My Stupid [Boy]Friend pjm x m...

By TanTaehyung

6.5K 855 153

Oneshoot yang dijadikan multichap :"V Ini hanya tentang Park Jimin anak tingkat 2 yang selalu mendapat rankin... More

Jiminie Pabo
Jiminie Pabo
Yoongie Pabo [END]
Pjmyg
OH MY BABE , YOONGI

Jiminie Pabo

981 175 24
By TanTaehyung

My Stupid [Boy]Friend
TanTaehyung
Pjm Myg
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.






Setelah kejadian itu hati Jimin jadi tidak menentu. Banyak luapan emosi didadanya. Terlalu banyak. Ia tak tahu harus marah atau sedih , atau kecewa atau malah bagaimana. Jimin terlalu bingung. Ia tahu Yoongi pasti sering menelan rasa malu karena memiliki kekasih seperti dirinya. Tapi bisakah ia tidak usah membandingkannya? Jimin tahu memang Yoongi tidak membandingkan Jimin lewat mulut secara langsung tadi , tapi terlalu jelas jika Jimin tidak bisa membaca situasi. Yoongi terkadang selalu bilang anak SMP seperti Soonyoung dan Jihoon saja bisa mengerjakan PR Jimin , kenapa Jimin tidak ? Bukankah itu membandingkan? Jimin tahu otaknya kelewat bebal , kelewat beku , tapi tidak bisa kah Yoongi menerimanya apa adanya?

Jimin , entahlah.

Ia sendiri merasa payah pada dirinya sendiri. Bukan. Bukan karena ia bodoh. Tapi karena ia terlalu malas dan menganggap semua masalahnya akan beres begitu saja.

Langkah gontai Jimin terhenti ketika ia mendengar riuh suara teman sekelasnya. Ia sedikit-sedikit bisa mendengar perkataan mereka.

Ku dengar Hong ssaem akan mengadakan praktikum dan tiap kelompok itu beranggotakan empat orang. Kau kan tahu Hong ssaem itu selalu membagi rata anak-anak disini. Dalam satu kelompok akan ada si cerdas , si biasa saja , dan si *ekhem* bodoh.

Aku malas jika harus berhadapan dengan Hong ssaem. Bahkan dia tidak menerima perpindahan kelompok.

Aku tidak mau sekelompok dengan Jimin. Nanti yang ada malah kelompokku yang kena nilai standar. Hong ssaem kan selalu begitu penilaiannya dilihat dari kinerja muridnya.

Aku juga tidak mau. Jimin itu pemalas. Ia juga banyak meninggalkan pelajaran Hong ssaem.

Aku tidak mau sekelompok dengannya. Ah ini benar-benar menyebalkan. Aku benci Hong Ssaem.



Hati Jimin menjerit. Bahkan teman temannya tidak mau satu kelompok dengannya?
Hal itu disadari oleh kedua teman Jimin , Taehyung dan Mingyu. Mingyu menatap nanar pada Jimin yang punggungnya semakin merosot. Teman teman sekelasnya memang begitu. Selalu membandingkan dan angkuh. Dan Mingyu fikir , ini keterlaluan. Semalas-malasnya ia , ia takkan mengacau di kelompoknya.

Taehyung menepuk punggung Jimin,"Hey. Aku mau kok sekelompok denganmu. Kau orang yang baik dan banyak ingin tahu. Kita akan melakukan praktikum bersama" ucapnya menghibur Jimin.

Jimin hanya tersenyum kecut sebentar.

"Tenang saja Jim. Aku juga akan menemani kalian. Kau dan Taehyung adalah temanku. Dan aku yakin Mark juga akan sekelompok dengan kita". Tambah Mingyu. Hal itu malah membuat hati Jimin makin menjerit.

Mereka menemani Jimin karena kasihan.

Jimin lagi-lagi tersenyum kecut. Lalu memilih pergi menuju ruang guru. Mengacuhkan teriakan Mingyu dan Taehyung yang merasa khawatir.






Langkah Jimin terhenti saat ia bertemu dengan guru yang ia cari. Hong Jisoo. Guru Fisikanya. Jimin tersenyum sopan dan dibalas senyuman manis oleh Jisoo.

"Kau tidak masuk kelas Jim? Kita akan praktik sekarang. Jangan bilang kau mau bolos?!". Ucapnya lembut. Jimin tertawa kikuk lalu ia memberanikan diri menatap Jisoo.

"A-ano ssaem. Bolehkah aku praktik sendirian saja ? Emmm maksudku aku tidak berkelompok , begitu".
Jisoo mengerutkan keningnya,"Kenapa memangnya? Akan lebih mudah jika bersama , Jimin-ah"

Jimin menunduk. Bagaimana ya bilangnya?

Kediaman Jimin itu membuat Jisoo tersenyum pedih. Ia tahu. Jelas tahu. Anak anak kelas Jimin memang seperti itu , karena itu Jisoo selalu membagi rata jika ada praktikum. Jisoo menepuk bahu Jimin lembut lalu tersenyum mendapati anak didiknya mendongak menatapnya.

"Baiklah , Jim. Aku mengizinkanmu sendirian. Tapi jika ada yang tidak dimengerti kau harus bertanya pada teman. Mengerti?". Ucapnya.

Perkataan Jisoo itu membuat Jimin bahagia. Setidaknya ia takkan membebani teman-temannya itu. Jimin sedikit lega bahwa Jisoo adalah guru yang baik dan sabar. Ia tidak seperti guru yang lain untuk Jimin. Ia terlampau lembut.

"Tapi Jiminnie , kau tidak boleh berfikiran kau membebani teman-temanmu. Jika kau mau berusaha , kau akan sukses. Jadi sampai kapan kau akan diam terus disaat teman-teman mu bahkan sudah berlari,hm?". Jimin terkesiap mendengarnya. Apa terlalu jelas?

"Ma-maaf ssaem. Aku hanya tidak ingin membuat nilai mereka pas dengan rata-rata.". Sesalnya.

Jisoo lagi-lagi tersenyum. "Aku tidak akan semena-mena menilai kinerja orang tanpa sebab,Jim. Dan ku lihat kau adalah siswa yang bagus dalam segi praktik. Tapi tak apa. Kau bisa mengerjakan praktik ini sendirian. Jja kita ke kelas". Ajaknya.

Jisoo berjalan duluan meninggalkan Jimin yang menunduk sambil berfikir.

Ia masih diam disaat teman-temannya sudah berlari.

Apa ia harus mulai berjalan?

Tentu harus. Jimin tak mau ujiannya didahului Jungkook anak akselerasi itu. Ia akan ujian bersama dengan Jungkook dan teman-temannya yang lain. Jimin janji mulai hari ini ia akan berubah.

"Jimin-ah. Ayo ke kelas. Kenapa diam saja?". Tanya Jisoo. Jarak Jisoo sudah terlalu jauh. Jimin berlari menyusul guru fisikanya dengan tekad dalam hati , mulai hari ini ia akan berubah.

.

.

.


.




.


.





Bel pulang telah berbunyi. Yoongi tengah menatap laporan progress anak anak calon kandidat untuk lomba dengan mulut yang penuh dengan roti isi keju kesukaannya. Ia menimang-nimang siapa yang pantas mewakili sekolahnya. Hari ini ia tak bisa berkonsultasi dengan Choi Seungchol karena ia tidak datang hari Rabu ini. Ini jadwal liburnya. Dasar guru tua yang menyebalkan.

Yoongi tengah menunggu Hoseok. Ia sudah janji bertemu dengan Hoseok disini. Di Perpustakaan , lalu setelah itu pergi ke kelas yang biasa ditempati oleh anak-anak English Club'.

Brukkk

Suara gaduh itu membuat perpustakaan yang sepi mendadak ribut. Suara buku berjatuhan dan ringisan seseorang itu membuatnya mendekati asal suara. Tapi setelah itu , Yoongi bersembunyi dibalik rak buku yang besar.

Ia melihat Jimin bersama teman sekelasnya. Jung Eunha.

Jimin? Di perpustakaan? Apa ia salah liat?

"Kau harusnya berhati-hati Jimin". Keluh Eunha. Jimin terkikik lalu membereskan buku-buku yang berjatuhan karena ulahnya.

"Mianhae. Apa bukunya menimpamu?". Tanyanya. Eunha menggeleng.

Eunha lebih memilih mengecek buku buku digenggamannya yang ternyata banyak dan berat juga. "Buku apa lagi yang kita butuhkan,Jim?". Tanya Eunha.

Jimin? Mencari buku?

"Apa sudah semua? Masih banyak buku disini". Ucapnya ragu.
"Kurasa ini sudah semua. Hanya saja , jika pembahasannya belum jelas , besok kita kembali lagi kemari untuk mencari buku lainnya". Ucapnya.

Jimin mengangguk mengerti lalu membawa buku-buku yang tadi dipegang oleh Eunha dan memasukan bukunya kedalam tas.

"Jja Eunha-ya. Kita pulang. Aku akan mengantarmu nanti".

"Jangan lebih dari pukul tiga ya Jim. Aku ada les piano"

"Ya. Baiklah. Terimakasih sebelumnya. Kau sudah mau membantuku"

Eunha mengangguk lalu keduanya berjalan beriringan keluar Perpustakaan.

Yoongi menghentakkan kakinya sebal. Kita? Kita? Terlalu banyak kata kita dipercakapan mereka. Dan lagi ? Jimin pulang dengannya? Jimin akan mengantarnya pukul tiga? Apa-apaan itu? Yoongi kan akan pulang jam segitu!!! Ish menyebalkan. Sejak kapan sih Jimin dekat dengan teman wanita dikelasnya?

Hoseok menepuk pundak Yoongi dan perbuatan itu membuat Yoongi memekik terkejut. Hoseok tertawa karena wajah Yoongi merah entah karena apa.

"Astaga. Lihat wajahmu hahaha. Kenapa kau merah seperti buah persik Yoon?". Tanyanya sambil tertawa. Yoongi hanya mendengus sebal lalu kembali duduk.















.

.

.


Jimin sedang membaca buku yang tadi ia pinjam bersama Eunha. Eunha sudah pulang. Ini pukul 3.30. Jimin meminta bantuan Eunha untuk menjadi mentornya. Sebenarnya hanya Eunha sih yang mau membantunya. Eunha bilang ia senang membantu orang lain belajar , karena ia juga suka belajar bersama. Dan hari pertama ini ia lakukan di rumah Jimin.

Eunha tahu pertengkaran Jimin Yoongi tadi siang. Ia menyesalkan hal itu. Karen itu Eunha mau membantu Jimin agar ia -setidaknya- lebih baik dalam hal pelajaran.

Jimin terlalu asyik membaca buku yang ada digenggamannya. Ia tidak sadar ponselnya bergetar beberapa kali. Itu telfon dari Yoongi. Yoongi sebenarnya hanya ingin bertanya apa Jimin akan menjemputnya atau tidak? Tapi Jimin malah tidak mengangkat telfonnya.






.

.

.



Yoongi duduk dengan tangan terlipat di depan dadanya dan bibirnya yang mengerucut lucu. Hal itu membuat Hoseok gemas dan mencubit pipi gembilnya yang putih. "Kenapa cemberut terus sih,Yoon? Astaga kau akan cepat keriput!"

"Bukan urusanmu"

Hoseok melenguh kecewa mendengarnya. Ini pasti karena Jimin. Siapa lagi? Hoseok tahu Yoongi tidak sungguh-sungguh melakukan hal itu pada Jimin , Yoongi hanya membuang gengsinya pada Jimin. Tapi entahlah? Hoseok tidak terlalu mengerti kenapa Yoongi jadi sebete itu?


Yoongi menutup pintu kamarnya kasar yang membuat Jihoon dan Soonyoung yang sedang mengerjakan prakarya terkejut. Jihoon menatap nyalang pada Yoongi yang membuatnya terkejut hingga lidi ditangannya patah.

"KEPARAT! JANGAN MEMBUAT ORANG LAIN TERKEJUT!!!" Jihoon berdiri dan berteriak membuat seisi rumah tiba-tiba ricuh oleh teriakannya.

"Sayang , jangan mengumpat. Dia kakakmu. Itu tidak sopan".

"Dia itu benar-benar. Bocah"
















.

.

.

.

Soonyoung menutup pintu rumah Jimin setelah membuka sepatunya. Tumben rumah ini sepi? Apa Jimin tidur siang?

Soonyoung melangkahkan kakinya hingga ia melihat Jimin diruang tengah sambil membaca buku dan memakan keripik singkong ditangannya yang lain.

Soonyoung menutup mulutnya tidak percaya? Jimin? Belajar?

Soonyoung mendekati Jimin lalu mulai mengintip buku apa yang Jimin baca. Siapa tahu malah baca komik hentai??

Mata Soonyoung yang sipit itu membelalak. Jimin membaca buku Sejarah Korea? Keajaiban!!!

"Jim-hyung? Ka-kau ... Kau membaca buku?" Tanyanya tidak percaya. Jimin menoleh lalu tersenyum lebar. "hai Soonyoung. Duduklah".

Soonyoung duduk sambil tetap menatap Jimin dengan pandangan horror. "Jim-hyung??? Astaga kiamat sudah semakin dekat. Aku harus melamar Jihoon secepatnya.". Ucapnya heboh. Hal itu membuat Jimin melempar keripik singkong kearahnya.

"Berisik! Memangnya aku tidak boleh belajar eoh? Lagipula buku ini cukup bagus juga". Ucapnya acuh. Soonyoung tersenyum bangga lalu memeluk Jimin "Astaga Hyung. Aku mencintaimu. Kau telah berubah. Akhirnya kau mau belajar Hyung. Aku bangga padamu",

Jimin tertawa kencang lalu mendorong tubuh Soonyoung. "kau berat. Aku sedang belajar. Jangan ganggu"


Soonyoung tertawa lalu melepas jaketnya. "Oh? Hyung. Kau tidak menjemput Yoongi Hyung?"

"Jam berapa ini?"

"Pukul Lima"

Dan Jimin tersedak. Soonyoung menyodorkan air putih lalu Jimin meneguknya.

"Yo-yoongi hyung pasti menunggu lama. Aigoo aku kelupaan. Aku terlalu asyik membaca". Ucapnya gelisah.

"Tenang saja. Dia sudah pulang daritadi"

"Kapan ? Kau dari rumahnya?"

"Tadi. Yoonyoon Hyung pulang pukul empat. Saat aku dan Jihoon masih mengerjakan prakarya"

Jimin menepuk jidatnya lalu meraih ponselnya.

7 missed Call

10 pesan masuk

Siapa lagi pelakunya?

Min Yoongi tentu saja.

Jimin meringis lalu menyambar kunci motornya. "kau mau kemana Jim-hyung?". Tanya Soonyoung bingung.

"Aku akan pergi ke rumah Yoongi Hyung untuk minta maaf. Aku akan mampir dulu ke toko kue membeli Cheesecake". Ujarnya sambil berlari ke pekarangan rumah membawa motonya melaju memecah jalanan Seoul.







.

.


.

.

Yoongi berguling guling diatas kasurnya dengan piyama berwarna kuning bergambar donat dengan wajah kusut. Ini masih pukul Lima tapi ia benar-benar ingin tidur dan meredakan emosinya.

Yoongi cemburu.

Cemburu karena Jimin pulang dengan Eunha dan tidak datang menjemputnya. Ia cemburu berat. Apa-apaan sih Jimin itu? Biasanya jika belajar kelompok Jimin tetap akan menjemputnya. Meskipun mereka marahan , Jimin akan tetap menjemputnya. Tapi hari ini? Yoongi tambah kesal pada Jimin.

Hal itu membuat Jihoon melemparkan boneka Pikachu digenggamannya pada Yoongi yang membuat sang kakak menatapnya penuh amarah.

"Sopan sedikit pada yang lebih tua dasar cebol!"

"Kau juga hargai yang lebih muda. Aku dan Soonyoung sedang mengerjakan tugas. Jangan seenaknya membanting pintu!!!"

"Terserah aku lah?!! Ini pintu kamarku!!!"

"Tapi pintu kamarmu adalah pintu kamarku juga dasar Hyung bodoh"

"Aku tidak bodoh! Aku genius. Kau tidak bisa menandingi ku"

"Ya! Kau genius. Sampai-sampai Jimin Hyung tidak bisa mengejarmu"

"Itu karena Jimin bodoh dan malas. Dia tidak mau memakai otaknya. Dia pada dasarnya memang seperti itu!!!!"

"Halah kau bohong. Kau tidak ingin tersaingi hingga akhirnya Jimin Hyung yang seperti itu kau biarkan saja!!!"

"Kau tidak tahu apa-apa dasar bogel!"

"Kau juga tidak kalah cebol. Kita hanya berbeda 10cm dan aku akan tetap tumbuh?!!!!"








Pertengkaran kakak adik itu terus menggema di seluruh penjuru rumah. Membuat sang nyonya Min meringis karena telinganya berdengung. Ia menatap Jimin yang menunduk lesu. Bukankah tadi ia izin ke kamar Yoongi?

"Nak Jimin?"

Jimin tersentak lalu tersenyum kecut. "Ah bibi. Ano-- aku masih ada urusan di rumah. Ini aku titip cheesecake saja untuk kalian semua. Tolong sampaikan pada Yoongi Hyung aku minta maaf karena tidak menjemputnya tadi. Aku permisi bibi. Annyeong"

Jimin melangkahkan kakinya keluar dari rumah minimalis tanpa menatap Ibu Yoongi yang memandangnya penuh rasa cemas.









"ASTAGA MIN YOONGI MIN JIHOON! BERHENTI BERTENGKAR ATAU AKAN IBU BAKAR KOLEKSI KALIAN".










Itu karena Jimin bodoh dan malas. Dia tidak mau memakai otaknya. Dia pada dasarnya memang seperti itu!!!!
Kata-kata itu berdengung ditelinga Jimin. Ia bodoh. Ia malas. Ya. Jimin akui itu benar. Tapi kenapa rasanya sakit ya? Sudahlah , mungkin Yoongi sedang kesal padanya karena ia lupa menjemput kekasihnya tadi.










Yoongi dan Jihoon turun dengan aura mencekam yang menguar. Hal itu membuat Tuan Min yang baru pulang meringis. Ah anak gadisnya selalu seperti itu. Eh gadis atau perjaka?? Eh terserah saja lah.

"Kalian itu dalam seminggu hanya bisa akur berapa jam sih?". Tanya sang ayah dengan nada menggoda. Tapi yang tuan min dapat hanya delikan tajam dari keduanya. Uke memang menyeramkan saat marah. Seperti wanita pada umumnya.

Nyonya Min dulu tidak seperti itu. Kenapa anaknya sadis semua? Astaga ia sudah salah cetak dua kali.

"Appa membawa Cheesecake?". Tanya Jihoon sambil menyambar potongan cheesecake itu lalu melahapnya. Yoongi juga. Tapi ia hanya diam. Ia benar-benar tidak mood.

"Aniya. Bukan Appa. Kata Eomma kalian Jimin membawanya kemari tadi sore". Ucap ayahnya acuh.

Yoongi menatap bingung ayahnya. Jimin? Kesini ? Tadi sore? Kapan??

"Kapan Jimin datang kemari,Eomma?" Tanya Yoongi.

"Tadi sore. Saat kalian bertengkar"
Yoongi menelan cheesecakenya kasar. Jangan-jangan Jimin mendengar perkataan Yoongi tadi yang menyebutnya bodoh dari sananya ? Astaga ini akan memperkeruh hubungan mereka.

Yoongi berlari ke kamarnya meraih ponselnya lalu menelfon Jimin.





Soonyoung melihat ponsel Jimin menyala dan bergetar. Tapi Jimin sedang pergi ke toko buku bekas 24 jam membeli buku baru. Karena hal itu , Soonyoung mengangkat telfonnya saja. Lagipula ini kan Yoongi Hyung.

"Yeobeseo Yoonyoon Hyung"

"Soonyoung? Kenapa kau yang mengangkat telfonnya? Mana Jimin?"

"Jimin Hyung belum pulang Hyung. Dia mencari buku ditoko buku bekas. Kenapa?"

Diam.

Soonyoung hanya bisa mendengar deru nafas Yoongi saja. Dan selanjutnya Yoongi bersuara dengan nada seraknya.

"Baiklah. Sampaikan pada Jimin , aku menyayanginya"

Selanjutnya sambungan telfon itu diputuskan oleh Yoongi.














.

.



.



.


.


.

Ini pukul 12 malam. Satu menit lagi pergantian hari. Soonyoung terbangun karena tenggorokannya perih. Tapi ia berhenti tepat dikamar Jimin yang lampunya masih menyala terang. Soonyoung mengernyitkan dahinya melihat Jimin masih duduk dimeja belajarnya yang selama bertahun-tahun tak ia sentuh untuk belajar. Astaga Jimin masih saja belajar?

"Hyung. Berhentilah dan tidur". Soonyoung menepuk pundak Jimin dan Soonyoung terkejut lalu terkikik. Jimin ketiduran. Ia bertumpu dagu sambil membaca tapi matanya sudah terpejam. Soonyoung menggendong tubuh Jimin yang berat dan menidurkannya dikasur lalu berjalan keluar setelah mematikan lampu.
















Keesokan harinya. Soonyoung bangun pukul 5.30 lalu berinisiatif membuat sarapan. Karena Soonyoung tahu Jimin payah dalam hal ini. Ia hanya bisa memasak makanan instan , air dan bubur yang amat sangat encer. Memanggang roti saja masih sering gosong.

Lagi-lagi Soonyoung menatap kearah kamar Jimin yang terbuka. Jimin lagi-lagi kedapatan duduk dimeja belajarnya. Soonyoung sebenarnya senang. Tapi Soonyoung juga tidak mau Jimin memaksakan otak dan tubuhnya.

"Jimin Hyung?".

Jimin menoleh lalu tersenyum. "Pagi Soonyoung. Aku lapar buatkan sarapan". Ucapnya.

Soonyoung tertawa kecil lalu berjalan mendekatinya ,"Jangan terlalu memaksakan tubuh dan otakmu Hyung. Kau bisa sakit". Ucapnya. Jimin hanya mengangguk.






Pagi ini Jimin membawa banyak buku ditasnya. Niatnya mengembalikan buku yang kemarin ia pinjam di perpustakaan. Jimin dan Soonyoung tidak menjemput Yoongi dan Jihoon hari ini. Karena hari ini tuan Min akan mengantar mereka berdua. Jadi Jimin dan Soonyoung sedikit lebih memiliki waktu luang. Jimin membuka pintu perpustakaan yang meskipun masih pagi tapi sudah ramai itu.

Hari Senin akan ada ulangan tengah semester jadi semua murid berlomba mendapatkan buku terbaik untuk ulangan mereka kali ini.
Jimin meletakkan buku buku yang kemarin ia pinjam ke rak yang sesuai. Banyak yang tidak percaya Jimin meminjam buku sebanyak itu dan tasnya terlihat masih errrr kembung!??

Jihyo mendekatinya. Jihyo adalah teman sekelasnya , bangkunya tepat disampingnya Jimin.

Jihyo menepuk pundak Jimin sambil mengecek tubuh Jimin dari atas sampai bawah. "Waaah. Jimin-ah. Kau membaca buku sebanyak itu?". tanyanya tak percaya.

Jimin hanya tertawa lalu mengusak rambut Jihyo yang panjang,"Kenapa memangnya? Si bodoh ini tak boleh membaca buku,eoh?"

"Aniya. Bukan begitu. aku hanya terkejut. bukunya banyak sekali. kau seperti bisa menghabiskan buku itu saja dalam semalam"

Dan ucapan Jihyo itu membuat Jimin tertawa lagi sambil mengusap rambutnya kebelakang. Jihyo memekik sambil menutup mulutnya. "Omo. jangan-jangan memang benar ya?? Kantung matamu? ASTAGA PARK JIMIN!!!!" Jimin membekap mulutnya sambil menyuruh Jihyo diam. Hey girls , ini di Perpustakaan. Tidak boleh berisik di Perpustakaan.

"Jihyo kita tidak boleh berisik disini. Nanti kita diusir oleh Taeyong ssaem". Jihyo mengangguk polos lalu Jimin melepas bekapan mulut Jihyo. Jimin meraih tasnya lalu pergi.

"Jimin-ah. Jangan lupa hari ini kita ulangan Sejarah Korea" Ucap Jihyo mengingatkan. Jihyo takut Jimin membolos karena mengantuk. Hal itu membuat Jimin mengacungkan jempolnya sambil tetap berjalan​.




.

.

.


.


.




Semua orang dikelas Jimin tengah tegang. Begitupula Jimin. Siswa bermarga Park itu meskipun sudah membaca susah payah sampai larut , tapi rasanya soal soal didepannya masih harus membuatnya berfikir. Lagipula hari ini ia belum bertemu Yoongi. Ia berpapasan dengan Jungkook tadi dan ia bilang Yoongi dan Hoseok dipanggil Choi ssaem pagi-pagi sekali. Dan hal itu membuat hati Jimin sesak. Tapi tak apa , lagipula ia akan bertemu Yoongi nanti. Ia akan pergi ke kantin bersama Yoongi.












Jimin keluar kelas dengan wajah kusut bersama Mingyu , Mark dan Taehyung. Soal ulangan tadi sangat susah bahkan untuk anak-anak pintar dikelasnya. Tapi setidaknya Jimin berjuang dan tidak mencontek.

Jimin membasuh wajahnya dengan air dingin lalu menatap wajahnya didepan cermin wastafel. Kantung matanya memang jelas. Benar kata Jihyo. Tapi , ia tidak punya banyak waktu tidur. Yoongi bilang kan ia harus belajar?

iya , kan?









Taehyung menoleh karena Mark menepuk pundaknya brutal. "Mark astaga kau menyakiti pundak berhargaku.". keluh Taehyung.

Mark menyeret Taehyung agar mengintip dekat tembok toilet laki-laki. Mark dan Taehyung sedang mengintip Yoongi. Yoongi bersandar di loker bersama anak akselerasi yang diyakini mereka adalah Jung Hoseok yang diceritakan Jimin. Taehyung yakin itu orangnya. Keduanya terlihat mengobrol santai sambil tertawa sesekali.

"Astaga Yoongi Sunbae. Apa dia melupakan Jimin begitu saja hanya karena ada namja lebih pintar dari Jimin? Aku kasihan pada Jimin". Keluh Mark. Taehyung mengangguk saja. Ia juga tidak tahu jelas.  Tapi ia juga sedikit kesal pada Yoongi yang meninggalkan Jimin.


Mingyu menepuk pundak kedua temannya ,"Oy. kalian sedang apa?". Tanyanya bingung. Lalu Taehyung dan Mark menyuruh Mingyu melihat apa yang mereka lihat didepan. Sekarang Hoseok terlihat sedang mengusak rambut Yoongi dan Yoongi menggeplak dahi Hoseok dengan kertas digenggamannya.

"Aku kasihan pada Jimin. Karena anak akselerasi , cintanya jadi kandas". Ucap Mingyu sambil menggeleng. "Cinta Jimin sekandas cintamu yang mengejar Jeon Wonwoo ssaem. Padahal kau tahu dia 10 tahun diatas kita". Sindir Mark. Hal itu membuat Mingyu menoyor kepalanya.






Jimin bingung melihat ketiga temannya yang membungkuk seperti sedang mengintip lalu Jimin menepuk punggung Mingyu.

Mingyu menoleh lalu ia mendapatkan ide.
Mingyu merangkul Jimin lalu menepuk bahunya , "Waaaahhh Jiminnie. kau sudah selesai? Kau hebat hari ini Jimin-ah. Kau tidak mencontek atau tidur dikelas lagi". Ucapnya sambil berteriak.

Kedua teman yang lain juga seperti itu. Mark , Mingyu dan Taehyung terlihat bodoh. Jimin mengorek kupingnya ,"Astaga aku tidak tuli. Kenapa kalian berteriak?"

"Begini saja Jim. Karena hari ini kau tidak MENCONTEK dan TIDUR SAAT ULANGAN , kami akan mentraktir Ramyeon padamu". Ucap Taehyung keras sekali. Jimin risih lalu pergi setelah memukul perut Mingyu.










"Mereka Gila. Sepertinya aku salah pilih teman". Katanya.


Ia tidak menyadari ada Yoongi yang memperhatikan setiap gerak-gerik mereka tadi. Matanya menatap Jimin yang menjauh dan terlihat menuju kantin.

Mingyu , Mark dan Taehyung berjalan melewati Yoongi dan Hoseok dengan tatapan sinis dan kaki yang menghentak. "Cih. Jimin jauh lebih baik. Jimin jauh lebih tampan. Meskipun otaknya pas-pasan". Ucap Mark sedikit menyindir.

Taehyung berdehem lalu berteriak ,"Ya benar. Sayang sekali ya Kekasihnya TIDAK PERCAYA pada Jimin". Lalu mereka bertiga pergi.


Yoongi menatap aneh pada anak-anak itu. Apa-apaan sih?








.


.




.



.


.


Dua Minggu lagi adalah hari perlombaan. Masa-masa sibuk Yoongi akan berakhir. Sekarang ia sedang melihat dua team sedang berdebat. Mereka adalah siswa siswi terpilih. Yoongi jadi kepikiran tentang perkataan Taehyung tadi tentang SAYANG SEKALI KEKASIHNYA TIDAK PERCAYA.

Kenapa? Apa yang ia tidak percayai dari Jimin? Apa yang Jimin lakukan ya? Katanya Jimin mengambil ekskul. Yoongi jadi penasaran dan ia ingin menemui kekasih yang ia rindukan itu.






Saat break latihan , Yoongi pergi ke lapangan. Siapa tahu ia menemukan Jimin disana. Hingga ia berhenti disebuah mading dekat kelasnya. Sekilas ia melihat nama Park Jimin. Lalu mata kucingnya yang sipit menatap lembaran itu. Itu daftar nilai Ulangannya hari ini. Ulangan Sejarah Korea.


Park Jimin                          48

OK!!! NILAI JIMIN 48 DISAAT TEMAN YANG LAIN MENDAPATKAN NILAI DIATAS 60? Bahkan Taehyung saja mendapatkan nilai 52. Ternyata selama ini Jimin tetap belum berubah. Ia benar-benar jengah. Ia berlari mencari Jimin. Ia akan menyeretnya pulang dan memberikannya banyak soal-soal latihan.






















Jimin sedang latihan Thai Boxing. Ia menendang samsak dan memukulnya. Tapi karena mengantuk dan kurang fokus , Ia menendang sebuah pipa besi didekat samsak itu hingga mengaduh kesakitan karena tepat ditulang keringnya. Hal itu membuat Jimin timbang dengan kaki agak berdarah dan membengkak.

Jay dan Mingyu mendekatinya lalu sedikit mengobatinya. "Kau jangan ceroboh Jimin. Astaga kau baru dua kali latihan dan kau membuat tulang keringmu bengkak". Guraunya. Jimin hanya tertawa sambil meringis.

Yoongi menatap tidak suka. Jadi ini ekskul yang Jimin pilih? Thai Boxing? Yang bahkan tidak bisa membuat nilai Jimin terbantu. Yoongi mendekatinya lalu menatap marah.

"Ekhem. Siapa ketua Thai Boxing?". Tanyanya sinis.

Semua orang mendongak menatap Yoongi. "Yo-yoongi hyung?". cicit Jimin.

"Aku. Memangnya kenapa Min Yoongi-ssi?" Jawab Jay tak kalah sinis.

"Aku minta sekarang juga kau coret nama Jimin diabsen keanggotaanmu". Ucapnya santai namun masih tetap menusuk.

"Hei bung. Santai saja. Kami takkan membunuh Jimin. Ini hanya cedera kecil".

"Coret sekarang juga Jay Park-ssi"

Jay maju mendekati Yoongi yang tubuhnya amat mungil dibanding tubuhnya. "Kau tidak berhak begitu. Meskipun Jimin kekasihmu tapi ia datang kemari suka rela untuk berlatih bersama kami"

"Aku tidak suka Jimin mengambil ekskul ini dan buang-buang waktu juga tenaga. Jimin harusnya belajar memperbaiki nilainya yang masih buruk. Tapi yang dia lakukan sekarang apa? Memukuli benda mati? Cerdas"

Perkataan Yoongi menyulut emosi Jay. Mingyu dan Youngjae segera menahan tubuh Jay yang hendak memukul Yoongi. "Jay Hyung sabar. Jangan begitu"

"Buang-buang waktu katamu? Ekskul ku ini memang ekskul olahraga jadi kami tidak usah bergelut dengan buku Tuan Pintar. Pergi atau aku memukulmu sampai kau sekarat!?!!"

Jimin meremas dadanya dan berdiri dengan mata yang memerah menahan emosi. Jimin berdiri dibantu oleh anak Thai Boxing yang lain lalu menatap Jay. "Jay Hyung. maaf atas keributan yang aku lakukan. Ini salahku. Maaf sekali lagi. Kau boleh mencoret namaku". Ucapnya dengan nada bergetar.

Mingyu menatap Jimin tidak percaya , "Hey Jim! Kau jangan begitu. Kau kan sangat ingin masuk kemari. Ayolah Jim. Kita baru dua kali latihan bersama"

Jimin tersenyum kecut. Lalu airmatanya menetes. Ia sakit. Yoongi bahkan menghancurkan keinginannya masuk Thai Boxing karena nilainya. Lagi-lagi nilai sialan itu.

Yoongi membeku melihat airmata Jimin.

Jimin mengambil nafas dalam , "Aku tahu kau kekasihku Hyung. Aku mengerti apa yang kau inginkan. Tapi bukankah kau juga sebaiknya mengerti aku? Kenapa selalu aku yang salah? Ya aku bodoh dan aku buang-buang waktu. Tapi kau jangan libatkan mereka. Mereka tidak salah.". Jimin berjalan pincang meraih baju dan tasnya.

"Jika kau tetap tidak mau menerima aku begini , kau boleh pergi mencari kekasih yang sesuai dengan tipemu Hyung. Aku tak melarang. Maaf aku tak bisa menjemputmu nanti. Aku harus mengobati luka ini". ucapnya tanpa menatap Yoongi.

Sungguh Yoongi merasa bersalah.

Jimin membungkuk pada Jay dan semua orang disana lalu pergi dengan jalan tertatih.

Yoongi?









Ia membeku



Dan sudut hatinya













Sakit.

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 104K 56
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2.4M 120K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
1M 73.2K 38
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
2.4M 131K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...