Anak Dukun

By naiqueen

26.8K 1.4K 235

pekerjaan ayahku memang masih sedikit lebih mulia dari para koruptor berkedok wakil rakyat di Senayan. Tapi i... More

Anak Dukun

26.8K 1.4K 235
By naiqueen

Hisss....gara-gara baca cerita dongeng calon arang aku jadi kepikiran buat nih cerita gak jelas...

ya sudahlah...dari pada bengong kan mendingan buat one shoot story aja.

selamat menikmati all reader.


Mungkin seumur hidupku aku harus –terpaksa- menjomblo.

Itu tidak mustahil selama aku tetap memakai nama belakang keluarga sialan ini.

Almero Pradipta.

Aku bahkan punya kepanjangan dari nama belakangku itu.

PRADIPTA.

PeRAnakan Dukun Indonesia Paling TAmpan.

Setiap kali –dan selalu- aku menyebut nama itu maka orang akan langsung menghubungkannya dengan ayahku.

Oke, beliau bukan pengusaha terkaya di Indonesia. Sama sekali bukan.

Bukan juga Aktor sesenior Roy Marten yang memang sudah terkenal dari sono-nya.

Dan pekerjaan ayahku memang masih sedikit lebih mulia dari para koruptor berkedok wakil rakyat di Senayan.

Tapi itu benar-benar membuat aku menderita selama hampir dua puluh tahun usiaku ini.

Karena apa?

KARENA AKU ANAK DUKUN.

Bagaimana nggak menderita kalau setiap kali mau dekat dengan cewek reaksi yang kuterima adalah ekpresi-ekpresi takut dan ngeri.

Dan langsung saja bisik-bisik kejam-pun beredar dibalik punggungku begitu aku berbalik.

Sekedar ilustrasi saja:

Cewek 1 : Dia memang ganteng…tapi dia anak dukun.

Cewek 2 : Trus kenapa?.

Cewek 1 : Loe nggak takut kena pelet? Nggak takut kalo ternyata wajah gantengnya Almer ternyata karena dia dipasangin susuk sama bapaknya? Ntar kalo elu nikah sama dia baru ketahuan kalo dia itu aslinya nggak setampan itu, bête kan…mendingan nggak usah deh”

Cewek 2 : Tapi kan lumayan kalo buat iseng-iseng.

Cewek 1 : “Gila loe…elo mau disantet sama bokapnya almer, kalo ketahuan maen-maen sama anaknya…mending kalo perut elu cuma dimasukin paku sama rambut doang…kalo dimasukin baskom sama kain pel gimana! Elo mau?”
Cewek 2 : menggeleng ketakutan.

Cewek 1 : “Makanya…gak usah deket-deket ama almer”.

Cewek 2 : Manggut-manggut nurut.

Bener-bener gosip yang kejam kan!!.

Kayak aku nggak denger aja.

Apa maksudnya coba dengan wajahku ini ganteng cuma karena dipasangin susuk…shit….ini beneran asli. Dari segi manapun aku cowok ganteng dengan nilai ketampanan rata-rata 10. Sempurna. Atau mungkin –hanya- nyaris.

Tapi itu dulu.

Sejak dua minggu yang lalu semuanya berubah.

Semua berkat kehadiran seorang cewek super resek yang mengacak-acak hidupku seenak udelnya.

Aku sedang melangkah di sepanjang koridor ruang demi ruang di kampusku ketika melihat siluet tubuhnya yang khas itu muncul dari ujung koridor yang berseberangan dengan tempatku berdiri. Terlambat bagiku untuk kabur atau sembunyi pada salah satu ruangan kosong. Dia sudah melihatku dan langsung tersenyum lebar dan mulai melangkah setengah berlari kearahku. Setengah berlari itu nggak tepat, dia benar-benar berlari dan menghambur kearahku.

“Sayaaaaaaang….” Serunya kencang kedua tangannya langsung menggayuti lengan kiriku.

Siapkan obat sakit kepala, aku mulai migrain.

Aku kembali meneruskan langkahku dengan separuh menyeret anggota tubuhku yang terasa berat karena diberati oleh tubuhnya.

“Eh sayang….kita kekantin yuk…aku mau makan arem-arem…kamu tau sendirikan selama tinggal di Jersey aku nggak pernah makan itu..tadi putri kasih keaku enak loh…”

“Tanpa kamu kasih tau juga aku sudah tau arem-arem itu enak” sahutku tak acuh.

“Oke, jadi kamu mau!”

Aku menoleh kearahnya “Siapa yang bilang aku mau arem-arem, minggir sana…aku mau pulang”

“Pulang?” matanya yang bulat menatapku heran “Pulang kerumah kamu maksudnya, waahhhh…aku ikut ya..aku mau ketemu sama papa dan mama mertua....”

Aku memelototinya dengan geram.

Sedangkan dia mengacuhkan begitu saja wajah teraniaya hmm…maksudku terganggu karena tingkah lakunya yang aneh itu.

Tapi mungkin ini satu-satunya cara untuk membuatnya menjauh dariku “Boleh, asal kamu tau bapakku itu dukun loh…”

Dahinya mengernyit keheranan “Dukun?”.

Hisss….aku lupa dia kan besar di Amerika dia pasti nggak tau apa itu dukun…

“Paranormal maksudku...kalo kamu mau ngebuat orang sakit, mati, cacat atau jadi gila datang tuh ke bapakku” aku tersenyum ramah sementara hatiku terkekeh, yakin kalau sebentar lagi dia pasti ketakutan dan menjauh dariku.

“Wow…that great”

APPPAAA…..!!!!!.

“Aku juga denger dari anak-anak katanya papa kamu yang bikin wajah kamu jadi ganteng kayak gini ya?” dia mengatakannya sambil mencubiti kedua pipiku dengan gemas “Aku juga mau jadi lebih cantik lagi…dan” dia melepaskan cubitan diwajahku untuk meraih leher tshirt yang dipakainya melihat sesuatu yang ada dibaliknya “Dadaku juga kecil…kira-kira papa kamu bisa ngebesarin juga nggak ya?”

Astaga!! Dia pikir bapakku dokter bedah plastik apa?.

Argghh..masa bodohlah aku mau pulang. Aku tidak memperdulikannya lagi dan memilih untuk melanjutkan langkah kakiku kearah parkiran kampus tempat dimana aku memarkir motor.

“Sayang jangan cepet-cepet ah…”.

Suara manja itu lagi. Aku bener-bener muak, aku berbalik dan menatapnya dingin “Pulang sana kerumahmu sendiri…aku nggak sudi diikuti bule aneh dan gak jelas kayak kamu”

Talisa memang indo. Indonesia maksudnya.

Dengan kulit putih nyaris kemerahan penampilannya semakin mencolok dengan warna rambutnya yang sengaja di cat coklat perunggu…setiap kali aku jalan dengannya maka semua mata laki-laki memandang iri, dan bertanya-tanya bagaimana bisa cowok paling nggak laku dikampus ngegaet cewek secantik Talisa.

Dan gosip jahat lagi-lagi beredar di belakang punggungku…didengungkan bersahut-sahutan dikantin kampus oleh mahasiswa lainnya, kalau aku telah berhasil mewarisi ilmu pelet tingkat tinggi dari bapakku.

Bener-bener tai kebo.

“Aaaaaa…..sayang aku mau ikuuuutttt…” bibir tipisnya mengerucut membentuk ekpresi ngambek yang..hmm..imut.

Kepalaku langsung pusing melihat wajahnya yang seperti itu “Terserah kamulah..” sahutku geram.

“Almer-ku memang paling baik deh” katanya sambil kembali menggandeng tanganku.

Hisss….masa bodohlah dengan gosip-gosip sialan itu….terserah dengan puluhan cowok-cowok yang iri dengan keberuntunganku. Anggap saja ini bonus atas penderitaanku selama ini.

Kami melangkah bersebelahan dibawah terik matahari siang menuju keparkiran, diiringi tatapan berpuluh-puluh pasang mata yang mengiringi kepergian kami. Aku baru saja hendak menghidupkan motor, ketika jendela mobil jazz putih yang terparkir tepat disebelah motorku terbuka, seraut wajah tampan milik cowok yang selama ini ngaku-ngaku sebagai Pangeran kampus muncul dari balik jendela.

“Hai Talis…mau kemana?” sapanya ramah.

“Hei…Dito, ini nih aku mau ikut Almer kerumahnya ..mau kenalan sama papa dan mama mertua he he..”

Tatapan antagonis Dito kemudian tertuju padaku, walau aku tak melihatnya secara langsung karna aku berdiri memunggunginya aku tau karena melihatnya dari kaca spion motorku. Aku yakin dia mau cari ribut denganku.

“Kerumah Almer!” serunya “Nggak salah?”.

“Memang kenapa?” Talisa masih bertanya dengan tampang bego’ nya yang nggak ketulungan itu.

“Bapaknya kan dukun! Ntar kamu kenapa-kenapa…atau malah mungkin selama ini kamu justru udah kena pelet sama dia” Dito tersenyum memuakkan sambil menatapku.

Aku menoleh dan menatap kearah mereka berdua nyaris tanpa memperlihatkan ekpresi berarti dari wajahku.

Bohong kalau aku nggak marah dengan kalimatnya barusan…aku sangat ingin menghajar wajahnya yang sok ganteng itu tapi sejak dulu aku selalu menyadari setiap amukan emosi kecil yang kuperlihatkan pada orang lain justru akan membuat gosip-gosip mengenai diriku sebagai anak dukun semakin meluas dan tak terkendali persis kayak kebakaran di Tambora.

Saat aku sedang berusaha menekan emosiku yang terjadi pada Talisa adalah kebalikannya.

Talisa murka.

Dengan gerakan kilat dia menarik rambut jabrik Dito dan membenturkan kepalanya kejendela mobilnya yang terbuka.

Aku melongo melihat reaksinya itu.

Dito meraung kesakitan sambil memegangi bibirnya yang berdarah dan membengkak jadi persis kayak bebek.

“Itu harga yang pantas banget buat cowok bermulut jahat kayak kamu” maki Talisa dengan suaranya yang kini terdengar kejam…tak ada lagi rengekan manja seperti yang biasa dilakukannya setiap kali ada didekatku.

“Almer memang anak dukun, so what!!” dia menatap pada orang-orang yang mengelilingi kami dengan tatapan penuh kemarahan “Aku suka Almer apa adanya…bukan karena dipelet atau kekonyolan yang kalian pikirkan oleh otak ber IQ jongkok milik kalian itu…”

Ups…kurasa itu agak kelewatan….berpuluh-puluh pasang mata menatap benci pada Talisa.

“Kenapa nggak suka loe?” tantangnya pada seorang cewek yang langsung berbalik ketakutan karena ketahuan mencibir kearah Talisa.

“Kalo nggak suka lapor polisi sana…yang jelas aku bisa pastikan kalo aku bisa bikin justru kalian yang masuk penjara”

“Sombong banget lu” Dito berkata marah dengan tangan masih menutup mulutnya yang berdarah-darah…

Talisa tertawa mencemooh “Jelaslah….Kapolri kan kakek gue…kenapa loe? Kaget?jangan cuma bisa kaget…mati sana sekalian”.

Aduuuuhhh….lama-lama nih cewek bisa kena amuk masa juga, aku harus melakukan sesuatu. Cepat kugamit tangan kanannya membuatnya menoleh, saat menatapku bisa kulihat matanya mulai berkaca-kaca.

Aku memasangkan helm cadanganku kekepalanya “Ayo kita pulang” ajakku menyeratnya untuk segera naik kemotorku dia menuruti permintaanku tanpa membantah…begitu mesin motor hidup aku segera memacunya untuk berlalu dari kerumunan didepan kampus kami.

“Sudah jangan nangis” aku berkata padanya sambil menyodorkan segelas es lemon tea kehadapannya, saat ini kami berdua berada diruang santai rumah milik keluargaku“Kalo berani menghajar orang jangan dirusak pake nangis juga dong”

“Aku kesel!” katanya.

“Kenapa?”.

“Karena kamu nggak membela diri diperlakukan begitu”.

“Untuk apa? Gosip-gosip malah akan bertambah banyak aklau aku melakukannya” aku menyahuti getir, mencoba untuk tidak terlalu menunjukkan emosiku dihadapannya.

Bisa kurasakan arah pandangannya tertuju kepadaku, tapi saat ini aku enggan untuk balas menatapnya. Aku yakin semuanya akan kacau kalau aku melakukannya.

Bisa-bisa aku memintanya -detik ini juga- untuk jadi pacarku.

Ya….aku luluh dengan pembelaannya tadi.

“Mana papa dan mamamu?” tanyanya kemudian.

“Bapakku sedang mengobati pasiennya di Singapura…Ibuku sedang arisan dirumah temannya”.

“Oh…”

Sialan…aku baru sadar kalau kami hanya tinggal berdua saja dirumah ini. Semoga dia tidak melakukan tindakan macam-macam yang bisa membuat aku tergoda.

“Boleh aku bertanya?” katanya memecah kebisuan disekeliling kami.

Aku menoleh untuk menatapnya..hanya sekilas. “Silahkan”

“Kamu masih ingat sejak kapan kamu jadi bulan-bulanan orang karena kamu anak dukun?”.

Shit…untuk apa dia menanyakan itu.

Aku benar-benar nggak sudi mengingat bagaimana hal-hal buruk ini mulai terjadi padaku. Semuanya hanya akan mengingatkan aku pada seorang ‘teman’ berjiwa setan yang menjadi penyebab semuanya. Teman yang sudah melakukan kejahatan besar padaku tapi tak bisa membuatku merasa benci padanya.

Tiba-tiba saja Talisa merapatkan tubuhnya ketubuhku…memelukku dari samping dan merebahkan kepalanya dibahuku.

Dia ini. Apa dia tidak berpikir aku bisa gila kalau dia melakukan ini lebih lama lagi.

“Maafkan aku” bisiknya ditelingaku.

Dahiku berkerut “Untuk?”

“Menjadi penyebar gosip kalau kau anak dukun….dulu..”.

Aku menatapnya seakan-akan bagai dia mengatakan kalau dia telah menaruh bom mikron didalam otakku dan sebentar lagi akan meledakkannya.

“Apa maksudmu?” tanyaku ragu…”Kau bukan diakan…?”

Dia menarik kepalanya dari bahuku untuk menatap lurus kedalam mataku “Kau tidak mengingatku lagi ya…” katanya sedih.

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya”

Dia mengangguk lemah “Aku Talisamira Alena…teman masa kecilmu yang pindah saat masih kelas tiga SD”

“Mira..” aku menyebutkan nama gadis sialan itu.

Dia mengangguk.

Oke, kepalaku benar-benar mau pecah sekarang.

Rasanya aku mau meledak oleh rasa amarah mendengarnya mengakui siapa dirinya yang sebenarnya dihadapanku.

“Oh! Shit!” seruku linglung “SIALAN….”

“Maafkan akuuuu…” pintanya memohon dengan sangat “Aku tau apa yang kulakukan dulu jahat, tapi aku harus melakukannya..”.

“Kau kejam” bisikku gusar..entah kenapa aku justru tak bisa mengamuk dihadapannya…aku memang marah… tapi aku juga senang….

Dia mengerucutkan bibirnya lagi “Maaf Almer tapi aku terpaksa…benar-benar terpaksa…”

“Hal terpaksa macam apa yang membuatmu tega menyebarkan kalau Bapakku dukun santet…” geramku sambil menatapnya tajam.

Dia menundukkan kepalanya…entah kenapa bagiku dia terlihat sedang salah tingkah…

“Aku…”.

“Apa?”.

“Aku nggak mau kau direbut orang lain…kau kan sejak kecil sudah ganteng dan pintar…semua cewek suka sama kamu….kalau aku pergi kamu pasti akan melupakan aku dan pacaran dengan banyak cewek…aku nggak tahan mikirin itu…”

Rasanya aku mau terbahak mendengar pengakuannya yang mampu membuat hatiku seketika terasa hangat “Dasar aneh! Saat itu kitakan masih kecil…”.

“Tapi aku hanya mau kamu jadi milikku”

 Hisss….siapa yang nggak luluh coba dengan pengakuan semacam itu, hanya orang gila kurasa.

“Jadi kau mau memaafkan aku nggak?” tanyanya penuh harap.

Tanpa membuat perhitungan dulu! “NGGAAAAK…” .

“Almeeerrr….please maafkan aku ya..ya..ya..!”

“Aku bilang nggak ya nggak!! Kecuali…”.

Matanya membesar oleh rasa antusias “Apa…apa…?”.

Aku tersenyum. Licik. Benakku mengingat-ingat hukuman yang selalu kulakukan setiap kali dia salah mengerjakan PR matematikanya dulu.

Aku merapatkan ujung jari tengah tangan kananku ke ujung ibu jariku “Ini..” kataku sambil mengajungkan tangan kananku kedepan wajahnya.

Dia menatapku dengan mata membelalak kemudian dia tertawa mencemooh “C’mon kita bukan anak kecil lagi kan?”.

“Terserah mau apa nggak” sahutku lagi.

“Iya..iyaaaa…” dia memejamkan matanya mengangkat poni yang menutupi dahinya dengan tangannya yang lain.

Talisa, benar-benar cewek bego’ yang menggemaskan.

“Siap-siap ya” kataku bersemangat.

“Iyaaaaa…..cepetan ahhh…pelan-pelan ya awas kalo sampe merah”

“Oke!” aku menyahuti kebawelannya dengan tenang merapatkan jemariku kedahinya…mengukur jarak yang pas untuk mendaratkan jepretan dari jariku kedahinya yang lebar….disaat yang sama mataku membentur sesuatu yang lebih menarik dari dahinya dan tanpa sadar…begitu saja aku mendaratkan bibirku keatas bibirnya.

Benar-benar gerakan singkat tapi berefek besar.

Hatiku bagai meledak…dan dia…dia masih memejamkan matanya rapat-rapat….terdiam  ..bagai boneka yang sempurna.

Hisss…sial…kalau dia membuka matanya kejadian .ini bisa membuat aku salting…

Dan benar saja….telat…telat sekali bagiku untuk kabur darinya…Talisa membuka matanya dan menatapku melongo. Sedetik kemudian dia berteriak keras tepat didepan telingaku.

“KYAAAAA…..KAU MENCIUMKU….”

“BERISIK….” Aku balas berteriak.

“Kau menciumku…kau menciumku….kau menciumku…” dia mengulang-ulang kalimat itu bagai menyenandungkan sebuah balada, tapi ditelingaku terdengar lebih mirip dengan tuduhan telah melakukan kejahatan besar.

“Lalu kenapa?” aku menatapnya menantang dengan geram.

Dia tersenyum lalu memutuskan segalanya dengan seenak hatinya

 “Jadiiiii…..mulai sekarang kau pacarku…”..

Hisss….mungkin aku akan suka status baruku itu. Mungkin!.

“JAWAB AKU ANAK DUKUN” dia berteriak dengan sengaja ditelingaku.

Dengan geram aku merengkuh lehernya dengan lenganku “IYAAAA…..” balasku keras-keras tepat ditelinganya “MENANTU DUKUN”.

THE END

Continue Reading

You'll Also Like

5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
844K 57.1K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...