Lost Mind [TAMAT]

By Youngsseagull

117K 16.5K 1.8K

Aku hanya ingin kau tetap berada di sisi ku. Copyright ©Youngsseagull #5 Febuari 2017 More

Prolog
1. Doubt
2. Selfish
3. I'm Freeze
4. Secret
5. What Happen?
6. Your Laugh
7. Difficult
8. Hurt
9. Worried
10. Love
11. Glad
12. Lucky
13. Happiness
14. Heart Beat
15. Tired
16. Regret
17. Puzzle
18. Frozen Heart
19. Miss
20. Guardian Angel
21. Unbelievable
22. Can't
23. I Think
24. Protect
25. Him
26. Atmosphere
27. How Can?
28. Together
30. Sorry
31. Impossible
32. Change?
33. Tae's
34. The Memory
35 - Thank You
36. Thank You and I'm Sorry
37. The Cat Turned Into Wolf
38. Please
39. Happy Ending?
40. Why?
41. Don't Wanna Cry
42. She's Back
43. Can Smile
44. Plan
45 - Mine
46. Nayoung
47. Impossible
48. The Truth
49. Miss you
50. Warm
51. Same Word
52. Wall
53. His Feeling
54- Feeling again
55. Jeon's Family
56. Appa
57. Birthday Gift (END)
Epilog
Petrichor

29. Jeon's

2.3K 317 14
By Youngsseagull

Yoo aku datang :)

Happy reading yaaa, baca pelan-pelan aja terus di hayati yaaa wkwk

-***-


Jungkook terlonjak dari tidurnya. Napasnya terengah-engah, keringat menetes dari dahinya. Matanya bergerak gelisah, bibirnya juga bergetar. Pria itu mendesah pelan kemudian ia memejamkan matanya.

Setelah sekian lama, mimpi itu datang lagi. Semenjak Yeri datang ke rumahnya dan menenangkan dirinya, tak pernah sekalipun ia bermimpi hal-hal yang membuatnya kepalanya berdenyut sakit.

Tapi sekarang, mimpi itu datang lagi. Seolah tak memberikan ruang untuknya mendapatkan ketenangan.

Mimpi yang sama dengan 2 bulan lalu. Suara teriakkan, pecahan kaca, klakson mobil, dan ledakan. Semuanya menjadi satu.
Jungkook membuka matanya perlahan, ia menoleh pada seseorang yang berdiri di dekat jendela kamarnya.

Kim Mingyu.

Pria itu tengah memandangnya dengan raut wajah khawatir, Jungkook mengabaikan pandangan itu dan berjalan menuju lemarinya untuk mengambil seragam dan ia melanjutkan langkahnya ke kamar mandi.

Setelah 20 menit ia menyelesaikan ritual mandinya, Jungkook berjalan keluar kamar mandi lengkap dengan seragam yang terpasang ditubuhnya.

Tangan kanannya ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah, setelah itu ia melempar asal handuknya.

Mingyu masih disana, ia duduk diatas kasur Jungkook. Namun, Jungkook tak memedulikan keberadaan saudaranya itu. Pria itu lebih memilih untuk membereskan buku-buku yang akan ia bawa ke sekolah daripada menyapa saudaranya.

Bukannya tak sopan atau apa, hanya saja suasana hatinya sedang tak baik saat ini karena mimpi itu menghantuinya lagi. Maka dari itu Jungkook mengguyur kepalanya lebih lama dari biasanya.

Dengan sabar Mingyu menunggu saudaranya, tapi melihat Jungkook yang seperti sekarang membuatnya sadar bahwa tak ada tanda-tanda Jungkook akan berbicara padanya.

Pria bermarga Kim itu menghela napasnya, "Jeon Jungkook ada apa dengan dirimu?"

Jungkook berhenti melakukan aktivitasnya untuk beberapa saat, kemudian ia kembali memasukkan buku yang telah ia siapkan ke dalam tas.

"Jungkook aku bicara padamu." Ucap Mingyu kali ini ia meninggikan suara dari sebelumnya.

Jungkook masih tak mengeluarkan suaranya, hal itu membuat Mingyu geram dan memekik.

"JEON JUNGKOOK!"

"Aku tak apa, sekarang keluar dari kamarku dan pergi sarapan. Aku akan menyusul." Balas Jungkook dengan wajah tanpa ekspresi.

Tangan Mingyu terkepal, ia berusaha untuk menekan emosinya. Sejenak ia menghembuskan napasnya kasar, "Terserah." Kata Mingyu cepat dan ia keluar dari kamar Jungkook dengan membanting pintu kamarnya.

Tak tahukah Jungkook bahwa Mingyu itu mengkhawatirkan dirinya? Tapi Jungkook seolah tak mau tahu dan tak menceritakan apapun padanya.

Di dalam kamarnya Jungkook menghela napas berat, ia berdiri di depan cermin dengan wajah yang kebas. Matanya menatap datar pantulan dirinya sendiri, "Jeon... Junghyun?"

"Aku yakin mendengar nama Jeon Junghyun dalam mimpi menyeramkan itu, tapi siapa dia? Mengapa aku memanggilnya dengan sebutan 'hyung'?"

'Jeon Junghyun, apa kau seseorang dari masa laluku?'

-***-


Jungkook menghela napasnya kasar, entah sudah berapa kali ia melakukannya. Matanya terarah pada pemandangan di luar bus. Sebentar lagi bus yang ia tumpangi akan menambah jumlah penumpang, karena halte sudah di depan matanya.

Hari ini Jungkook tak membawa motor ataupun mobilnya, ia memilih untuk naik bus ke sekolahnya.

Bukan karena Mingyu ia melakukannya, hanya saja ia sedang tak ingin membawa kendaraan pribadi ke sekolahnya.

Pintu bus terbuka, hampir seluruh bangku di tempati oleh penumpang yang baru naik.

Tapi mata Jungkook menangkap sosok Kim Yeri yang baru saja naik dan tersenyum padanya. Jungkook tak membalas senyuman itu, ia mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Yeri tak mau ambil pusing. Gadis itu berjalan menuju kursi dibelakang tepatnya disamping Jungkook, karena hanya tempat itu yang kosong.

Selama perjalanan menuju sekolah tak ada yang membuka pembicaraan, mereka sama-sama diam.

Sesekali Yeri melirik Jungkook yang tak pernah mengalihkan perhatiannya dari pemandangan diluar bus.

Meskipun Jungkook tak menunjukkan ekspresinya tapi dari sorot mata yang Yeri tangkap, gadis itu tahu Jungkook tidak dalam suasana hati yang baik. Maka dari itu Yeri tak ingin menganggu Jungkook untuk saat ini.

Ia akan membiarkan pria dingin itu menenangkan hatinya lebih dahulu, baru ia bisa bertanya.

Sampai akhirnya mereka tiba di halte yang tak jauh dari sekolah mereka. Yeri turun terlebih dahulu dan disusul oleh Jungkook.

Gadis itu berjalan sembari bersenandung lagu-lagu yang baru saja ia dengar sebelum berangkat.

Senyuman terpatri di wajahnya.

Sangat jauh berbeda dengan seseorang yang mengekorinya di belakang.

Yeri menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya yang dingin. Sesekali gadis itu menghembuskan napasnya dari mulut untuk menghangatkan tangannya.

Jungkook yang berdiri di belakang Yeri, terus memandang gadis itu. Yeri kedinginan, itulah yang ia lihat saat ini. Jungkook membuang napasnya, lalu menyamai langkahnya dengan Yeri.

Setelah di samping Yeri, pria itu langsung menarik tangan Yeri dan menggenggamnya. Yeri tersentak, ia menoleh cepat pada Jungkook. Pria itu hanya diam dan berjalan disampingnya.

Menyadari di tatap oleh Yeri, Jungkook mengalihkan pandangannya. Ia menatap Yeri seolah bertanya 'ada apa?' Tapi Yeri menggeleng.

Diam-diam Yeri tersenyum, ia senang karena akhirnya Jungkook tak sediam saat mereka di bus. Ditambah lagi tangan Jungkook yang menggenggam tangannya terasa hangat, sungguh kontras dengan tangan Yeri yang dingin.

Ah satu fakta yang Yeri ketahui, Jungkook memiliki hati yang dingin tetapi pria itu juga memiliki hati yang hangat. Sama seperti tangan Jungkook yang mengenggam tangan mungilnya.

Saat mereka mencapai lingkungan sekolah, Jungkook dan Yeri mendadak menjadi pusat perhatian.

Banyak yang menatap mereka kagum, takut dan iri. Saat ini hampir sebagian siswa disekolah itu tahu bahwa perlahan Jungkook bukan lagi si Jeon Jungkook yang dingin, menyeramkan, dan pantas di takuti.

Sekarang pria itu menjadi lebih hangat dan tak semenyeramkan dulu. Pastinya mereka tahu siapa orang yang berhasil membuat es di hati Jungkook mencair sedikit demi sedikit.

-***-

Minhyung dan Eunjung akhirnya bisa bernapas lega. Setelah hampir dua minggu mereka merasa khawatir pada sahabatnya yang menghilang tanpa kabar, sekarang mereka tahu jika sahabatnya baik-baik saja di Busan.

Mereka hanya bisa berdoa, semoga saja di Busan nanti Jungmi dapat menemukan keberadaan kakaknya.

Sejujurnya mereka sedikit kesal pada sahabatnya itu, Jungmi telah absen selama 10 hari dan selama itu pula mereka di buru oleh guru-guru untuk menanyai keberadaan seorang Jeon Jungmi.

Kadang mereka berpikir apakah Jungmi telah bertemu kakaknya lalu bersenang-senang di Busan hingga lupa pada kehidupannya di Seoul?

Tapi mendengar penuturan dari paman berkepala botak, Minhyung dan Eunjung kembali di rundung rasa khawatir bahkan lebih besar dari sebelumnya.

"Sebenarnya Jungmi," buka paman berkepala botak itu, ia memandang manik mata Minhyung yang menatapnya dengan raut gelisah, "Sepertinya ia terlibat kecelakaan dan mengalami amnesia."

"Kau bercanda Lim ahjussi?" Tanya Minhyung dengan sedikit terkekeh, ia tak percaya pada ucapan si paman berkepala botak itu. Tak mungkin sahabatnya mengalami kecelakaan.

"Candaanmu tak mempan pada kami ahjussi." Kata Eunjung, gadis itu bahkan tertawa.

Jelas-jelas mereka yang mengantar Jungmi ke Terminal dalam kondisi yang baik-baik saja. Dan juga Jungmi bukan gadis yang ceroboh, tak mungkin gadis sepertinya mengalamu kecelakaan.

Maniknya menatap mata paman Lim dengan penuh harap. Mereka berdua berharap bahwa yang dikatakan paman Lim hanyalah sebuah candaan, hanyalah sebuah kebohongan yang lucu.

Dalam hati mereka sama-sama merapalkan kata 'kumohon bilang itu bohong. Bilang bahwa kau hanya bercanda'.

Karena pada kenyataannya, meskipun mereka menganggap perkataan itu sebuah candaan dan tak ingin mempercayainya tetapi hati mereka berkhianat. Hati mereka mempercayai perkataan paman Lim.

Paman Lim menggeleng pelan, ia sedikit menundukkan kepalanya, "Saya tak pernah bercanda jika itu menyangkut nona Jungmi."

Minhyung dan Eunjung menundukkan kepala mereka, pertahanan yang mereka bangun runtuh seketika karena serentetan kalimat yang keluar dari paman Lim.

Airmata Eunjung keluar dari pelupuk matanya meskipun ia tak mengeluarkan isakan tangis.

"Maaf."

Kini mereka menyesal telah memaksa si paman berkepala botak untuk mengatakan hal yang sejujurnya.

Mengapa paman Lim tak mengatakan bahwa Jungmi baik-baik saja dan ia bahagia telah bertemu Jungkook? Mengapa paman Lim terlalu jujur untuk mengatakan kebenarannya?

Tapi...

Meskipun hati mereka sakit, meskipun dada mereka terasa sesak menghadapi kenyataan, bukankah lebih baik mereka mengetahui sebuah kejujuran daripada kebohongan?

Jika yang mereka tahu adalah sebuah kebohongan, bagaimana dengan kedepannya? Bagaimana jika mereka mengetahui kejujuran itu lebih lama? Bukankah lebih terasa menyiksa dan menyakitkan di banding apa yang mereka rasakan sekarang?

Dan kali ini mereka benci terperangkap dalam dua opsi yang akan sama-sama menyerang mereka.

Antara Kebohongan dan Kejujuran.

-***-


Yeri dan Jungmi berdiri di depan pagar rumah menunggu Jungkook yang tiba-tiba mengajak mereka pergi bersama.

Saat Jungkook mengajaknya dan meminta Yeri untuk membawa Jungmi dengan senang hati gadis itu menerimanya.

Toh Jungmi tak pernah keluar selama tinggal bersama Yeri. Dan juga Jungmi sangat antusias saat Yeri mengatakan bahwa Jungkook akan mengajak mereka pergi.

Mobil berwarna putih berhenti di depan mereka. Begitu tau siapa pemilik mobil itu, Yeri dan Jungmi tersenyum dan bergegas masuk ke dalam mobil.

"Kalian pikir aku supir?" Tanyanya mengundang kekehan dari Yeri dan Jungmi, Jungkook mendengus lalu dengan nada tak terbantahkan ia menyuruh Yeri pindah ke kursi depan.

Saat gadis itu sudah duduk tepat di sampingnya, Jungkook tetap diam dan menjalankan mobilnya menjauhi rumah Yeri.

"Yak Jeon Jungkook, aku sudah di depan jadi berhenti memasang wajah menyebalkan." Kata Yeri sembari mencubit pipi Jungkook, ah Yeri menyukai pipi pria disampingnya yang berisi.

Jungkook menepis tangan Yeri dan itu membuat Yeri mendengus pelan, meskipun Jungkook hanya menampilkan wajah tanpa ekspresi tetap saja itu menyebalkan baginya.

Sebenarnya Jungkook tak sedingin itu, ia masih menampilkan ekspresinya melalui sorotan mata yang ia perlihatkan. Walaupun wajahnya kebas tetapi tidak dengan matanya.

"Kita mau kemana?" Tanya Jungmi yang sedari tadi hanya diam.

Dengan tiba-tiba Jungkook memberhentikan mobilnya membuat mereka terhuyung ke depan, untung saja mereka masih mematuhi peraturan dengan menggunakan sabuk pengaman. Jika tidak mungkin akan ada benjolan di kepala mereka.

Jungkook hanya diam setelah Jungmi memekik tak terima lalu ia memandang Yeri seolah bertanya.

Yeri mengerutkan keningnya dan bertanya ada apa tapi Jungkook malah menggeleng.

"Molla." Yeri mengerjab, sedetik kemudian ia sadar bahwa perkataan Jungkook itu adalah jawaban untuk Jungmi.

"Molla?" Tanya Jungmi dengan nada menyebalkan, Jungkook mengangguk.

Yeri menoleh kebelakang dan melihat Jungmi dengan tangan yang terlipat di depan dada.

"Lalu kalau kau tak tahu kita akan kemana, mengapa mengajak kami pergi? Mengapa tidak main dirumah Yeri eonni saja." Ucap Jungmi dengan nada yang ia naikkan.

Yeri membelalak saat Jungmi beringsut mendekat dan menarik rambut gelap milik Jungkook.

Gadis bermarga Kim itu ingin tertawa saat melihat Jungkook yang berusaha untuk melepaskan tangan Jungmi yang menjambak rambutnya.

"Yak Jungmi, lepaskan." Perintah Jungkook dengan nada khasnya. Datar.

"Tidak, aku akan melepaskan jika kita putar arah dan antarkan aku kembali kerumah." Balas Jungmi yang semakin gencar menarik rambut Jungkook.

"Lepas."

"Tidak antar aku pulang dulu. Baru aku lepas." Perintah Jungmi yang terselip nada ancaman

"Aku tidak mau." Tolak Jungkook.

"YAK OPPA!"

"Lepas Jungmi!"

"Antar aku pulang."

"Tidak." Lagilagi Jungkook menolak.

"Baiklah aku juga tidak akan melepaskannya."

Tak bisa lagi menahan tawanya, Yeri memberikan tepuk tangan dan sorakan untuk mendukung Jungmi. Kemudian yang ia dapat dari Jungkook adalah tatapan tajamnya yang memohon padanya.

Ah rupanya seperti ini ia meminta tolong.

Karena tak tahan melihat aksi jambak-menjambak dari dua Jeon akhirnya Yeri melerai mereka berdua.

Jungmi langsung melepaskan jambakannya begitu mendengar nada perintah dari Yeri.

Gadis itu kembali ke posisi semula dan mendengus kasar. Ia mengalihkan pandangannya keluar jendela. Yeri terkekeh pelan melihat Jungmi lalu ia tertawa saat melihat rambut Jungkook yang sangat berantakkan.

Jungkook menatap Yeri membuatnya menghentikan tawanya dan berkata maaf pada Jungkook, kemudian turut membantu merapikan anak rambut Jungkook yang keluar-keluaran.

"Jungmi minta maaf padanya." Kata Yeri sembari membantu Jungkook untuk merapikan rambutnya.

"Tidak."

Sudah ia duga. Jungmi gadis yang tak ingin mengalah sama seperti Jungkook, Yeri menghembuskan napasnya setelah rambut Jungkook kembali seperti semula.

Lagipula Yeri sudah memutuskan untuk pergi kemana, mereka sudah terlanjur jauh dari rumahnya. Bukankah lebih baik mencari tempat untuk berkunjung daripada berputar arah?

"Jungkook jalan kan mobilnya, aku tahu kita harus kemana." Kata Yeri yang dituruti oleh Jungkook.

Pria itu kembali menjalankan mobilnya dan membelah kota Busan yang cukup ramai.

-***-

Mereka tiba di sebuah cafe klasik yang selalu Yeri kunjungi dari awal ia tiba di Busan.

Senyumannya mengambang saat aroma vanilla yang tak asing lagi menyergap indra penciumannya kemudian Yeri langsung berlari ke sudut cafe untuk meletakkan tasnya disana.

Jungkook dan Jungmi masih diam di depan pintu.

"Yeri kau datang lagi? Padahal baru tadi kau datang."

Yeri mengangguk, "Aku tak sendirian kali ini Yeseul Eonni." Katanya sembari memandang Jungkook dan Jungmi.

Gadis bernama lengkap Shin Yeseul itu terkekeh, kemudian ia menatap Yeri dan menyebutkan sesuatu yang terbesit di kepalanya.

"Caramel macchiato dengan bentuk hati?" Kata Yeseul dengan nada bertanya.

Yeri mengangguk dengan penuh semangat. "Aku pesan tiga. Ah cheese cake, aku mau cheese cake juga.

"Eonni aku juga mau." Jungmi berdiri di samping Yeri dan memandang menu yang terpampang di atas, "ehm aku mau strawberry cake dua."

Yeseul mengangguk lalu menekan digit angka dilayar komputernya kemudian ia menyebutkan total yang harus di bayar.

Saat Yeri akan membuka dompetnya Jungkook lebih dulu menahan tangan gadis itu, "Aku saja yang bayar." Lalu Jungkook mengeluarkan uangnya dan memberikannya pada Yeseul.

"Tapiㅡ"

Jungkook memandang Yeri agar gadis itu diam, "Jangan protes."

Terpaksa Yeri mengangguk dengan pipi yang mengembung, niat awal adalah Yeri yang akan mentraktir mereka. Tapi malah Jungkook yang membayar.

"Waahhh Jungkook Oppa terbaik." Kata Jungmi sembari mengacungkan dua ibu jarinya didepan wajah.

"Bukankah di mobil kau berkata aku buruk?"

Yeri nyaris menyemburkan tawanya lagi saat melihat gelegat Jungmi yang merasa tertohok.

"I... itu tadi sekarang kau terbaik." Jungmi berucap dengan cepat meskipun sedikit gagap.

"Cih dasar labil." Balas Jungkook.

Yeri mendengar tawa dari sebelahnya, ah Yeseul. Tapi sesaat kemudian ia menghentikan tawanya dan mengarahkan matanya pada Jungkook, menatap pria itu lekat-lekat. Lalu Yeseul menjentikkan jarinya.

"Bukankah kau juga sering kemari?" Tanya Yeseul pada Jungkook, pria itu mengangkat sebelah alisnya lalu mengangguk tanda memang ia sering ke cafe ini.

Kening Yeseul mengkerut seolah ia sedang berpikir namun beberapa saat kemudian matanya berbinar, "Aku ingat."

"Kembalian. Kau yang bertemu dengan Yeri beberapa bulan lalu disini kan? Karena kami tak ada uang kembali, jadi kau membayari Yeri saat itu. Iya kan?" Katanya penuh semangat.

Yeri tak begitu ingat tentang itu tapi Yeseul malah mengingatnya.

"Kau mengingatnya?" Tanya Yeri.

"Tentu saja, saat ia keluar dari cafe ini kau terus memandangnya meskipun kau ketakutan saat di dekatnya."

Tiba-tiba saja Jungmi tertawa kemudian ia bertanya, "Benarkah seperti itu?"

Yeseul mengangguk, "Bahkan saat itu ia tak berhenti tersenyum dan mengatakan bahwa pria itu tamㅡ"

Mata Yeri membulat dan langsung membekap mulut Yeseul, gadis itu akan sangat malu jika Yeseuk membocorkan rahasianya.

Jungkook mengangkat alisnya dan Jungmi juga melakukan hal yang sama. Yeri tertawa renyah lalu melepaskan dekapan tangannya dari mulut gadis si penjaga kasir.

"Eonni sudah dulu ya bicaranya, kau masih harus melayani pelanggan. Dan kami harus duduk." Kata Yeri cepat kemudian ia langsung menarik Jungmi dan Jungkook untuk duduk di sudut cafe.

Yeseul si mulut besar itu, semuanya ia katakan. Yeri akan malu jika Jungkook mengetahui kebenarannya, mengetahui bahwa Yeri mengagumi nya disaat pertama kali bertemu di cafe ini.

Mungkin Jungkook tak mengigatnya tapi Yeri masih mengingatnya.

"Cafe ini terasa nyaman. Ada air mancur kecil dan banyak lukisan-lukisan, wah terlihat klasik namun menyenangkan." Komentar Jungmi setelah matanya kesana kemari melihat furnitur dari cafe ini.

Yeri setuju dengan pendapat Jungmi.

Matanya terarah pada Jungkook, mengabaikan Jungmi yang masih menikmati interior cafe ini, "Ah Jungkook." Kata Yeri tiba-tiba.

"Wae?"

"Mungkin kau tak ingat, dulu kau pernah membayar minumanku. Jadi aku mau mengembalikan uangmu yang kugunakan."

Yeri berhenti bicara dan mengeluarkan uang sebesar 5000 won dan memberikannya pada Jungkook.

"Nah sekarang hutangku lunas. Maaf karena aku baru mengembalikannya sekarang."

Yeri menundukkan kepalanya sebentar lalu kembali menatap Jungkook yang memandang uang 5000 won didepannya sebentar kemudian ia mendorong uang itu kembali. "Tak perlu, simpan saja uangmu."

"Tapi aku merasa tak enak."

"Anggap saja salam perkenalan dariku." Kata Jungkook lagi.

"Bahkan saat itu kita tidak berkenalanㅡ" Yeri mendorong uang 5000 won itu lagi, "ㅡjadi ambil lah."

"Tidak perlu Kim Yeri."

Tiba-tiba saja tangan Jungmi merebut uang 5000 won yang sedari tadi uang hanya menjadi korban Yeri dan Jungkook, Yeri ingin melayangkan protes tapi Jungmi menatap mereka dengan wajah marahnya.

"Yak kalian daripada mendorong uang seperti itu lebih baik uang ini aku yang menyimpannya."

Apa katanya? Heol. Yeri memukul lengannya, "Tidak boleh." Katanya lalu menyimpan uang itu kedalam dompetnya lagi.

Yeri tak peduli saat Jungmi meringis, dia itu gadis dengan kulit setebal kulit banteng jadi Yeri tak akan merasa khawatir hanya karena pukulan kecil yang ia berikan padanya.

"Kau kejam Eonni." Katanya sembari mengelus tangannya.

"Terima kasih pujiannya."

"Yak!"

"Mwo?"

"Ani. Oppa pisah lah dengan Yeri eonni, dia itu kejam."

Yeri mengedipkan matanya beberapa kali. Kali ini kepala Jungmi yang menjadi sasaran tangannya. Mulut Jungmi tak pernah di saring lebih dulu sebelum berkata, sama saja seperti Jungkook.

Sepertinya Jungmi memang benar-benar adik dari seorang Jeon Jungkook. Heol bahkan sekarang otak Yeri mulai berfantasi tentang mereka.

"Jaga ucapanmu Jeon Jungmi." Kata Yeri dengan nada yang sengaja ia buat lembut dan tersenyum manis, tentu saja hal itu membuat Jungmi bergidik ngeri.

Setelah itu Yeri memandang wajah Jungkook yang datar, senyumannya hilang dan wajahnya menjadi kebas.

Namun mata Yeri memandang manik mata milik Jungkook, "Dan aku tidak bersama dengan manusia es ini." Kata Yeri tanpa nada dan ekspresi.

"Tidak." Protes Jungkook, pria itu tersenyum kecil padaku sebelum ia menatap Jungmi, "Kami memang bersama."

TAK

"Ucapanmu perlu di saring Jeon jungkook."

Saat mereka sedang beradu mulut Yeseul melerai mereka dengan tangan yang memegang nampan.

Gadis itu tersenyum manis pada Jungmi dan Jungkook namun ia mendecih saat menatapnya.

Wah benar-benar tak adil.

"Kau jangan memukul pria tampan ini." Kata Yeseul, kemudian ia menatap Jungmi dan lagi-lagi tersenyum manis, "Dan kau gadis kecil, jaga oppamu dari gadis menyebalkan ini."

"Baiklah selamat menikmati. Ingat jaga oppamu." Kata Yeseul.

"Jungmi bukan adik dari Jungkook, eonni." Sambar Yeru dengan sedikit rajukan.

"Benarkah?" Yeseul menatap Yeri heran. Lalu matanya memandang Jungmi dan Jungkook bergantin, "Tapi wajah mereka mirip. Ku pikir mereka adik kakakㅡ"

"...Ah sudahlah. Aku ingin kembali bekerja."

Sepeninggalnya Yeseul, Yeru termenung. Memikirkan perkataan gadis itu. Jika dilihat-lihat memang wajah Jungkook dan Jungmi serupa. Mereka seperti orang kembar yang terpisah.

Tapi tak mungkin kan mereka saudara kembar, Jungmi saja umurnya satu tahun di bawahnya dan Jungkook. Tapi apa mereka berdua adik kakak?

Apa Jungkook adalah kakak yang selama ini di cari Jungmi? Tapi jika memang seperti itu mengapa Jungkook tak menyadari bahwa Jungmi adiknya? Apa Jungkook lupa semuanya? Keluarganya?

"Hey eonni, kau akan melamun dan mengabaikan makananmu? Caramel machiatto milikmu akan dingin jika kau abaikan seperti itu."

Yeri tersadar saat Jungmi menyenggol tangannya, setelah ia berbicara Yeri mengangguk dan menyantap pesanannya.

Jungmi memandang cake di depannya, seolah ia sedang menonton roll film yang menari-nari diatas cake itu.

Gadis itu tersenyum getir, ia melihat 3 orang lagi. Dalam benaknya orang-orang itu tengah memakan Strawberry cake. Smaa persis dengan yang ada di hadapannya.

Satu orang gadis dan 2 orang laki-laki remaja. Salah satu dari mereka memiliki wajah seperti Jungkook.

Jungmi menggelengkan kepalanya, pikirannya benar-benar kacau saat ini. Yang benar saja, Jungkook ada dalam pikirannya.

"Oppa kau menyukai Strawberry cake?" Tanya Jungmi pada Jungkook yang dibalas anggukan oleh pria itu.

"Nah, aku memesan dua. Satu untukmu."

Yeri mengernyit, darimana gadis ini tahu Jungkook menyukai strawberry cake?

Tidak bisa, aku terlalu penasaran.

"Jungmi darimana kau mengetahui hal itu?"

Jungmi yang tengah memakan cake nya terhenti, ia meletakkan sendok diatas piringnya.

Dari raut wajahnya Yeri sadar bahwa gadis ini mengatakannya tanpa sadar apa yang ia ucapkan tadi.

Wajahnya berubah pucat dan pandangannya berubah kosong, "Aku... tak tahu. Hanya teringat sesuatu."

Jungkook mengernyit, "Maksudmu?"

"Aku tak tahu. Hanya saja... argghh aku mohon jangan bertanya."

"Tapㅡ"

"ARRGGHH."

Yeri terkejut, tiba-tiba saja Jungmi berteriak sembari memegang kepalanya. Yeru panik begitupun dengan Jungkook.

"Jungmi, ada apa? Hey Jungmi tenanglah." Kata Yeri berusaha menggenggam tangan Jungmi namun gadis itu menepis tangan Yeri dan mengarahkan tangannya ke kepalanya sendiri.

Jungkook berdiri dan berusaha untuk menenangkan Jungmi, ia memeluk tubuh gadis itu. Tetapi gadis itu semakin menjadi dan ia menarik rambutnya kuat dan meneteskan airmatanya.

"Arrgghh sakit." Jungmi meringis. Aku tidak tega, tetapi Yeri tak tahu harus apa. Ia mencoba menenangkan Jungmi sama seperti apa yang ia lakukan dulu pada Jungkook, tapi tak berhasil.

"Yeri-ya. Jungmi kenapa?" Tanya Jungkook, pria itu semakin mendekap Jungmi saat gadis itu semakin meringis. Yeri melihatnya, melihat sorot kekhawatiran yang besar dimata Jungkook.

Meskipun ia adalah pria tanpa ekspresi tapi melalui matanya Yeri tahu bahwa ia khawatir, sangat khawatir pada gadis dalam rengkuhannya.

Tersadar saat Jungkook kembali memanggil namanya, Yeri menggeleng, "Jungmi tak pernah seperti ini sebelumnya."

Semua orang di cafe menatap kearah mereka, Yeseul dan dua karyawan cafe menghampiri mereka dengan tiba-tiba. Yeseul bertanya pada Yeri namun Yeri menggeleng. Yeri tak tahu harus menjawab apa.

Seiring dengan meredanya erangan Jungmi, tubuh gadis itu juga semakin melemah dan akhirnya ia tak sadarkan diri.

Mereka semua panik, terutama Jungkook. Dengan sigap pria itu menggendong tubuh Jungmi keluar cafe dan Yeri meminta maaf karena telah membuat keributan di cafe ini. Setelah itu Yeri menyusul mereka.

"Eonni aku pergi dulu. Nanti aku ceritakan."

"Pergilah."

Yeri keluar dari cafe dengan hatinya yang terus merapalkan doa, semoga Jungmi baik-baik saja.

-***-

To Be Continue

See you next soon 😍

Regard,

Youngsseagull

Continue Reading

You'll Also Like

259K 22.3K 34
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
205K 22.8K 16
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
51.3K 4.8K 49
WARNING! 21++✓ YIZHAN ✓ MAFIA ✓ BxB ✓ M-PREG✓. Terjebak dalam sarang mafia, Xiao Zhan .. seorang pemuda...
762K 76.1K 53
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...