One Shoot

537 50 11
                                    

Seorang pria tampan bertubuh tinggi dan tegap dengan topi, kaca mata hitam, serta tas ransel besar di punggungnya terlihat turun dari sebuah bus. Ia menghela nafas lega seperti telah terbebas dari sebuah ruangan isolasi, mengingat baru pertama kali ini dirinya naik bus umum. Bagaimana tidak? Untuk ukuran orang sepertinya, sudah menjadi kebiasaan pergi kemana-mana menggunakan mobil pribadi lengkap dengan supirnya. Dia Jang Geun Suk, seorang pewaris tunggal dari Tae San Group. Sebuah perusahaan ternama di Korea Selatan yang bergerak di bidang otomotif. Saat ini dirinya sedang mengalami masalah yang cukup memusingkan, hingga memutuskan untuk menenangkan diri di sebuah desa yang cukup jauh dari keramaian.
Setelah beberapa meter berjalan kaki, Geun Suk tiba di sebuah villa yang bisa dibilang cukup bagus jika dibandingkan dengan rumah-rumah penduduk setempat.

"Hmm... lumayan, tidak salah aku memperkerjakan Lee Hongki. Dia paling tahu seleraku" ia tersenyum tipis kemudian melangkah memasuki halaman villa yang cukup luas.
"Sepertinya bangunan ini sudah lama ditinggalkan" gumam Geun Suk menyadari aura di sekitarnya yang terasa aneh hingga membuatnya
bergidik, membuang jauh-jauh pikiran negatif yang mulai muncul di otaknya.
Saat tangannya akan meraih knop pintu, sebuah tangan dingin menyentuh pundaknya. Membuatnya tersentak dan mematung. Perlahan ia memutar kepalanya ke belakang. Seorang wanita tua dengan pakaian seperti seorang Cenayang (dukun) menatapnya tajam, membuat Geun Suk sedikit mundur.

"Kau orang yang akan tinggal di sini?" tanya wanita tua itu.

"Y-ya, apa kabar nenek. Namaku Jang Geun Suk" ucap Geun Suk membungkuk memberi hormat.

"Ini kuncinya." Wanita tua itu menyodorkan sebuah kunci pada Geun Suk.

Geun Suk menerimanya dan berterima kasih, tanpa berani memandang wajah wanita tua itu yang sejak tadi terus menatap matanya tajam, seperti mencari sesuatu di dalam sana.

"Kalau kau membutuhkan sesuatu panggil saja aku. Rumahku di sana."

Geun Suk mengalihkan pandangannya menuju arah wanita tua tadi menunjuk. Sebuah rumah tradisional kecil yang seluruh bangunannya terbuat dari kayu. Seperti rumah di jaman kerajaan, pikir Geun Suk.

"Baiklah nek, aku mengerti. Terima kasih ban-"
Kata-kata Geun Suk terhenti saat menyadari ternyata wanita tua tadi sudah tidak ada di hadapannya.

"Kemana perginya nenek itu? Cepat sekali" Ia bergidik, menyadari bulu kuduknya kembali berdiri.

Geun Suk membuka pintu lalu melangkah masuk. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang tamu. Tak ada yang terlihat, karena memang hari sudah gelap. Untung saja ia cepat menemukan saklar lampu yang menempel di dinding yang tepat dirabanya. Geun Suk tersentak kaget saat lampu menyala. Sebuah foto besar seorang gadis cantik dengan rambut hitamnya yang tergerai tepat berada di depannya, membuatnya terkaget dan mundur beberapa langkah. Tapi kemudian ia kembali mendekat setelah mengetahui kalau itu hanya sebuah foto. Geun Suk mengamati foto itu dengan seksama. Pandangannya tertuju pada mata gadis itu, mata sipit itu seakan-akan sedang menatapnya dengan penuh kebencian.

"Ekspresi yang aneh" ucap Geunsuk berlalu.
Ia tidak ingin berlama-lama melihat foto itu yang hanya membuatnya semakin merinding saja.
Mata foto gadis itu menyala merah, mungkin marah karena Geun Suk baru saja mengejeknya. Beruntung Geun Suk sudah masuk ke dalam kamar sehingga tidak melihatnya.

***

Pagi ini Geun Suk masih sibuk menata barang bawaannya yang cukup banyak, mengingat semalam dirinya yang langsung terlelap karena terlalu lelah. Bahkan ia tak sempat mengganti pakaiannya.
Geun Suk berkeliling mengamati rumah barunya. Ya, setidaknya untuk beberapa minggu ke depan dia akan tinggal di sini.

"Sepertinya tidak ada yang perlu dibersihkan. Aneh sekali, rumah ini terlalu bersih untuk ukuran rumah yang sudah lama tidak ditempati" gumam Geunsuk.
Sesaat kemudian matanya tertuju pada sebuah pintu yang terletak di sudut ruangan, dekat dengan dapur.
"Aku rasa kemarin di sana tidak ada pintu." Geun Suk melangkah menuju pintu itu dan bermaksud untuk membukanya.
Tinggal sedikit lagi tangannya nyaris meraih knop pintu itu.

What Happened?Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon