Escort [Harry Styles]

Per livelifeloveluke

135K 16.9K 5.2K

When you got paid just to accompany a young, handsome, and rich businessman. ------- Completed // Written in... Més

Prologue
01. Kidnapped
02. Identity
03. Forgotten
04. Pass By
05. Yes or No
06. Pretty Woman
07. She Doesn't Take 'No'
08. Pleasant, Posh, Poor - Part 1
08. Pleasant, Posh, Poor - Part 2
09. Provisional
10. Puzzle Pieces
11. So, Do Me a Favor
12. Concur
13. Fairytale
14. Gris, Not Griselda
15. Out of Control
16. Yesteryear
17. More than Anyone Else
18. Won't Let It Slip
19. Features
20. Approach - Part 1
20. Approach - Part 2
21. Newspaper
23. Meetings
24. Confront
25. County Fair
26. Spending Time with You
27. Less than Two Weeks
28. Endgame
29. Broken Trust
30. Any Difference
31. Being Honest
32. Recovery - Part 1
32. Recovery - Part 2
33. Chasing Rainbows
34. The Perfect Storm
35. Not A Love Letter
36. It Is True
37. Fixing Past (+ Questionnaire)
38. Surprise, Surprise
39. Excessive
40. Goodbyes
41. Wedding Bells
42. Breakfast
43. Flesh and Blood
44. The Worst of the Blow
45. Shots Fired
46. Say Something
Epilogue + Author's Note
NEW STORY

22. Trip(s)

2.2K 322 84
Per livelifeloveluke

G R I S E L D A

Aku mengusir Nina keluar (dengan cara yang halus) dengan susah payah. Dia bertindak seolah aku adalah kekasihnya; menarikku dan memohon agar aku ikut dengannya mencari 'real estate agent' ini. Tentu—ya, aku penasaran. Apa aku ingin mencarinya? Tidak. Apa aku ingin bertemu Courtney Fox? Ya. Apa aku tahu apa yang harus kukatakan? Tidak.

"Gris, bagaimana jika ini benar Courtney Fox yang kita cari selama ini?" Nina memohon sebelum aku mendorongnya dari lantai rumah Harry.

"Selamat, pencarianmu berhasil!" Seruku sarkastis.

"Kau ingin aku menemuinya sendiri?" Tanyanya, suaranya mencicit seperti burung terjepit.

"Aku tidak tahu Nina. Aku—aku tidak tahu. Sungguh," aku menghela napas.

"Kita akan menghadapi siapapun orang ini bersama. Jika kau kehabisan kata-kata, aku akan menutupimu. We'll make a great team. Trust me," dia mengambil tanganku dan menariknya bagaikan seorang anak lima tahun memohon gulali pada ibunya.

Pada satu detik aku percaya padanya. Tapi bagaimana jika kami hanya menemukan seorang bapak-bapak berkepala botak penjual apartemen di pinggiran kota? God, semua drama ini akan sia-sia, huh?

"Aku percaya padamu Nina. Tapi tidak dengan real estate agent ini."

"Kenapa?" Nina hampir teriak. "Dia agen Gris, bukan permapok!"

"Aku tahu, tapi—"

"Gris?"

"What?" Jawabku dalam kepasrahan. Bisakah kami melupakan semua ini begitu saja.

"Kau takut dengan hubungan real estate agent ini dengan Harry," Nina bertanya, tapi itu kedengaran seperti pernyataan bagiku.

"No," aku menghela napas.

"Dia di masa lalu Harry, Gris."

Oh, Nina. Bayi itu hidup dan kalimatku dalam present tense.

"Nina, please leave. Harry dapat pulang kapan saja."

Untuk kelegaanku, Nina menyerah, "tolong kabari aku. Atau—"

"Jangan ancam aku," potongku walau aku tahu dia hanya main-main. Kan?

"So come with me! Atau aku akan kesana sendiri," akhirnya Nina tetap menyelesaikan ancamannya.

***

Setelah Luke menjemput Nina—bagus Nin, sekarang ada dua orang yang tahu lokasi ini!—dengan Van milik band-nya, aku menggelengkan kepalaku dan membuang semua pikiran negatif di dalamnya. Tapi tidak bisa dipungkiri, masuk ke kamarku sekarang terasa jauh lebih menyeramkan.

Oleh karena itu, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kota. Well, sebenarnya tujuan utamaku pergi kesana adalah untuk memesan tiket pulang-pergi LA, California ke Philadelphia, Pennsylvania.

Aku sampai dengan taxi, lega saat aku lihat perpustakaan itu cukup ramai tapi tetap ada satu komputer yang sedang tidak dipakai. Setelah mencari, wajahku mendekat ke layar dan mataku membesar. Sejak kapan tiket pesawat menjadi mahal? Aku memutar mata dan terus mencari, tapi di setiap situs harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda.

But Ezzie, this is for you, kataku dalam hati.

American Airlines, tidak. United Airlines, tidak. Aku menarik napas lega saat melihat Delta Airlines menawarkan harga yang tidak begitu mahal. Maskapainya memang tidak terlalu bagus, tapi itu tiket yang paling murah. Yang penting aku bisa sampai di Penn dengan selamat, kan?

Tanggal penerbanganya tepat sehari sebelum ulang tahun Ezzie dan aku akan sampai disana malam hari. Akan menjadi kejutan yang menyenangkan, bukan?  Tapi jika aku tidak salah, kontrakku dengan Harry baru akan habis dua hari setelah ulang tahun Ezzie. Itu artinya, Harry akan rugi. Ah, dia terlalu kaya untuk kata rugi. Anggap saja itu cutiku selamat empat hari. Atau ia bisa ikut pergi denganku karena ia ingin bertemu dengan Ezzie! Itu akan jadi sangat bagus!

Oh, Gris, harapanmu.

Aku mengeluarkan tawa kecil dan langsung saja mencetak pesanan tiket pesawat itu. Sebelum pulang, aku menyempatkan diri membaca sebuah buku sains komputer di lantai atas dan terlalu larut dalam materi yang dibahas, jadi aku membawa buku itu dan meminjamnya dengan pustakawan serta menyumbang beberapa sen untuk tinta dan kertas yang telah kupakai.

Kira-kira jam setengah lima sore aku keluar dari tempat itu. Langit di atasku masih biru, tapi wajahku menjadi merah ketika aku melihat Harry, menyilangkan kedua tangannya sambil bersandar di Mercedez hitamnya sambil tersenyum.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku, tidak dapat menyembunyikan senyuman.

"Where else can you be at?"

"Bukankah seharusnya kau masih bekerja?"

"Kemarin kau mengingatkanku tidak ada apa-apa lagi di kulkas, huh? Aku harap kau tidak benci berbelanja denganku?" Candanya dan aku langsung teringat berapa banyak tas belanjaan yang akhirnya aku bawa saat ia membawaku berbelanja pakaian. Oh, itu terasa sudah sangat lama.

***

Tidak lama dari perpustakaan kami sampai di Whole Foods. Harry mengambil trolley dan mendorongnya, memberikan kepadaku kekuasaan penuh untuk membeli apapun yang menurutku merupakan bahan-bahan 'esesnsial' yang seharusnya ada di dapur. Harus kuakui, sesi belanja ini berjalan dengan sangat kaku karena Harry tidak pernah berbelanja kelontong sebelumnya dan aku tidak tahu seluk beluk tempat ini.

Kami mulai mengelilingi bagian buah dan sayur. Aku melihat sekitar lalu melihat bak penuh dengan apel. Aku mengambil satu dan menunjukkannya pada Harry, "apel oke?"

Ia mengangguk, "sure."

"Red or green?"

"Green, please."

"Kau mau pear juga?"

"Please."

Aku membungkus beberapa apel disana dan menimbangnya, begitu juga dengan pear. Aku tidak bisa mengambil semua hal begitu saja. Yang menilai makananku dan yang membayar semua ini adalah Harry, jadi aku terus saja bertanya padanya setiap kali aku melihat sesuatu yang aku pikir perlu.

"Griselda?" Harry memanggilku.

"Yea? Apa aku mengambil apel terlalu banyak? Atau kau ingin mengembalikan pear-nya?" Tanyaku dan ia menggeleng.

"Aku ada perjalanan bisnis akhir pekan ini di Montreal. Aku ingin kau ikut denganku."

"Montreal?" Aku menelan ludah. "Montreal di Kanada maksudmu?" Kataku tidak percaya.

"Tidak, Montreal di China," Harry memutar matanya. "Tentu saja di Kanada."

"Yea, tentu. Itu akan menyenangkan. Tapi...aku tidak punya paspor," sesalku. Ugh, aku baru saja menolak perjalanan untuk melihat sisi Bumi lainnya.

"Kau tidak pernah ke luar Amerika?"

Aku menggelengkan kepala.

Harry menghela napas, "apa yang bisa kita lakukan selain membuatkanmu paspor?"

"Tapi itu butuh waktu empat-enam minggu, Harry!"

Harry melihatku sambil tertawa, "jadi?"

Oh, ya. Aku hampir lupa. Dia Harry Styles. Passport-ku bisa jadi hari ini juga jika ia memaksa. Tidak ingin memujinya kekuatan finansial (atau kemampuannya menyuap orang) aku kembali ke daftar belanjaan yang kubuat di kepalaku di perjalanan tadi sebelum mereka menghilang begitu saja. "Berries?" Tanyaku. "Blueberries? Strawberries? Raspberries or Blackberries?"

"Raspberries dan Blueberries," jawabnya dan aku mengambil satu pak kecil raspberry dan blueberry.

"Apa kau alergi pada sesuatu?" Tanyaku lagi.

"Uh, ya."

"Apa itu?"

"Errr," ia menjeda.

"Errr?" Aku bertanya.

Harry menggelengkan kepalanya, "tidak ada. Sebenarnya aku ingin mengarang sesuatu agar kau tertawa tapi aku tidak pandai melawak."

Dengan itu, aku tertawa, "but you just did."

"Terima kasih untuk rasa kasihanmu, Griselda," dia melihat arah lain karena malu.

"Tadi itu lucu," kataku dan mendapatkan perhatiannya kembali. "Tapi seharusnya bisa jadi lebih lucu."

Harry mengangguk, "itu lebih baik. Jadi...kau tidak perlu bertanya apapun lagi karena aku tidak alergi pada apapun."

"Aku tahu. Tapi aku merasa tidak enak jika memasukan semuanya sesukaku."

"Aku tidak akan menghakimi," ia mengangkat kedua tangannya. "Hanya bertugas mendorong trolley."

"Baiklah," aku setuju. Karena kaku, aku mengeluarkan pertanyaan payah favoritku yaitu, "bagaimana harimu?"

To my surprise, percakapan kami berjalan dengan lancar. Kami berbicara tentang hari kami masing-masing. Aku senang Harry bisa bercerita. Walau solusiku mungkin hanya pertimbangan baginya, setidaknya ia tidak menyimpan semua masalah yang ia miliki di dalam kepalanya. Situasi di kantor Harry oke, hanya ada satu pegawai yang selalu terlambat tetapi kerjanya brilian dan ia membuat Harry bingung apakah ia harus mempertahankan orang itu atau tidak. Kemudian asistennya, Marissa mengambil cuti hamil. Zayn (yang membuatku kilas balik) masuk rumah sakit karena sambelit dan Liam yang curhat sakit hati karena selama ini Marissa tidak mengatakan ia memiliki pacar. Aku tetawa kebanyakan, walau aku tahu semua itu serius. Lagipula sangat menenangkan melihat Harry bercerita dengan matanya yang menyala dan penuh luapan perasaan. Sementara aku megatakan hariku tidak menarik; hanya membaca buku di perpustakaan.

Kami tidak mendebatkan apapun selagi memilih sayuran dan bahan lainnya. Kacang-kacangan, wortel, jagung, kentang, tomat kalengan, bawang, miso, tepung, oatmeal, sirup mapple, sereal. Aku seperti mengambil semua hal sampai pada akhirnya Harry membuka mulut, "Griselda?"

"Yea?" Aku menoleh saat sedang memilih antara minyak jagung atau minyak goreng biasa.

"Aku bukan vegetarian," katanya dengan senyuman yang menawan.

Aku menggelengkan kepalaku, tertawa dan menunduk malu, "right. Kita lupa proteinnya. Maaf."

Harry memutuskan bahwa minyak jaggung lebih baik dan kami menuju area protein. Susu sapi dan keju cheddar putih pertama kali kami lirik, kemudian membeli satu lusin telur, baru daging mentah.

"Apa kau menyadari bahwa ayam sangat membantu hidup kita?" Komentar Harry saat kami melihat potongan sayap ayam mentah.

"Tidak juga," aku mengedikkan bahu.

"Griselda, mereka sangat berguna!"

"Yeah. Tapi aku lebih suka jika kau mengatakan sapi adalah yang terbaik," balasku.

"Apa? Tidak! Tidak! Tentu saja ayam. Mereka punya telur!" Seru Harry dengan semangat, membela ayam seolah ayam adalah kekasih lamanya. Ia memasukkan potongan dada ayam ke keranjang dan aku memasukkan daging sapi giling.

"Tapi ayam tidak punya susu!" Balasku sambil melihat-lihat daerah ikan, benar-benar mengabaikan Harry dengan obsesinya terhadap ayam sambil mendorong trolley di belakangku.

"Tapi kau sudah punya," aku mendengarnya bergumam.

Aku langsung berbalik dan menolehkan kepalaku ke arahnya, "apa katamu?"

"Kataku, tapi kau sudah punya..."

Aku mengangkat alis dan menunggunya untuk menyelesaikan kalimatnya.

"Maksudku...kau sudah punya apa yang dibutuhkan u-untuk..."

Aku masih menunggunya untuk menyelesaikan. Kau tertangkap basah dengan otak kotomu Styles!

"Kau sudah punya apa yang dibutuhkan untuk...membuat makanan lezat tanpa susu!" Serunya dengan senyuman bintang lima.

Aku menganggukkan kepalaku, melepaskannya begitu saja dan kembali melihat ke arah ikan-ikan yang ada. Semuanya terlihat sangat segar dan mahal. Ketika aku berbalik untuk menanyakan Harry ikan mana yang ia inginkan, aku melihatnya sedang membuang napas lega. Aku kembali menaikkan alisku, dan ia melihatku terkejut.

"Kalau begitu, kau benar-benar tidak sopan tadi, Tuan Harry Styles," kataku.

"Yep. I know, I'm sorry. I couldn't help it," akhirnya Harry mengakui kebohongannya tadi sambil menundukkan kepalanya. Aku mengeluarkan tawa kecil.

*

*

*

A/N:
Fyi, ultahnya si Ezzie masih empat minggu lagi jadi gak bakal bentrok sama trip Harry ke Montreal. Hope you enjoy this chapter. Ily as always—and have a great holiday! x

Continua llegint

You'll Also Like

9.2K 1.1K 30
tidak pernah terpikir oleh namjoon jika dirinya akan jadi salah satu karyawan yang di phk dari kantornya, padahal namjoon memiliki banyak kebutuhan y...
3.1M 19.5K 6
SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU Dikenal sebagai dosen killer dan kaku, Britt di takuti oleh semua muridnya dan dihormati oleh rekan pengajar. Teman...
109K 6.2K 8
Rate 21+ New version story... Couple Planet presents #ambyarstory "Kamu harus bertanggung jawab. Karena udah perkosa aku dengan brutal." -Jupiter Ha...
250K 20.3K 44
Abigail yang sukses mendapat restu dari kakaknya, Louis Tomlinson kini telah menjadi istri dari seorang penyanyi terkenal bernama Zayn Malik. Memilik...