What Happened?

Por YouKey_26

537 50 11

Jang Geun Suk yang sedang menghadapi masalah yang cukup memusingkan memutuskan untuk menenangkan diri di sebu... Más

One Shoot

537 50 11
Por YouKey_26

Seorang pria tampan bertubuh tinggi dan tegap dengan topi, kaca mata hitam, serta tas ransel besar di punggungnya terlihat turun dari sebuah bus. Ia menghela nafas lega seperti telah terbebas dari sebuah ruangan isolasi, mengingat baru pertama kali ini dirinya naik bus umum. Bagaimana tidak? Untuk ukuran orang sepertinya, sudah menjadi kebiasaan pergi kemana-mana menggunakan mobil pribadi lengkap dengan supirnya. Dia Jang Geun Suk, seorang pewaris tunggal dari Tae San Group. Sebuah perusahaan ternama di Korea Selatan yang bergerak di bidang otomotif. Saat ini dirinya sedang mengalami masalah yang cukup memusingkan, hingga memutuskan untuk menenangkan diri di sebuah desa yang cukup jauh dari keramaian.
Setelah beberapa meter berjalan kaki, Geun Suk tiba di sebuah villa yang bisa dibilang cukup bagus jika dibandingkan dengan rumah-rumah penduduk setempat.

"Hmm... lumayan, tidak salah aku memperkerjakan Lee Hongki. Dia paling tahu seleraku" ia tersenyum tipis kemudian melangkah memasuki halaman villa yang cukup luas.
"Sepertinya bangunan ini sudah lama ditinggalkan" gumam Geun Suk menyadari aura di sekitarnya yang terasa aneh hingga membuatnya
bergidik, membuang jauh-jauh pikiran negatif yang mulai muncul di otaknya.
Saat tangannya akan meraih knop pintu, sebuah tangan dingin menyentuh pundaknya. Membuatnya tersentak dan mematung. Perlahan ia memutar kepalanya ke belakang. Seorang wanita tua dengan pakaian seperti seorang Cenayang (dukun) menatapnya tajam, membuat Geun Suk sedikit mundur.

"Kau orang yang akan tinggal di sini?" tanya wanita tua itu.

"Y-ya, apa kabar nenek. Namaku Jang Geun Suk" ucap Geun Suk membungkuk memberi hormat.

"Ini kuncinya." Wanita tua itu menyodorkan sebuah kunci pada Geun Suk.

Geun Suk menerimanya dan berterima kasih, tanpa berani memandang wajah wanita tua itu yang sejak tadi terus menatap matanya tajam, seperti mencari sesuatu di dalam sana.

"Kalau kau membutuhkan sesuatu panggil saja aku. Rumahku di sana."

Geun Suk mengalihkan pandangannya menuju arah wanita tua tadi menunjuk. Sebuah rumah tradisional kecil yang seluruh bangunannya terbuat dari kayu. Seperti rumah di jaman kerajaan, pikir Geun Suk.

"Baiklah nek, aku mengerti. Terima kasih ban-"
Kata-kata Geun Suk terhenti saat menyadari ternyata wanita tua tadi sudah tidak ada di hadapannya.

"Kemana perginya nenek itu? Cepat sekali" Ia bergidik, menyadari bulu kuduknya kembali berdiri.

Geun Suk membuka pintu lalu melangkah masuk. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang tamu. Tak ada yang terlihat, karena memang hari sudah gelap. Untung saja ia cepat menemukan saklar lampu yang menempel di dinding yang tepat dirabanya. Geun Suk tersentak kaget saat lampu menyala. Sebuah foto besar seorang gadis cantik dengan rambut hitamnya yang tergerai tepat berada di depannya, membuatnya terkaget dan mundur beberapa langkah. Tapi kemudian ia kembali mendekat setelah mengetahui kalau itu hanya sebuah foto. Geun Suk mengamati foto itu dengan seksama. Pandangannya tertuju pada mata gadis itu, mata sipit itu seakan-akan sedang menatapnya dengan penuh kebencian.

"Ekspresi yang aneh" ucap Geunsuk berlalu.
Ia tidak ingin berlama-lama melihat foto itu yang hanya membuatnya semakin merinding saja.
Mata foto gadis itu menyala merah, mungkin marah karena Geun Suk baru saja mengejeknya. Beruntung Geun Suk sudah masuk ke dalam kamar sehingga tidak melihatnya.

***

Pagi ini Geun Suk masih sibuk menata barang bawaannya yang cukup banyak, mengingat semalam dirinya yang langsung terlelap karena terlalu lelah. Bahkan ia tak sempat mengganti pakaiannya.
Geun Suk berkeliling mengamati rumah barunya. Ya, setidaknya untuk beberapa minggu ke depan dia akan tinggal di sini.

"Sepertinya tidak ada yang perlu dibersihkan. Aneh sekali, rumah ini terlalu bersih untuk ukuran rumah yang sudah lama tidak ditempati" gumam Geunsuk.
Sesaat kemudian matanya tertuju pada sebuah pintu yang terletak di sudut ruangan, dekat dengan dapur.
"Aku rasa kemarin di sana tidak ada pintu." Geun Suk melangkah menuju pintu itu dan bermaksud untuk membukanya.
Tinggal sedikit lagi tangannya nyaris meraih knop pintu itu.

"Apa yang sedang kau lakukan??" sebuah suara yang cukup keras, lebih tepatnya bentakan membuat Geun Suk terkaget dan membalikkan tubuhnya.
Dilihatnya nenek Cenayang yang kemarin mendekatinya dengan tatapan marah.

"Eoh? Nenek? Kenapa nenek bisa ada di sini?" tanya Geun Suk bingung.

"Jangan pernah kau menyentuhnya!" bentak nenek itu lagi sebelum berlalu meninggalkan Geun Suk yang masih tidak mengerti.

Kenapa nenek itu tiba-tiba bisa berada di dalam?
Lewat mana dia masuk? Setahu Geun Suk rumah ini tidak mempunyai pintu belakang. Dan pintu tadi itu...
Eoh? Kemana pintu tadi? Geun Suk terbelalak menyadari bahwa yang ada di depannya saat ini hanyalah dinding. Tidak ada pintu sama sekali. Ini benar-benar aneh!
Geun Suk mengacak rambutnya frustasi. Apa mungkin dirinya sudah gila? Eoh!!

***

Malam ini Geun Suk benar-benar tidak bisa tidur. Meskipun matanya terpejam, pikirannya masih tertuju pada pintu tadi. Jelas-jelas tadi ia melihat ada pintu, kenapa bisa menghilang begitu saja? Sepertinya dia salah memilih tempat. Tujuannya kesini untuk menenangkan pikiran, dan sekarang bukannya ketenangan yang didapatnya malah sebuah keganjilan di rumah ini. Geun Suk membuka matanya saat didengarnya suara pintu berderit. Ia bangkit, perlahan berjalan keluar lalu bersembunyi di balik tembok. Matanya terbelalak saat melihat seorang gadis keluar dari pintu itu. Ya, pintu yang tadi menghilang sekarang ada lagi. Gadis cantik bermata bulat dengan rambut panjang itu berjalan menuju dapur, membuka kulkas dan mengambil sebungkus roti. Tunggu sebentar! Kulkas? Sejak kapan di dapur ada kulkas? Setahu Geun Suk di rumah ini hanya ada satu kulkas, dan itu berada di ruang makan.
Mata Geun Suk masih tertuju pada gadis yang sekarang sedang duduk di lantai sambil memakan rotinya. Ada yang aneh dengan gadis itu. Matanya selalu menatap kosong ke depan dan tak pernah berkedip. Wajahnya begitu pucat dan tubuhnya sangat kurus.
Siapa dia? Kenapa bisa ada di rumah ini? Beribu-ribu pertanyaan berkecamuk di benak Geun Suk.
Geun Suk berteriak kaget saat tiba-tiba semua lampu mendadak mati, disusul dengan bayangan putih yang berkelebat dengan sangat cepat.
Lalu beberapa detik kemudian lampu kembali menyala dan gadis itu..
Gadis itu sudah menghilang entah kemana. Pintu itu juga kembali lenyap tak berbekas. Geun Suk sendiri entah bagaimana caranya sudah terduduk kembali di tempat tidurnya. Ia terlihat syok dan kebingungan.

"Hhaaah!! Aku bisa gila!" teriak Geun Suk frustasi seraya mengacak rambutnya kasar.

***

Hari ini Geun Suk memutuskan untuk kembali ke Seoul. Lama-lama berada di rumah ini bisa membuatnya benar-benar gila. Biar saja ia turuti kemauan ayahnya untuk menikahi seorang gadis keturunan Inggris yang sudah dijodohkan dengannya. Setidaknya itu jauh lebih baik, dibandingkan hidup di sini bersama dengan makhluk-makhluk aneh dan tidak jelas, begitu pikirnya.

Geun Suk menyipitkan matanya saat melihat sebuah foto tergeletak di bawah meja. Ia meletakkan kembali baju-baju yang akan dimasukkannya ke dalam tas ransel lalu beranjak mengambil foto itu. Sebuah foto keluarga dengan dua gadis kecil yang bingkai kacanya sudah pecah. Sepertinya foto itu sudah berusia sangat lama, melihat gambarnya yang sudah sedikit pudar.
Geun Suk mengamati foto itu dengan seksama, ia terbelalak saat menyadari bahwa salah satu dari gadis itu adalah gadis yang sama dengan yang ada di foto ruang tamu. Dan yang satunya lagi, gadis ini...
Deg! Gadis ini! Geun Suk mengenalnya!
Ya, bahkan sangat mengenalinya.
Tangan Geun Suk bergetar memegang foto itu. Matanya melebar, menatap foto gadis itu nanar. Kakinya melemas dan terduduk di lantai. Pikirannya berputar-putar mencoba menghubungkan semuanya yang terasa begitu aneh dan tidak masuk akal.
Park Shin Hye! Gadis itu, teman dan juga sekaligus cinta pertamanya di sekolah menengah dulu. Kenapa fotonya bisa berada di sini? Apa hubungannya dengan gadis yang fotonya terpasang di ruang tamu itu? Dan kenapa bisa berada di rumah ini? Sebenarnya apa yang terjadi?
Geun Suk benar-benar syok. Otaknya sudah tidak bisa berpikir lagi. Sesaat kemudian ia teringat sesuatu.

"Nenek Cenayang! Ya, aku harus menemui Nenek Cenayang itu! Dia pasti tahu semuanya!" Geun Suk segera bangkit dan bergegas menuju rumah Cenayang itu.

***

"Nenek, ini aku Jang Geun Suk. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Tolong buka pintunya." Sudah berkali-kali Geun Suk berteriak sekaligus menggedor-gedor pintu kayu itu. Tapi tidak ada jawaban sama sekali.
Di balik jendela, wanita tua itu memandang Geun Suk dalam.
"Belum saatnya kau tahu, anak muda" gumamnya.

"Nenek Cenayang, aku tahu kau ada di dalam. Kumohon buka pintunya!" teriak Geun Suk lagi. Namun hasilnya nihil, nenek itu tak juga mau membukakan pintu. Akhirnya dengan penuh rasa kecewa dan kesal, Geun Suk kembali ke villa. Niatnya untuk kembali ke Seoul sudah tidak ada sama sekali. Digantikan dengan rasa penasaran akan gadis yang selama ini masih menempati tempat paling istimewa di hatinya. Mungkinkah gadis yang semalam itu adalah Shin Hye? Ataukah gadis yang satunya lagi? Kepalanya benar-benar terasa ingin meledak dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.

***

Malam ini Geun Suk sengaja tidak tidur. Ia menyembunyikan dirinya di balik tembok dengan pakaian serba hitam, menunggu gadis itu keluar dari pintu aneh itu. Beberapa menit kemudian gadis itu keluar, berjalan gontai menuju kulkas yang entah sejak kapan sudah tersedia di sana.

"Ini saatnya.." gumam Geun Suk.
Geun Suk berjalan cepat menuju gadis itu dan dengan sigap menarik sebelah tangannya, memojokkan tubuh mungil itu ke dinding kemudian mengunci dengan kedua tangannya. Gadis itu tampak sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat dan matanya berkaca-kaca. Geun Suk menatap wajah gadis itu lekat-lekat.

"K-kau, Shin Hye.. Kau Park Shin Hye?" lirih Geun Suk dengan mata melebar tak percaya.

Wajah Shin Hye semakin memucat, bibirnya bergetar dan tubuhnya kaku.
'Park Shin Hye'..
Ya! Sepertinya itu memang namanya. Bahkan ia hampir lupa dengan namanya sendiri. Dan pria di depannya ini adalah orang pertama yang memanggil namanya setelah sekian lama.
Siapa pria ini? Apa dia mengenalinya? Tapi ia seperti mengenal tatapan itu.

Geun Suk terus menatap Shin Hye. Tangannya perlahan terulur, bermaksud meraba wajah gadis itu. Sekedar memastikan apakah sosok di hadapannya ini benar-benar nyata?

Geun Suk terperanjat dan dengan refleks mundur beberapa langkah saat tiba-tiba dalam sekejap Shin Hye menghilang kemudian digantikan dengan sosok mengerikan.
Sosok wanita memakai hanbok putih, dengan rambut hitam panjangnya yang menjuntai ke depan hingga lutut. Wajahnya pucat pasi dan tatapan mata tajamnya menusuk penuh kebencian. Wanita itu menyeringai, memperlihatkan sepasang gigi taringnya yang tajam. Kemudian ia terkikik dengan nyaringnya. Kikikannya menggema ke seluruh ruangan, membuat seluruh tubuh Geun Suk merinding dibuatnya.
Geun Suk terus melangkah mundur hingga terpojok di sudut ruangan. Wanita itu terus terkikik, matanya menyala merah dan menyeringai melihat Geun Suk yang semakin terpojok.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Geun Suk dengan suara bergetar. Keringat dingin sudah mengalir membasahi tubuhnya.
Sosok itu terus mendesak Geun Suk. Kedua tangannya terulur, memperlihatkan kuku-kuku runcingnya yang berwarna legam. Kini kedua tangan dingin dan kaku itu sudah bertengger di leher Geun Suk dan berusaha mencekiknya. Pria itu berusaha melawan dengan sekuat tenaga. Sedikit lagi, kuku runcing itu nyaris menembus kulit leher Geun Suk.

"Jangan!"

Sebuah suara membuat sosok wanita itu menoleh. Ekspresinya seketika berubah melihat Shin Hye yang berdiri tak jauh dari sana. Matanya tak lagi menyala merah, dan gigi taringnya menghilang.

"Kakak, kumohon hentikan! Dia tidak bersalah, aku mengenalnya." ucap Shin Hye parau.

Wanita itu melepaskan cengkeramannya dari leher Geun Suk kemudian mendekati Shin Hye. Mata teduhnya berkaca-kaca menatap Shin Hye heran. Shin Hye membalasnya dengan anggukan, seakan tahu maksud dari tatapan itu. Wanita itu tersenyum, tangan dinginnya membelai lembut puncak kepala Shin Hye. Ia kemudian mundur semakin jauh lalu perlahan menghilang.

Jang Geun Suk masih terpaku di sudut ruangan. Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Pria itu baru tersadar saat tiba-tiba tubuh Shin Hye ambruk. Gadis itu pingsan.

***

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Geun Suk pada nenek Cenayang yang duduk di depannya.
Ya, setelah kejadian tadi malam Geun Suk segera membawa Shin Hye yang pingsan ke rumah nenek Cenayang. Dan hingga pagi ini gadis itu belum juga sadar.

"Nenek, kumohon ceritakan padaku. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa semuanya begitu tidak masuk akal?" desak Geun Suk tak sabar.
Nenek itu menghela napas panjang kemudian mulai bercerita.

***

Delapan tahun yang lalu, ada sebuah keluarga kaya dari Seoul yang pindah ke desa ini. Selama beberapa tahun mereka tinggal di villa yang Geun Suk tempati dan hidup bahagia. Keluarga itu sangat baik, mereka sering sekali membagikan makanan pada warga sekitar yang mayoritas memang kurang mampu. Hingga kejadian malam itu menghancurkan semuanya.

Pukul 01.00 dini hari di kediaman keluarga Park begitu sepi. Hujan lebat disertai angin kencang, serta kilat yang menyambar-nyambar membuat penghuni rumah itu semakin meringkuk dibalik selimut tebalnya. Dua orang pria bertopeng dengan pakaian serba hitam terlihat mengendap-endap di sekitar rumah itu. Tak lama kemudian mereka berhasil mendongkel jendela lalu menyelinap masuk.

Dorrr! Dorr! Dorrr!

Suara tembakan berkali-kali membuat dua gadis kakak beradik yang sedang terlelap itu terkaget dan bergegas keluar dari kamar. Tapi sang kakak melarang adiknya keluar dan menyuruhnya untuk tetap di dalam kamar.

"Tapi kakak-" Shin Hye mencoba menolak.

"Sudah kubilang jangan keluar! Tetaplah di sini!" bentak Yoon He seraya keluar kamar kemudian menutup pintunya.

Yoon He berteriak dengan mata melebar saat melihat ayah dan ibunya sudah terkapar tak bernyawa dengan darah segar mengalir dari dada mereka yang terkena peluru. Kedua pria bertopeng tadi segera meringkus Yoon He, menyeretnya ke tangga lalu mengikat kedua tangan dan kakinya di pagar tangga.

"Siapa kalian? Lepaskan aku!" teriak Yoon He meronta.

Sementara Shin Hye yang diam-diam keluar dari kamar hanya bisa bersembunyi di bawah meja sambil menangis tanpa suara melihat peristiwa mengerikan di depan matanya.
Salah seorang dari pria bertopeng itu mendekati wajah Yoon He dan menciumnya dengan paksa.

"Kurang ajar! Bajingan kau! Aku bilang lepaskan aku!" teriak Yoon He berusaha melawan.
Tapi ia benar-benar tak berdaya, kedua tangan dan kakinya sudah terikat. Dia hanya bisa meronta dan terisak.

Dorrr!

Sebuah peluru kembali meluncur dari pistol salah satu pria bertopeng itu. Tepat mengenai perut Yoon He yang sudah polos karena aksi bejat kedua pria itu.

Keesokan harinya seluruh desa gempar karena kasus perampokan dan pembunuhan itu. Anehnya, polisi tidak menemukan Park Shin Hye. Gadis itu menghilang begitu saja. Karena tidak adanya saksi dan kurangnya bukti, kasus itu akhirnya terpaksa ditutup.

***

"Begitulah ceritanya" kata nenek Cenayang itu mengakhiri ceritanya.

"Jadi maksudmu hantu itu-"

"Dia adalah Park Yoon He, kakak dari Park Shin Hye, gadis yang kau cintai. Dialah yang telah menyembunyikan Shin Hye selama ini. Yoon He tidak ingin adiknya bernasib sama sepertinya. Dia menyerangmu karena dia pikir kau adalah penjahat yang akan menyakiti Shin Hye. Untung saja Shin Hye bisa menghentikan semuanya. Selama tiga tahun Shin Hye hidup di rumah itu tanpa ada yang tahu. Semua orang mengira rumah itu kosong. Hidupnya begitu menyedihkan, semenjak kejadian itu dia tidak pernah berbicara. Sepertinya jiwanya begitu terguncang hingga membuatnya menjadi seperti itu. Semalam adalah untuk pertama kalinya dia berbicara setelah sekian lama. Dan itu berkat dirimu, Jang Geun Suk." jelas nenek itu.

Geun Suk mengangguk paham.
"Tapi.. Bagaimana Nenek bisa tahu semuanya? Nenek kan tidak ada di sana?" tanya Geun Suk heran.

"Hei anak muda! Apa kau lupa? Aku ini seorang Cenayang!" Nenek itu meninggikan suaranya.

"Eoh.. Ya, aku minta maaf. Lalu pintu itu?" tanya Geun Suk masih penasaran.

"Pintu dan kulkas itu sebenarnya memang ada. Yoon He yang membuatnya menjadi tak terlihat olehmu. Itu pintu kamar Shin Hye."
Geun Suk kembali mengangguk mendengar penjelasan nenek itu. Sekarang semua pertanyaan yang ada di kepalanya sudah terjawab.

***

Geun Suk memandangi Shin Hye yang masih belum juga sadar dari pingsannya. Gadis yang selama bertahun-tahun ini dicarinya, saat ini berada di hadapannya. Tangan Geun Suk terulur, membelai lembut pipi yang dulunya bulat kini berubah menjadi tirus. Wajah itu begitu pucat dengan tubuh yang sangat kurus.
Mata Geun Suk terpejam, membuat cairan bening itu sukses mengalir dari sudut matanya. Hatinya begitu pedih mengetahui kenyataan bahwa gadis yang dicintainya selama ini hidup dengan sangat menyedihkan.
Pria itu segera mengusap air matanya melihat Shin Hye yang membuka mata.

"Eoh? Shin Hye, kau sudah sadar?" ucap Geun Suk berbinar.

Shin Hye terperanjat kaget. Ia terduduk dan beringsut mundur menjauhi Geun Suk. Wajahnya menyiratkan ketakutan yang teramat sangat. Tubuhnya bergetar hebat dan terus mundur hingga ke sudut ruangan.

"Shin Hye, ada apa denganmu? Ini aku, Jang Geun Suk" ucap Geun Suk bingung melihat Shin Hye yang takut padanya.

"Sebaiknya kau ganti dulu bajumu itu!" kata nenek Cenayang yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Geun Suk.

Geun Suk melihat dirinya yang masih berpakaian serba hitam.

"Cepatlah!"

Geun Suk mengangguk mengerti lalu bergegas pergi.

Nenek Cenayang itu mendekati Shin Hye kemudian memeluknya.
"Tenanglah, jangan takut. Kau aman di sini" ucapnya menenangkan.

***

Geun Suk kembali ke villa. Hal pertama yang ia lakukan adalah melihat keberadaan pintu itu. Ternyata memang benar ada. Geun Suk mendekat lalu mencoba membukanya, tidak terkunci. Perlahan ia melangkah masuk dan mengedarkan pandangannya. Sebuah ruangan yang tidak begitu luas dengan sebuah tempat tidur, lemari, dan meja kecil.

Jadi selama tiga tahun gadisnya hanya mengurung diri di sini?
Sungguh tak bisa dipercaya, Geun Suk tak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Shin Hye di tempat seperti ini. Pandangan Geun Suk terhenti pada sesuatu yang ada di atas meja. Pria itu mendekat dan mengambilnya.

"Kau juga masih menyimpannya" tersenyum memandangi sebuah kalung setengah hati pemberiannya. Sedangkan setengahnya lagi ada pada dirinya. Kalung itu ia berikan saat kencan pertama mereka, tepat saat ulang tahun Shin Hye yang ke-15. Kemudian sebulan setelahnya mereka harus berpisah karena Shin Hye harus pindah meninggalkan kota Seoul mengikuti kedua orang tuanya.

*flashback*

"Pergilah.." lirih Geun Suk setelah mereka terdiam untuk beberapa saat.

Geun Suk mengangkat wajah Shin Hye yang sejak tadi tertunduk, mengusap lembut kedua pipi bulatnya yang basah karena anak sungai yang mengalir di sana.

"Maaf.." ucap Shin Hye dengan suara yang nyaris tak terdengar. Dadanya terasa begitu sesak.

Geun Suk menghela nafas panjang kemudian menatap Shin Hye dalam.

"Jangan menangis.. Aku janji, suatu saat nanti kalau kita sudah dewasa aku pasti akan menemukanmu. Percayalah.. Kalung ini pasti akan menyatu kembali." ucap Geun Suk berusaha tersenyum.

"Kau janji?" Shin Hye mengacungkan kelingkingnya.

"Ya, janji!" Geun Suk mengait jari mungil itu dengan jarinya, kemudian menarik tubuh Shin Hye ke dalam pelukannya.
"Jaga dirimu baik-baik. Aku pasti akan sangat merindukanmu, aku mencintaimu.." ucap Geun Suk lirih.

"Aku juga" Shin Hye mempererat pelukannya.

*flashback end*

***

Shin Hye sedang berdiri di samping jendela, mata coklatnya menatap kosong ke depan. Mengabaikan dinginnya salju-salju kecil yang mulai berjatuhan. Gadis itu menoleh saat dirasakannya sebuah tangan menyentuh pundaknya.

"Kalau berdiri di sini terus tubuhmu bisa membeku" Geun Suk membuka jaketnya lalu memakaikannya pada Shin Hye.

Shin Hye masih terus diam, ia menatap Geun Suk heran. Pria itu memegang kedua bahu Shin Hye dan menatapnya.
"Apa kau masih tidak mengenaliku?" tanya Geun Suk.
"Kalung ini.. Tidakkah kau mengingatnya?" Geun Suk menunjukkan dua kalung yang menyatu membentuk sebuah hati.

Shin Hye menatap kalung itu nanar. Matanya mulai berkaca-kaca, ia teringat akan masa lalunya bersama seseorang yang sampai saat ini masih mengisi hatinya. Dan pria di depannya ini, apakah dia benar-benar orang itu?

"Shin Hye, aku sangat merindukanmu.." Geun Suk menarik Shin Hye ke dalam pelukannya. Memeluk tubuh kurus itu dengan sangat erat, seakan takut kehilangan lagi. Sementara Shin Hye masih mematung, tangannya bahkan tak bergerak untuk sekedar membalas pelukan Geun Suk.
Geun Suk melepaskan pelukannya kemudian menangkup wajah Shin Hye, menatap mata bulat itu penuh kerinduan.

"Kenapa?" lirih Shin Hye disusul dengan butiran bening yang berhasil lolos membasahi pipinya.
"Kenapa baru datang sekarang? Kenapa kau membuatku menunggu begitu lama?" sambungnya nyaris tak terdengar.

Geun Suk kembali memeluk Shin Hye, membiarkan gadis itu terisak di dadanya.

"Aku minta maaf, seharusnya aku datang lebih cepat. Selama ini aku mencarimu kemana-mana. Aku sama sekali tidak tahu kalau kau berada di sini. Ternyata Tuhan masih memberiku kesempatan untuk menepati janjiku. Sekarang aku menemukanmu, dan kalung ini kembali menyatu. Shin Hye, ikutlah bersamaku ke Seoul. Tinggallah di sana." ucap Geun Suk.

Shin Hye tidak menjawab, ia masih terus terisak.

***

Sore ini Geun Suk memutuskan untuk membawa Shin Hye bersamanya. Tadi pagi ia sudah mengantar gadis itu mengunjungi makam kedua orang tua dan kakaknya untuk pertama kalinya. Selama ini ia tak pernah sekalipun mengunjunginya.

"Tunggu sebentar.." Shin Hye menahan tangan Geun Suk yang hendak mengunci pintu villa itu.

Gadis itu kembali masuk kemudian mengambil foto Yoon He yang terpasang di ruang tamu. Foto itu kini tak lagi menyeramkan seperti sebelumnya. Tatapan penuh kebencian itu, kini berubah menjadi sebuah senyuman bahagia yang menyejukkan. Membuatnya terlihat begitu cantik. Geun Suk tampak heran melihatnya.

"Bolehkah aku membawanya?" tanya Shin Hye.

Geun Suk mengangguk tersenyum.
"Tentu saja.."

Mereka menuju rumah nenek Cenayang. Geun Suk berterima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan selama ini dan berjanji akan menjaga Shin Hye dengan baik. Mereka pun berpamitan kemudian berjalan menuju halte bus.

"Kehidupanmu yang sebenarnya akan segera dimulai Park Shin Hye.." ucap nenek Cenayang kemudian menutup pintu rumahnya.

***

Geun Suk dan Shin Hye sedang berada di dalam bus. Meskipun seluruh jendela bus sudah tertutup rapat, tapi tetap saja hawa dingin salju di luar masih bisa menyusup masuk mengingat tidak adanya penghangat udara di dalam bus. Shin Hye harus berkali-kali membenarkan syal tipisnya agar benar-benar menutupi leher jejangnya.

Geun Suk yang mengetahui hal itu segera membuka syalnya dan memakaikannya pada Shin Hye. Tangan kekarnya meraih kedua tangan mungil Shin Hye dan menggenggamnya erat. Mencoba memberi sebuah kehangatan.

"Apa sekarang sudah lebih baik?" tanya Geun Suk.

Shin Hye hanya mengangguk kemudian memandang keluar kaca jendela bus yang sedikit mengembun. Memandangi kerlap-kerlip lampu warna-warni yang sudah lama sekali tak dilihatnya. Hari sudah mulai gelap, untung saja salju tidak turun terlalu tebal. Jadi jalanan tidak ditutup.

Geun Suk terkaget saat mendengar Shin Hye terisak pelan.

"Shin Hye, ada apa? Kau menangis?" Geun Suk menarik pelan dagu Shin Hye membuat keduanya bertatapan.

"Jang Geun Suk.. Terima kasih, aku sungguh berterima kasih padamu" lirih Shin Hye.
"Terima kasih kau sudah datang ke rumah itu, terima kasih karena kau telah memenuhi janjimu. Aku tidak tahu bagaimana hidupku kalau kau tidak datang, mungkin aku akan selamanya terkurung di sana dan arwah kak Yoon He tidak akan pernah tenang. Dia tidak akan pernah meninggalkanku sebelum ada seseorang yang benar-benar bisa melindungiku. Dan seseorang itu adalah kau, Geun Suk. Aku benar-benar berterima kasih" sekali lagi butiran bening itu kembali mengalir dari sudut mata Shin Hye.

Geun Suk menangkup wajah Shin Hye dan mengusap matanya lembut.
"Jangan bicara seperti itu, semuanya karena aku masih mencintaimu. Shin Hye, aku mencintaimu.." lirih Geun Suk.

Sudah lama sekali rasanya ia tak mengucapkan kata-kata itu, membuat hatinya terasa bergetar saat mengatakannya.

"Aku juga mencintaimu Geun Suk.." jawab Shin Hye.
Geun Suk menarik tubuh Shin Hye ke pelukannya kemudian mengecup puncak kepala gadis itu.
Shin Hye memejamkan matanya yang masih terus berair. Dalam hati mengucapkan rasa syukur berkali-kali kepada Tuhan. Mulai sekarang ia tidak sendirian lagi di dunia ini, ia mempunyai Geun Suk. Ia akan kembali hidup dan akan menghabiskan sisa hidupnya bersama pria ini.

***

~«END»~

Oke ini absurd. Haha 😂
Btw, itu covernya bikinnya di stasiun pas lagi nungguin​ kereta sendirian dari jam 8, tapi dapet tiketnya buat kereta jam 12. Alhasil nunggu empat jam sambil otak-atik ponsel biar keliatan sibuk. *malah curcol* 😂

Sebelumnya cerita ini juga pernah saya post di note Facebook. Saya post lagi di sini dengan sedikit revisi daripada Wattpad saya nggak ada isinya.

Buat yang udah baca jangan lupa tinggalkan jejak ya..
Makasih... 😁

YouKey_26

Seguir leyendo

También te gustarán

2.4M 171K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
531K 87.5K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
514K 20.9K 36
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...