Bulletproof [BTS]

By cinderellan

75.1K 6.6K 377

WINNER OF WATTYS 2018; THE REVISIONIST. "The karma train will come run to you over." All BTS' members as the... More

1. INTRO
2. FIRST CASE
3. KIDNAP
4. SUSPECT 0.1
5. INTERROGATION
6. RUNAWAY
7. DNA 0.1
8. "I HEARD..."
9. SKETCH
10. DNA 0.2
11. GSR
12. LOCATION DETECTED
13. INTERCEPTION
14. SUSPECT 0.2
16. CAUGHT IN A LIE
17. MIANHAE
18. FIND YOU
19. BE ALRIGHT
20. CHANGED - END
THANK YOU!
Another Thank You!
The Casts
!!!

15. REVEALED

1.7K 251 5
By cinderellan

[ run ]

"Selama ini instingku benar."

Ucapan Hyunjae membuat beberapa rekannya menoleh kearahnya.

Seluruh agen tengah berkumpul di ruang rapat untuk membahas tersangka baru mereka.

"Tapi bagaimana bisa hakim yang terhormat itu ternyata dalang dari semua kejahatan ini?" tanya Jieun yang masih tidak percaya.

"Tentu saja bisa. Semua ini demi uang atau kesenangan sendiri bagi dirinya." jawab Hyunjae.

"Hakim Min sedang dalam perjalanan kemari." ujar Hoseok yang baru saja memasuki ruang rapat.

Semuanya terdiam.

Hyunjae segera membuka suara, "Namjoon-ssi, kita harus segera meminta surat penggeledahan."

Namun lawan bicaranya masih diam seribu bahasa.

Namjoon tidak banyak berbicara sejak ia melihat rekaman CCTV beberapa saat yang lalu.

"Namjoon-ssi?"

"Nde?"

"Kau baik-baik saja?"

"Eoh, aku baik-baik saja. Kau bicara apa tadi?"

Hyunjae menghela nafas.

"Kita harus segera meminta surat penggeledahan."

"Oh geurae."

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

- Ruang Introgasi -

"Kalian serius? Sangat lucu. Hah. Seorang hakim yang sangat agung ini secara tiba-tiba dipanggil untuk di introgasi? Yang benar saja!" hakim Min Yoongi tak henti-hentinya memprotes kepada semua orang.

Sangat berisik.

Bagaimana bisa seseorang yang ahli dalam bidang hukum bersikap seperti ini?

Setelah itu, Namjoon yang ditemani Hyunjae masuk ke dalam ruang introgasi.

"Kalian! Apa maksudnya semua ini?!" Hakim Min murka.

"Hakim Min. Silahkan duduk." ucap Namjoon mencoba sopan.

"Aku mau pengacaraku sekarang!" perintahnya.

"Baiklah. Tapi setelah kau menjelaskan ini pada kami." Namjoon tak kalah tegas.

"Hakim Min, ini dirimu bukan?" tanya Hyunjae setelah menunjukkan potongan rekaman CCTV.

"Tch. Jadi kalian membawaku kesini hanya untuk menunjukkan ini? Tentu saja ini bukan diriku. Lihat saja. Kami berbeda!" teriaknya.

"Kau yakin? Menurut penganalisa wajah, ini adalah dirimu."

Hyunjae dan Namjoon sangat tenang menghadapi lawan mereka.

"Ya! Untuk apa aku disana?"

"Kau yang jelaskan kepada kami." jawab Hyunjae santai.

"Dengar," hakim Min menarik nafas sebelum melanjutkan pembelaannya.

"Untuk apa aku berdiri disana? Di depan sebuah gedung kosong? Tch. Aku tidak mungkin melakukan itu!" hakim Min meninggikan intonasinya di kalimat akhir.

Hyunjae tersenyum puas.

"Baiklah." lalu Hyunjae mengeluarkan dua foto namja berbeda.

"Apa kau mengenal pria-pria ini?" tanya Hyunjae lagi.

Hakim Min memperhatikan dua foto tersebut.

Pandangannya terus berubah-berubah.

"Aku tidak kenal." jawabnya datar.

"Kau yakin?" tanya Namjoon.

"Tentu saja." jawab hakim Min dingin.

"Lantas mengapa kau selalu menolak tuntutan kami kepada tersangka Jeon Jungkook? Padahal bukti-bukti yang kami temukan sudah sangat jelas." tanya Hyunjae lagi.

"Sangat jelas? Hah, jadi gara-gara itu kalian membawaku kesini dan menuduhku yang tidak-tidak?" ia tertawa.

"Dengar, aku adalah hakim agung dan menurutku kasus yang kalian tangani ini tidak ada titik terangnya. Lagipula, semua gadis yang diculik juga sudah kalian temukan bukan beberapa bulan yang lalu? Lalu, kemarin juga kudengar kalian telah membebaskan gadis yang lain bukan?" jelas hakim Min panjang lebar.

Tanpa hakim Min sadari, gerak-geriknya selalu diperhatikan oleh Hyunjae.

"Baiklah kalau begitu." Hyunjae menatap Namjoon memberi sebuah kode.

"Tak ada pertanyaan lagi? Baik. Aku selesai." ujar hakim Min.

Ia beranjak dari tempat duduknya.

"Anda tidak berhak meninggalkan ruangan ini tuan Min."

"MWO? YA!" bentak hakim Min.

Namjoon dan Hyunjae meninggalkan ruangan tersebut tanpa menghiraukan sumpah serapah dari hakim Min.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

[ Namjoon's POV ]
"Sudah jelas bukan kalau ia merasa terancam?" ucap Hyunjae setelah kami keluar dari ruangan introgasi.

"Tentu saja."

"Padahal aku tidak menyebutkan bahwa gedung yang di sekitar potongan rekaman tersebut adalah gedung kosong. Bukankah ini cukup jelas?"

Aku berpikir.

"Hyunjae-ah, kita harus ke kantornya."

Setelah mendapatkan surat penggeledahan, aku dan Hyunjae segera menuju ke kantor hakim Min.

Sesampainya disana, sekretaris hakim Min dan para pekerja lain terkejut atas kedatangan kami.

Aku dan Hyunjae datang bersama beberapa petugas dari kepolisian.

"Aku akan memeriksa dokumen ini." ucap Hyunjae.

Aku mengangguk.

Sementara aku memeriksa isi laci meja kerja hakim Min.

"Tidak ada yang patut dicurigai." ujar Hyunjae masih membolak-balik tumpukan dokumen di atas meja kerja hakim Min.

Aku mengeluarkan seluruh benda yang ada di dalam laci.

Tidak masuk akal.

Aku menemukan tempat tersembunyi di dalam laci ini.

"Lihat."

Hyunjae segera mendekat kepadaku.

"Senjata api ini sesuai dengan kaliber yang Jieun periksa. Aku rasa ini adalah senjata yang hilang itu." Hyunjae segera memotret pistol itu di tempatnya.

Kemudian mengambil pistol tersebut untuk dijadikan barang bukti.

Aku kembali memeriksa setiap sudut ruang kerja itu.

"Aku rasa sudah cukup. Tidak ada yang patut dicurigai lagi." ujarku.

"Bagaimana dengan itu?" tunjuk Hyunjae ke CCTV yang ada di dekat pintu masuk.

Aku segera memanggil petugas untuk memeriksa CCTV di ruangan ini.

Sangat disayangkan ternyata CCTV tersebut tidak berfungsi.

"Aku tidak yakin." Hyunjae segera merogoh ponsel-nya.

"Hoseok-ssi, kau sudah disana?"

...

"Bisa kau periksa apakah disana ada rekaman CCTV?" tanya Hyunjae lagi tanpa menghiraukanku.

Benar-benar. Siapa leader disini sekarang?

"Kau yakin?"

...

"Baiklah." Hyunjae mengakhiri panggilan teleponnya.

Aku diam sambil terus menatap Hyunjae.

Ia menghela nafas.

"Benarkan? CCTV ini berfungsi. Kamera ini tersambung ke perangkat di rumah hakim Min." jelas Hyunjae.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Zaman sudah semakin canggih. Dan lagi, hakim Min adalah orang yang licik. Kita harus berpikir jauh untuk berhadapan dengan orang seperti itu."

"Tapi bagaimana bisa benda itu menyambung hingga ke rumahnya?" tanyaku.

"Wi-fi. Kamera tersebut tersambung koneksi wi-fi. Hoseok sudah mematikan benda tersebut." jawab Hyunjae.

"Bisa kau ambil kamera itu? Kita harus membawanya ke Hoseok." pinta Hyunjae.

Aku segera meminta peralatan kepada petugas dan mengevakuasi kamera tersebut.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

[ Jieun's POV ]
"Terima kasih." ucapku kepada salah seorang petugas.

Hyunjae dan Namjoon berhasil menemukan pistol yang selama ini aku cari.

"Sidik jari." gumamku saat melihat ada sidik jari pada pistol tersebut.

Aku segera memeriksa sidik jari tersebut.

Aku yakin kalau itu milik hakim Min.

Namun lebih baik tetap diperiksa bukan?

"Kerja bagus, Jieun-ssi." pujiku terhadap diri sendiri.

Disaat aku akan memberikan hasil pemeriksaanku kepada Namjoon, aku tidak sengaja melihat seseorang yang sangat aku kenal berjalan menuju ruang introgasi.

"E-eomma?"

Apa yang eomma lakukan disini?

Aku mengikuti kemana eomma pergi.

Sampai pada akhirnya aku melihat ia memasuki ruang introgasi.

"A-apa yang terjadi?!"

Sungguh aku sangat bingung.

Apa yang terjadi? Mengapa eomma-ku berada disini?

Aku segera masuk ke ruangan khusus petugas.

Seorang petugas di dalam sana tersentak saat melihatku masuk secara tiba-tiba.

"Agen Jieun, mianhae. Tapi Anda tidak boleh berada disini." ucap petugas tadi.

"Wae? Aku petugas disini, ini kantorku. Kau tidak berhak melarangku." bentakku.

Kemudian aku melihat dari kaca.

Eomma-ku duduk berhadapan dengan tersangka. Jeon Jungkook.

"Agen Jieun, ini perintah Agen Namjoon. Kau tidak boleh berada disini." petugas itu terus memperingatkanku.

Aku tidak menghiraukannya.

Aku membeku saat melihat dua orang dihadapanku berinteraksi.

Seseorang tolong jelaskan padaku apa yang terjadi?

"Jeongguk-ah, eomma sudah menemukan pengacara untukmu." eomma bersuara.

A-apa? Aku tidak salah dengar kan?

"Untuk apa kau melakukan itu? Aku tidak butuh." balas Jungkook dingin.

Y-ya Jeon Jungkook! Berani-beraninya kau berbicara seperti itu kepada eomma-ku!

"Aku melakukan ini karena aku merasa harus bertanggung jawab-" eomma terisak.

Sungguh aku tidak tahan lagi.

Tiba-tiba pintu di belakangku terbuka.

"J-Jieun? Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya.

Aku meremas kertas yang sedari tadi kugenggam.

"Wae?" teriakku. "Kenapa kau tega melakukan ini kepadaku, sunbaenim?"

"A-aku tidak mengerti-" Namjoon terbata-bata.

"Kau sengaja menyembunyikan ini dariku bukan? Ani-" hentiku sejenak.

Air mata sudah menumpuk di mataku.

"Kalian sudah lama menyembunyikan hal ini bukan?" sambungku.

"Jieun-ah, aku tidak bermaksud seperti itu."

"Lalu mengapa kau memerintahkan petugas itu untuk melarangku melihat mereka!" bentakku.

Namjoon terdiam.

Aku tidak tahan lagi.

Aku segera keluar dari ruangan tersebut dan masuk ke dalam ruangan sebelah.

"J-Jieun?" eomma terlihat sangat terkejut melihatku yang sudah menangis.

"Kalian sudah selesai." ucapku.

Lalu aku membawa eomma keluar dari ruangan tersebut.

Aku bahkan tidak berani menatap Jungkook.

Aku tidak mengerti dengan perasaanku sekarang.

Semuanya sangat membingungkan untuk saat ini.

Aku membawa eomma-ku ke dalam ruang kerjaku.

Hyunjae yang sedang bekerja di dalam sana tersentak saat melihat diriku dan eomma-ku.

Tanpa kuminta, ia meninggalkan ruangan tersebut untuk memberiku dan eomma ruang privasi.

Aku menarik nafas dan berusaha menguasai diriku lagi.

"Jieun-ah, maafkan eomma."

"Eomma tidak perlu meminta maaf-" ucapku. "Tolong eomma. Jelaskan semuanya kepadaku. Semua ini membuatku bingung."

"Baiklah. Eomma tidak akan merahasiakan lagi hal ini kepadamu. Eomma yang meminta kepada rekan-rekanmu untuk merahasiakan hal ini. Kau jangan marah kepada mereka, marahlah kepada eomma."

Aku kembali terisak.

Kemudian eomma menceritakan semuanya kepadaku bahwa Jungkook adalah kakak kandungku.

Sungguh aku sangat tidak terima.

Bagaimana bisa seorang kriminal keji itu adalah kakak kandungku?

Baiklah, aku juga tidak terlalu begitu tahu tentang kakak kandungku.

Mengingat aku dan dia sudah terpisah sejak kecil.

Yang aku tahu hanyalah ia bernama Jeongguk dan ia tinggal bersama appa-ku.

"Jieun-ah, eomma tahu kau akan marah namun ia adalah kakakmu. Jeon Jeongguk dan Jeon Jungkook adalah orang yang sama."

Aku menggelengkan kepalaku.

"Andwae. Andwae!"

"Hyunjae, rekanmu itu sudah memeriksa berkali-kali DNA eomma dan Jeongguk. Hasilnya kami sedarah. Ia anak eomma, kakakmu."

Eomma terus meyakinkanku.

"Tidak. Ia bukan kakakku." aku menghapus air mataku dan beranjak dari tempat duduk.

"Hari sudah semakin sore, eomma pulanglah. Aku tidak akan pulang hari ini." ucapku kemudian meninggalkan eomma sendirian di ruanganku.

Jujur aku tidak bisa menerima kenyataan ini.

Tidak mungkin namja itu adalah kakak kandungku.

Aku harus mencari bukti lebih.

Ia bukan kakakku.

Aku merasakan benda di balik kerah bajuku.

"Aku harus menemuinya."

[ stay ]

Continue Reading

You'll Also Like

178K 62.4K 90
"Akan kubuktikan kalau aku, bukan orang yang lemah dan kalah!" ~Dari Galan, seorang anak miskin yang akan mengubah wajah Bangsa Indonesia. Langsung b...
277K 15.7K 45
[ 𝐛𝐭𝐬 𝐭𝐡𝐞𝐨𝐫𝐲 𝐚𝐧𝐚𝐥𝐲𝐬𝐢𝐬 ] - from this chapter. our story began. welcome to hyyh universe. it's danger. cause when you into this univer...
5.5K 1.2K 33
[ғᴛ. ᴄʜᴏɪ ʙᴇᴏᴍɢʏᴜ] Tuhan selalu mengirimkan malaikat penolong untukku, kemudian di saat aku sembuh, Dia mengambilnya kembali. Apa begini cara hidup...
26.1K 3.1K 16
"Mas Yogi, kita punya tetangga baru kayanya." - Mila. |"Hmm. . Lumayan hantarannya tuh!" - Yogi. . . Universe kesekian Yogi - Mila dan Tetangga baru...