mengemudi, pandangannya ter-fokus pada salah satu anak diantara dua temannya, yang tak lain ia adalah Yuju. Hati-nya berdesir ketika melihat Yuju tertawa bebas dengan temannya.

Anak yang membantuku waktu itu...

Hye Jin tersenyum dan langsung mengendalikan mobil keluar dari depan sekolah.

Sementara itu...

"Yuju, Sowon, nanti malam nginep di rumah gue yuk?" Ajak Eunha semangat.

"Ogah. Di Rumah lu ga ada makanan," sahut Yuju malas.

"Makan doang yang lu pikirin sialan!" Balas Eunha sambil mendorong bahu Yuju.

"Iya iya--" Yuju berhenti berucap ketika melihat mobil di sebelahnya berjalan pergi. Entah kenapa ia merasakan perasaan yang aneh saat melihat mobil itu. Jantungnya terasa berdetak lebih cepat.

Ah itu kan kayak mobil Suho yang mau dikasih ke gue hehehe. Batin Yuju cengegesan.

"Lo ga apa kan?" Tanya Sowon sambil menepuk bahu Yuju. Yuju menoleh pelan.

"Oh...ga apa ko. Hehe..." sahut Yuju sambil memamerkan deretan giginya yang putih.

Eunha dan Sowon saling bertatapan kesal.

---

"Jungkook pulang," Kata-kata wajib yang selalu Jungkook lontarkan ketika memasuki rumahnya langsung terdengar hingga ke pelosok rumah.

Gadis yang tadinya menonton drama di televisi menolehkan pandangannya kearah pintu. Somi memutar bola matanya malas. Padahal tadi mood-nya baik-baik saja, tapi kenapa ketika ia melihat Jungkook mood-nya malah menjadi turun drastis?

Somi mematikan televisi-nya dan beranjak dari Sofa yang tadi ia duduki.

"Loh? Udah lesai nonton-nya?" Tanya Jungkook sekedar berbasa-basi. Meskipun ia tau basa-basi nya akan dibalas dengan ucapan tidak mengenak-kan.

"Ga ada urusannya sama lo. Bisa ga sih lo ga usah pulang aja? Lo disini itu kayak mood breaker gue tau gak," ucap Somi sarkastik. Jungkook tertawa.

"Ga ada yang lucu!" Ucap Somi yang merasa diledek.

"Yang bilang lucu siapa?" Tanya Jungkook masih tertawa.

"Terus ngapain lu ketawa hah?!"

"Emangnya pas lucu doang orang boleh ketawa?" Tanya Jungkook balik.

"Kalau ga lucu tapi lu ketawa itu tandanya lu gila!" Ucap Somi sambil menunjuk tepat didepan wajah Jungkook.

"Sesama orang gila ga boleh gitu," sahut Jungkook diiringi senyum jahilnya.

"Apaan sih lo!" Balas Somi kesal.

"Lo tuh gajelas, orang ketawa doang dikatain gila. Lebay." Somi tertawa mendengar ucapan Jungkook.

"Dari awal gue emang nebak lu gila. Ga pantes lo diem disini! Ga pantes jadi keluarga gue!" Ucapan Somi membuat raut wajah Jungkook berubah datar.

"Terus? Lo bisa apa? Lo mau nyoret nama gue dari kartu keluarga?" Pertanyaan Jungkook membuat Somi diam.

"Diem? Ga bisa jawab? Ckckck...sadar Som, ga guna lu benci gue. Bukan kemauan gue kok buat tinggal sama keluarga ini. Tapi kemauan mama sama papa yang buat gue jadi bagian keluarga Jeon. Kalau seadainya kakak lo itu masih ada, ga bakal gue ada disini," ucapan Jungkook membuat Somi berpikir keras untuk membalas ucapannya. Namun karena terlalu lama berfikir Somi memilih menghentakan kakinya dan pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

Jungkook menghela napas pelan.

Iya...bukan kemauan gue. Andai gue ga diangkat jadi anak sama keluarga ini, gue bisa ngingat tentang anak perempuan yang sering kebayang di pikiran gue.

---

Badan Yunju yang tengah tertidur tiba-tiba bergetar pelan, bibirnya nampak bergumam tak jelas...

Yunju mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.

Tempat apa ini? Semuanya serba putih...

"Yunju..."

Yunju terkaget ketika melihat seorang pria dengan pakaian yang juga serba putih memanggilnya dan menghampirinya. Ia lebih kaget lagi ketika mengetahui bahwa itu Jaehyun.

"Ja--Jaehyun?" Panggil Yunju lirih.

"Maaf. Aku baru sempat menemuimu," ucap Jaehyun sambil menggaruk kepalanya.

Yunju terdiam. Ia sadar bahwa ini mimpi, mimpi yang terasa sangat nyata. Yunju mendengus, ternyata dia terkena Lucid Dream lagi.

"Yunju..." Panggilan lirih itu sontak membuat Yunju mendongak.

"Ya? Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Yunju.

"Maaf..." Yunju mengernyit bingung.

"Maaf? Maksudmu? Maaf untuk apa?" Tanya Yunju heran.

"Untuk semuanya..." Balas Jaehyun.

"Jelaskan. Aku tak tahu lagi kapan akan bertemu denganmu. Jadi jelaskan apa yang kau katakan..." Ucap Yunju. Jaehyun mendengus pelan.

"Aku minta maaf pernah menghianatimu. Kau tau, aku merasakan karma-nya, haha..." Ucapan Jaehyun membuat pikiran Yunju berkelana ke sekitar 20 tahunan yang lalu. Dimana Yunju merasakan saat-saat terberatnya.

Ini bukan waktu yang tepat untuk mengingat kenangan lama, astaga. Batin Yunju.

"Aku memaafkanmu. Sudah sejak lama," ucap Yunju sambil tersenyum. Meski senyuman itu terpaksa.

Jaehyun nampak memikirkan sesuatu...

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Yunju peka.

"Ah tidak...hanya saja--"

"Hye Jin?" Tebak Yunju. Jaehyun terkejut.

"Ah tidak. Untuk apa aku memikirkan dia?" ucap Jaehyun memamerkan raut wajah tak suka.

"Lalu apa? Yuna?" Tebak Yunju lagi. Jaehyun mengangguk.

"Dia sudah remaja. Andai aku masih ada didunia, mungkin dia tak akan seperti ini" ucapan Jaehyun membuat mata Yunju berkaca-kaca.

Yunju mengingat dari awal kejadian yang menimpa keluarga Choi sampai akhirnya keponakannya itu menjadi korban.

"Kau tak usah menghawatirkannya. Dia baik-baik saja," ucap Yunju. Jaehyun menunduk.

"Aku merasa bersalah. Dia tumbuh dengan banyak masalah karena aku." Yunju tak menjawab ucapan Jaehyun dan lebih memilih diam.

"Ah iya...Yunju, tak ada salahnya kau membiarkan Yuna menemui ibu kandungnya. Bagaimanapun mereka memiliki hubungan darah..."

Kata-kata itu terngingang dipikiran Yunju sampai akhirnya pandangan Yunju mengabur.

"Tan! Tante! Tanteeeeeee!" Yunju membuka matanya perlahan, matanya langsung menangkap sosok Yuju yang tengah sibuk membangunkannya.

"Yu--yuju?" Gumam Yunju pelan.

"Tante ga apa? Habis mimpi buruk ya?" Tanya Yuju. Yunju tersenyum tipis.

"Iya, mimpi buruk," ucap Yunju meng-iyakan.

Apa mungkin ia berkata kepada Yuju bahwa ia mengalami lucid dream dan bertemu dengan almarhum ayahnya? Sebuah saran yang tidak bagus untuk dianjurkan karena dapat merusak mood gadis itu.

Kening Yunju mengkerut ketika melihat Yuju membawa tas besar di punggungnya.

Yuju mau kemana malam-malam begini?

Yuju yang sadar bahwa tante-nya itu bingung langsung menjelaskan...

"Tan, Yuju izin mau nginep di rumah temen ya," ucap Yuju sambil menggenggam tangan Yunju.

"Nginep di rumah siapa? Temen yang mana? Cowo atau cewe? Dianter sama siapa?" Yuju tertawa kecil. Tak heran jika Yunju menanyakan banyak hal kepadanya, ia yakin Yunju pasti khawatir. Apalagi ia anak perempuan.

Setidaknya gue punya orang yang masih nge-hawatirin keadaan gue. Meski itu bukan orang tua gue...

"Nginep di Rumah Eunha tan. Cewek-lah. Yuju dianter kak Suho. Dia udah nunggu di depan," sahut Yuju dengan senyum terukir.

"Oh ya udah, jangan lama-lama ya." Yuju meng-iyakan amanat Yunju. Yuju langsung beranjak dari kasur yang ia duduki.

Namun saat hendak melangkah...

"Yuju. Apa kamu mau ketemu sama mama kamu?" Yuju membeku ditempat ketika mendengar pertanyaan Yunju.

Yuju membalikan badannya menghadap Yunju.

"Maaf tante, Yuju ga punya mama. Permisi..." Setelah berucap Yuju langsung pergi dengan cepat.

"Setiap mengungkit mama-nya, sifatnya selalu berubah. Terus harus bagaimana sekarang?" Gumam Yunju sambil memijat keningnya.

---

Mobil berwarna merah salah satu koleksi milik Suho perlahan berhenti didepan Rumah bergaya minimalis yang nampak bercahaya karena lampu-lampu taman. Yuju melepas sabuk pengaman yang tadi memeluk dirinya.

"Makasi kak Suho!" Seru Yuju.

"Berisik. Udah sana turun. Ngerepotin gue ae lu," balas Suho dengan nada sarkastik.

"Gue doain ban mobil lu kempes dijalan!" Ucapan Yuju langsung membuat Suho menyentil jidat-nya yang tertutup poni.

"Udah baik gue nganterin lu malem-malem gini astaga, doa-nya malah gitu!" Ucap Suho sambil memukul stir pelan.

"Ya kan ga apa. Siapa tau lu bisa ketemu penggemar lu dijalan," ucap Yuju sambil terkekeh pelan.

"Siapa penggemar gue emangnya?"

"Itu banci yang sering mukul panci di pinggir kali." Yuju langsung tertawa usai melihat wajah masam Suho yang ditunjukan kepadanya.

"Sorry kak sorry. Jan gitu dong, entar jeleknya nambah." Jangan tanyakan bagaimana ekspresi Suho oke. Yang jelas Yuju tertawa puas karena berhasil membuat mood Suho turun, tepatnya dia berhasil menjadi moodbreaker yang handal.

"Ju, temen lo udah ada yang tahu kita sepupu-an?" Tanya Suho mengalihkan pembicaraan. Yuju menggeleng.

"Kak. Gimana kalau kontrak pura-pura pacaran kita diperpanjang?" Suho mengernyit heran.

"Dulu lu nolak sampe gue kewalahan bujuk, lah kok sekarang--"

"Jan berisik. Intinya kita perpanjang dulu, oke?" Yuju memotong ucapan Suho dan dengan paksa menyuruh Suho agar menuruti kemauannya. Suho hanya membalas dengan anggukan malas.

"Aaaaa~ sayang deh sama kak Suho!" Ucap Yuju sambil mencubit pipi Suho gemas. Dengan cekatan ia langsung keluar dari mobil dan langsung masuk ke Rumah Eunha tanpa permisi.

Suho terbengong sendiri. Ia meraba kedua pipinya, dan beralih ke dadanya.

"Gini amat jomblo," gumam Suho.

---

Sebenarnya ini part mau gw ilangan soalnya gw rada geli2 bacanya, namun berhubung kakak gw kalau telponan ama pacarnya macem begini modelannya, yaudah ga usah dihilangin deh, toh ternyata di realita ada yang lebay gini:(

"Halo," sapa Yunju ketika sambungan telepon terhubung.

"Halo sayang...kenapa nelpon?" Yunju cemberut ketika mendengar balasan dari suara di seberang.

"Ga suka di telpon? Oh yasudah."

"Yah marah...dasar ga peka."

Yunju melongo. Ini suaminya kesambet apa ngomong begini?

"Ha?"

"Jawab kek, aku nelepon karena kangen. Eh malah balasnya marah."

Yunju menahan tawanya.

"Iya iya...aku kangen. Makanya cepet balik. Jangan ngurus uang mulu. Yuju nanyain juga lho..."

"Haha, iya kapan-kapan. Minggu depan kamu nyusul kesini ya. Masalah Yuju tenang aja, pasti aku jenguk kesana."

Yunju tersenyum tipis. Sudah berapa lama ya dirinya tak bertemu langsung dengan suaminya itu?

Yunju jadi terkenang, karena masalah perusahaan, sejak kecil ia jarang berkumpul bersama keluarga lengkap.

"Sayang...aku lucid dream lagi tadi..."

"Ckck...gimana sih rasanya lucid dream? Pingin nyobain."

"Lucid dream kali ini beda..." ucapan Yunju membuat Do Jin terdiam sejenak.

"Kenapa? Kenapa bisa berbeda?"

"Disana aku bertemu Jaehyun."

"..."

Hening. Tak ada yang mengeluarkan suara. Entah apa yang dipikirkan kedua-nya hingga menghabiskan satu menit dalam keheningan.

"Sayang...kamu masih disana?"

"Oh maaf. Apa itu memang lucid dream? Atau kau yang hanya merasa itu lucid dream?"

"Itu jelas-jelas lucid dream. Aku sadar sendiri kok."

"Kalau begitu...apa saja yang terjadi?"

"Dia meminta maaf..."

"..."

"Dan dia sempat mengatakan hal yang terus membuatku kepikiran."

"Apa memangnya?"

"Dia berkata, apa aku tidak sebaiknya mempertemukan Yuju dengan Hye Jin? Bagaimana pendapatmu?"

"Sebenarnya tidak masalah. Tapi apa Yuju mau? Sepertinya tidak. Bahkan aku sendiri tidak menganggap Hye Jin adikku lagi, haha..."

Yunju menghela napas pelan mendengar jawaban Do Jin. Apa memang seharusnya ia tidak mempertemukan Yuju dengan Hye Jin? Lagipula ketika ia menyebut nama Hye Jin / ibu, wajah Yuju akan berubah masam.

"Tapi jika Hye Jin memaksa. Kau bisa mempertemukan keduanya. Mereka adalah ibu-anak jadi kita tidak bisa memisahkan mereka. Meski Hye Jin sendiri yang membuang Yuju."

"Hm baiklah...terimakasih. Mungkin kita harus cepat berbicara, aku tau kau sibuk sekarang."

"Sebentar! Yunju, aku baru ingat untuk bertanya ini. Bagaimana dengan kesehatan Yuju?"

Yunju terdiam. Kapan terakhir kali ia kontrol dengan Yuju ke psikiater? Yuju Smp kelas 2? Atau kelas 3?

"Tak usah khawatir, ia tidak pernah kambuh lagi kok..."

"Oh oke. Tutup saja duluan telponnya."

"Tidak. Kau yang duluan tutup."

"Kamu aja..."

"Kamu!"

"Kamu..."

"Ka.mu."

"Oke, oke aku tutup. Love you..."

Tut!

Yunju tersenyum. Belum sempat ia membalas ucapan Do Jin sambungan sudah terputus.

Dengan berat hati Yunju menaruh ponsel-nya dan menggantinya dengan ponsel keduanya di atas nakas. Jari-nya mengetik pesan dengan raut wajah serius.

To: +6281xxx
Berikan aku alamat rumahmu.

---

"Tet! Minta itu yang ijo itu!"

"Ini namanya Lais!" Ralat Eunha sambil memukul kaki Yuju yang seenaknya mendekat ke wajahnya.

"Oh iya maaf. Ga boleh sebut merk," sahut Yuju yang langsung merebut snack tersebut dari tangan Eunha.

"Won susu-nya jatuh!" Sowon langsung melihat kearah dada-nya lalu beralih menatap Yuju.

"Jatuh? Engga kok. Ini dia masih nempel disini," ucap Sowon sambil menunjuk dada-nya.

Yuju langsung menoyor kepala Sowon sampai Sowon terhuyung sedikit.

"Bukan susu itu! Susu yang itu!" Ucap Yuju sambil menunjuk susu kotak yang ada di sebelah Sowon.

"Oh bilang dong, untung gue ga panik. Entar anak gue nyusu pake apa kalau sus--"

"Maria oaza. Bersihin tu Won! Awas kasur gue semutan!" Ucap Eunha memotong ucapan Sowon.

"Mending suruh Eunha yang jilat itu susu. Siapa tau besok mendadak tinggi." Ucapan Yuju ditanggapi dengan baik oleh Sowon.

"Oh iya, Nha. Bener juga. Nih jilat gih," ucap Sowon yang menunjuk cairan susu coklat yang ada diatas kasur.

"Enak aja dikira gue semut? Cepet bersihin Sowon!" Ucap Eunha sambil memukul Sowon.

"Ga mau. Tamu adalah raja. Disini gue ama Yuju cuma nunpang makan dan tidur. Kalau bersih-bersih adalah tugas pemilih Rumah. Hehe." Eunha terpaksa bangun dari kasur dan mengambil tissue diatas meja.

Sowon dan Yuju ber-tos ria sebab berhasil mem-babui Eunha.

"Lu sejak kapan jadi laknat sih, Won?" Tanya Eunha berkacak pinggang.

"Yuju yang ngajarin," sahut Sowon.

"Iyaps. Gue gurunya. Kenapa, mau ikutan belajar?" Ucap Yuju sambil menunjuk dirinya bangga.

Eunha memutar bola matanya malas melihat tingkah kedua temannya. Ia segera membersihkan kasur-nya dari noda susu coklat. Untung Yuju dan Sowon sahabatnya. Kalau bukan sedari tadi Eunha mengeluarkan samurai milik papa-nya dan menguliti mereka berdua.

"Ju, lo ada hubungan apa sih sama Jeka?" Yuju berhenti mengunyah dan menatap Sowon dengan dahi berkerut.

"Maksud lo? Hubungan? Hubungan apa?" Tanya Yuju tak mengerti. Eunha yang sibuk pun ikut mengerahkan kemampuan pendengarannya.

"Kayaknya Jungkook suka sama lo deh." Yuju menatap Sowon cukup lama, sebelum akhirnya dia tertawa kencang.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHA. Jungkook? Suka sama gue? Ga deh kayaknya," ucap Yuju. Sowon berdecak.

"Ih! Gue serius ini. Jungkook suka sama lo. Gue yakin!" Ucap Sowon seolah tak terima pendapatnya tak disetujui.

Ya emang dia suka sama gue, Won. Batin Yuju dalam hatinya.

"Kenapa lo yakin banget sih?" Tanya Yuju memancing. Itung-itung Yuju memastikan apakah bener Jungkook menyukainya dari segi pandang orang lain.

"First. Lo pasti tau kan dari rumor-rumor yang bertebaran? Sebelum lo pindah kesini sifat dia kayak bagaimana?"

"Berandalan norak?" Ucap Yuju memastikan.

"Ga norak juga, tapi dia berandal banget. Nah entah kenapa sejak lo pindah kesini, lo berantem ama dia, dan intinya bisa dibilang lo deket ama dia, sifat dia tu berubah tau gak. Sekarang dia jarang mangkal dan nyari 'mangsa'. Malah gue sering liat dia itu selalu ada disekitar lo," jelas Sowon.

"Terus? Ada alasan lain?" Tanya Yuju.

"Ada! Second! Tatapan dia ke lu tu beda tau gak! Ga mungkin kan lo sampe ga sadar kalau tatapan dia itu beda ke lo sendiri?" Yuju diam tak menanggapi ucapan Sowon.

Yuju sadar. Bahwa tatapan Jungkook ke dirinya memang berbeda.

Seperti tatapan Jerry yang melihat Tom. Bawaannya mencari masalah dan ujung-ujungnya berantem mulu.

Eunha yang selesai membuang tissue bekas noda susu langsung kembali duduk dan ikut nimbrug bersama 'teman tiang'-nya itu.

"Ju..." panggil Eunha lirih.

"Ya?"

"Kita sahabat kan?" Tanya Eunha lagi. Sowon dan Yuju langsung mengangguk.

"Selama kita sahabatan lu jarang curhat ke kita masalah keluarga, temen, atau masalah pribadi lo. Jujur, gue sama Sowon sering penasaran. Tapi kita ga enak nanya. So please, kalau lu ada masalah cerita ke kita," ucapan Eunha membuat Yuju lagi-lagi diam.

"Sebenarnya gue yang ngusul buat nginep, Ju. Gue pingin kita curhat-curhat biar kita makin deket. Kita pingin jadi sahabat yang baik buat lo," ucap Sowon sambil memasukan snack ke mulut Eunha dengan kasar.

Eunha membalas dengan tatapan tajam.

Yuju menggigit bibir bawahnya. Apa dia harus bercerita tentang masalah-masalah yang ia lalui?

"Gue minta maaf. Gue ga pernah cerita apa-apa ke kalian. Dan malah buat kalian penasaran sama gue," ucap Yuju pelan.

"Santai aja. Kalau lo ga mau cerita juga ga apa kok," ucap Sowon sambil menepuk bahu Yuju.

"Jadi...kalian mau tau gue darimana?" Tanya Yuju.

Eunha dan Sowon saling bertatapan, kemudian mereka beralih menatap Yuju.

"Keluarga," jawab mereka bersamaan. Yuju menghela nafas pelan.

---

Hye Jin keluar dari kamarnya. Saat ia hendak pergi ke dapur mengambil minum, ia terhenti karena melihat Yein sedang menonton televisi di Ruang Keluarga.

Hye Jin memutuskan untuk pergi menghampiri Yein.

Yein yang sedang menonton dengan pandangan kosong sadar ketika menyadari ada langkah kaki. Yein yang melihat Hye Jin mendekat langsung mematikan televisi dan berjalan pergi.

"Yein, mau kemana kamu?" Tanya Hye Jin. Yein berhenti melangkah dan menjawab tanpa menoleh.

"Kamar," sahut Yein datar.

"Mama ada salah sama kamu? Kenapa kamu kayak menghindar gini sih?" Tanya Hye Jin yang penasaran dengan tabiat anak-nya yang tiba-tiba berubah.

Yein membalikkan badan-nya menghadap Hye Jin.

"Kalau saya bertanya. Apa anda akan menjawab pertanyaan saya dengan jujur?" Hye Jin menganga. Yein benar-benar berubah! Seperti ada orang lain yang merasui tubuh gadis itu.

"Y--Yein...kamu kenapa?" Tanya Hye Jin agak takut.

"Apa anda memiliki anak selain saya?" Tanya Yein datar. Hye Jin kaget.

Ada apa dengan Yein sebenarnya?

"Kamu kenapa sih?!" Tanya Hye Jin sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Saya bertanya. Jadi jawab iya atau tidak. Apa anda mempunyai anak selain saya?" Tanya Yein lagi. Dengan kuat Yein harus menahan air matanya agar tidak menggenang.

Sementara itu, Hye Jin cukup kaget. Apa Yein sudah mengetahui rahasia-nya?

"Apa yang kamu bilang tadi?" Tanya Hye Jin memastikan bahwa yang ia dengar hanya halusinasi.

"Apa anda mengenal Choi Jaehyun?" Hye Jin kaget sepenuhnya. Ia yakin bahwa Yein telah mengetahui rahasia yang selama ini ia tutupi.

"Kenapa diam? Saya yakin, anda mengenal pria bernama Choi Jaehyun."

Hancur sudah pertahanannya. Dengan perlahan air mata mulai turun dari mata Yein.

"Bicara apa kamu Yein!" Bentak Hye Jin sambil mendekat kearah Yein. Kini jarak mereka hanya terpaut beberapa senti.

"Anda tidak mengenalnya? Bagaimana dengan Choi Yuna?" Tanya Yein dengan wajah memerah karena emosi-nya.

Hye Jin memejamkan matanya. Bagaimana Yein bisa tau dengan nama mantan suami dan anaknya yang sekarang entah berantah dimana dan keadaannya.

"Yein..." Hanya panggilan lirih itu yang bisa Hye Jin jawab. Hye Jin menundukkan kepalanya, air matanya juga lolos.

"Anda telah membohongi saya, apa anda juga membohongi papa saya?" Tanya Yein diakhiri tawa hambar-nya.

"Papamu sudah tahu, jadi tolong jangan seperti ini," ucap Hye Jin sambil memegangi tangan Yein.

Yein tersenyum masam dan menghempaskan tangan Hye Jin.

"Saya sudah tau sekarang. Tolong jelaskan kepada saya. Saya sudah cukup dewasa untuk mengetahui semua," ucap Yein sambil menahan agar isakannya tidak keluar.

"Mama bakalan cerita ke kamu. Tapi bukan sekarang," sahut Hye Jin.

"Baik. Saya tunggu cerita yang sebenarnya keluar," balas Yein sebelum akhirnya pergi meninggalkan Hye Jin.

Hye Jin jatuh terduduk di Sofa. Ia harus siap-siap.

Menceritakan semua yang telah membuat selama hidupnya dihantui rasa bersalah.

---

"Gue anak yatim-piatu," ucap Yuju. Sowon dan Eunha kaget, namun mereka diam menunggu perkataan selanjutnya.

"Udah itu aja," sambung Yuju lagi.

"APA?! MASA CERITA KELUARGA LU SEGITU DOANG?!" Ucap Eunha berteriak. Ia tak terima Yuju menceritakan tentang keluarganya hanya 1 detik.

"Ya segitu doang," sahut Yuju sambil mengunyah snack-nya.

"Jangan-jangan lO bohong lagi bilang kalau lo anak yatim-piatu. Dasar! Buat kaget doang lo!" Ucap Sowon sambil menimpuk wajah Yuju dengan bantal.

"Gue ga bohong. Papa gue meninggal. Terus gue ga punya mama," balas Yuju sambil balik melempar bantal kearah Sowon.

"Ga punya mama? lo lahir dari hidung bokap lo gitu?" Ucap Sowon dengan mimik kesal menghiasi wajahnya.

"Kalau gitu pantes dong Yuju suka ngupil. Bawaan dari tempat zigotnya di besarkan toh, hahahaha," sahut Eunha sambil tertawa.

Sowon ikut-ikutan tertawa, bahkan sampai memukul bantal berkali-kali. Sementara Yuju hanya memasang wajah datar. Sama sekali tidak lucu namun dua makhluk dengan tinggi bertolak belakang didepannya ini tertawa dan membuatnya muak.

"Gue ga bohong elah. Papa gue meninggal dan mama gue ninggalin gue di pinggir jalan," ucap Yuju dengan nada serius. Eunha dan Sowon sampai berhenti tertawa.

Krik krik krik...
Hening...
Canggung...

"Oh iya udah malem, tidur yuk," ucap Sowon mengalihkan pembicaraan.

"Katanya mau tau gue. Eh pas cerita malah keburu tidur. Ga asik," ucap Yuju sarkastik.

"Yaudah ayuk lanjut aja, Ju," ucap Eunha sambil tertawa canggung, matanya juga sibuk meng-kode Sowon.

"Oh yaudah. Sekarang lu cerita tentang Jungkook aja," ucap Sowon yang langsung dipelototi Eunha. Dan kemudian mereka bertelepati tak jelas lewat tatapan.

Eunha be like: lo napa nanya tentang Jungkook sih?

Dan Sowon gagal membaca telepati.

Yang Sowon artikan: Lanjut terus Won bahas Jungkook nya!

Bodoh iya. Pintar tidak.

"Jungkook ya? Sebenarnya Jungkook sempet bilang kalau dia suka sama gue," ucap Yuju.

Sowon dan Eunha melotot.

"HAH?! SERIUS LU?"
"AH LU BERCANDA AH!"
"YUJU CANDA NYA LUCU AH. HAHA..."
"IYA WON LUCU! AMPE CACING KREMI DI PERUT GUE KETAWA! HAHA!"

"Gue ga bercanda dih," sahut Yuju datar. Dan situasi kembali normal.

Situasi serius lagi.

"Terus respon lu pas Jeka ngomong gitu apa?" Tanya Eunha.

"Pingsan? Teriak? Mendadak mati?" Tebak Sowon.

"Ga. Gue langsung pergi meski ada drama sedikit," ucap Yuju.

"Lo ga ada perasaan apa gitu sama Jeka? Kalau gue jadi lu, gue dari awal kenal udah kesemsem sama mukanya. Meski tingkahnya ga ada ganteng-gantengnya," ucap Sowon sambil membayangkan apa yang terjadi jika ia menjadi Yuju.

"Kalau dari awal gue sama Jeka ga ada masalah, mungkin gue juga udah kesemsem," balas Yuju sambil memukul bantal yang ia pegang.

"Gue udah duga. 99% cowo dan cewe yang saling benci bakalan berujung cinta, hehe," ucap Eunha sambil terkekeh.

"Kalau Jeka nembak lu lagi, lu terima ga?" Tanya Sowon antusias. Entah kenapa Sowon rasanya YuKook Shipper disini.

"Udahlah. Jan bahas gue sama si Jongkok lagi," ucap Yuju sambil mengalihkan pandangannya kearah jendela.

"Aaa~ Yuju malu-malu ih. Berarti kita bertiga sama-sama suka sama salah satu anak bangtan dong," ucapan Sowon membuat Yuju melotot kaget. Sementara Eunha memukul bahu Sowon pelan.

"Won jangan buka kartu dong!" Ucap Eunha pelan. Yuju menoleh curiga.

"Ga ada rahasia-rahasiaan. Lo berdua suka sama siapa hah?!" Eunha mencebik kearah Sowon.

"Gegara lu nih, rahasia gue ketahuan ama Yuju!"

"Yaelah kok gue sih. Udahlah kita kan bes pren, ga ada sikrit-sikrit an," ucapan Sowon makin membuat Eunha kesal.

"Jadi gini lho Ju, gue ngaku nih, gue lagi suka sama Jin," ucap Sowon sambil memegang kedua pipinya.

"Eh gila! Lu ngapain suka sama setan jontor kayak dia?" Ucapan Yuju langsung dihadiahi pukulan maut dari Sowon.

"Eh lu jan sok iye deh, pen gue gampar mulut lu!" Ucap Sowon sambil menirukan gaya salsa biskwat.

"Iya iya maaf, terus kalau Eunha suka siapa?" Tanya Yuju yang melihat Eunha dengan mata menyipit.

"Sama si Jimin."

"EH GILA! BANTET COUPLE!"

Plak!

Abaikan kehebohan yang selanjutnya terjadi.

---

"Kak!" Taehyung yang lagi asik tidur di UKS langsung terbangun saat pipi-nya ditepuk dengan keras oleh seseorang.

Taehyung mengerjapkan matanya perlahan-lahan sampai akhirnya--

"BIKIN KAGET AE LU! GUE KIRA SETAN, EH TERNYATA EMANG SETAN!"

Jika saja Taehyung bukan jalan keluarnya untuk mendapatkan fasilitasnya kembali, sejak tadi Mark sudah menjahit bibir Taehyung yang sering ceplas-ceplos sembarangan

"Gue ga setan! Dasar alien!" Balas Mark sambil menimpuk Taehyung dengan vas bunga plastik di meja.

Namun sebelum vas tersebut mengenai kepala-nya, Taehyung langsung menangkap vas bunga tersebut dan menaruhnya kembali diatas meja.

"Wih santai dong bos, bercanda gue," ucap Taehyung cengengesan.

"Bersihin belekan di mata lo dulu alien! Jorok!" Ucap Mark sambil melempar tissue ke muka Taehyung.

"To the point deh. Lu kenapa nyari gue? Ini jam tidur gue, lu seenaknya ganggu pangeran yang sedang menunggu kecupan tuan putri tercinta," ucap Taehyung sambil duduk di tepi ranjang.

"Gue cium pake sepatu mau?" Tanya Mark sambil mengangkat kakinya. Sontak saja Taehyung menggeleng.

"Lo jadi model seragam tahunan sekolah, oke?"

Kalau Taehyung sedang minum sesuatu, mungkin ia akan menyemburkannya ke wajah Mark saking kagetnya.

"Ha?"

"Lo jadi model seragam tahunan Sekolah. Ga terima penolakan," ucap Mark dengan kata dan nada yang memaksa.

"Dih! Kok lo maksa sih dasar bocah! Gue tau kok gue ganteng mya kebangetan sampe dipaksa-paksa kayak gini. Digaji berapa gue jadi model hah?"

"Jangan banyak protes dah lo. Muka lo pas-pasan gitu minta dibayar berapa? Goceng?" Tanya Mark sambil menyerahkan selembar uang 5.000 dari sakunya.

"Bah penghinaan ini namanya. Muka gue cakep-nya kayak idol gini dibayar goceng. Asal lo tau ya fans gue tuh banyak!" Balas Taehyung tidak terima.

"Oh. Gue tanya sekali lagi deh. Lo mau atau ga? Kalau mau lumayan lho. Lo bisa makin terkenal dan kenarsisan lo itu pasti berguna," ucap Mark diakhiri kekehan kecilnya.

"Sekolah kita lagi miskin ya? Sampe ga bisa ngontrak model?" Tanya Taehyung bingung.

"Bukan, cuma bokap nyuruh gue buat cari model-nya. Kan lu tau mata gue itu jeli dalam mencari model yang pas," sahut Mark sambil menggaruk tengkuknya gugup.

Yakali gue jujur bilang kalau gue lagi dihukum. Entar gue diketawain lagi sama ni alien. Ucap Mark dalam hati.

"Emang model cewe-nya siapa?" Tanya Taehyung penasaran.

Siapa tau cantik yekan? Mayan buat digebet, hehe...

"Itu kak Yuju," ucapan Mark langsung membuat Taehyung menjawab.

"OKE! GUE MAU!" Sahut Taehyung dengan semangat. Saking semangatnya ia mengangkat kedua tangannya.

Satu kata "Yuju" mempercepat segalanya. Heran gue, spesialnya tu cewe apaan dah?

"Nanti jam 5. Gue kirim alamatnya," ucap Mark sambil membalikkan badannya hendak pergi.

"Eh! Gue ga dijemput gitu?!" Protes Taehyung. Mark kembali membalikkan badannya dan berkata sesuatu yang ingin membuat Taehyung memenggal kepala Mark atau langsung menendang 'masa depan' milik Mark.

"Ngapain gue jemput alien gembel kayak lo? Buang-buang duit dan tenaga."

Taehyung yang mendengar ucapan itu hanya bisa mengelus dadanya.

---

Yuju Pov On

"Yuju..." Gue yang lagi bengong mandang lalat yang hinggap di roti Hoseok diatas meja langsung mendongak keatas.

Ada cewek yang nyamperin gue. Gue tebak dia anak IPS karena wajahnya ga asing, tapi gue lupa namanya.

"Iya?" Tanya gue bingung.

"Lo kenal gue gak? Kayaknya lo ga tau gue siapa..."

Hehe, tau aja ni orang kalau gue ga kenal dia.

"Maaf. Gue punya penyakit Fast Amnesia. Jadi ya gitu, suka lupa hehe," sahut gue cengengesan.

"Emang ada penyakit kayak gitu ya? Haha..." Ni anak kok nadanya kayak ngeledek gue ya? Gue serasa secara langsung dikatain Bego.

"Santai dong mukanya, gue ga ngehina lo kok..."

Serius demi apa! Gue cengo beneran ini! Ni cewe bisa baca pikiran hah?

"Lo bisa baca pikiran?" Pertanyaan gue cuma dibales sama ketawanya tu cewek.

Emang pertanyaan gue selucu ekspresi-nya Hoseok ketika ditunjuk maju ke depan sama Pak Kim kah?

"Semua juga bisa baca pikiran lo kalau muka lo datar kayak gitu, Ju. Oh iya gue Kim Ji Yeon, tapi panggil aja Kei. Gue ketua club vocal angkatan kita."

Ketua club vocal ya...
Perasaan gue ga enak...

"Dan gue terpaksa nemuin lo secara langsung karena lo sama sekali ga pernah hadir di club," ucap si cewe yang namanya Kei ini dengan nada datar.

"Lah? Bukannya gue selalu hadir setiap latihan? Lo ga cek absen-nya?" Tanya gue dengan nada sedikit nyolot. Padahal emang bener gue ga pernah latihan.

Cuma gue sering titib absen sama kak Chen.

"Lo pikir gue bisa ketipu? Gue sama sekali ga pernah liat muka lo pas latihan meski banyak orang," ucapan si Kei ini buat gue ga bisa jawab.

Dan akhirnya gue milih mantengin lalat yang tadi ada di makanannya Hoseok.

Kok gue ga tega ngusir lalat ya?
Kalau Hoseok sakit perut pas makan itu roti gimana?
Tapi ga tega sama lalatnya, dia pasti kelaperan.

"Gue masih punya rasa kasihan. Apalagi lo murid baru disini, meski udah sebulanan lebih alias udah cukup lama. Gue udah bantuin lo dengan bohong ke coach kalau lo selalu hadir. Karena itu buat hukuman entar nanti, lo harus bantuin gue buat bersihin kelas vocal biar bisa dipakai pas latihan nanti. Dan gue harap lo bakal hadir di latihan selanjutnya. Gue tunggu lo disana." Habis Kei ngomong panjang lebar dia pergi keluar dari kantin.

Meski dia baik sama gue, kok rasanya ga suka dia ngomong pake nada datar gitu ya? Pingin gue banting sampe mental ke kutub utara biar dia hipotermia disana.

Apa ini yang orang-orang rasain ketika mereka ngomong ama gue ya?

"Nih minuman lu." Gue natap Hoseok yang naruh minuman di atas meja dan langsung duduk didepan gue.

"Hm...makasi," sahut gue dengan nada lemes. Entah kenapa sejak si Kei dateng dan buat gue sedikit emosi, gue tiba-tiba ga ada semangat hidup.

"Ju...kok gue tiba-tiba ngerasa ga enak makan roti ini ya?" Tanya Hoseok sambil nunjuk roti dia.

"Lah kenapa ga enak? Makan aja kali, ga boleh buang-buang makanan," sahut gue setelah meminum satu sedotan jus mangga yang tadi dibeli Hoseok.

"Oh yaudah deh. Makasi ya Ju traktirannya," capan Hoseok cuma gue bales satu anggukan.

Sambil ngabisin minuman, gue terus ngeliatin Hoseok yang entah kenapa mukanya yang mirip kuda itu minta ditampol. Gue ga tau kenapa gue hari ini sensian banget rasanya.

Eh bentar ada yang aneh...

ITU DIA MAKAN ROTI YANG TADI DIMAKAN LALAT ITU KAN?!

Yuju Pov Off

---

"Sinbi!" Sinbi menoleh kebelakang dan langsung memasang raut wajah masam ketika melihat Kei, satu-satunya ketua kelas perempuan di VHS itu terlihat menghampirinya.

"Kenapa?" Tanya Sinbi datar.

"Bisa minta tolong? Koperasi tutup dan kelas kita kehabisan spidol. Gue minta tolong sama lu buat beliin spidol di depan, oke?" Pinta Kei sambil tersenyum. Gara-gara itu eye smile-nya langsung tercetak.

"Ga bisa minta tolong sama yang lain apa? Ck! Siniin uangnya!" Balas Sinbi dengan beberapa kalimat yang membentak.

Kei tersenyum senang dan langsung mengeluarkan selembar uang berwarna ungu dari saku-nya.

"Makasih Sinbi," ucap Kei diiringi senyum manis-nya. Sementara Sinbi memilih membalas dengan hentakan kaki dan berjalan pergi.

"Huft...sekali-sekali tu anak harus dikasi pekerjaan biar ga kebiasaan," gumam Kei dengan mata terfokus melihat punggung Sinbi yang perlahan menjauh.

---

Sambil berjalan menuju Ruang Vocal, Yuju terus men-scrool layar ponselnya dan mengetik beberapa kata ketika melihat pesan yang perlu ia balas.

Namun langkahnya terhenti sejenak ketika melihat suatu pesan yang membuat ia melotot.

XII IPA-1 (30)
Jungkook: Gue ga tau kenapa Hoseok ngeluh sakit perut daritadi. Gue pusing sendiri disini nemenin dia di UKS.

Yuju menggigit bibir bawahnya.

Maafin gue Hoseok, gue lupa ngasi tau kalau roti lu tadi dijadiin hotel sama si lalat. Mana gue tadi ga ngusir tu lalat lagi. Batin Yuju yang langsung kembali melanjutkan langkahnya.

"Gue nunggu lo lima belas menitan. Lama," ucap Kei ketika melihat Yuju memasuki ruangan dengan pandangan tetap kearah layar ponsel.

Yuju yang mendengar 'sambutan' yang membuat telinga-nya muak langsung mendongak.

"Udah untung gue mau dateng," balas Yuju sambil menatap Kei tajam. Kei tertawa kecil.

"Jangan tatap gue kayak gitu please. Serem tau gak," ucap Kei yang langsung beranjak dari kursi yang ia duduki.

"Jangan ketawa juga please. Ketawa-nya mirip nenek lampir," balas Yuju sengit.

Pedes juga omongannya. Batin Kei ngeri.

"Ya udah. Kita tata kursi sama meja-nya dulu," ucapan Kei hanya dibalas anggukan Yuju.

Mereka berdua mulai menata meja dan kursi bersama-sama.

Untung pak kumis ga ngajar sekarang. Tumben banget dia ga ngajar juga, ah tapi untunglah...

"Eh Ju, bisa minta tolong beli spidol di depan ga?" Yuju berhenti menyeret kursi dan menaikan sebelah alisnya.

"Lah? Kenapa harus di depan? Koperasi?"

"Koperasi tutup. Gue ga tau kenapa tumben banget tutup. Harapan satu-satunya cuma di depan," sahut Kei.

"Ga bisa besok aja?" Tanya Yuju.

Males gue ke depan cuma buat beli satu spidol doang.

"Sekarang. Biar ga ada yang perlu gue urus lagi," ucap Kei. Yuju mendengus.

"Yaudah iya. Gue jalan!" Ucap Yuju sambil menendang pelan kaki meja.

"Lu ga minta duit sama gue?" Tanya Kei.

"Ngapain minta duit sama lu kalau duit di kantong gue ada," sahut Yuju sebelum akhirnya pergi dari Ruangan.

"Eh gila. Galak banget," gumam Kei sambil mengelus dada-nya.

Oh iya gue lupa. Bukannya gue udah nyuruh Sinbi buat beli Spidol ya? Ah gapapa lah, biar Yuju dapet kerjaan lebih. Batin Kei yang langsung lanjut mengatur meja-kursi.

---

Yuju berjalan menelusuri pekarangan Sekolah dengan bibir sedikit lebih maju dari biasanya. Ia celingak-celinguk untuk melihat situasi.

Aman. Tak ada guru yang sedang mengawas. Jadi ia tak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka yang pastinya curiga kenapa ia berjalan keluar Sekolah di saat jam pelajaran.

"Pak. Buka pintu-nya dong!" Pinta Yuju pada Satpam yang sedang asik bermain dengan HP jadul.

Tak ada reaksi dari pak satpam yang masih asik mengetik sambil tersenyum-senyum.

Gue banting tu HP biar tau rasa. Batin Yuju sambil menggigit bibir bawahnya.

"PAK! BUKAIN SAYA PINTU PAK!" Setelah Yuju mengeluarkan suara 7 oktaf, barulah satpam Sekolahnya itu sadar.

"Eh Yuju. Mau kemana?" Tanya-nya sambil beranjak dan membuka pintu.

"Mau ke depan beli spidol," sahut Yuju cuek.

Sakit tenggorokan gue nih.

"Oh yaudah. Hati-hati. Jan lupa balik, nanti saya yang kena marah," ucapan satpam itu membuat Yuju berhenti melangkah.

"Lah? Kalau gitu bapak aja yang kedepan beliin saya spidol. Saya nunggu disini," ucap Yuju sambil melipat tangan didada.

"Ga bisa Ju. Bapak masih sms-an sama gebetan, kalau bapak slow respon dia-nya marah."

Yuju melongo ditempatnya.

Gue kalah sama yang udah tuwir. Ga ada yang mau nembak gue gitu biar gue mati? Eh ga, biar gue punya pacar gitu...

Yuju berdecak dan kembali melanjutkan langkahnya. Saat ia ingin menyebrang kedepan, Yuju melotot karena melihat sesuatu yang tak asing.

Sinbi berjalan menyebrang dengan earphone tersemat di telinga-nya. Tapi bukan itu masalahnya...

Masalahnya ada motor besar lewat didekat Sinbi yang bisa saja menyerempet Sinbi jika ia tidak minggir.

Sayangnya Sinbi tak mendengar suara klakson mungkin karena ia menyetel lagu dengan suara keras.

Yuju gemetar. Ia mencoba berpikir sesingkat mungkin tentang siapa, masalah apa, dan apa yang akan terjadi jika dia hanya diam.

Dan sedetik kemudian kakinya melangkah kedepan sambil melambaikan tangannya agar mobil dan motor yang lewat memberikan ia jalur terlebih dahulu.

Kalau mungkin hanya salah satu diantara kami yang selamat. Mungkin itu takdir. Tuhan lindungi kami.

"SINBI MINGGIR! MINGGIR WOY!"

Sinbi mendongak ketika merasa namanya disebut.

Lah itu kenapa si kampret lari-lari kesini ya? Tanya Sinbi pada dirinya sendiri.

"SINBI TULI MINGGIR!" Dan barulah Sinbi sadar apa yang terjadi. Sinbi mengikuti arah jari Yuju yang menunjuk sebelah kanannya.

Sinbi kaget ketika motor melaju dengan cepat kearahnya.

Gue ga bakal mati kan?

ⓣⓑⓒ

5683 words.

Maaf ga sesuai review sebelumya. Jadi di part selanjutnya baru kebongkar siapa yang jedor Yuju, hehe

Soalnya kalau disini sesuai sama review di eps sebelumnya. Mungkin sampe 7000 words. Takut ngebosenin.

See you bulan depan...

Ahra, 15 Juli 2017

Continue Reading

You'll Also Like

39.7K 4.2K 16
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
318K 3.6K 80
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
398K 40.6K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
40.8K 3.8K 21
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...