Bulletproof [BTS]

By cinderellan

75.1K 6.6K 377

WINNER OF WATTYS 2018; THE REVISIONIST. "The karma train will come run to you over." All BTS' members as the... More

1. INTRO
2. FIRST CASE
3. KIDNAP
4. SUSPECT 0.1
5. INTERROGATION
6. RUNAWAY
7. DNA 0.1
8. "I HEARD..."
9. SKETCH
10. DNA 0.2
11. GSR
12. LOCATION DETECTED
13. INTERCEPTION
14. SUSPECT 0.2
15. REVEALED
16. CAUGHT IN A LIE
17. MIANHAE
19. BE ALRIGHT
20. CHANGED - END
THANK YOU!
Another Thank You!
The Casts
!!!

18. FIND YOU

1.9K 249 17
By cinderellan

[ run ]

Pukul 11 siang nanti sidang lanjutan kasus hakim Min Yoongi akan kembali digelar di Pengadilan Tinggi Seoul.

"Hyung, apa kau melihat Hyunjae?" tanya Namjoon kepada Jin.

"Tidak. Aku datang paling awal hari ini dan aku belum melihatnya sama sekali."

Namjoon segera menghubungi Hyunjae karena sebentar lagi mereka harus pergi ke pengadilan.

"Ah sial."

"Ada apa?" tanya Jin.

"Nomornya tidak aktif. Hyung, kau pergi duluan bersama Hoseok. Aku akan menjemput Hyunjae."

Namjoon segera pergi dengan mobilnya menuju apartemen Hyunjae.

Sesampainya di apartemen Hyunjae, Namjoon menekan tombol yang merupakan bel kamar apartemen Hyunjae.

Namun tidak ada respon.

"Sial."

Namjoon pun beralih ke rencana lain.

Ia meminta bantuan petugas apartemen untuk membantunya mengakses lift untuk ke lantai atas.

Sesampainya di lantai 3, Namjoon mencari pintu kamar apartemen Hyunjae.

"Hyunjae-ah!" teriak Namjoon dari depan pintu.

Hasilnya nihil.

Namjoon terus mengetuk pintu dan meneriaki nama yeoja itu.

Lagi-lagi Namjoon meminta bantuan petugas apartemen untuk membuka pintu tersebut dengan kunci cadangan.

Setelah terbuka yang Namjoon hanyalah kamar kosong.

Tidak ada tanda-tanda kehidupan di tiap ruangan.

"Hyunjae-ah!" teriak namja itu tak berhenti.

Namjoon sangat panik sekarang.

Saat Namjoon membuka pintu kamar tidur Hyunjae, ia menemukan ponsel Hyunjae yang sudah mati.

Serta kamarnya sangat berantakan.

"Tidak mungkin." Namjoon terduduk lemas.

Ia merogoh ponselnya dan langsung menghubungi seseorang.

"Hyung, Hyunjae hilang."

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

"Sunbaenim, kau baik-baik saja?" tanya Jieun yang baru saja sampai di apartemen Hyunjae.

"Ya." jawab Namjoon singkat.

Tentu saja ia tidak merasa baik untuk saat ini.

"Hyunjae pasti baik-baik saja. Aku yakin itu. Dia kuat." Jieun kembali berusaha menenangkan Namjoon.

Sementara Jin sudah menyebarkan perintah kepada seluruh petugas untuk mencari Hyunjae di beberapa area.

Hoseok berusaha melacak setiap kamera CCTV di jalanan sekitar apartemen Hyunjae.

"Semua kekacauan ini menunjukkan adanya bukti perlawanan dari Hyunjae." jelas Jieun kemudian ia berhenti sejenak.

"Sunbaenim, apa kau melihat pistol milik Hyunjae?" tanya Jieun.

Namjoon menegapkan tubuhnya dan menatap Jieun, "Tidak. Aku belum mencarinya."

"Hyunjae pernah mengatakan padaku kalau biasanya ia menaruh senjatanya di dalam laci ini. Namun aku tidak menemukannya."

Namjoon segera beralih menyusuri tiap sudut ruangan.

Ia tidak menemukan pistol milik Hyunjae.

"Baiklah senjatanya hilang, ada tanda perlawanan. Hyunjae baik-baik saja. Ia akan baik-baik saja." Namjoon berbicara kepada dirinya sendiri.

Jieun yang menyadari hal itu hanya bisa melihat namja itu terlihat sangat terluka.

Jieun menyadari satu hal, Namjoon sangat peduli kepada Hyunjae.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

- Pengadilan Tinggi Seoul -

Sidang hakim Min berjalan lancar.

Para saksi juga sudah dimintai keterangan.

Park Jimin memberitahu semuanya tentang kebusukan hakim Min.

Bahkan Jeon Jungkook, anak emas seorang Min Yoongi memberikan keterangan yang sebenarnya.

Sangat tidak diduga.

Berbanding terbalik dengan Jimin dan Jungkook, Kim Taehyung tidak mengatakan semuanya.

Ia mengatakan kalau ia dijebak dan dipaksa untuk ikut melakukan tindak kriminal tersebut.

Sungguh egois.

Hakim Min hanya tertunduk pasrah. Bahkan jabatannya sebagai hakim sudah dicabut.

"Sidang vonis hukuman akan dilanjutkan besok. Cukup sekian untuk hari ini." ucap hakim Kang.

Kemudian hakim Min Yoongi yang bukan seorang hakim lagi dipindahkan ke rutan Seoul.

Ia dimasukkan ke dalam ruang sel yang jauh dari napi yang lain.

"Taehyung-ah, apa maksudmu memutar balikkan fakta?" tanya Jimin setelah persidangan.

"Ya, aku berkata yang sebenarnya."

"Kau sangat munafik."

Taehyung segera menatap tajam Jimin.

"Apa katamu?"

"Kau munafik, egois, dan tidak bertanggung jawab." jawab Jimin dengan berani.

Taehyung bersiap melayangkan tinjunya ke arah Jimin. Namun segera digagalkan oleh petugas yang mengawal mereka.

Akibatnya sekarang mereka kembali dipisahkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Sementara Jungkook sendiri tidak peduli dengan kedua mantan rekannya itu.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

- Seoul Crime Lab -

"Masih belum ada kabar?" tanya Direktur Bang yang baru saja tiba seusai mengikuti sidang hakim Min Yoongi.

"Belum Direktur." jawab Jieun.

Direktur Bang menghela nafas.

Kemudian ia melirik Namjoon yang terlihat sangat tak bersemangat.

Direktur Bang menepuk pundak Namjoon, "Tenanglah, ia akan baik-baik saja. Saat di Miami, ia juga pernah disandera namun dia berhasil bertahan."

Namjoon mengangguk lemas.

Tiba-tiba ada suara panggilan telepon.

"Nomor tak dikenal?" ucap Hoseok.

Hoseok pun berinisiatif untuk melacak panggilan tersebut.

"Jieun-ssi, bantu aku."

Jieun yang mengerti segera membantu Hoseok mengambil alih komputer.

"Yeoboseyyo?" jawab Hoseok.

"H-Hoseok." jawab orang diseberang panggilan.

Hoseok sangat mengenal suara itu.

"H-Hyunjae-ssi? Kau baik-baik saja?" Hoseok sangat terkejut.

Begitu juga orang yang disekitarnya.

Itu Hyunjae. Ia berbicara sedikit berbisik.

Jieun berusaha mempercepat pencarian lokasi asal panggilan tersebut.

"A-Aku tak apa. Hoseok-ah, kau ingat 911?" Hyunjae terdengar parau.

Hoseok tak dapat membayangkan bagaimana keadaan rekannya itu sekarang.

"Nde, aku ingat folder itu." jawab Hoseok.

"Buka itu. Aku tidak bisa berlama-lama. Semuanya ada disana."

"Apa maksudmu? Kau ada dimana Hyunjae-ssi?"

"Semua bukti ada disana." Hyunjae memberi jeda untuk menarik nafas.

"Aku tidak tahu dimana. Yang jelas aku berada di ruangan gelap. Aku mencuri telepon ini dari salah satu orang yang menyekapku."

"Baiklah bisa kau tahan panggilan ini lebih lama? Kami masih berusaha mencari lokasimu."

"Baiklah. Aku akan membiarkan panggilan ini menyala. Tapi jika kau mendengar suara selain suaraku. Matikan panggilannya." pinta Hyunjae.

"B-Baiklah. Bertahanlah Hyunjae-ah."

Kemudian terdengar suara bantingan dari seberang telepon.

Tidak, itu suara akibat Hyunjae melemparkan telepon ke sembarang arah.

"Dapat."

Setelah melihat lokasi tersebut Namjoon segera pergi menuju ke lokasi.

Ia bahkan menghubungi Jin untuk menyusulnya.

"Namjoon-ah, jangan bertindak gegabah! Tunggu aku sampai di lokasi."

"Tidak hyung. Hyunjae dalam bahaya. Aku harus cepat."

Namjoon segera memutuskan panggilan telepon tersebut.

Sesampainya di lokasi, Namjoon menemukan sebuah bangunan seperti gudang penyimpanan.

Ia dapat melihat tiga orang laki-laki baru saja meninggalkan tempat tersebut.

Saat itu juga Namjoon segera bergerak menuju bangunan tersebut.

Tentu saja ia seorang diri mengingat lokasi tersebut jauh dari perkotaan membuat Jin dan para petugas yang lain cukup lama menyusul Namjoon.

Namjoon sekarang sudah sampai di depan bangunan tersebut.

Sayangnya pintu masuk bangunan tersebut terkunci bahkan di rantai.

"Ah sial."

Namjoon kembali ke mobilnya untuk mengambil alat pemotong besi yang selalu disimpannya di bagasi mobil.

Usahanya kali ini berhasil.

Setelah itu ia menobrak pintu masuk.

Gelap. Itulah yang dilihat Namjoon saat ini.

Ia mengeluarkan pistol dan mengaktifkan flashlight dari teleponnya.

"Hyunjae-ah!" panggil Namjoon.

"Hyunjae-ah ini aku!"

Masih belum ada respon.

Namjoon menyusuri tiap bagian bangunan tersebut.

Sampai akhirnya ia menemukan seseorang yang terbaring di lantai.

"Hyunjae-ah!"

Namjoon segera menarik Hyunjae ke dalam pelukannya.

Hyunjae tak sadarkan diri.

Wajahnya penuh dengan luka lebam. Tangannya penuh dengan darah yang mulai mengering.

Melihat hal tersebut Namjoon menggeram. Ia sangat marah saat ini.

Tiba-tiba Namjoon merasakan sesuatu dibelakangnya.

"Letakkan dia seperti semula. Jatuhkan juga senjatamu!"

Namjoon segera meletakkan Hyunjae ke lantai dengan perlahan.

Ia juga meletakkan pistolnya seperti yang diperintahkan seseorang yang tengah menodongkan senjatanya ke kepala Namjoon.

"Nuguya?!" tanya orang itu.

Namjoon tidak menjawab.

"Ya! Aku bertanya padamu!" teriak orang itu lagi sambil mendorong kepala Namjoon dengan ujung senjatanya.

Namjoon hanya bisa menggeram.

"Aku kekasihnya." jawab Namjoon.

"Woah woah. Kau berusaha menjadi pahlawan, eoh?" tanya namja yang lain.

Lelaki yang sedari tadi menodongkan senjatanya ke belakang kepala Namjoon, kini berdiri menghadap Namjoon.

"Hm kau cukup berani." ucapnya.

Ketiga namja yang dilihat Namjoon tadi telah kembali.

Sangat sial bagi Namjoon.

Apalagi saat ini, Namjoon tidak menggunakan pakaian dinasnya dan juga lencananya berada di dalam saku.

Sehingga ketiga pelaku tersebut tidak mengetahui bahwa yang mereka sekap saat ini adalah dua agen federal.

"Bagaimana ya? Tindakanmu ini sangat diluar batas. Untuk itu kau harus bersedia kami hukum."

Namja tersebut bersiap-siap menarik pelatuk senjatanya.

"Seoul PD! Jatuhkan senjata kalian!" teriak seseorang

Jin dan beberapa petugas datang disaat yang sangat tepat.

Namjoon segera bertindak.

Ia mengambil senjata namja yang hampir menembaknya.

Bahkan ia melampiaskan amarahnya kepada namja itu.

"Kau apakan dia hah?!" tanya Namjoon sembari terus melayangkan pukulan ke wajah namja itu.

"Namjoon-ah! Hentikan!" cegat Jin.

Namun tidak dihiraukan.

Namjoon masih menduduki namja itu dan terus melayangkan pukulan kepadanya.

Jin pun segera memisahkan mereka.

Ia menarik Namjoon dan segera memborgol namja yang sudah babak belur akibat rekannya.

Tentu saja Namjoon tidak merasa puas.

Setelah berhasil mengendalikan emosinya, Namjoon kembali terduduk disamping Hyunjae yang masih belum sadarkan diri.

Ia merangkul tubuh yeoja tersebut.

"Bertahanlah. Kumohon bertahanlah."

Namjoon segera membawa Hyunjae keluar dari tempat tersebut.

Petugas medis yang sudah sampai segera menyiapkan alat bantu pernapasan untuk Hyunjae.

"Aku tidak apa-apa." ucap Namjoon setelah petugas medis menanyai keadaannya.

"Kau pergilah. Aku akan mengambil alih." ucap Jin.

Kemudian setelah Hyunjae dimasukkan ke dalam mobil ambulan, Namjoon ikut menemaninya menuju ke rumah sakit.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

- Yeouido St. Mary's Hospital -

[ Namjoon's POV ]
Sudah tiga jam aku menunggu Hyunjae keluar dari ruang UGD.

Sebelumnya dokter mengatakan kalau Hyunjae mengalami gegar otak kecil. Sehingga ia masih belum sadarkan diri.

Aku terus berdoa agar ia segera bangun.

Kring

"Ada apa?"

"Namjoon-ah, bagaimana?" tanya Hoseok dari sambungan telepon.

"Masih belum ada perkembangan."

"Hmm baiklah. Oh iya, aku ingin memberitahumu. Aku sudah membuka file yang dikatakan Hyunjae tadi."

"911?"

"Benar. Ia menamai folder tersebut di laptopnya untuk menyimpan file-file yang bersifat darurat. Kau mengerti maksudku?"

"Aku mengerti. Lalu apa isinya?"

"File tersebut berisikan rekaman CCTV di apartemen Hyunjae. Setiap aktifitas yang direkam langsung dialihkan ke dalam folder tersebut. Ia sangat jenius. Bahkan CCTV-nya merekam saat kau tiba di apartemen Hyunjae. Aku melihatmu menangis!"

"Ya! Ini bukan waktunya untuk bercanda."

"Mian mian. Oh kita bisa gunakan rekaman tersebut untuk menghukum penculik itu."

"Baiklah. Kuserahkan padamu. Apa kau bisa mengurusnya?"

"Tentu saja aku bisa. Baiklah aku akan memproses bukti ini dulu."

"Baiklah. Terima kasih, aku mempercayaimu."

"Terus kabarkan kami perkembangan Hyunjae."

Panggilan pun terputus.

Semuanya kembali sunyi. Aku kembali berdoa agar Hyunjae tidak apa-apa.

Seketika aku teringat kejadian beberapa jam yang lalu.

Aku mengaku-ngaku sebagai kekasih Hyunjae kepada para penyandera itu.

Aku tertawa kecil.

"Kau terlalu berharap, Kim Namjoon." gumamku.

"Wali Lee Hyunjae?" tanya seorang perawat.

"Ah nde. Ada apa? Apa ia sudah sadar?"

"Nona Lee sudah sadar tuan. Dan sekarang ia akan kami pindahkan ke ruang perawatan. Apa Anda bersedia mengurus administrasinya?"

"Ah baiklah."

Aku segera mengikuti perawat tersebut.

Aku tak berhenti mengucapkan terima kasih kepada Tuhan.

Aku merasa cukup tenang sekarang.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

"Kim Namjoon."

Seseorang membanguniku.

"Nde? Ada apa?" tanyaku dengan ruh-ku yang masih belum bekerja dengan sepenuhnya.

Ya itu Hyunjae.

Ia sudah sadar beberapa jam yang lalu dan dipindahkan ke kamar rawat, Hyunjae kembali tidur setelah diberi obat penghilang rasa sakit.

"Kau tidak pulang?" tanyanya dengan suara yang masih lemah.

Aku membenarkan dudukku.

Semalaman aku terjaga dan akhirnya aku tertidur sambil duduk di dekat tempat tidur pasien.

"Aku tidak akan pulang sebelum kau keluar dari sini." jawabku datar.

Memalukan.

Bahkan disaat seperti ini aku masih mempertahankan image-ku.

Aku ini kenapa sih?

Hyunjae tersenyum.

"Terima kasih telah menyelamatkanku."

Aku membalas senyumnya.

Tiba-tiba Hyunjae meraih tanganku.

"Aku senang karena kau yang menyelamatkanku. Terima kasih telah peduli kepadaku."

Aku terdiam. Tangannya sangat hangat.

Aku membalas genggamannya, "T-Tentu saja."

Bodoh. Aku tidak bisa berkata-kata.

"Oh eum apa kau butuh sesuatu? Kau mau minum?" dan pertanyaan bodoh tersebut keluar dari mulutku secara tiba-tiba.

Hyunjae tertawa kecil dan aku salah tingkah.

"Geurae. Aku haus."

Aku segera mengambil segelas air untuk Hyunjae.

"Terima kasih."

Aku kembali menggenggam lengan Hyunjae membuatnya terkejut akibat sikapku.

"Maafkan aku. Seharusnya aku melindungimu."

"Kenapa kau meminta maaf? Ini bukan salah siapa-siapa. Lagipula kita tidak ada yang tahu kan akan terjadi hal seperti ini. Gwenchana. Aku masih hidup."

"Tetap saja aku merasa gagal menjadi rekanmu yang seharusnya melindungimu."

"Rekan ya?" Hyunjae tersenyum.

"Ah yang penting aku sudah tidak apa-apa sekarang. Lagipula kau ada disini untuk menemaniku, kan?" ia tersenyum lagi.

Senyuman itu. Akhirnya ia tersenyum seperti itu kepadaku.

Kumohon tersenyumlah seperti ini saat bersamaku.

"Ya, sudah babak belur seperti ini saja kau masih terdengar sangat tenang."

"Aku tidak mau terlihat lemah di depan orang lain."

Lagi-lagi ucapan Hyunjae membuatku berpikir.

Usia Hyunjae lebih muda dariku, namun terkadang pemikirannya seperti orang yang lebih tua dariku.

Hal itulah yang membuatku semakin tertarik dengannya.

Aku terus menatap Hyunjae. Wajahnya yang cantik itu membuat diriku tenang.

"K-kau kenapa?" tanya Hyunjae.

"Aku senang." jawabku spontan.

Hyunjae tertawa.

"Kau gila."

"Benar. Aku sangat gila." balasku.

Kami berdua pun hanyut dalam tawa gembira.

[ stay ]

Continue Reading

You'll Also Like

357K 33.9K 200
Ini kumpulan tips menulis yang beda dari yang lain. Ada cara menulis Kissing Scene, Breaking Point, Fight Scene, dll. UPDATE tiap RABU. Bisa dibaca j...
395K 12.2K 100
Dalam hal menulis, aku akui bahwa aku tidak pandai dalam merangkai kata-kata dengan benar. Sajak ini dari seorang gadis yang sedang senang merindu...
BLACK CODE By Sirius Khans

Mystery / Thriller

121K 11.6K 45
Kasus pembunuhan satu keluarga menuntun tiga orang detektif yang bekerja sama dengan dua dokter forensik untuk menyelidiki suatu kasus besar yang mel...
277K 15.7K 45
[ š›š­š¬ š­š”šžšØš«š² ššš§ššš„š²š¬š¢š¬ ] - from this chapter. our story began. welcome to hyyh universe. it's danger. cause when you into this univer...