Midnight Romance

By ClarissaAmianni

16.3K 1.1K 44

"Pernah mendengar kisah tentang Kristal Scarlet? Kudengar dari warga, kalau benda itu adalah benda pusaka mil... More

Prologue
Day 1
Day 2
Day 3
Day 4
Day 5
Day 6
Day 8
Day 9
Day 10
Day 11
Day 12
Day 13
Day 14 : The Worst Loyalty
Day 15 : Representative

Day 7

1.1K 77 3
By ClarissaAmianni

Hari ini adalah hari dimana rapat para senator akan dilaksanakan. Nathan sudah pergi lebih dulu meninggalkan Grey dan Troel yang masih tertidur pulas.

"Hoy... bangun, Troel? Hoyyyy...."

Grey membangunkan Troel yang daritadi tak bangun-bangun. Bahkan disiram dengan air pun, ia takkan bangun. Lalu Grey mendapat sebuah ide. Dibukanya rekaman suara Nathan yang dia ambil untuk keperluan lain seperti membangunkan para pengawal. Karena kalau Nathan sudah mengeluarkan suara, mereka akan langsung bertindak sesuai permintaan Nathan. Dan beginilah reaksi Troel seketika rekaman itu diletakkan di samping telinganya.

[Prajurit, bangun atau kuusirkan kalian dari rumahku.]

"SAYA SUDAH BANGUN, TUAN NATHAN!!!" ujar Troel meloncat kaget.

"Pfffttt," Grey terkikik.

Troel akhirnya sadar melihat Grey tertawa. Dengan muka cemberut dan rambut yang berantakan, Troel menegur Grey.

"Hey! Kau...sengaja?!,"

"Habis daritadi kau tidak bangun-bangun. Aku menyirammu saja kau tidak sadar,"

"Menyiram?" Troel melihat bajunya yang basah kuyup. "GREYYYY!!! Apa yang kau lakukan?!"

Troel segara pergi ke kamar mandi dengan kesalnya meninggalkan Grey yang tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Troel. Selagi menunggu Troel untuk bersiap-siap, Grey pergi menuju ruang sudut dimana Ruby dikurung.

"Pagi-pagi sudah ramai saja," canda Ruby.

"Heh, kau juga, bersiap-siaplah. Kau juga anggota komunitas pemburu kan? Walaupun identitas umum mu kau adalah seorang sejarahwan,"

"Jangan samakan aku dengan leluhurku,"

"Aku tak peduli. Kalau kau memiliki darahnya, berarti kau juga seorang pemburu,"

Ruby cemberut mendengar itu.

"Mana bajunya?" ujar Ruby ketus seraya melihat sekitarnya.

Grey melemparkan baju dan membiarkan Ruby berganti. Sekeluarnya dari ruang sudut, Ruby terlihat anggun namun tanpa make up, serasa masih belum lengkap. Dengan sihir, Grey mengubah wajah Ruby yang awalnya kusam tak berdandan, menjadi wajah layaknya seorang putri.

"Bagaimana?" Tanya Grey sambal menyodorkan cermin.

"Wahhh, kau ahli sekali," kagum Ruby. Grey hanya mengabaikan kesan baik yang dilontarkan Ruby. Tiba-tiba, sesampai di lobby, Grey mendengar suara Troel berteriak memanggilnya.

"Greyyyyy!!! Kau dimana????" Troel memanggil Grey seperti saat bermain petak umpet.

"Kau ini, untung tuan Nathan tidak ada, kalau sampai ada, mungkin sekarang kau sudah ditegurnya,"

"Apa katamu? Tuan Nathan tidak ada?"

"Dia sudah berangkat, sendirian,"

"WHAT?!" seru Troel.

Dengan wajah sedikit terganggu, Ruby pun angkat bicara.

"Memangnya sekarang kita mau kemana?"

Grey dan Troel menatap satu sama lain. Mereka pikir Ruby sudah tahu pertemuan apa yang akan mereka datangi.

"Tentu saja pertemuan para senator,"

"Kenapa aku harus ikut kalau itu pertemuan para senator kalian? Tidak ada hubungannya denganku,"

"Of course ada. Pemimpin komunitas pemburu vampire juga akan datang,"

"Apa? Paman Michael juga datang?"

"Hoo, kau tahu nama pemimpin komunitas itu, padahal kau tadi bilang kau bukan seorang pemburu?" sinis Grey.

Ruby langsung memalingkan muka. Troel hanya menaikkan bahunya tanpa kalau ia menyerah dengan Grey dan Ruby yang selalu bertengkar seperti anjing dan kucing. Mereka pun berangkat dengan kereta kuda melewati jala tembus menuju kota mati. Dimana isinya adalah vampire-vampire yang haus akan darah. Namun sekali kereta noble lewat, mereka akan langsung tunduk. Sementara di sisi lain, Nathan yang sudah sampai daritadi menunggu kedatangan bawahannya itu di balik pintu gerbang gedung pertemuan.

"Haa," Nathan menghela napas. "Aku tak suka bau tempat ini," gumamnya.

Ya, bau dari para pemburu. Bau dendam dan rasa benci terhadap vampire. Terlihat para pemburu itu membawa senjata mereka. Tak lama, terdengar suara perempuan dengan kimono hitam lewat dari pintu itu dan menyapa Nathan.

"Pangeran Junketsu, Lord Nathan, lama tak bertemu," ujarnya dengan senyum kecil.

"Putri Kaizaki, Lady Hotaru, senang bertemu denganmu lagi," balas Nathan.

"Apa kau sendirian?"

"Untuk sekarang, ya,"

"Kalau begitu aku masuk duluan ya, pangeran,"

"Silahkan,"

Keduanya terlihat tak banyak bicara. Itu karena tak ada yang perlu dibahas. Lagipula, Nathan juga tak pernah beurusan dengan Lady Hotaru. Tapi, sekian banyak tamu rapat yang datang, hanya satu kehadiran noble yang tidak masuk. Yaitu kehadiran noble dari keluarga Rosen, Lady Astyria. Padahal dia yang paling adil dan bijaksana diantara noble lain selain Nathan. Makanya Lady Astyria sering disamakan dengan Dewi Athena. Namun anehnya, ia sendiri membantah itu. Mengatakan kalau mereka berbeda. Nathan tidak peduli dengan hal itu. Kenyataan kalau Lady Astyria adalah orang yang adil takkan berubah. Selagi pikirannya adalah mementingkan kepentingan bersama. Membuat Nathan memilih Lady Astyria sebagai penasehatnya.

Sekian lama Nathan menunggu, tinggal 15 menit lagi sebelum rapat dimulai. Nathan pun mulai kesal.

"Apa yang mereka lakukan? Lama sekali,"

Tak lama terdengar suara kuda dari luar. Dilihat Nathan lambing yang ada di kereta tersebut. Itu keretanya. Akhirnya mereka datang.

"Tuan Nathan!!! Maafkan kami," ujar Troel seperti menangis.

"Ssssttt, bisakah kau tenang sedikit?"

"Lepasin!"

Suara Ruby memancing Nathan. Ia melihat Grey yang menggenggam sambil menarik tangan Ruby secara paksa.

"Grey, kau mengganggunya," tegur Nathan.

Segera Grey melepas tangan Ruby. Dan Ruby menatapi Nathan seperti baru pertama melihatnya.

"Na-than?"

"Hey! Tidak sopan," tegur Troel.

"Sudahlah," ujar Nathan menahan perkataan Troel dengan tangannya. "Ayo masuk,"

Troel dan Grey mengangguk sementara Ruby, menundukkan kepalanya.

Rapat pun dimulai. Pemimpin kemunitas pemburu, Michael, terkejut melihat kehadiran Ruby bersama dengan para vampire.

"Ruby? Kenapa kau bersama mereka?"

Ruby tak bicara. Hanya diam seribu kata.

"Ia menyusup ke rumahku,"

Kata-kata yang dilontarkan Nathan membuat seisi ruangan melompat terkejut termasuk Ruby. Bagaimana mungkin seorang manusia berani masuk ke rumah pemimpin vampire dengan polosnya tanpa senjata apapun. Michael hanya berpikir bahwa itu wajar kalau Ruby yang melakukan seperti itu. Karna ia percaya Ruby tidak takut dengan hal mistis. Justru ia menyukainya.

"Sepertinya hanya Lady Astyria yang tidak datang ya," ujar salah satu senator setelah menunggu 30 menit lagi.

"Kita mulai saja perundingan ini,"

"Baiklah. Lord Nathan..." Semua langsung menatap lelaki berambut coklat dan tampak indah itu. Nathan pun menatap mereka balik.

"Tentang kerja sama antara pihak pemburu dan pihak vampire dulu,"

"Bagaimana menurutmu, tuan Nathan?"

"Kenapa kita para vampire harus bekerja sama dengan mereka?"

"Benar, kenapa, tuan Nathan? Berikan kami alasan,"

"Kami juga tidak setuju bekerja sama dengan vampire," ujar salah satu pemburu.

"Banyak manusia telah dijadikan budak mereka."

"Benar! Banyak yang sudah dijadikan vampire,"

"Apa kalian para vampire masih belum puas dengan pengikut kalian, apa masih kurang?"

"Itu karena kalian banyak membunuh rekan kami juga!"

"Ya! Demi membalas dendam!"

Seluruh tamu rapat menyuarakan pendapat mereka terus-menerus. Seperti tidak membiarkan Nathan berkomentar. Lady Hotaru menatap Nathan.

"Bagaimana ini, Pangeran? Kenapa kau diam saja? Lihat kedua kubu saling berperang mulut, kau tidak menengahinya? Bukankah kau perantara kedua kubu?"

"Haa..." Nathan menghela napas panjang membuat seluruh tamu terdiam lalu menatap Nathan.

"Aku katakan alasan kenapa kalian harus bekerja sama," Ruby merasa hawa mengerikan keluar dari Nathan. Sehingga membuat seluruh ruangan seperti ketakutan.

"Untuk para pemburu, aku tahu kalian membenci kaum vampire, tapi ketahuilah, kalau kami juga punya sisi yang baik dan sisi yang jahat. Klanku dan klan-klan yang mengikutiku adalah kaum yang baik, sedangkan kaum Core adalah kaum jahat,"

"Kaum Core?" ujar Michael.

"Kaum Core adalah kaum vampire juga. Tapi mereka lebih percaya pada prinsip kalau darah manusia adalah darah terbaik untuk hidup. Apa yang kalian sering bunuh adalah vampire dari kaum ku, jarang dari kaum Core yang berada di kota itu. Karena mereka tahu ada aku disitu. Padahal kaum Core lah yang membunuh rekan kalian. Seluruh vampire di tempat itu tunduk padaku. Hubunganku dengan kaum Core pun bagaikan ranting yang rentan patah. Walaupun aku pemimpin kaum vampire. Jadi wajar saja kalau kaumku yang sekarang duduk di depan kalian membencimu dan membunuh rekan kalian," jelas Nathan.

"Dan untuk kaumku, Aku tahu ini adalah kesalah pahaman tapi tolong jaga emosi kalian. Aku tak mau kaumku membunuh satu manusia di kotaku dan membuat keributan dengan pemburu vampire, itu akan jadi masalah dan mungkin aku akan kehilangan rekan-rekanku lagi, padahal aku tak ingin ada yang mati," lanjutnya.

"Dari penjelasanku, dapat disimpulkan alasan kenapa aku ingin kalian bekerja sama supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Kalau kita bekerja sama, kaum vampire tidak akan terbunuh begitu juga dengan para pemburu. Keuntungan bagi kedua kubu, klanku bisa membantu kalian bertemu dengan kaum Core dan kalian bisa membalaskan dendam kalian, sedangkan para vampire, rekanmu tidak akan dibunuh lagi,"

Para tamu pun menatap satu sama lain mempertimbangkan perkataan Nathan. Ruby hanya bisa berdecak kagum. Alasan yang luar biasa. Seperti sudah dipikirkan matang-matang. Tak lama kemudian, salah satu senator bertanya kepada Nathan.

"Bagaimana kalau ada yang melanggar kerja sama?"

Nathan terlihat memejamkan mata sebentar kemudian membukanya lagi.

"Manusia tidak seharusnya dijadikan vampire. Tapi, di zaman dulu, tersembunyi dari sejarah, saat perang antara vampire dan pemburu vampire berada pada puncaknya, kaum vampire mengubah banyak manusia menjadi vampire untuk digunakan dalam perang. Dan sekarang para noble memiliki tugas untuk mengurus yang selamat. Terkadang kami juga harus membunuhnya... kaum vampire. Walaupun itu kaumku sendiri," jelas Nathan tanpa basa-basi.

Semua langsung hening. Keadaan menjadi semakin tegang. Keringat dingin bercucuran dari kaum vampire. Tentu saja, mendengar itu dari raja mereka saja, pasti rasanya seperti tertusuk jarum tajam. Saking tajamnya kalimat itu, bahkan terlihat ada yang hamper menangis karna kesakitan. Benar-benar efek yang kuat sekali. Sangat berpengaruh. Grey dan Troel pun juga sama. Mereka terlihat menundukkan kepalanya tanda kalau mereka sebenarnya takut.

Rapat pertama pun selesai. Topik mengenai kerja sama antara vampire dan pemburu pun berjalan lancer. Tinggal satu topik lagi dan rapat hari ini pun selesai. Ketika hendak beralih ke topik kedua, Nathan terlihat mengeratkan sebuah kepalan. Mata merahnya memancarkan emosi, namun tak lama ditahannya. Ruby penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh raja vampire itu. Karena topik kedua adalah mengenai putri Veatrag yang hilang.

..........................................................................................................................................................    

Continue Reading

You'll Also Like

191K 18.3K 41
SUNGSUN. [COMPLETED] Park Sunghoon. Lelaki pendiam dengan sorot mata tajam mematikan. Lelakk yang sekalinya berbicara menyakitkan, namun sayangnya di...
536K 67.7K 30
Do not allowed to copy paste my story for any reason! [Summary] "Mari kita buat kesepakatan. Kau boleh meminum darahku sebagai gantinya kau berikan t...
115K 10.3K 35
6 vampire said: takdir sudah memilih mu untuk terikat dengan kami, karena kami sendiri yg merasakannya Jake harem 17+
338K 35K 30
Aku tak pernah percaya akan apa itu 'keajaiban'. Hingga keajaiban itu benar-benar datang dan membuktikan padaku bahwa ia memang benar adanya. Aku me...