Found You

By X-teenfive

58 8 3

Tujuanku ke Seoul adalah untuk melanjutkan pendidikanku disana, bukan bersenang - senang, tapi setelah aku be... More

Meet

Really?

18 2 0
By X-teenfive

"Jimin-ah, bagaimana?" ucap Jin yang ternyata sedari tadi menunggu kabar tentang J-hope.

"Dia baik – baik saja, nanti dia akan kesini."

***

"J-Hope-ssi, maaf menunggu lama." Alena baru saja keluar dari toilet, sebenarnya Alena sudah meminta J-Hope untuk tidak menunggu, tapi J-Hope malah mengatakan kalau dia akan bosan kalau jalan sendiri.

J-Hope terlihat seperti sedang menerima telepon, tapi Alena tidak begitu peduli, karena yang dia inginkan sekarang hanya ingin meng-istirahatkan tubuhnya yang sudah duduk selama kurang lebih 5 jam dalam pesawat, sangat melelahkan.

"Bukan siapa – siapa, aku tutup dulu ya. Nanti aku kesana." Ucap J-Hope pada seseorang yang ia sedang hubungi, setelah itu ia menyimpan handphonenya di saku celana. "Oh? Alena? Sudah selesai?" Alena menjawab dengan mengangguk.

"Aku ingin beli sesuatu, kau duluan saja, J-Hope-ssi. Aku tahu mereka sudah menunggumu."

Bukannya mengangguk, J-Hope malah menahan tangan Alena. "Aku ikut."

Alena terus memandangi tangannya yang digenggam oleh J-Hope, gugup, tentu saja. "U.. untuk apa? Bagaimana kalau penggemarmu melihat kita?"

"Kau tidak perlu takut, itu tidak akan terjadi." Ucap J-Hope lalu melepaskan genggaman tangannya. Hampa, itu yang dirasakan Alena. Rasanya ia ingin menarik kembali tangan itu dan menggenggamnya erat, tapi itu mustahil. "Ayo!" J-Hope menarik tangan Alena, ternyata tadi J-Hope hanya ingin memakai masker dan topi agar identitasnya tidak dikenali.

Astaga, J-Hope pandai sekali membuat jantung Alena tak karuan begini.

"Oh ya, kau mau kemana?" Sekarang mereka sudah bersebelahan.

"Starbucks."

***

"Yak! Hyung, kau kemana saja? Kami sangat khawatir." Ucap Taehyung (V) saat melihat J-Hope sedang berjalan kearahnya.

"Kenapa? Kan sudahku bilang, aku baik – baik saja." Ucap J-Hope lalu meminum minumannya yang barusan ia beli.

"Hyung, aku mau." Ucap Jimin tiba – tiba. "Kenapa kau tidak membelikanku?"

"Ini saja aku dapat secara percuma."

"Dari siapa?" saut Jungkook yang sedari sedang bermain games di handphonenya.

"Someone."

"Sudah berdebatnya, kalian harus cepat – cepat istirahat karena lusa kita harus berangkat lagi." Ucap manager-nim memotong pergerakkan Taehyung yang hendak berbicara lagi.

Mereka pun mulai berjalan keluar.

"J-Hope-ssi!"

Semua, tanpa terkecuali menoleh kearah suara itu berasal. Seorang perempuan memanggil nama J-Hope. Terkejut, pasti. "Siapa dia?" ucap Jimin pertama kali.

"Dia yang membelikan aku ini." Ucap J-Hope enteng sambil menggoyangkan minumannya.

Cantik, batin Jimin.

Perempuan itu mulai membungkuk sopan kepada para staf, dan bangtan tentunya. "Annyeonghaseyo. Aku hanya ingin mengembalikan ini, topi milik J-Hope."

"Ah ya, aku melupakannya. Pantas saja ada yang aneh." Saat perempuan ini ingin memberikan topi kepada J-Hope, perkataan J-Hope berhasil menghentikan pergerakannya, "Tidak usah, ini untukmu saja. Itung – itung tanda terima kasih karena kau mengatasi rasa hausku selama di pesawat tadi. By the way, siapa namamu?"

"Alena."

Nama yang cantik, batin Jimin, lagi.

"Kau bukan asli orang Korea ya?" Tanya Jin, dan Alena menjawab dengan mengangguk.

"Tapi kau terlihat pandai berbahasa Korea." Ucap Rapmon, yang sedari hanya melihat anggotanya berbicara.

"Karena aku sudah belajar di sekolah lamaku." Para member hanya mengangguk paham. "Kalau begitu, aku duluan ya. Terima kasih topinya, J-Hope-ssi." Ucap Alena sambil tersenyum lalu membungkuk dan segera meninggalkan tempat itu, karena temannya yang menjemput sudah menunggu.

***

Astaga, apa tadi mimpi? Aku melihat Jimin! Dia sangat tampat. Senyumnya. AAAHH! Aku bisa gila. Alena, tenangkan dirimu. Tenang, huft. Alena terus berucap dalam hatinya karena keadaan jantungnya yang memang benar – benar tidak karuan.

"Alena, kau kenapa?"

Astaga. "Yoreum-ah, kau mengejutkanku."

Yoreum melangkahkan kaki kearah kulkas, mengambil cemilan. "Alena, sepertinya kita harus ke supermarket."

Alena yang sedang membaca novel pun menoleh, "Kenapa?"

"Kita kehabisan bahan makanan. Cepat ganti bajumu, kita belanja."

Bukannya bangkit, Alena malah makin bermalas – malasan di kasur. Melihat itu, Yoreum menarik tangan Alena, "Cepat bangun! Jangan malas. Aku akan bakar semua koleksimu yaa." Ancam Yoreum, selalu begitu.

"Iya iya, aku akan mengganti bajuku."

***

"Yoreum-ah, ini banyak sekali. Kau yakin akan menghabiskannya?" ucap Alena saat melihat bawaan yang dibawa Yoreum, tiga kantong, dan dua kantong dipegang oleh Alena.

"Tidak, ini cukup untuk kita berdua. Apalagi sebentar lagi akan masuk musim panas, kau pasti membutuhkan yang segar – segar."

"Hm, terserah kau."

Hening.

"Yoreum-ah, sepertinya aku melupakan sesuatu."

Mereka terus berjalan, "Apa itu?"

"Handphone ku, handphone ku tertinggal disana. Mungkin saat kita makan ramyeon. Aku lupa, sepertinya aku meletakkannya di atas meja." Ucap Alena yang berusaha untuk tidak terlihat panik.

Yoreum hanya menghela napas, "Kau selalu saja melupakan sesuatu, yasudah sana kau ambil handphone mu. Aku bisa pulang sendiri."

"Kau yakin?"

Yoreum mengangguk, "Lagipula haltenya sudah terlihat."

"Hm, baiklah."

***

Sekarang Alena sudah ada di supermarket yang tadi ia kunjungi. Sesampai disana, Alena langsung berlari kearah meja yang ia duduki bersama Yoreum. Tidak ada. Disana tidak ada handphonenya.

Alena sangat panik. Pasalnya, disana banyak sekali data penting yang belum sempat dipindahkan ke macbook miliknya, dan juga.... Foto bersama J-Hope, tentu saja itu sangat penting, karena mungkin saja dia tidak memiliki kesempatan lagi untuk bertemu dengannya.

"Kemana barang itu? Meyusahkan sekali."

"Kau mencari ini?"

Dug. Alena hanya meringis saat kepalanya terbentur bawah meja. Alena sedikit menggosok – gosok kepalanya yang terasa sakit. Saat menoleh, ia melihat handphonenya yang berada di genggaman... seseorang. "Astaga, k—kau?"

"Hi, sepertinya aku mengenalmu." Alena diam, tidak bisa berbuat apa – apa. Mengambil handphonenya saja ia tidak bisa, badannya terasa kaku, tidak bisa digerakkan. "Kau baik – baik saja?"

Baru beberapa menit yang lalu aku memikirkannya dan sekarang dia ada di hadapanku? Waw.

"Ha— Ah iya aku baik – baik saja, terima kasih." Ucap Alena yang terdengar sedikit gemetar, ia berusaha senormal mungkin saat mengambil handphonenya yang berada di tangan lelaki itu. Iya, lelaki. Tepatnya lelaki yang selama ini ia dambakan menjadi kekasih. Park Jimin.

"Kau Alena kan? Yang tadi siang bertemu di Bandara?"

"I.. iya aku Alena."

"Kau sendiri?" Alena mengangguk. "Kau ingin aku antarkan pulang?" ucap Jimin tiba – tiba membuat jantung Alena makin berdetak kencang. "Sudah larut, tidak baik gadis pulang sendirian di malam seperti ini."

Saat Jimin hendak membawa kantong belanjaan Alena, Alena menahan Jimin. "Tidak apa – apa jika kau mengantarku? Dan... sedang apa kau di Busan? Bukannya kau seharusnya istirahat, jadwalmu kan sangat padat."

"Kau ARMY? Sepertinya kau sangat tahu aku ya." Jimin tidak bisa menahan senyumnya saat ini, Alena sangat lucu, apalagi ditambah merah di pipinya, seperti tertangkap basah melakukan sesuatu yang salah.

"A—ah tidak kok. Bukannya tadi siang manager mu bilang kalau kalian harus segera istirahat?"

Aku tahu kau seorang ARMY, Alena. Aku melihat lockscreen handphone mu, fotoku. "Ya memang aku harus istirahat, tapi aku rindu keluargaku jadi aku sempatkan berkunjung ke Busan." Ucap Jimin sambil memasang wajah biasa. Mendengar itu Alena mengangguk paham. "Mau aku antar?"

"Kalau itu tidak merepotkanmu, antarkan aku."

Lucu sekali, astaga. "Ayo ikut aku."

"Jimin-ssi, aku bisa membawanya sendiri." Saat Alena ingin merebut kantong belanjaan yang sudah ada di tangan Jimin, Jimin malah langsung berlari seperti dikejar hantu. "Yak! Jimin-ssi! Jangan tinggalkan aku."

***

"Kau mirip dengan seseorang." Ucap Jimin tiba – tiba.

Alena pun menoleh, "Aku? Dengan siapa?"

Mata Jimin terus menatap jalanan dan fokus menyetir. "Entahlah, aku hanya melihatnya sekilas."

"Maksudmu?"

"Sudah, lupakan saja." Ucap Jimin sambil tersenyum kecil. "Alena-ssi, kau tahu grupku kan?" Jimin mencoba mencari bahan obrolan lain dan melupakan soal tadi.

Aku sangat mengetahui tentang kalian, apalagi dirimu, Jimin. "Ya, aku tahu. Kenapa?" ucap Alena sambil terus menatap Jimin dari samping.

"Apa mereka keren?"

"Hm, sangat keren."

"Kau menyukainya?" Tanya Jimin lagi.

"Ya, aku menyukainya."

"Apa kau ARMY?"

"Ya, aku ARMY, dan aku menyukai ka—Eh?" Alena langsung menyadari apa yang barusan ia ucapkan, astaga ini memalukan..

"Tidak usah ditutupi, aku tahu kau menyukaiku. Tadi aku tidak sengaja membuka handphone mu." Ucap Jimin sambil menatap ke depan tanpa menyadari bagaimana perubahan warna muka Alena, ia malu.

"Hm, maaf."

Jimin sedikit menoleh sebelum ia kembali menatap ke depan, "Kenapa? Kau tidak salah." Alena masih diam.

"Alena-ssi."

Alena menoleh, dia sudah berhasil mengontrol detak jantungnya, kalau begini caranya, ia akan memeriksa jantungnya di Rumah Sakit terdekat. "Ada apa?"

"Apa yang kau suka dariku?"

"Kau? Ntahlah. Yang jelas aku menyukaimu karena itu kau, Park Jimin. Sebelumnya aku sempat menyukai Taehyung, tapi hanya sesaat."

Merasa tertarik dengan apa yang dibicarakan sekarang, Jimin sedikit memelankan mobilnya, "Kau pernah menyukai Taehyung?"

"Pernah, karena dia tampan, mungkin. Dulu aku selalu menyimpan fotonya setiap kali aku membuka twitter." Jelas Alena. Pembicaraan ini semakin menarik, pikir Jimin.

"Wah, kau memiliki akun twitter? Apa kau men-follow kami?"

"Tentu saja!"

"Lagu apa yang kau sukai dari album kami?"

Alena sedikit berpikir, "Sepertinya aku menyukai I Need U, lagu itu sangat dalam artinya, seorang lelaki yang sangat mencintai kekasihnya, tetapi kekasihnya itu sudah tidak peduli dengan pasangannya. Ah pokoknya aku suka!"

Jimin tersenyum saat mendengar menuturan Alena, cara bicaranya lucu. "Kau ingin bertemu dengan BTS?"

"Maksudmu?"

"Aku ingin mengajakmu ke dorm, kau mau?"

Alena terus menatap Jimin dari samping. "Bagaimana ya? Aku ingin, tapi aku pikir itu akan menganggu kalian. Aku merasa tidak enak nanti."

"Tidak apa – apa. Anggap saja kami ini teman." Alena mengangguk paham. "Aku boleh meminta akun kakao talk mu?"

"Oh, boleh." Setelah Alena mengatakan itu, Jimin memberikan handphonenya tanpa menoleh. Astaga! Aku memegang handphone Jimin, seperti di mimpi. "Sudah. Kau bisa chat ku kapan saja, kalau perlu."

"Aku pasti akan memerlukanmu, Alena-ssi."

***

Wah akhirnya ada kuota hehe gimana? suka ga sama part ini? maaf ya kalau ada yang typo atau aneh hehe namanya juga masih tahap belajar.

makasih yang udah vote sebelumnya, gue merasa dihargai hehe

Continue Reading

You'll Also Like

168K 5.8K 43
โ if I knew that i'd end up with you then I would've been pretended we were together. โž She stares at me, all the air in my lungs stuck in my throat...
621K 18.7K 75
Hiraeth - A homesickness for a home to which you cannot return, a home which maybe never was; the nostalgia, the yearning, the grief for the lost pla...
332K 9.9K 110
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
1.1M 38.3K 63
๐’๐“๐€๐‘๐†๐ˆ๐‘๐‹ โ”€โ”€โ”€โ”€ โi just wanna see you shine, 'cause i know you are a stargirl!โž ๐ˆ๐ ๐–๐‡๐ˆ๐‚๐‡ jude bellingham finally manages to shoot...